Anda di halaman 1dari 15

MAIN SABO DAM

Secara garis besar dimensi dan bentuk tipikal dari bangunan


DAM Pengatur (Sabo dam) adalah sebagai berikut:

Keterangan Gambar :
1. : Lebar ambang, 6. : Lubang drainase,
2. : Lebar pelimpah, 7. : Lebar kaki,
3. : Sayap, 8. : Panjang lantai,
4. : Kemiringan hulu, 9. : Tinggi sub dam, dan
5. : Kemiringan hilir, 10. : Dinding lantai.

PERENCANAAN KONSTRUKSI BANGUNAN UTAMA


Dalam perencanaan fasilitas sabodam, debit rencana disarankan
dengan periode ulang 10 sampai 50 tahun. Berdasarkan tinggi
sabodam maka studi ini debit rencana diambil dengan periode ulang
50 tahun dan dalam analisa konstruksi maka debit rencana tersebut
dikalikan dengan koefisien konsentrasi sedimen. Debit banjir puncak
obyektif didapat dengan rumus :

Q = Q’ x ( 1 + α )
Dimana :
Q = debit banjir maksimum obyektif (m3/dt)
Q’= debit banjir rancangan (m3/dt)
α = koefisien konsentrasi sedimen

Q’ = 235.347 (m3/dt)
α= 0.1
Q = 258.88 (m3/dt)
Perencanaan Dimensi Pelimpah
Dalam merencanakan pelimpah perlu ditentukan letak dari
pelimpah karena secara langsung akan mempengaruhi
keadaan penampang sungai di bagian hilir ataupun dibagian
hulu pelimpah.
Penempatan pelimpah harus benar-benar pada posisi yang
tepat baik ditinjau dari segi pengamanan alur sungai maupun
dari segi penahanan material sedimen. Untuk itu sebaiknya
pelimpah ditempatkan pada posisi tegak lurus dengan bagian
hilir alur sungai (as sungai). Selain itu pelimpah harus
mempunyai potongan yang cukup untuk mengalirkan air
banjir. Posisinya harus ditentukan berdasarkan kondisi
topografi dan geologi sekitar lokasi sabodam, arah aliran dan
sebagainya.
Bagian pelimpah bendung atau tinggi ruang bebas dibuat
cukup lebar untuk dapat dilalui debit banjir rencana dengan
aman, terutama untuk sabodam yang terletak dibagian hulu.
Lebar Mercu Pelimpah
Lebar dari pelimpah didasarkan pada muka air tertinggi yang
akan terjadi dan disesuaikan dengan keadaan topografi
setempat, terutama harus sesuai dengan lebar sungai dan
keadaan tebing kanan maupun kiri. Untuk menghitung lebar
pelimpah biasanya digunakan rumus empiris “regim teori”
dengan bentuk rumusnya sebagai berikut :

Dimana :
B1 = lebar pelimpah teoritis (m)
α = konstanta ( dicari berdasarkan tabel hub. Luas DAS dgn α )
Qo = debit rancangan dengan sedimen
= 1,12 x Qrancangan

α= 5
Qrcng = 258.88 (m3/dt)
Qo = 289.9475 (m3/dt)
B1 = 85.13922 (m) diambil 85 m
(Jika nilai B1 terlalu lebar, maka dihitung dengan "Pendekatan" kondisi sungai)

Hasil pengamatan langsung pada penampang sungai


Lebar dasar penampang sungai = 26 (m)
Lebar atas penampang sungai = 57.6 (m)
Lebar rata-rata sungai (B rt) = 41.8 (m)

B1 = 41.8 (m) diambil 42


Tinggi muka air di atas pelimpah
Untuk menghitung tinggi muka air di atas pelimpah (ha),
rumus debit yang melalui pelimpah adalah sebagai berikut
(Anonim; JICA, Ringkasan Sabo Desain, 1996/1997):

Dimana :
Q= debit rencana (m3/dt)
C= koefisien (0,60 – 0,66)
g= percepatan gravitasi (9,81 m/dt2)
B1 = lebar peluap bagian bawah (m)
B2 = lebar muka air di atas peluap (m)
h3 = tinggi air di atas peluap (m)
m1 = kemiringan tepi peluap

Bila m1 = 0,5 dan C = 0,6 maka persamaan menjadi :

Tinggi muka air di atas pelimpah dihitung dengan cara coba-coba,


setelah diketahui debit rencana, lebar dasar pelimpah
dan bentuk penampang pelimpah.

Qrcng = 258.8817 (m3/dt) 258.88


C= 0.6
g = 9.81 (m/dt2)
B1 = 42 (m)
m1 = 1 (m)
ha = 2.2 (m)
B2 = 46.5 (m)
Tebal Mercu Pelimpah
Tebal mercu pelimpah, seperti sketsa pada dibawah
dapat ditentukan dengan memperhatikan jenis material dasar
sungai, tipe aliran sedimen dan debit banjir rancangan, seperti
terdapat pada ketentuan mengenai tebal pelimpah yaitu
sebagai berikut:

Kriteria Penentuan Tebal Mercu Pelimpah Dalam BTU

Kriteria Penentuan Tebal Mercu Pelimpah Menurut JICA

Berdasarkan tabel diatas, maka diambil nilai lebar (b):

b= 1 (m)
Tinggi Jagaan Pelimpah
Pada umumnya penentuan tinggi jagaan diambil antara 0,60
meter sampai 1,0 meter. Hal ini disebabkan adanya aliran
sedimen pekat, sehingga kecepatan air menjadi lambat
dengan demikian maka air menjadi lebih tinggi dengan disertai
gelombang air.
Namun demikian tinggi jagaan ini dapat ditambah menjadi
lebih tinggi lagi sesuai dengan keadaan topografi penempatan
as dam. Disamping itu juga untuk menghindari aliran yang
mempunyai permukaan miring akibat belokan alur sungai,
sehingga hal ini akan membahayakan keamanan sayap. Tinggi
jagaan juga dapat mengacu pada debit rancangan yang
terjadi.

Hubungan Antara Debit dan Tinggi Jagaan

Selain itu tinggi jagaan dapat ditentukan berdasarkan


kemiringan dasar sungai.

Hubungan Antara Kemiringan dasar sungai dan Tinggi Jagaan

Berdasarkan tabel diatas, maka diambil tinggi jagaan (H):

H= 0.8 (m)
Perencanaan Tinggi Bangunan Utama
Tinggi bangunan utama sangat berpengaruh terhadap
kapasitas tampungan sedimen. Dalam menentukan tinggi
sabo dam, kemiringan dasar sungai yang akan dicapai
(kemiringan seimbang) setelah adanya bangunan tersebut
harus diketahui lebih dahulu. Kemiringan dasar sungai yang
akan dicapai berdasarkan pengamatan di lapangan biasanya
berkisar 1/2 - 2/3 dari kemiringan dasar sungai asli. Pada
bangunan pengendali sedimen di daerah pegunungan
seringkali pondasi ditempatkan pada posisi mengapung yaitu
di atas lapisan pasir, kerikil dan boulder yang menjadi satu,
maka tinggi bangunan tidak diperbolehkan melebihi 15 meter.

Rumus yang sering digunakan dalam menentukan tinggi


bangunan utama adalah sebagai berikut :

0.0233645

Dimana :
H= tinggi bangunan utama (m) 0.0278009
L= panjang aliran lahar (m)
tg α = kemiringan dasar sungai asli (Io)
tg b = kemiringan dasar sungai rencana (1/2 – 2/3) Io

Io = 0.027
L= 247 (m)
tg α = 0.027 α= 1.55 o

tg β = 0.014 β= 0.77 o

H= 3 (m)
Pondasi Bangunan Utama
Dalam merencanakan pondasi bangunan utama dapat,
ditentukan langsung atau dengan pendekatan empiris. Bila
lapisan pendukungnya cukup kuat, maka penetrasinya cukup
sedalam 1 meter. Bila mengandung pasir dan kerikil, maka
penetrasinya minimal sedalam 2 meter. Hal ini dilakukan
dengan pertimbangan keadaan di lapangan dan
memperhatikan hal-hal dibawah ini :
Lapisan pendukung yang dijumpai di lapangan tidak homogen.
Pertimbangan terhadap bahaya piping dan scouring yang
besar.

Pendekatan empiris memakai rumus sebagai berikut :

Keterangan :
D = kedalaman penanaman pondasi (m)
H = tinggi bangunan utama (m)
ha = tinggi air di atas pelimpah (m)
D1 = 1/3 x ( H + ha)
D2 = 1/4 x ( H + ha)
Dengan rumus diatas maka dapat ditentukan kedalaman
pondasi pada masing-masing sabo dam.

H= 3 (m)
ha = 2.2 (m)
D1 = 1.86 (m) diambil 1.5 m
D2 = 1.39 (m)
Kemiringan Tubuh Bangunan Utama Bagian Hilir
Kemiringan tubuh bangunan utama bagian hilir lebih banyak
terpengaruh oleh kestabilan pelimpah. Menurut Yokota's T
dalam Posthomous Text on Sabo Work (1988 : 94),
kemiringan tubuh bendung bagian hilir (n) dihitung dengan:

Dimana :
n maks = kemiringan tubuh bangunan maksimum bagian hilir
f= koefisien kekasaran gesekan antara material dasar sungai ( = 0,78 )
b= diameter batu yang dianggap dapat merusak tubuh bangunan (= 0,3 m)
γs = berat volume air + sedimen ( = 1,2 t/m )
γm = berat volume bahan dam (pasangan batu = 2,20 t/m3)
g= percepatan gravitasi ( = 9,81 m/dt2 )
H= tinggi bangunan utama (m )
α= didapat dari tg α = I
I= kemiringan dasar sungai
B= 2g = 2 x 9,81 = 19,62 m/dt2

f= 0.78 Cos α = 0.999636


b= 0.3 (m)
γs = 1.2 (t/m)
γm = 2.2 (t/m3)
g= 9.81 (m/dt2)
H= 3.33 (m)
I= 0.027
b= 19.62 (m/dt2)
α= 1.55 o

n maks = 0.5
Kemiringan Tubuh Bangunan Utama Bagian Hulu
Untuk bagian hulu kemiringannya ditentukan dengan rumus :

α = 0.669682
B = 12.59559
γ = 1.833
n= 0.5
m= 7.7 0.000 ambil 1.5
Profil muka air di atas pelimpah

Debit Persatuan lebar di atas puncak sabodam:


q = Q / B1 = 6.16385 m3/det/m

Kecepatan air di atas peluap:


Vo = q / ha = 2.760276 m/det

Kecepatan air pada titik jatuh pada apron atau pada Awal Loncatan:
v1 = {2g(H1+ha)}^0,5 = 10.45158 m/detik

Kedalaman Konjugasi dalam Loncatan Air;


q = v1.y1
y1 = q / v1
= 0.589753 m

Bilangan Froude;

Fr = 4.345224

y2 = 3.341177 m
Perencanaan Sayap
Sayap berfungsi untuk mengarahkan air banjir agar tidak
melewati peluap, sehingga banjir tidak menggerus tebing.
Tinggi sayap (hs) dihitung dari pelimpah hingga puncak sayap.
Pendekatan empiris memakai rumus sebagai berikut :

Dimana :
hs = tinggi sayap (m)
ha = tinggi air di atas pelimpah (m)
hf = tinggi jagaan di atas pelimpah (m)

hs = 3.0 m

Kemiringan Sayap
Agar banjir tidak merusak sungai, maka sayap dibuat miring
atau datar sesuai kondisi topografi dan situasi di lokasi
sabodam. Dalam perencanaan ini kemiringan sayap bagian
hulu main dam

Lebar Mercu Sayap


Lebar mercu sayap biasanya dibuat sama atau lebih kecil dari
mercu peluap bendung utama dengan pertimbangan sayap
mampu untuk menahan gaya-gaya yang berkerja. Dalam
perencanaan ini lebar mercu sayap (bs) dibuat lebih kecil dari
lebar peluap.
SUB DAM

Tinggi Bangunan Pembantu (Sub dam)


Ketinggian dari dam pembantu adalah jarak vertikal antara
lantai terjun (apron) sampai ambang bangunan pembantu.
Dapat didekati dengan rumus empiris sebagai berikut :

turunan hilir = 0.6 m 0.50

Dimana :
H2 = tinggi ambang bangunan pembantu dari dasar apron (m)
H1 = tinggi bangunan utama (m)

H2 = 1.11 m

Merencanakan Panjang Sub Dam


Panjang sub dam (B1’) dibuat sama dengan lebar ambang
utama, ditambahkan pelebaran untuk mengamankan tembok
kolam olakan dari hantaman langsung aliran air yang melewati
ambang bendung. Untuk menghitung panjang sub dam dapat
didekati dengan rumus empiris sebagai berikut :

B1’ = B1+ 2,00

Dimana :
B1’ = panjang sub dam (m)
B1 = lebar ambang utama (m)

B1’ = 44.00 m

Merencanakan Kemiringan Hilir dan Hulu


Memperhatikan bahwa dimensi sub dam relative kecil,
sehingga tidak perlu dilakukan perhitungan kemiringan secara
detail.

Merencanakan Lantai Apron


Tebal lantai harus cukup untuk menahan benturan air terjun
dan batu-batuan besar. Biasanya nilai ketebalan lantai diambil
1 sampai 3 m, sedangkan untuk menghitung ketebalannya
menggunakan rumus sebagai berikut (Anonim, 1988 : 132)
t2 = α . T. (0,6.H1 +3ha -1,0)

Dimana :
t2 = tebal lantai apron (m)
α = koefisien, menurut penyelidikan = 0,20
T = kedalaman gerusan (untuk tanah dasar berupa batuan diperkirakan T = 1,00 m)
H1 = tinggi bangunan utama (m)
ha = tinggi muka air di atas mercu pelimpah (m)

t2 = 1.54 m diambil 0.5

Tinggi Muka Air di atas sub dam


Tinggi muka air di atas sub dam dapat dihitung menggunakan
persamaan berikut :

y3 = y2 – H2’

Dimana:
y3 = tinggi muka air di atas sub dam
y2 = tinggi muka air konjugasi (m)
H2’ = tinggi sub dam lantai apron (m)

y3 = 2.84 m

Letak Sub Dam Terhadap Main Dam


Letak tubuh sub dam berada pada jarak L dari ujung crest
bangunan utama (main dam).
Rumus –rumus yang digunakan adalah :

Dengan :
D = bilangan terjunan (m)
q = debit tiap satuan bias pelimpah (m3/dt/m)
g = percepatan gravitasi ( m/dt2 )
ha = tinggi diatas ambang pelimpah (m)
Ld = panjang terjunan (m)
hp = kedalaman genangan di bawah air limpah (m)
h1 = kedalaman pada mulainya loncatan (m)
h2 = kedalaman pada setelah terjadinya loncatan (m)
L1 = 6 (h2 - h1)

q = 6.16385 m3/dt/m
g= 9.81 m/dt2
ha = 2.23 m
D = 0.347806 m
Ld = 7.219861 m
hp = 1.770083 m
h1 = 0.749712 m
h2 = 2.787202 m
L1 = 12.22494 m

L apron = 19.4448 m DIAMBIL PANJANG (L)= 20 m

Atau dapat pula dicari dengan Rumus :

L = c.(H1 + ha)....(jika main dam tidak begitu tinggi)

Dengan : L= 11 m
L = jarak sub dam – main dam
c = 1,5 ~ 2,0 (makin rendah main dam makin besar harga c)
H1 = tinggi main dam dari permukaan apron/ base rock
ha = tinggi overflow

Tinggi Jagaan Sub dam


Tinggi jagaan (free board) pada sub dam (hf’) dibuat sama
dengan tinggi jagaan pada main dam

hf’ = 0.80 m

Tinggi Sayap Sub dam


Tinggi sayap sub dam (hs')

(hs') = y3 + hf'

y3 = 2.84 m
hf’ = 0.80 m
hs’ = 3.64
selanjutnya direncanakan minimal hs’ = 3.64 m

Tembok Tepi
Tembok tepi (revetment) berfungsi untuk mencegah
terjadinya longsoran dan erosi antara main dam dan sub dam
yang disebabkan oleh aliran air atau terjunan. Tinggi tembok
tepi (hb) direncanakan sama dengan tinggi sayap sub dam
(hs')

Anda mungkin juga menyukai