Anda di halaman 1dari 6

SEDIMENTASI DAN DAMPAKNYA PADA

DPS CITARUM HULU


Oleh: Muhamad Arief Ilyas*)

Abstrak
Pemanfaatan air dan lahan dan pengembangan suatu daerah aliran sungai selalu
menyebabkan berbagai masalah teknis dan lingkungan. Begitu pula dengan lebih
mendalami masalah proses erosi dan sedimentasi yang terjadi, merupakan hal
yang sangat penting dalam memecahkan masalah dasar yang berkaitan dengan
tingginya tingkat erosi dan sedimentasi dalam suatu daerah aliran sungai. Proses
sedimentasi yang komplek agar dapat dipecahkan, untuk itu sungai harus
dipandang dari berbagai unit kelompok yang terintegrasi dalam suatu ekosistem.
Dengan pendekatan pengukuran dan monitoring, serta penggabungan dengan
pendekatan sistem model spasial dapat dipecahkan masalah yang timbul di per
sungaian dan waduk, ehingga antisipasi terhadap berkurangnya umur waduk
dapat diatasi. Dengan prediksi erosi dan sedimentasi secara spasial dapat
diperoleh gambaran yang lebih jelas daerah-daerah mana saja yang terkena
tingkat erosi-sedimentasi yang tinggi, sehingga daerah mana saja dalam DAS yang
perlu konservasi dan prioritas penanggulangannya. Dan konservasi yang tepat
pada DAS Citarum hulu dapat menurunkan laju sedimentasi, sehingga diharapkan
umur waduk Saguling akan lebih panjang.

Katakunci : Erosi dan Sedimentasi DAS, konservasi dan penanggulangan DAS


Citarum.

1. PENDAHULUAN angkutan suspensi (suspended load), dan


angkutan kuras (wash load). Overbeek (1979)
Intervensi manusia terhadap alam terus menjelaskan bahwa muatan dasar adalah
meningkat, khususnya di pulau Jawa. partikel yang terangkut dengan cara bergeser,
Menurut laporan Bank Dunia 1985, bahwa bergelinding atau ber lompat-lompat, dan
DAS-DAS di pulau Jawa mengalami tingkat selalu dekat atau hampir mengendap pada
erosi yang tinggi. Diperkirakan 1,9 juta ha dasar sungai. Angkutan dasar (bed load)
lahan telah menjadi kritis, laju erosi rata-rata terdiri dari partrikel kasar, seperti krikil atau
sekitar 20-60 ton/ha/tahun, sedangkan erosi pasir yang bergerak teratur atau acak dan
yang ditolerir sekitar 12,5 ton/ha/tahun atau selalu menyentuh dasar sungai.
setebal rata-rata 0,8 – 1 mm/tahun (Arsyad, Angkutan susupensi (suspended load)
1989). Akibat dari dampak tingginyatingkat bergerak melayang tanpa menyentuh dasar
erosi dan sedimentasi yang terjadi akan sungai, atau se tidak-tidaknya mempunyai
mengakibatkan umur pemakaian (useful life) lintasan yang panjang sebelum menyentuh
waduk menjadi lebih pendek dari yang dasar sungai. Menurut Breusers dan
direncanakan. Perkiraan angkutan Overbeek (1979), muatan material angkutan
sedimentasi di sungai dan pengendapannya dasar (bed load) maupun dari angkutan
di waduk dibutuhkan pengetahuan melayang (suspended load) dan ditentukan
sedimentasi yang lebih mendalam, berkaitan oleh kondisi dari dasar gerakan aliran.
dengan berbagai disiplin ilmu, seperti Fisika
Hidrolika, Hidrologi, ilmu tanah dan lain- 3. PERHITUNGAN ANGKUTAN SEDIMEN
lainnya. Hal yang penting dalam DI SUNGAI
pendukungan alisa sifat-sifat gerakan
sedimentasi di sungai, juga distribusi sedimen Angkutan sedimen dibedakan antara
pada profil memanjang waduk. angkutan dasar (bed load) dan angkutan
sedimen suspensi (suspended load),:
2. MEKANISME ANGKUTAN SEDIMEN DI Ada 2 parameter dalam menghitung angkutan
SUNGAI dasar, yaitu:
S
Secara umum ada 3 tipe gerakan dari (1) Parameter transport (Φ): Φ = ———3
√(Λg D )
sedimentasi, yaitu angkutan dasar (bed load),

Sedimentasi dan Dampaknya DPS Citarum Hulu (Muhammad Arif llyas) 159
U*2
(2) Parameter aliran (Ψ) , yaitu : Ψ = —— Perhitungan Sedimen Suspensi
ΛgD
h.i
= ——— Muatan sedimen suspensi dapat dihitung
ΛD dengan pengukuran kecepatan aliran U(z)
dimana : S = laju angkutan sedimen per unit dan konsentrasi sedimen C(z), dan
lebar m3/det/m merupakan persamaan integrasi:
ƒs - ƒw S = oƒ h C (z) * U (z) dz.
Λ = ——— Qsi = Qi Ci k ;
ƒw Dimana Qsi = debit sedimen (ton/hari), Qi =
D = diameter butir, V = shear velocity, debit air (m3/det), Ci = konsentrasi (mg/l),k =
h = water depth, ƒs = kerapatan partikel konvrensi satuan dimensi 0,0864
sedimen, ƒw = kerapatan air, I = bed slope
Dengan persamaan power regression dapat
Semua rumus-rumus dari sedimen transport dicari persamaan dari lengkung aliran
berdasarkan dari anggapan bahwa aliran sedimen dikombinasikan dengan data debit
seragam (steady uniform), ialah Φ = f (Ψ). harian untuk menentukan sedimen rata-rata
Dengan memasukkan faktor pengurang tahunan.
diadakan koreksi pada parameter aliran.
Hanya sebagian saja dari tegangan geser 4. Dampak Sedimentasi di Waduk
dasar sungai (bed shear stress) yang
mempengaruhi angkutan sedimen, maka Adanya sedimentasi di waduk,
harga baru Ψ menjadi : Ψ = µ (h.i)/(Λ D), mengakibatkan kapasitas tampungan
dimana µ = f ( C/C ) disebut ripple factor berkurang dan sedimen akan tersebar ke
Untuk menentukan C dihitung berdasarkan setiap bagian dari kedalaman waduk, yang
Ks = berarti material sedimen tidak langsung
12 h mengendap pada bagian waduk yang paling
D90 dan C = 18 log ( —— ) rendah (dead storage). Hal-hal yang harus
Ks diperhatikan adalah rata-rata debit sedimen
Formula Meyer – Peter dan Muller (MPM) tahunan, efisiensi tangkapan waduk,
telah digunakan secara luas dan dipakai kerapatan bongkahan, sedimen deposit dan
terutama untuk sungai yang berpasir kasar distribusi sedimen di dalam waduk.
dengan diameter : 0,4 mm < D, 30 mm
S µ h.i Efisiensi tangkapan. Brune (1953, di dalam
Φ = ———— = B-3/2 [——— A]3/2 Vanoni, 1977) menyatakan hubungan dari
( Λ g D3 ) Λ Dm efisiensi tangkapan (trap efficiency) dengan
ratio perbandingan antara kapasitas waduk
A = 0,047 } ------Æ Φ = 8 (: Ψ- 0,0047)3/2 dengan rata-rata debit air tahunan yang
masuk (C/I), seperti tertera pada gambar 2
Sebagai pencocokan, jika tidak ada muatan dibawah.
angkutan sedimen, maka Φ = 0, C = C’, µ = 1

160 Jurnal Teknologi Lingkungan, Vol.3, No. 2, Mei 2002: 159-164


G ambar 1. T ipe Profil Endapan Sedimen di W aduk

Gambar 2. Kurva Trap Efisiensi Brune (1953)

5. Perkiraan Distribusi Sedimen di Waduk Metode Empirik Reduksi Luas


dilakukan dengan dua langkah yaitu pertama
Varshney (1974) meyatakan ada 2 metode dengan mengklasifikasikan reservoir dalam 4
yang digunakan untuk menduga distribusi tipe dan selanjutnya melakukan perhitungan
sedimen dalam waduk, yaitu : “Metode secara coba dan salah ( trial and error ) dari
Penambahan Luas“ (Area Increment luas dan volume prismatik sedimen sehingga
Methode) dan “Metode Empirik Reduksi Luas” seimbang dengan volume sedimen yang
(Empirical Area Reduction Methode) masuk untuk suatu periode tertentu.
Kedua prosedur yang didalamnya Sedangkan luas dan kapasitas (volume)
mengandung perkiraan perubahan dari waduk yang direvisi dari elevasi nol baru
permukaan asli dasar waduk yang sampai elevasi maksimum waduk, dihitung
direfleksikan dengan berkurangnya luas dengan mengurangi luas dan kapasitas
permukaan akibat sedimentasi. waduk mula-mula dengan luas dan volume
sedimen yang mengendap sampai elevasi nol

Sedimentasi dan Dampaknya DPS Citarum Hulu (Muhammad Arif llyas) 161
baru. Perbandingan diagramatis kedua
metode diatas, seperti tertera pada gambar
dibawah :

Gambar 3. Perbandingan Diagram Metode Penambahan Luas Dengan Metode Empirik Reduksi
Luas (Empirical Area Reduction Method)

5.1 Pendugaan Umur Efektif Waduk serius, sehingga perlu diusahakan tampungan
efektif tetap berfungsi.
Menurur Jansen (1980) : umur waduk
sebaiknya mencapai 5000 tahun. Sedangkan 6. PEMECAHAN DENGAN PENDEKATAN
menurut USBR, sedimentasi 100 tahun pada SISTEM MODEL
waduk dibandingkan dengan tampungan total
waduk tidak melebihi 5%, maka kondisi Representasi sistem hidrologi selalu
waduk itu tidak merupakan masalah serius melibatkan dua sistem, yaitu pertama sistem
(minimal umur waduk mencapai 2000 tahun). prototipe adalah sistem alam sesungguhnya
Jika sedimentasi di waduk mengisi lebih besar sebagaimana terdapat di alam, adalah daerah
dari 5% dalam 100 tahun operasi, maka aliran sungai yang dimaksud.
pengelolaan perlu melihat efek sedimentasi Sistem model merupakan abstraksi atau
secara menyeluruh yaitu melihat laju penyederhanaan dari sistem prototipe, yang
pengendapan sedimentasi pada sepanjang seringkali berupa satu set pernyataan
profil pemanjangan waduk. matematik yang diharapkan dapat
Menurut Pitt dan Thompson (1984), menduplikasikan perilaku dasar dari sistem
perkiraan umur layan waduk yang layak ialah prototipe. Kesetaraan kedua sistem ini
ditentukan oleh lamanya sedimentasi menunjukkan kelayakan model, yaitu diukur
mencapai setengah dari tampungan total dari kesamaan keluaran yang dihasilkan oleh
waduk. Berdasarkan hal tersebut kedua sistem untuk suatu data masukan yang
diklasifikasikannya sebagai berikut : sama
Umur layan waduk melebihi 100 tahun, Dengan pendekatan sistem atau model
sedimentasi tidak menyebabkan masalah. dimungkinkan dilakukan arahan tindakan
Umur layan berkisar 20 sampai 100 tahun, konservasi tanah dan air beserta prioritas
dalam hal ini perlu dipertimbangkan terutama pada tekhnik vegetasi yang dapat
bagaimana caranya mengurangi sedimentasi menjamin kelestarian dan dapat dilakukan
yang masuk ke waduk, diantaranya dengan oleh petani sendiri sehingga diharapkan dapat
pengaturan tataguna tanah, pembangunan menjadi arahan yang lebih tepat.
pengendali sedimen, dan cara pengurasan
(flushing).
Umur layannya kurang dari 20 tahun,
sedimentasi akan memberikan masalah

162 Jurnal Teknologi Lingkungan, Vol.3, No. 2, Mei 2002: 159-164


6.1.Pendekatan dengan Model spasial Nanjung ialah sebesar 2.566.388 m3/tahun.
Hidrologi-Erosi-sedimentasi Hasil prediksi distribusi sedimen diperoleh
elevasi nol baru dasar waduk pada
Dengan mengaplikasikan model bendungan setelah 100 tahun operasi akan
ANSWERS (Areal Nonpoint Source mengalami peningkatan dari awalnya 562,0 m
Watershed Environment Response dpl. Untuk operasional waduk 100 tahun
Simulation) merupakan sebuah model kapasitas waduk akan berkurang sebesar
hidrologi dengan parameter terdistribusi yang 21% dari kapasitas awal. Dimana volume
mensimulasi hubungan hujan-limpasan dan kapasitas awal waduk 881 juta m3 akan
juga memberikan dugaan dari hasil sedimen. berkurang menjadi 688,1 juta m3. Walaupun
Model ini pertama kali dikembangkan oleh tingkat sedimentasi yang tinggi masuk ke
D.B.Beasley pada tahun 1977 untuk waduk Saguling melebihi 5% dari persyaratan
mensimulasikan pengaruh tataguna dan USBR untuk 100 tahun operasi, tapi
pengelolaan lahan terhadap air limpasan. mengingat dead storage nya cukup besar
(dan kini yang terbaru versi 2000 dilengkapi dimana elevasi intake berada 618 m dpl yang
analisa kwalitas air) berarti masih 19 meter dibawah intake.
ANSWERS sebagai model deterministik Dengan demikian sebenarnya waduk saguling
didasarkan pada hipotesis “….Bahwa pada secara ekonomis walaupun mengaklami
sembarang titik dalam suatu DAS, akan tingkat erosi dan sedimentasi yang tinggi tapi
berlaku hubungan fungsional antara laju aliran masih tetap aman dan operasional waduk
air dan parameter-parameter hidrologi kendali belum terganggu.
seperti intensitas hujan, infilktrasi, topogarafi, Dari hasil analisa selanjutnya untuk waduk
jenis tanah, dsb. Lebih lanjut, laju aliran dapat Saguling telah beroperasi selama 250 tahun,
digunakan sebagai dasar untuk memodelkan maka pada saat itu elevasi dasar nol baru
gejala pindah massa seperti erosi dan polusi diperkirakan akan mencapai 617 dpl
dalam wilayah DAS. (mendekati elevasi intake 618 m dpl) dan
berarti akan mulai mengganggu tampungan
7. APLIKASI SISTEM MODEL PADA DAS efektif waduk.
CITARUM HULU-SAGULING

Perkiraan besarnya angkutan debit


sedimen rata-rata tahunan dari S.Citarum-

Gambar 4. Profil memanjang Waduk Saguling setelah 100 Tahun Operasi

Sedimentasi dan Dampaknya DPS Citarum Hulu (Muhammad Arif llyas) 163
Gambar 5. Output Spatial Sebaran Sedimen

Selanjutnya tingkat erosi yang terjadi pada DAFTAR PUSTAKA


peta DAS Citarum Hulu-Saguling dapat dilihat
pada gambar dibawah 1. Arsyad, Sitanala, 1989, Konservasi Tanah
dan Air, Penerbit IPB, Bogor.
8. KESIMPULAN 2. Beasley, D.B,L.F. Huggins, and E.J.
Monke, 1980, Ansers : a model for
• Tingkat erosi memberikan dampak watershed planning Trans ASAE, Vol.
terhadap tingkat laju sedimentasi di 23(4) : 988-944.
sungai dan waduk. Laju sedimentasi yang 3. Pusat Litbang Teknologi SDA, 2000,
tinggi akan memberikan dampak Memodelkan Perubahan Lahan dan
berkurangnya kapasitas waduk, sehingga Dampaknya Pada DAS Serang Untuk
umur pakai waduk secara ekonomis akan Menjaga Umur Waduk Kedung Ombo
lebih pendek dari disain awalnya. Tetap Ekonomis.
• Dengan menggunakan model prediksi 4. Pusat Litgang Teknologi SDA, 1996,
erosi dan sedimentasi secara spasial Penelitian pendangkalan Waduk Akibat
dapat memberikan gambaran yang Sedimentasi Dengan Kasus di Waduk
menyeluruh dalam mengantisipasi tingkat Sempor.
erosi dan sedimentasi pada sungai dan 5. Pusat Litbang Telnologi SDA, 2000,
waduk di dalam DAS. Konservasi Air dan Tanah Pada DAS
• Tingkat erosi yang terjadi pada DAS Citarum Hulu. Untuk Menjaga USEFUL
Citarum Hulu-Saguling dihitung dengan LIFE Waduk Saguling agar Tetap efektif.
sistem model spasial ialah sebesar 22 6. Pusat Litbang Pengairan, 1999, Kaji
ton/ha/tahun. Ulang dan Identifikasi Kondisi Sedimen
• Dengan m,enggunakan peta spasial, Waduk-Waduk di P. Jawa Sebagai Usaha
tingkat erosi dapat diketahui di daerah Untuk Menunjang Efisiensi Dari
mana saja dalam DAS yang perlu Operasional dan Pemeliharaan Bangunan
konservasi dan diprioritaskan Pengairan.
penanggulangannya. 7. Pawitan Hidayat, 1995, Distributed
• Dari analisa sensitif diketahui bahwa Hydrologic Modeling to Study Effects of
parameter tanaman ( C ) dan parameter Tropical
infiltrasi kanstan ( FC) merupakan faktor 8. Forest Conversion and Management.
utama dalam melakukan usaha Presented at Third Int’l Conference on
konservasi. Forest Soil (ISSS-AIOSS-IBGB),
• Konservasi penghutanan ( C ) merupakan Balikpapan/Indonesia
parameter yang paling sensitif dalam
menurunkan tingkat erosi yang terjadi.

164 Jurnal Teknologi Lingkungan, Vol.3, No. 2, Mei 2002: 159-164

Anda mungkin juga menyukai