Anda di halaman 1dari 10

Girder adalah bagian struktur atas yang berfungsi menyalurkan beban

berupa beban kendaraan, berat sendiri girder dan beban lainnya yang
berada di atas girder tersebut ke bagian struktur bawah. Alasan
penggunaan girder beton prategang adalah girder jembatan merupakan
structural yang langsung menerima beban lalu-lintas setalah slab yang
kemudian menyalurkan beban tersebut ke kolom dan diteruskan ke
pondasi.

Precast Concrete U (PCU) Girder


Precast Concrete U (PCU) sebagai girder yang terdiri dari balok beton
(concrete) segmental pre-cast, yang menggunakan sistem konstruksi
beton prategang. Dengan menggunakan konstruksi beton prategang,
girder dapat didesain dengan efektif dan efisien juga ekonomis namun
mampu menanggung beban konstruksi yang telah direncanakan.
Penggunaan beton bertulang biasa akan menyebabkan dimensi beton dan
baja tulangan girder sangat besar, yang mengakibatkan konstruksi
tersebut tidak lagi efektif, efisien dan ekonomis.

Pekerjaan Erection PCU Girder merupakan pekerjaan untuk menempatkan


balok-balok U Girder ke Pier Head. Namun sebelum dilakukannya erection
girder, pekerjaan penting yang harus dilakukan pada girder adalah proses
stressing.

Stressing girder adalah proses penarikan kabel tendon yang ada didalam
girder untuk menjadikan girder sebagai beton prategang. Pemberian
tegangan pada kabel tendon (stressing) dapat dilakukan dengan dua
sistem, pretensioning dan post-tensioning.

Pre-tensioning adalah prinsip cara penegangan dengan tendon


ditegangkan dengan alat pembantu sebelum tendon dicor atau sebelum
beton mengeras dan gaya prategang dipertahankan sampai beton cukup
keras.
Post-tensioning adalah prinsip cara penegangan dengan kondisi beton
yang telah terlebih dahulu dicor dan dibiarkan mengeras sebelum diberi
gaya prategangan.

Sistem inilah yang digunakan dalam proses stressing U girder yang kan
saya bahas pada tulisan ini. Ketika memilih post-tensioning hal yang
harus diperhatikan adalah jarak dari lokasi proyek ke pabrik produsen
girder tersebut, pengiriman girder akan menggunakan container, panjang
container disesuaikan dengan panjang girder, maka dari itu jarak juga
harus dipertimbangkan karena ketika membutuhkan girder yang sangat
panjang perlu pengiriman girder beberapa kali, biasanya 1 kontainer 1
segmen atau 2 segmen girder, tergantung ukuran girder tersebut, yang
nantinya akan di disambung menjadi satu kesatuan.

PCU Girder & Strands

Di Indonesia girder yang umum dipakai adalah girder berbentuk box


girder dan I girder atau disebut PCI girder, mungkin karena produsen
girder belum memiliki pabrikasi untuk cetakan U girder.

Baca: Perencanaan Teknis Perhitungan PCI Girder Jembatan

Penggunaan sistem post-tensioning dipilih karena pertimbangan:


1) Keterbatasan lahan di proyek FO Amplas untuk menjadi lokasi pencetakan
girder.
2) Dibutuhkan bentuk tendon yang melengkung. Pengerjaan stressing
dengan cara pre-tension akan sulit untuk membentuk tendon yang
melengkung.
3) Dengan panjang bentang girder 37,9 m, penggunaaan sistem pre-tension
akan mahal dalam hal begisting.
4) Kemudahan pelaksanaan

Metode kerja stressing girder post-tensioning mengutamakan baja dalam


posisi seperti profil yang telah ditentukan, lalu dicor dalam beton
(grouting), lekatan dihindarkan dengan menyelubungi baja dengan
membuat saluran/pipa untuk instalasi kabel. Post-tensioning terdiri atas
dua cara, sistem single dan double.

Sistem single adalah sistem stressing kabel strand dengan hanya menarik
salah satu ujung kabel strand saja. Sedangkan untuk sistem double
adalah sistem penarikan kabel strand dengan mearik kedua ujung kabel.

Di samping itu, perencanaan harus memperhatikan faktor integriti


komponen-komponen struktur maupun keseluruhan jembatan, dengan
mempertimbangkan faktor-faktor berikut:

1) Kontinuitas dan redundansi.


2) Semua komponen struktur jembatan harus mempunyai ketahanan yang
terjamin terhadap kerusakan dan instabilitas sesuai umur jembatan yang
direncanakan.
3) Aspek perlindungan eksternal terhadap kemungkinan adanya beban yang
tidak direncanakan atau beban berlebih.

Metode Stressing
Ada dua metode dan cara pelaksanaan stressing, yaitu metode satu arah
(non balas) dan dua arah (balas) dan cara pre tension dan post-tension.
Pada tulisan ini akan membahas metode perhitungan dan pelaksanaan
VSL dengan alat standart VSL yang telah di-patenkan. VSL merupakan
singkatan dari Voorspan System Loesinger yang diciptakan oleh Loesinger
pada tahun 1917 di Bern, Swiss dan dipatenkan pada tahun 1954.

Girder beton prategang haruslah menggunakan bahan bermutu tunggi


agar mampu menerima gaya prategang dan gaya eksternal yang besar
yang akan berkerja pada girder. Pada girder FO Amplas tahapan
pekerjaan yang harus diselesaikan hingga mencapai pekerjaan
pengangkatan girder (erection) adalah sebagai berikut:

1) Perhitungan prategang girder


2) Pelaksanaan stressing girder dan grouting
3) Erection girder

Disain Material
- Baja Prategang
Baja pada konstruksi beton prategang merupakan penyebab terjadinya
pemendekan pada beton dikarenakan pengaruh rangkak dan susut.
Kehilangan gaya prategang pada baja sesaat setelah penegangan pada
baja akibat gesekan disepanjang tendon atau saat pengangkuran ujung
(draw-in) akan mempengaruhi gaya prategang pada beton dengan angka
yang cukup signifikan.

Untuk tujuan ke-efektif-an desain, total kehilangan gaya prategang harus


relatif kecil dibandingkan gaya prategang yang berkerja. Kondisi ini
dipengaruhi oleh jenis baja prategang yang digunakan dalam konstruksi.
Pada proyek FO Amplas baja yang digunakan adalah baja strand sebagai
tulangan prategang dan baja tulangan biasa sebagai tulangan geser.

Baja yang digunakan sebagai tulangan prategang merupakan jenis


uncoated stress relieve seven wire strand low relaxation. Baja strand
merupakan jenis yang paling banyak digunakan untuk penegangan post-
tension. Strand yang digunakan pada proyek ini sesuai spesifikasi ASTM
A416. Baja strand difabrikasi dengan memuntir beberapa kawat secara
bersamaan. Seven wire strand terdiri dari 7 (tujuh) untaian kawat,
dengan posisi kawat 1 (satu) untai ditengah dan 6 (enam) sisanya
mengelilingi satu kawat pusat. Strand low relaxation digunakan untuk
mencapai konstruksi yang efisien.

Kawat-kawat stress-relived adalah kawat tunggal yang ditarik dingin yang


sesuai dengan standart ASTM A421; strss-relived strand mengikuti
standart ASTM A 416. Strand terbuat dari tuju buah kawat dengan
memuntir enam diantaranya pada pitch sebesar 12 sampai 16 kali
diameter disekeliling kawat lurus yang sedikit lebih besar. Pelepasan
tegangan dilakukan setelah kawat-kawat dijalin menjadi strand.

Jenis Kawat baja Prategang:

Kawat tunggal (wire)


Kawat tunggal ini biasanya dipergunakan dalam beton prategang
dengan system pra-tarik (pretension method).

Untaian kawat (strand)


Untaian kawat ini biasanya dipergunakan dalam beton prategang dengan
system pasca-tarik (post-tension).

Kawat batangan (bar)


Kawat batangan ini biasanya digunakan untuk beton prategang dengan
system pra-tarik (pretension). Jenis-jenis lain tendon yang sering
digunakan untuk beton prategang pada sitem pre-tension adalah seven-
wire strand dan single-wire. Untuk seven-wire ini, satu bendel kawat teriri
dari 7 buah kawat, sedangkan single wire terdiri dari kawat tunggal.

Tabel Tipikal Baja Prategang:

Baja Prategang Diameter Luas Beban Putus Tegangan Tarik


(mm) (mm2) (kN) (Mpa)

Kawat Tunggal 3 7.1 13.5 1900


(wire)

4 12.6 22.1 1750

5 19.6 31.4 1600

7 38.5 57.8 1500

8 50.3 70.4 1400

Untaian Kawat 9.3 54.7 102 1860


(strand)

12.7 100 184 1840

15.2 143 250 1750

Kawat Batangan 23 415 450 1080


(bar)

26 530 570 1080

29 6680 710 1080

32 804 870 1080

38 1140 1230 1080

Relaksasi Baja
Jika baja prategang ditarik hingga mencapai perpanjangan yang constant
dan dijaga tetap pada selang waktu tertentu maka akan terlihat gaya
prategang pada baja tersebut akan berkurang secara perlahan, besarnya
kehilangan tergantung waktu dan suhu. Kehilangan gaya prategang
seperti ini disebut dengan relaksasi baja (R).
Menurut besar nilai relaksasinya, baja prategang terbagi dua jenis yaitu
baja prategang relaksasi normal dan baja prategang relaksasi rendah.
Untuk pemakaian jangka panjang, baja prategang relaksasi rendah lebih
sering dipergunakan karena lebih menguntungkan. Percobaan untuk
mengetahui besarnya nilai relaksasi baja dilakukan dalam waktu 1000
jam pada tegangan konstan pada suhu 20 derajat Celcius.

Beton
Beton yang digunakan untuk konstruksi beton prategang memiliki
komposisi standart yaitu semen, air, agregat dan jika perlu ditambahkan
admixture. Besar perbandingan antar ketiga bahan tersebut tergantung
mutu beton yang akan dicapai. Beton untuk beton prategang biasanya
merupakan beton bermutu tinggi. Menurut ACI, beton yang boleh
mengalami prategang adalah beton yang telah berumur 28 hari dengan
kuat tekan beton telah mencapai 30 sampai 40 MPA.

Dalam segala hal, beton dengan kuat tekan (benda uji silinder) yang
kurang dari 20 MPa tidak dibenarkan untuk digunakan dalam pekerjaan
struktur beton untuk jembatan, kecuali untuk pembetonan yang tidak
dituntut persyaratan kekuatan. Dalam hal komponen struktur beton
prategang, sehubungan dengan pengaruh gaya prategang pada tegangan
dan regangan beton, baik dalam jangka waktu pendek maupun jangka
panjang, maka kuat tekan beton disyaratkan untuk tidak lebih rendah
dari 30 MPa.

Kuat tekan
Kuat tekan beton tergantung dari jenis campuran, besaran agregat,
waktu dan kualitas perawatan. Beton dengan kekuatan tinggi jelas jauh
lebih menguntungkan. Kuat tekan beton f`c didasarkan pada pengujian
benda uji slinder standart 6in. x 12in. yang diolah pada kondisi
laboratorium standart dan diuji pada laju pembebanan tertentu selama 28
hari. Spesifikasi standart yang digunakan di Indonesia adalah dari SNI.
Kuat Tarik
Untuk komponen struktur yang mengalami lentur, nilai modulus reptur fr
(bukan kuat belah tarik f`t) digunakan dalam desain. Modulus reptur
diukur dengan cara menguji balok beton polos berpenampang
bujursangkar 6 in. hingga gagal dengan bentang 18 in. dan dibebani
dititik-titik sepertiga bentang (ASTM C-78). Besarnya modulus reptur
lebih besar disbanding kuat tarik belah beton. Dari Pedoman Beton 1988,
Chapter 3 besar modulus reptur adalah

Fr = 0.6 * √fc`

Kuat geser
Kuat geser lebih sulit ditentukan dengan cara eksperimental dibandingkan
dengan pengujian-pengujian lainnya dikarenakan sulitnya untuk
mengisolasi tegangan geser dari tegangan lainnya. Hal ini mengakibatkan
perbedaan hasil besarnya kuat geser beton yang dilaporkan diberbagai
studi literature, mulai dari 20% hingga 85% dari kuat tekan pada kasus-
kasus dimana geser langsung terjadi bersamaan dengan tekan. Kontrol
desain structural jarang didasarkan pada kuat geser karena besarnya
kuat geser itu sendiri dibatasi secara kontiniu pada nilai yang lebih kecil
untuk mencegah beton mengalami tarik diagonal.

Modulus Elastisitas Beton (Ec)


Modulus elastisitas beton, Ec, nilainya tergantung pada mutu beton, yang
terutama dipengaruhi oleh material dan proporsi campuran beton. Namun
untuk analisis perencanaan struktur beton yang menggunakan beton
normal dengan kuat tekan yang tidak melampaui 60 MPa, atau beton
ringan dengan berat jenis yang tidak kurang dari 2000 kg/m3 dan kuat
tekan.

Rangkak Rangkak atau aliran material lateral adalah peningkatan


regangan terhadap waktu akibat beban yang terus menerus berkerja.
Deformasi awal akibat beban adalah regangan elastis, sementara
regangan tambahan akibat beban yang sama yang terus berkerja adalah
regangan rangkak.

Asumsi ini karena deformasi awal yang tercatat hanya berupa sedikit efek
yang bergantung pada waktu, terlihat bahwa laju rangkak berkurang
seiring bertambah waktu. Rangkak tidak dapat diamati secara langsung,
namun dapat ditentukan dengan mengurangkan regangan elastis dengan
regangan susut dari deformasi total. Meskipun rangkak dan susut
merupakan fenomena yang tidak independent, dapat diasumsikan bahwa
superposisi tegangan berlaku.

Susut
Pada dasrnya ada dua jenis susut, susut plastis dan susut pengeringan.
Susut plastis terjadi selama beberapa jam pertama sesudah pengecoran
beton segar dicetakan. Permukaan yang diekspose seperti plat lantai akan
lebih dipengeruhi oleh udara kering karena besarnya permukaan udara
kontak.. Susut pengeringan terjadi sesudah beton mongering dan
sebagian besar proses hidrasi kimiawi dipasta semen telah terjadi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi susut pengeringan:


- Agregat.
Agregat beraksi menahan susut pada semen. Jadi beton dengan
kandungan agregat lebih banyak akan lebih tahan terhadap susut
- Rasio air/semen.
Semakin tinggi rasio air/semen, semakin besar pula efek susut.
- Ukuran elemen beton.
Semakin besar elemen beton, maka semakin kecil susutnya
- Kondisi kelembaban disekitar.
Pada daerah dengan kelembaban yang tinggi laju susut akan lebih kecil
- Banyaknya penulangan.
Beton bertulang akan lebih sedikit mengalami susut disbanding dengan
beton polos.
- Bahan additive.
Penambahan bahan yang bersifat untuk mempercepat pengerasan beton
akan mengakibatkan beton banyak mengalami susut.
- Jenis semen.
Semen jenis cepat kering akan mengakibatkan beton banyak mengalami
susut.
- Karbonansi.
Susut karbonansi diakibatkan oleh reaksi antara karbondioksida (CO2)
yang ada di atmosfer dan yang ada di pasta semen. Banyaknya susut
gabungan bergantung pada urutan proses karbonasi dan pengeringan.
Jika keduanya terjadi secara simultan, maka susut yang terjadi akan lebih
sedikit.

Anda mungkin juga menyukai