berupa beban kendaraan, berat sendiri girder dan beban lainnya yang
berada di atas girder tersebut ke bagian struktur bawah. Alasan
penggunaan girder beton prategang adalah girder jembatan merupakan
structural yang langsung menerima beban lalu-lintas setalah slab yang
kemudian menyalurkan beban tersebut ke kolom dan diteruskan ke
pondasi.
Stressing girder adalah proses penarikan kabel tendon yang ada didalam
girder untuk menjadikan girder sebagai beton prategang. Pemberian
tegangan pada kabel tendon (stressing) dapat dilakukan dengan dua
sistem, pretensioning dan post-tensioning.
Sistem inilah yang digunakan dalam proses stressing U girder yang kan
saya bahas pada tulisan ini. Ketika memilih post-tensioning hal yang
harus diperhatikan adalah jarak dari lokasi proyek ke pabrik produsen
girder tersebut, pengiriman girder akan menggunakan container, panjang
container disesuaikan dengan panjang girder, maka dari itu jarak juga
harus dipertimbangkan karena ketika membutuhkan girder yang sangat
panjang perlu pengiriman girder beberapa kali, biasanya 1 kontainer 1
segmen atau 2 segmen girder, tergantung ukuran girder tersebut, yang
nantinya akan di disambung menjadi satu kesatuan.
Sistem single adalah sistem stressing kabel strand dengan hanya menarik
salah satu ujung kabel strand saja. Sedangkan untuk sistem double
adalah sistem penarikan kabel strand dengan mearik kedua ujung kabel.
Metode Stressing
Ada dua metode dan cara pelaksanaan stressing, yaitu metode satu arah
(non balas) dan dua arah (balas) dan cara pre tension dan post-tension.
Pada tulisan ini akan membahas metode perhitungan dan pelaksanaan
VSL dengan alat standart VSL yang telah di-patenkan. VSL merupakan
singkatan dari Voorspan System Loesinger yang diciptakan oleh Loesinger
pada tahun 1917 di Bern, Swiss dan dipatenkan pada tahun 1954.
Disain Material
- Baja Prategang
Baja pada konstruksi beton prategang merupakan penyebab terjadinya
pemendekan pada beton dikarenakan pengaruh rangkak dan susut.
Kehilangan gaya prategang pada baja sesaat setelah penegangan pada
baja akibat gesekan disepanjang tendon atau saat pengangkuran ujung
(draw-in) akan mempengaruhi gaya prategang pada beton dengan angka
yang cukup signifikan.
Relaksasi Baja
Jika baja prategang ditarik hingga mencapai perpanjangan yang constant
dan dijaga tetap pada selang waktu tertentu maka akan terlihat gaya
prategang pada baja tersebut akan berkurang secara perlahan, besarnya
kehilangan tergantung waktu dan suhu. Kehilangan gaya prategang
seperti ini disebut dengan relaksasi baja (R).
Menurut besar nilai relaksasinya, baja prategang terbagi dua jenis yaitu
baja prategang relaksasi normal dan baja prategang relaksasi rendah.
Untuk pemakaian jangka panjang, baja prategang relaksasi rendah lebih
sering dipergunakan karena lebih menguntungkan. Percobaan untuk
mengetahui besarnya nilai relaksasi baja dilakukan dalam waktu 1000
jam pada tegangan konstan pada suhu 20 derajat Celcius.
Beton
Beton yang digunakan untuk konstruksi beton prategang memiliki
komposisi standart yaitu semen, air, agregat dan jika perlu ditambahkan
admixture. Besar perbandingan antar ketiga bahan tersebut tergantung
mutu beton yang akan dicapai. Beton untuk beton prategang biasanya
merupakan beton bermutu tinggi. Menurut ACI, beton yang boleh
mengalami prategang adalah beton yang telah berumur 28 hari dengan
kuat tekan beton telah mencapai 30 sampai 40 MPA.
Dalam segala hal, beton dengan kuat tekan (benda uji silinder) yang
kurang dari 20 MPa tidak dibenarkan untuk digunakan dalam pekerjaan
struktur beton untuk jembatan, kecuali untuk pembetonan yang tidak
dituntut persyaratan kekuatan. Dalam hal komponen struktur beton
prategang, sehubungan dengan pengaruh gaya prategang pada tegangan
dan regangan beton, baik dalam jangka waktu pendek maupun jangka
panjang, maka kuat tekan beton disyaratkan untuk tidak lebih rendah
dari 30 MPa.
Kuat tekan
Kuat tekan beton tergantung dari jenis campuran, besaran agregat,
waktu dan kualitas perawatan. Beton dengan kekuatan tinggi jelas jauh
lebih menguntungkan. Kuat tekan beton f`c didasarkan pada pengujian
benda uji slinder standart 6in. x 12in. yang diolah pada kondisi
laboratorium standart dan diuji pada laju pembebanan tertentu selama 28
hari. Spesifikasi standart yang digunakan di Indonesia adalah dari SNI.
Kuat Tarik
Untuk komponen struktur yang mengalami lentur, nilai modulus reptur fr
(bukan kuat belah tarik f`t) digunakan dalam desain. Modulus reptur
diukur dengan cara menguji balok beton polos berpenampang
bujursangkar 6 in. hingga gagal dengan bentang 18 in. dan dibebani
dititik-titik sepertiga bentang (ASTM C-78). Besarnya modulus reptur
lebih besar disbanding kuat tarik belah beton. Dari Pedoman Beton 1988,
Chapter 3 besar modulus reptur adalah
Fr = 0.6 * √fc`
Kuat geser
Kuat geser lebih sulit ditentukan dengan cara eksperimental dibandingkan
dengan pengujian-pengujian lainnya dikarenakan sulitnya untuk
mengisolasi tegangan geser dari tegangan lainnya. Hal ini mengakibatkan
perbedaan hasil besarnya kuat geser beton yang dilaporkan diberbagai
studi literature, mulai dari 20% hingga 85% dari kuat tekan pada kasus-
kasus dimana geser langsung terjadi bersamaan dengan tekan. Kontrol
desain structural jarang didasarkan pada kuat geser karena besarnya
kuat geser itu sendiri dibatasi secara kontiniu pada nilai yang lebih kecil
untuk mencegah beton mengalami tarik diagonal.
Asumsi ini karena deformasi awal yang tercatat hanya berupa sedikit efek
yang bergantung pada waktu, terlihat bahwa laju rangkak berkurang
seiring bertambah waktu. Rangkak tidak dapat diamati secara langsung,
namun dapat ditentukan dengan mengurangkan regangan elastis dengan
regangan susut dari deformasi total. Meskipun rangkak dan susut
merupakan fenomena yang tidak independent, dapat diasumsikan bahwa
superposisi tegangan berlaku.
Susut
Pada dasrnya ada dua jenis susut, susut plastis dan susut pengeringan.
Susut plastis terjadi selama beberapa jam pertama sesudah pengecoran
beton segar dicetakan. Permukaan yang diekspose seperti plat lantai akan
lebih dipengeruhi oleh udara kering karena besarnya permukaan udara
kontak.. Susut pengeringan terjadi sesudah beton mongering dan
sebagian besar proses hidrasi kimiawi dipasta semen telah terjadi.