Anda di halaman 1dari 16

KEADAAN

MASYARAKAT PASCA
PENGAKUAN
KEDAULATAN HINGGA
ERA AWAL REFORMASI
Tujuan pembelajaran

Menjelaskan
perkembangan ekonomi
dan politik pada
demokrasi terpimpin
Latar Belakang
Dekrit Presiden 5 Juli 1959 adalah :
1. Pembubaran Konstituante
2. Berlakunya kembali UUD 1945 dan tidak
berlakunya lagi UUD’S/UUD 1950
3. Pembentukan MPRS dan DPAS akan
dilakukan dalam waktu yang sesingkat-
singkatnya
Lanjutan
Setelah kembali ke UUD 1945, maka dengan
sendirinya Indonesia kembali menggunakan
Pancasila sebagai dasar negara. Namun Presiden
Sukarno salah mengartikan kata”DIPIMPIN”
pada sila ke-4 Pancasila. Menurut UUD 1945
berarti dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan perwakilan ( rakyat ),
sementara Sukarno mengartikan dipimpin oleh
Presiden
Perkembangan Ekonomi pada masa demokrasi
terpimpin
Kerusakan ekonomi belum berhasil diatasi pada
saat RI kembali ke UUD 1945. salah satu tindakan
untuk menyehatkan keuangan negara yang dilanda
inflasi adalah pengebirian rupiah yang diumumkan
pemerintah pada tanggal 25 Agustus 1959 hingga
rupiah 10% saja dari nilai nominal.
Sekalipun demikian rakyat tidak bisa membeli
karena tidak punya uang, tapi jumlah uang
bertambah banyak dan harga dengan cepat
membumbung tinggi. Hal ini disebabkan karena :
Lanjutan
 Penghasilan negara memang
berkurang akibat pergolakan daerah
yang menyebabkan ekspor menurun
 Pengambilalihan perusahaan Belanda
tidak menguntungkan karena tidak
memiliki tenaga kerja yang cakap dan
berpengalaman
 Presiden makin gemar bepergian
keluar negeri
lanjutan
 Indonesia tahun 1962 menjadi tuan rumah
penyelenggaraan Asian Games IV yang
memerlukan pesiapan seperti pembangunan
sarana olah raga (senayan) dan hotel Indonesia
tempat menginap para peserta
 Investasi asing tidak tertarik menanamkan
modalnya di Indonesia karena iklim politik
Indonesia yang terlalu panas
 RI sedang mengarahkan kekuatannya untuk
membebaskan Irian Barat
Perkembangan politik pada masa demokrasi
terpimpin
Dalam pelaksanaan konsep demokrasi terpimpin
berkembang menjadi sebuah demokrasi yang ditandai
adanya pemusatan kekuasaan pada Presiden. Tindak
lanjut dari dekrit Presiden adalah :
a. Pembentukan kabinet kerja 10 Juli 1959
 Melengkapi sandang pangan rakyat
 Menyelenggarakan keamanan rakyat dan negara
 Melanjutkan perjuangan mengembalikan Irian
Barat
LANJUTAN
b. Penetapan pidato Presiden tentang manipol
USDEK sebagai GBHN
c. Pembentukan MPRS
c. Pembentukan DPAS, yang bertugas memberi
jawaban atas pertanyaan presiden dan
mengajukan usul kepada pemerintah
d. Pembentukan Front Pancasila
e. Pembubaran DPR hasil Pemilu 1955 (5 Maret
1960) dan pembentukan DPRGR
Awal kedekatan Sukarno dengan pki

Dalam usahanya menggalang persatuan


Presiden mengeluarkan ajaran NASAKOM,
cerminan golongan-golongan dalam
masyarakat. Hanya dengan persatuan
Indonesia bisa menjadi kuat dan mampu
menghasilkan program kabinet kerja ke-3.
Penyelewengan terhadap kebijakan politik luar negeri
bebas aktif

 Indonesia keluar dari PBB


 Konfrontasi Indonsia- Malaysia
Arti konfrontasi mengganyang Malaysia kabur bagi
rakyat banyak, mereka kurang memahami mengapa
Malaysia yang merupakan satu rumpun dan
beragama Islam harus diganyang. Tanggal 3 Mei
1964 Presiden telah mengeluarkan DWIKORA :
1. Perhebat pertahanan revolusi Indonesia
2. Bantulah perjuangan revolusioner rakyat Malaya,
Singapura, Sabah, Serawak dan Brunai untuk
memerdekan diri dan membubarkan Malaysia
Kaitan antara konfrontasi Malaysia dengan keluarnya
Indonesia dari PBB
 Mengapa Indonesia keluar dari PBB
 Karena Malaysia terpilih menjadi anggota
TT DK-PBB
 Pada saat itu Indonesia berkonfrontasi
dengan Malaysia
 Karena Indonesia menentang pembentukan
negara federasi Malaysia
Lanjutan
 Karena Indonesia menganggap
pembentukan negara federasi Malaysia
adalah bentuk new kolonialisme yang
akan membahayakan revolusi
Indonesia
 Karena haluan revolusi Indonesia
sudah mulai dipengaruhi oleh komunis
Sukarno terperangkap dalam jebakan PKI

Berkat kepandaian PKI, nasakom diidentikkan dengan


Pancasila,”siapa yang menerima Pancasila berarti
menerima nasakom”. Prinsip nasakom sangat
menguntungkan PKI karena dengan dalih tersebut PKI
bisa menasakomisasikan semua bidang kelembagaan.
Namun dalam tubuh ABRI, PKI tidak berhasil.
Akhirnya PKI menempuh jalan lain yaitu mengajukan
pembentukan angkatan ke-5, namun inipun ditolak.
Dewan jenderal lawan dewan revolusi
Dewan jenderal dalam tubuh ABRI memang ada, namun
dewan jederal tersebut ditafsiran oleh PKI sebagai badan
yang mempersiapkan perebutan kekuasaan dari Sukarno.
PKI lalu membentuk gerakan tandingan yang disebut
dewan revolusi. Sejumlah perwira ABRI yang memegang
pimpinan sebagai ketua dewan revolusi yaitu Letkol
Untung.
Dewan revolusi mendengar adanya issu bahwa dewan
jenderal akan mengadakan coup tanggal 5 Oktober 1965.
PKI tidak mau didahului oleh dewan jenderal maka
ditetapkanlah 1 Oktober 1965 sebagai hari yang paling
tepat (hari proklamasi RRC)
AKHIR DARI DEMOKRASI TERPIMPIN
Sekalipun coup itu gagal, namun peristiwa
tersebut adalah merupakan akhir dari segalanya,
bukan cuma demokrasi terpimpin tapi juga akhir
dari karir Sukarno dan orang orang terdekat
Sukarno. Bahkan menurut sejarawan Amerika,
pembunuhan terbesar sepanjang sejarah manusia
TERJADI DI INDONESIA SETELAH
BERAKHIRNYA DEMOKRASI TERPIMPIN

Anda mungkin juga menyukai