Anda di halaman 1dari 21

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/256326858

Transpor Sedimen (Hidrometri)

Chapter · September 2013

CITATIONS READS

0 21,709

1 author:

Arrizka Yanuar
Universitas Tidar
11 PUBLICATIONS 4 CITATIONS

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Arrizka Yanuar on 01 June 2014.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Tugas Matakuliah
Hidrometri dan Hidrografi
Dosen Pengampu: Prof. Dr. Ir. Bambang Triatmodjo, CES, DEA

Disusun Oleh:
Arrizka Yanuar Adipradana
(NIM: 12/340004/PTK/8430)

PROGRAM PASCASARJANA
JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2013
Bab 5. Pengukuran Transpor Sedimen

5.1. Pendahuluan

Saluran terbuka dan sungai Alluvial yang mempunyai sedimen dasar berupa material
granuler akan mengalami transportasi (perpindahan) sedimen secara individu
disebabkan oleh kecepatan aliran yang tinggi. Perubahan kecepatan aliran baik secara
alamiah (musim hujan dan kemarau) atau buatan akibat aktivitas manusia akan
berpengaruh besar pada transport sedimen. Transpor sedimen akan mengakibatkan erosi
dan deposisi pada dasar saluran. Transpor sedimen didefenisikan sebagai perpindahan
tempat neto sedimen yang melalui suatu tampang lintang selama periode waktu tertentu.
Banyaknya transpor sedimen dinyatakan dalam (berat, massa, volume) per satuan waktu
(N/det; kg/det; m3/det). Untuk memudahkan dan memprediksi transport sedimen pada
pekerjaan konstruksi sipil pada sungai dan muara maka digunakan berbagai formulasi
yang dikembangkan dari hasil eksperimen di lapangan dan laboratorium. Walaupun
menghitung transpor sedimen mempunyai akurasi yang kurang baik hal ini disebabkan
karena:

a. Interaksi antara pergerakan air dan transport sedimen sangat komplek dan sulit
untuk dideskripsikan dengan formulasi matematik
b. Karena pengukuran transport sedimen mempunyai akurasi yang kurang baik
maka formulasi (rumus) yang ada tidak dapat dijadikan acuan

Pengukuran transpor sedimen bertujuan untuk:


a. Pada irigasi: merancang stabilitas saluran, fenomena transport sedimen pada
saluran pengambilan (intake)
b. Pada teknik persungaian: merancang cut off pada tikunngan sungai, besarnya
pengerukan pada muara sungai, flood control, mendesign umur layanan waduk.

Pada bab ini akan disampaikan beberapa subtopik yang terdiri atas:

a. Sediment Yield (5.2.)


b. Konfigurasi dasar (Bedforms) (5.3.)
c. Klasifikasi dari transport sedimen (5.4.)
d. Pengukuran dari transport sedimen (5.5.)
e. Ukuran butiran (5.6.)
f. Standar Internasional (5.7.)

5.2. Sediment Yield

Sedimen dapat dibagi menjadi dua kelompok: kohesif dan non-kohesif. Lumpur adalah
sedimen paling halus yang termasuk pada kelompok pertama. Pasir dan kerikil adalah
sedimen yang termasuk kelompok kedua. Perbedaan antara keduannya terdapat pada
ukuran butiran yang disajikan pada tabel 5.1.
Tabel 5.1. Ukuran butiaran berdasarkan British standards

Sediment Yield adalah total sedimen yang keluar dari daerah tangkapan (catchment
area) yang melewati stasiun kontrol di outlet daerah tangkapan dinyatakan dalam ton/
tahun atau m3/ km2/ tahun besaran ini menunjukkan kecepatan denudasi atau degradasi
dari daerah tangkapan. Faktor-faktor yang mempengaruhi sediment yield dari suatu
daerah tangkapan adalah intensitas hujan, ienis tanah dan formasi geologi, penutupan
tanah/lahan, penggunaan lahan, topografi, dan kondisi sistem drainasi: kerapatan,
kemiringan, bentuk, ukuran dan trase saluran, run-off, karakteristik sedimen (ukuran
butiran, mineralogi, dll), karakteristik hidraulika saluran. Metode lain untuk
memprediksi sediment yield adalah dengan persamaan empirik, atau dengan persamaan
USLE. Wischmeieir and Smith mengusulkan persamaan USLE (The Universal Soil
Loss Equation) yang mempertimbangkan sebagain dari faktor-faktor tersebut di atas.
Pada sepuluh sungai yang berbeda maka mempunyai perbedaan karakteristik
sedimennya, tabel 5.2. memperlihatkan hal tersebut.

Tabel 5.2. Debit air dan transport sedimen 10 sungai


Pada tabel 5.2. sungai Hwang Ho mempunyai kecepatan degradasi tertinggi sebesar
1,75 mm/ tahun dengan Volume sedimen 1900 x106 ton/ tahun dan konsentrasi sedimen
15000 mg/ l sedangkan sungai Rhine mempunyai kecepatan deradasi terendah sebesar
0,001 mm/ tahun dengan Volume sedimen 0,72 x106 ton/ tahun dan konsentrasi
sedimen 10 mg/ l.

5.3. Konfigurasi dasar (Bedforms)

Pada saluran dengan dasar mobile bed (material sedimen non kohesif yang dapat
bergerak), terjadi interaksi antara aliran dengan dasar. Perubahan aliran dapat
menyebabkan terjadinya perubahan konfigurasi dasar (tinggi kekasaran); dan
sebaliknya, perubahan kekasaran akan mempengaruhi aliran itu sendiri.

Pada aliran dalam saluran terbuka, angka Froude, Fr, sering digunakan sebagai kriteria
suatu aliran. Untuk tujuan klasifikasi konfigurasi dasar (bedforms), dibedakan 3 regim
aliran, yaitu :

 Lower flow regime, Fr < 1.


 Transition flow regime, Fr ≈ 1.
 Upper flow regime, Fr > 1.
Untuk aliran di atas dasar berpasir konfigurasi dasarnya dikelompokkan sebagai berikut:

 Aliran subkritis, Fr < 1 (lower flow regime)


Flat bed, kecepatan aliran sama dengan kecepatan kritis sehingga konfigurasi
dasar belum terjadi.
Ripple, Ukuran sedimen D < 600 mikrometer (600x 106 m) dengan panjang 5-10
cm dan tinggi 1 cm kemudian akan terus berkembang seiring bertambahnya
tegangan gesek dari dasar saluran

Dunes, Untuk seluruh ukuran sedimen dan bertambahnya tegangan gesek dunes
akan bertambah. Dunes mempunyai karakter lebih dari dua dimensi, lebih
panjang dan tinggi dibanding ripple.
 Aliran kritis dan superkritis, Fr ≥ 1 (upper flow regime)
Plane bed, washed out dunes. Jika kecepatan sangat jauh bertambah the dunes
akan tererosi dan terjadi konfigurasi dasar sehingga dasar menjadi datar kembali
transport sedimen menjadi besar.
Antidunes, Semakin bertambahnya kecepatan yang ditandai dengan perubahan
muka air yang tidak stabil menyebabkan dasar saluran berubah menjadi
antidunes
Chutes and pools, terjadi saat kecepatan aliran sangat tinggi melebihi kecepatan
aliran saat antidunes.
Berikut disajikan ilustrasi dari perbedaan konfigurasi dasar pada sungai Rhine di
Lobith (perbatasan Jerman-Belanda) selama banjir pada bulan januari 1995 yang
tersaji pada gambar 5.1. Pengukuran konfigurasi dasar menggunakan
echosounder dengan profil memanjang.

Gambar 5.1. Perubahan konfigurasi dasar selama banjir di Sungai Rhine


5.4. Kasifikasi Transpor Sedimen (Bedforms)

Transpor sedimen diklasifikasikan berdasarkan sumber asalnya dan mekanisme


transpornya disajikan dalam gambar 5.2. sebagai berikut ;

Gambar 5.2. Klasifikasi transport sedimen

Transpor material dasar adalah transor (pergerakan) material yang ditemukan di dasar
sungai.

Wash load: sedimen yang tidak ditemukan di dasar sungai karena secara permanen
tersuspensi.

Bed load: sedimen yang secara kontinu berada di dasar sungai, terangkut secara
menggelinding, menggeser, melompat.

Suspended load: Sedimen yang tersuspensi oleh turbulensi aliran dan tidak berada di
dasar sungai

Berdasarkan mekanisme transpornya sedimen suspense terbagi menjadi dua yaitu wash
load dan bed material transport. Wash load adalah material yang lebih halus
dibandingkan material dasar saluran. Biasanya ukuran butirannya rata-rata D50 = 60
mikrometer untuk mudah membedakan antara wash load dan bed material load.
Transport sedimen secara umum dinyatakan sebagai berat / volume kering per waktu
atau bulk volume yang memasukkan angka pori kedalam volume tetap per unit waktu.

Untuk pengukuran ketiga jenis transport sedimen (wash load, bed load, suspended load)
dibutuhkan alat dan metode khusus. Sebelum mendiskripsikan metode pengambilan dan
elaborasi data perlu dipahami perbedaan ketiga jenis transport sedimen tersebut.

5.4.2. Bed load

Sedimen dasar adalah transpor dari butiran sedimen secara menggelinding, menggeser
dan melompat yang terjadi di dasar saluran. Secara umum konfigurasi dari pergerakan
sedimen membentuk konfigurasi dasar seperti dunes, ripple,etc. Banyak formulasi yang
telah dikembangkan untuk mendiskripsikan mekanisme dari sedimen dasar yang
dilakukan dengan eksperimen di laboratorium atau pun dengan memodelkan fenomena
tersebut. Kebanyakan dari persamaan sedimen dasar ini menggunakan angka-angka
empirik yang bersifat konstan. Sebagian besar formulasi sedimen dasar yang ada
menunjukkan hubungan antara parameter transpor dan parameter aliran..

Parameter transpor
𝑇
𝑋= 𝑑𝑖𝑚𝑒𝑛𝑠𝑖𝑜𝑛𝑙𝑒𝑠𝑠 (Pers. 5.1)
∆.𝑔.𝐷 3

Parameter aliran
∆𝐷
𝑌= 𝑑𝑖𝑚𝑒𝑛𝑠𝑖𝑜𝑛𝑙𝑒𝑠𝑠 (Pers. 5.2)
𝜇.ℎ.𝑆

Meyer-Peter/ Muller memberikan fungsi sedimen dasar dengan hubungan antara X dan
Y sebagai berikut:

𝑋 = 13.3 𝑌 −1 − 0.047 3/2


(Pers. 5.3)

5.4.2. Suspended load

Sedimen layang (suspensi) adalah transpor butiran dasar yang tersuspensi oleh gaya
gravitasi yang diimbangi gaya angkat yang terjadi pada turbulensi aliran. Itu berarti
butiran dasar terangkat ke atas lebih besar atau kecil tapi pada akhirnya akan
mengendap dan kembali ke dasar sungai. Banyak persamaan sedimen suspensi yang
telah dikembangkan seperti persamaan Engelund dan Hansen namun persamaan ini
tidak memberikan informasi yang cukup terkait distribusi konsentrasi dari butiran pada
arah vertical, besarnya konsentrasi (C) ditentukan secara teoritik Dalam banyak kasus
pengukuran sedimen supensi dilakukan di lapangan agar diketahui distribusi konsentrasi
arah vertikal untuk berbagai jenis transport sedimen yang tersaji pada gambar 5.3.
Gambar 5.3. Distribusi konsentrasi arah vertikal (setelah; Hayes, 1978)

5.4.3. Wash load

Wash load adalah transpor butiran sedimen yang berukuran kecil dan halus dibanding
dengan sedimen dasar juga sangat jarang ditemukan didasar sungai. Besarnya wash load
banyak ditentukan oleh karakteristik klimatologi dan erosi dari daerah tangkapan
(catchment area). Dalam perhitungan gerusan lokal (local scouring) wash load tidak
begitu penting sehingga diabaikan namun untuk perhitungan sedimentasi di daerah
dengan kecepatan aliran yang rendah seperti: waduk, pelabuhan, cabangan sungai wash
load diperhitungkan.

5.5. Pegukuran transport sedimen

Banyak alat dan metode untuk pengukuran berbagai jenis sedimen seperti: sedimen
dasar, sedimen suspensi, dan wash load telah dikembangkan, namun tidak semua alat
akan dijelaskan pada bab ini hanya beberapa alat yang secara umum sering digunakan
untuk pengukuran. Beberapa organisasi dengan pengalaman yang luas di bidang survei
hidrometri secara kontinu mengembangkan alat-alat yang sudah ada dan
mengembangkan penemuan-penemuan alat dan metode baru. Beberapa alat dan metode
untuk pengukuran transpor sedimen tersaji pada tabel 5.3.

Tabel 5.3. Beberapa alat dan metode untuk pengukuran transport sedimen.
5.5.1. Bed load Transport Meter Arnhem (BTMA)

BTMA adalah alat untuk mengukur sedimen dasar yan berupa pasir dan kerikil yang
berada pada dasar sungai/ saluran. Keuntungan dari alat adalah mempunyai konstruksi
yang kuat, simple juga mudah diperbaiki dan dipelihara. Kelemahannya adalah karena
dimensinya besar dan berat sehingga membutuhkann penanganan yang lebih. Adapun
ilustrasi gambarnya tersaji pada gambar 5.4. Kecepatan aliran harus lebih kecil atau
sama dengan 2,5 m/s. Pengukuran sedimen dasar dengan BTMA atau HS mempunyai
beberapa asumsi sebagai berikut ;

 Tidak ada sedimen layang yang masuk


 Tinggi dari mulut sampler bersesuaian dengan ketebalan dari lapis dasar
(bedlayer)
 Ukuran butiran antara 60-300 mikrometer diabaikan

Gambar 5.4. Bedload Transport Meter Arnhem (setelah: Nedeco, 1973)


Gambar 5.5. Alat penangkap sedimen dasar tipe USBLH-84 dan HS

Prinsip kerjanya adalah rangka (frame) dimasukkan ke dalam sungai setelah sampai
didasar lalu ditekan pada bagian leaf spring. Bentuk dari wire mesh sampler
menyebabkan tekanan yang rendah di belakang alat sehingga air dan material dasar
terangkut masuk ke dalam mulut penangkap sedimen (sampler mouth). Butiran sedimen
dasar yang kasar dapat ditangkap oleh wire mesh sampler, BTMA menangkap material
yang lebih kasar dari 300 mikrometer (secara teoritik) sedangkan material diantara 60-
300 mikrometer akan lolos. Hal perlu diperhatikan dalam pengukuran di lapangan
dengan BTMA ini adalah pengambilan sampel dilakukan pada sungai yang lurus (stabil)
agar kondisi dasar saluran stabil sehingga memudahkan pengukuran, kecermatan dalam
pengukuran terkait kondisi hidraulik juga perlu perhatikan (kedalaman, kecepatan
aliran, ukuran butiran, kemiringan).

Cara pengambilan sampel

Sebaiknya sebelum pengambilan sampel dilakukan pengukuran kedalaman secara


longitudinal terlebih dahulu (sounding) agar memudahkan estimasi peletakkan BTMA
atau sejenisnya. Sedimen dasar diukur dengan bantuan perahu dengan cara menurunkan
alat BTMA atau sejenisnya ke dasar, dengan menentukan jarak panjang sampel yang
diukur (L) bergantung pada kedalaman, kecepatan aliran, dan jenis alat juga harus
mempunyai jarak panjang yang besar dibanding dengan dunes (panjang konfigurasi
dasar) L ≥ λ sampel diambil secara acak dengan waktu dua menit. Ilustrasi tersaji pada
gambar 5.6 kasus A.Sedangkan untuk L = λ atau L < λ (kasus B) pengambilan sampel
harus acak dan berbeda posisi, iliustrasi tersaji pada gambar 5.6. kasus B.
Gambar 5.6. Posisi perahu saat pengambilan sampel pada dasar pasir
(setelah: jansen, 1979)

Elaborasi
Sepuluh sampel yan diambil dengan menggunakan BTMA dirata-ratakan dan volume
dari rata-rata sampel atau sampel yang telah diambil dikonversi kedalam transport
harian (m3/ 24 jam/ m) dengan kurva kalibrasi BTMA yang tersaji pada gambar 5.7.
Kurva kalbrasi ini berdasarkan uji laboratorium dengan persamaan sebagai berikut

𝛼.𝑣.𝑓
𝑇𝑖 = (Pers 5.4)
𝑏

Gambar 5.7. Kurva kalibrasi BTMA (setelah ; Nedeco, 1973)


Setelah mensubstitusi persamaan (5.4) dengan kurva kalibrasi BTMA didapatkan
persamaan baru yaitu Ti = 0.017 v sehingga total transport T arah melintang menjadi

𝑇𝑖 = 𝑏𝑖. 𝑇𝑖 (Pers. 5.5)

Dimana,

Ti = Transpor sedimen arah melntang (m3/ 24 jam)

bi = Lebar dasar sungai/ saluran yang mewakili Ti (m)

5.5.2. Delft Bottle

Botol Delft (Delftsen Fles, D.F) adalah alat untuk mengukur sedimen layang/ suspensi
pada sungai. Pengukuran dilakukan mulai dari permukaan sampai 0,5 m diatas dasar
sungai, untuk pengukuran dibawah permukaan digunakan alat bantu kabel sedangkan
yang mendekati dasar digunakan rangka (frame). Interval pengukuran tergantung
kebutuhan data semakin banyak semakin baik.

Prinsip kerjanya adalah sedimen layang yang terkandung pada air akan melewati mulut
botol delft, bentuk mulut tersebut menginduksi tekanan rendah di belakang alat (outlet)
sehingga kecepatan air tinggi dan pada akhirnya air dapat masuk kedalam mulut botol
delft. Di bagian dalam botol, kecepatan aliran akan berkurang dan menyebabkan
sedimen mengendap di dalam botol tersebut. Material yang mengendap diambil
kemudian diukur volumenya setelah air dalam botol delft keluar. Biasanya ukuran
butiran sedimen lebih besar dari 50 mikrometer. Botol delft meloloskan sebagian
sampel jika 100 % dari butiran D < 50 mikrometer, sebagian ukuran butirannya 50 < D
< 100 mikrometer. Oleh karena efisiensi dari botol delft adaah fungsi distribusi ukuran
butiran material suspensi. Keuntungannya memepunyai konstruksi yang kuat dan simple
juga mudah untuk dipelihara dan mudah digunakan untuk berbagai kedalaman.

Sampling

Sampel sedimen layang diambil dengan botol Delft yang diturunkan dari perahu
kedalam sungai dengan bantuan kabel. Kedalaman alat ditentukan oleh kuantitas paid-
out cable dan menunjukan counter block. Saat botol Delft tenggelam untuk sementara,
alat akan menjadi landai pada arah belakang. Setelah alat diisi dengan air
menurunkannya dengan cepat untuk mengetahu kedalaman. Waktu sampling mulai
diukur dengan stop-watch selama tiga menit sudah memberikan hasi yang baik. Botol
Delft diangkat kembali ke perahu, setelah perhitungan total sedimen. Secara umum
sampel diambil dengan interval 1,5 m dan diukur secara vertikal dengan mengambil
lima sampel dengan interval 10 cm. . Berikut disajikan pada gambar 5.8 alat Botol Delft
dengan bagian-bagian kerangkanya kemudian gambar 5.9. menunjukkan beberapa
kedalaman yang akan diukur juga tabel 5.4 form perhitungan pengukuran sedimen dasar
dan layang.

Gambar 5.8. Skets Botol Delft

Gambar 5.9 Botol Delft dengan variasi pengukuran


Tabel 5.4 Formulir perhitungan pengukuran sedimen dasar dan sedimen layang
5.5.2. Water Sampler

Water sampler digunakan untuk mengukur konsentrasi wash load terdiri dari botol,
rubber stopper, suspension-line, heavy weight meta body. Pengukuran dilakukan dengan
menurunkan water sampler ke dalam sungai dengan kedalaman yang fix dalam waktu
tertentu hingga botol terisi wash load yang cukup, setelah terisi diangkat lalu ditandai
sesuai lokasi pengambilan sampel. Keuntungannya adalah mempunyai berat yang
ringan sehingga memungkinkan untuk dibawa dengan tangan dan dapat juga digunakan
untuk survey pendahuluan. Kelemahannya adalah posisi water sampler saat
pengambilan sampel mengganggu pola aliran sehingga tidak dapat digunakan untuk
mengukur total sedimen yang terangkut oleh sungai. Wash load terdiri atas butiran yang
sangat halus dan tidak terpengaruh oleh distorsi aliran, hasil pengukuran lalu
dielabaorasi sehingga didapatkan estimasi besarnya transpor wash load. Ada banyak
jenis alat water sampler dua diantara yaitu metal water sampler dan Perspex water
sampler ilustrasinya tersaji pada gambar 5.10 dan 5.11

Gambar 5.10. Metal Water Sampler (setelah; Nedeco, 1973)


Gambar 5.11. Perspex Water Sampler (setelah: Nedeco, 1973)

(Pers. 5.6)

5.6. Ukuran butiran

Berbagai metode digunakan untuk menganalisis ukuran butiran seperti: metode


sedimentasi untuk ukuran butiran lumpur sampai lanau, juga untuk ukuran butiran pasir
sampai kerikil. Analisis ini memberikan hasil kurva distribusi ukuran butiran, dari kurva
ini kebutuhan informasi untuk penghitungan sedimen dasar dapat diketahui. Diameter
nominal, dn, dari butiran didefinisikan sebagai diameter bola yang mempunyai volume
yang sama dengan volume butiran Diameter jatuh (fall velocity), dari butiran
didefenisikan sebagai diameter bola dengan berat jenis spesifik 2,65 yang mempunyai
kecepatan jatuh standar sama dengan kecepatan jatuh butiran. Kecepatan jatuh standar
didefinisikan sebagai kecepatan jatuh dari butiran dalam air suling pada suhu 24°C.
Diameter sedimentasi adalah merupakan diameter bola yang mempunyai berat spesifik
dan kecepatan pengendapan yang sama dengan butiran sedimen, dalam zat cair yang
sama dan pada kondisi yang sama pula. Diameter saringan, paling sering digunakan.
untuk menentukan ukuran butiran dengan saringan, digunakan beberapa saringan
dengan ukuran lubang yang berbeda. Pengukuran diameter butiran dengan cara ini
dilakukan untuk butiran yang mempunyai diameter lebih besar dari 0.0625 mm, sesuai
dengan ukuran saringan terkecil. Tabel 5.5 menyajikan karakteristik kekuatan dan
struktur dari butiran

Tabel 5.5. Tabel karakteristik kekuatan dan struktur (setelah; Hayes, 1959)

Bentuk butiran adalah merupakan salah satu sifat sedimen yang sering dianggap ikut
berpengaruh terhadap proses angkutan sedimen. Untuk menyatakan butiran sering
digunakan koefisien / parameter tersebut pada prinsipnya dapat dikelompokkan menjadi
3 bagian, yaitu:
– koefisien yang didasarkan pada volume butiran,
– koefisien yang didasarkan pada proyeksi luasan butiran, dan
– koefisien yang didasarkan pada sumbu triaxial (sumbu panjang, sumbu pendek dan
sumbu menengah)

Nilai Shape factor didasarkan pada nilai-nilai sumbu triaxial yang saling tegak lurus;
yaitu sumbu panjang, a, sumbu menengah, b, dan sumbu pendek, c.

𝑐= 𝑎. 𝑏 (Pers. 5.7)

Untuk butiran berbentuk bola, nilai shape factor ini akan sama dengan satu, sedangkan
untuk butiran dengan bentuk selain bola, nilai shape factor lebih kecil dari satu. Shape
factor (faktor bentuk), mempengaruhi besar kecilnya hambatan aliran, CD

(Pers. 5.8)

Hubungan antara kecepatan pengendapan dan diameter ukuran butiran, shape factor,
dan angka Reynolds tersaji pada gambar 5.12.

Gambar 5.12. Kurva hubungan antara kecepatan pengendapan dengan diameter ukuran
butiran, shape factor, angka Reynolds
Sedangkan untuk analisis ukuran butiran yang lolos ayakan disajikan pada tabel 5.6 dan
digrafikikan pada kertas semilogaritmik yang disajikan pada gambar 5.13.

Tabel 5.6. Tabel analisis ukuran butiran yang lolos ayakan

Gambar 5 .13 Kurva hubungan antara diameter ukuran butiran dan persentase butiran
yang lolos ayakan.
5.7. Standar Internasional

Standar internasional digunakan untuk mengkoreksi hasil perhitungan pengukuran


transport sedimen.

Daftar Pustaka

Boiten, W, 2003, Hydrometry, A.A Balkema Publisher Member of Swets and Zeitlinger
Publisher, Lisse-Netherlands.

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai