Anda di halaman 1dari 105

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tugas Besar Teknik Irigrasi dan Bangunan Air merupakan salah satu tugas
besar dari lima tugas besar yang diwajibkan di Jurusan Sipil Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Malang. Tugas besar ini merupakan yarat dari praktek
kerja nyata (PKN) bagi mahasiswa di jurusan Sipil.
Kondisi saat ini, Kecenderungan mahasiswa teknik sipil kurang memahami
ilmu yang berkaitan dengan jurusannya, sehingga menjadikan mahasiswa tersebut akan
kesulitan dan melihat perkembangan zaman serba teknologi yang canggih mahasiswa
jurusan teknik sipil harus mampu dalam dunia kerja.
Harapan dari pengerjaaan tugas besar ini mahasiswa belajar dengan
bersungguh-sungguh dalam pencapaian hasil yang baik dalam bentuk nilai dan
terutama pemahaman yang lebih untuk mahasiswa tersebut.

1.2. Maksud Dan Tujuan


Dengan diadakannya Tugas Besar Teknik Irigasi dan Bangunan Air yang telah
dilaksanakan ini dimaksudkan agar mahasiswa memiliki gambaran tentang berbagai
hal yang berhubungan dengan perencanaan sistem irigasi yang meliputi berbagai
macam perencanaan bangunan Irigasi
Sedang tujuan diadakannya Tugas Besar Irigasi dan Bangunan Air adalah untuk
mempelajari cara perencanaan system irigasi sesuai dengan standart Direktorat jenderal
Pengairan

1.3. Manfaat
Tugas Besar Teknik Irigasi dan Bangunan Air bermanfaat sebagai modal untuk
menghadapi lapangan dan sebagai penunjang dalam perkuliahan. Sehingga dengan
adanya Tugas Besar ini diharapkan nantinya bila menghadapi lapangan sudah terbiasa.

Tugas Besar Bangunan Air


BAB II
DASAR TEORI
2.1. Analisa Hidrologi Secara Umum
Analisa hidrologi merupakan suatu analisa awal dalam menangani
penaggulangan banjir dan perencanaan sistem bendung untuk mengetahui
besarnya debit yang akan dialirkan sehingga dapat ditentukan dimensi penampang
melintang bendung..
2.1.1. Ketersediaan Data
➢ Data Klimatologi
Klimatologi adalah studi mengenai iklim, secara ilmiah didefinisikan
sebagai kondisi cuaca yang dirata-ratakan selama periode waktu yang panjang.
➢ Data Hujan
Data hujan adalah jumlah air yang jatuh di permukaan tanah datar selama
periode tertentu yang diukur dengan satuan tinggi (mm) di atas permukaan
horizontal bila tidak terjadi evaporasi, run off dan infiltrasi.
2.1.2. Analisa Frekuensi Debit Banjir
Frekuensi adalah besarnya kemungkinan suatu besaran debit hujan yang
disamai atau dilampaui, Perhitungan debit banjir rencana dimaksudkan untuk
mengingat adanya hubungan antara hujan dan aliran sungai dimana besarnya aliran
dalam sungai ditentukan dari besarnya hujan, intensitas hujan, luas daerah, lama
waktu hujan dan ciri-ciri daerah alirannya.
Metode Log Pearson III
Metode yang dianjurkan dalam pemakaian distribusi Log Pearson adalah dengan
mengkorvesikan rangkaian datanya menjadi bentuk logaritmis.
• Nilai rerata
 logx
logXr =
n
• Standar deviasi

(logX − logXr )
Sd =
n −1

Tugas Besar Bangunan Air


• Koefisien kepencengan (Cs)
n (logX − logXr )
3
Cs =
n (n − 1)(n − 2)(logX )
3

Besarnya curah hujan rancangan dengan periode ulang T tahun adalah sebagai
berikut:
Log XT = log Xr + K.Sd
K = faktor frekuensi untuk distribusi Log Pearson III yang besarnya
tergantung harga Cs dan Kala ulang T
2.2. Bangunan Bendung
Bendung adalah suatu bangunan air dengan kelengkapan yang dibangun
melintang pada sungai atau sudetan yang sengaja dibuat untuk meninggikan taraf
muka air atau untuk mendapatkan tinggi terjun, sehingga air dapat disadap dan
dialirkan secara gravitasi ke tempat yang membutuhkan dan untuk mengendalikan
aliran, angkutan sedimen, dan geometri sungai sehingga air dapat dimanfaatkan
secara aman, efektif, efisien, dan optimal.
2.2.1. Bendung Tetap (Fixed Weir, Uncontrolled Weir)
Bendung tetap atau bendung pelimpah adalah jenis bendung yang tinggi
pembendungannya tidak dapat diubah, sehingga muka air di hulu bendung tidak
dapat diatur sesuai yang dikehendaki. Bendung tetap terbuat dari pasangan batu,
dibangun melintang di sungai, sehingga akan memberikan tinggi air minimum
kepada bangunan intake untuk keperluan irigasi, dan merupakan penghalang
selama terjadi banjir dan dapat menyebabkan genangan di udik bendung.
2.2.2. Penentuan Lokasi Bendung
Penentuan lokasi bendung diambil dari berbagai pertimbangan-
pertimbangan yang optimum dengan memperhatikan hal-hal berikut :
1. Bagian sungai yang lurus dengan bentang terpendek (jarak antara tebing kiri-
tebing kanan).
2. Terdapat alur yang stabil di dekat lokasi bangunan pengambilan (intake
structure).
3. Air sungai yang akan disadap mencukupi meskipun pada saat musim kemarau.
4. Sedikit sedimen yang masuk pada saat penyadapan.
5. Dampak pembangunan bendung adalah kecil baik ke arah hulu dan hilir.
6. Stabilitas bendung bisa tercapai seiring dengan biaya yang ekonomis.

Tugas Besar Bangunan Air


2.2.3. Data Perencanaan
1. Peta topografi, untuk menentukan tata letak bendung.
2. Data geologi teknik lokasi tapak bendung, untuk menentukan karakteristik
pondasi bendung.
3. Data hidrologi, untuk menentukan besaran debit banjir rencana.
4. Data morfologi sungai, untuk menentukan besaran angkutan sedimen.
5. Data karakteristik sungai, untuk menentukan hubungan antara besaran debit
sungai dengan elevasi muka air banjir.
6. Keadaan batas pada jaringan irigasi, untuk menentukan dimensi bendung dan
bangunan intake.
2.3. Bangunan Utama Bendung
2.3.1. Mercu Bendung
Mercu bendung yaitu bagian atas tubuh bendung dimana aliran dari hulu
dapat melimpah ke hilir. Fungsinya sebagai penentu tinggi muka air minimum di
sungai bagian hulu bendung, Sebagai pengempang sungai dan sebagai pelimpah
aliran sungai, letak mercu bendung bersama-sama tubuh bendung diusahakan
tegak lurus arah aliran yang menuju bendung terbagi rata.

Gambar 2.1. Macam bentuk mercu bendung


(Sumber: KP 02 halaman 50)

Tugas Besar Bangunan Air


2.3.1.1. Mercu Bulat

Gambar 2.2. Bendung dengan mercu bulat


(sumber: KP 02 halaman 52)
Dari Gambar 2.2 tampak bahwa jari-jari mercu bendung pasangan batu akan
berkisar antara 0,3 sampai 0,7 kali H1maks dan untuk mercu bendung beton dari 0,1
sampai 0,7 kali Hmaks. Persamaan tinggi energi-debit untuk bendung ambang
pendek dengan pengontrol segi empat adalah:

2 2
Q = 𝐶𝑑 𝑥 3 √3 𝑥 𝑔 𝑥 𝐵𝑒 𝑥 𝐻11.5

Dimana :
Q = Debit Rencana, m3/dt
Be = Lebar efektif mercu bendung, m
Cd = Koefisien Debit
g = Gravitasi (9,81 m/s2)
H1 = Tinggi energi, m

Tugas Besar Bangunan Air


Koefisien debit Cd adalah hasil dari :

Grafik 2.1. Harga koefesien C0 sebagai fungsi perbandingan H1/r (Kp 02 Hal 54)

Grafik 2.2. Harga koefesien C1 sebagai fungsi perbandingan P/H1 (Kp 02 Hal 54)

Grafik 2.3. Harga koefesien C2 sebagai fungsi perbandingan P/H1(Kp 02 Hal 54)

Tugas Besar Bangunan Air


2.3.1.2. Mercu Ogee

Gambar 2.3. Bentuk-bentuk bendung mercu Ogee


(sumber: KP 02 halaman 57)
Persamaan antara tinggi energy dan debit untuk bending mercu Ogee adalah :

2 2
Q = 𝐶𝑑 𝑥 3 √3 𝑥 𝑔 𝑥 𝐵𝑒 𝑥 𝐻11.5

Dimana :
Q = Debit Rencana, m3/dt
Be = Lebar efektif mercu bendung, m
Cd = Koefisien Debit
g = Gravitasi (9,81 m/s2)
H1 = Tinggi energi, m

Tugas Besar Bangunan Air


2.3.2. Lebar Bendung
Lebar mercu bendung yaitu jarak antara dua tembok pangkal bendung
(abutment), termasuk lebar bangunan pembilas dan pilar-pilarnya. Dalam
penentuan lebar mercu bendung, yang harus diperhatikan :
1. Kemampuan melewatkan debit desain dengan tinggi jagaan yang cukup.
2. Batasan tinggi muka air genangan maksimum yang diijinkan pada debit desain.
Oleh karena itu, lebar mercu bendung dapat diperkirakan sebagai berikut :
• Sama lebar dengan rata-rata sungai stabil atau pada debit penuh alur (bank
full dishcharge).
• Umumnya diambil sebesar 1,2 kali lebar sungai rata-rata pada ruas sungai
yang stabil.
2.3.3. Lebar Efektif Bendung
Karena adanya pintu bilas dan pilar, maka lebar bendung yang dapat
mengalirkan banjir secara efektif jadi berkurang, yang disebut lebar efektif (Beff).
Pengurangan lebar tersebut disebabkan oleh tiga komponen, yaitu :
1. Tebal pilar.
2. Bagian pintu bilas yang bentuk mercunya berbeda dari mercu bending.
3. Kontraksi pada dinding pengarah dan pilar.
Dalam perhitungan lebar efektif, lebar pembilas yang sebenarnya, diambil
80% dari lebar rencana untuk mengompensasi perbedaan koefisien debit dibanding
mercu bendung yang berbentuk bulat.
Untuk model bendung pada Gambar 2.1. Lebar efektif mercu (Be)
dihubungkan dengan lebar mercu yang sebenarnya (B), yakni jarak antar pangkal-
pangkal bendung dan/atau tiang pilar, dengan persamaan sebagai berikut:
Be = B – 2 x (n x Kp+Ka) x H1
Dimana :
Be = lebar effektif bendung
B = Lebar Optimal Bendung
Kp = koefisien kontraksi pada pilar
Ka = koefisien kontraksi pada dinding
n = jumlah pilar
H1 = tinggi energi (m)

Tugas Besar Bangunan Air


Harga-harga koefisien Ka dan Kp disajikan pada table 2.1.

Gambar 2.4. Lebar efektif mercu


(Sumber: KP 02 halaman 49)
Tabel 2.1. Nilai Ka dan Kp
Bentuk Pilar / Pangkal Tembok Kp Ka
✓ Pilar berujung segi empat dan sudut-
sudut yang dibulatkan dengan jari-jari
0,02
yang hampir sama dengan 0,1 kali tebal
pilar.
✓ Pilar berujung bulat 0,01
✓ Pilar berujung runcing 0

✓ Pangkal tembok segi empat dengan


0,20
tembok hulu pada 90O ke arah aliran
✓ Pangkal tembok bulat dengan
tembok hulu pada 90O ke arah aliran di 0,10
mana 0,5 H1> r > 0,15 H1
✓ Pangkal tembok bulat di mana r >
0,5 H1 dan tembok hulu tidak lebih dari 0
O
45 ke arah aliran

Tugas Besar Bangunan Air


2.3.4. Tinggi Jagaan Bendung
Tinggi Jagaan berfungsi untuk mencegah gelombang atau kenaikan muka air
yang melimpah ke tepi sungai/bendung. Pada umumnya semakin besar debit yang
diangkut, semakin besar pula tinggi jagaan yang harus disediakan.
Fb = C x V x 1/3 Hd
Atau,
Fb = 0,6 + 0,037 x V x 1/3 Hd
Dimana :
Fb = Tinggi jagaan bendung, m
C = Koefesien debit (0,10)
V = Kecepatan air, m/dt
Hd = Tinggi air diatas bendung, m
2.4. Pintu Pembilas
Pintu pembilas adalah salah satu perlengkapan pokok bendung yang terletak
di dekat dan menjadi satu kesatuan dengan intake. Berfungsi untuk menghindarkan
angkutan muatan sedimen dasar dan mengurangi angkutan muatan sedimen layang
masuk ke intake.
1. Pembilas undersluice lurus
a. Mulut undersluice diletakkan di hulu mulut intake dengan arah tegak lurus
aliran menuju intake atau menyudut 45º terhadap tembok pangkal. Lebar
mulut harus lebih besar daripada 1,2 kali lebar intake.
b. Lebar pembilas total diambil 1/6-1/10 dari lebar bentang bendung, untuk
sungai-sungai yang lebarnya kurang dari 100 meter. Lebar satu lubang
maksimum 2,5 m untuk kemudahan operasi pintu, dan jumlah lubang tidak
lebih dari tiga buah.
c. Lebar pembilas sebaiknya diambil 60% dari lebar total pengambilan
termasuk pilar-pilarnya
d. Tinggi lubang undersluice diambil 1,5 m, usahakan lebih tinggi dari 1
meter tetapi tidak lebih tinggi dari 2 meter.
e. Elevasi lantai lubang direncanakan :
✓ Sama tinggi dengan lantai hulu bendung.
✓ Lebih rendah dari lantai hulu bendung.
✓ Lebih tinggi dari lantai hulu bendung.

Tugas Besar Bangunan Air


2. Pintu pembilas bawah
Fungsi pintu bawah adalah untuk pembilasan sedimen yang terdapat di
bawah, di hulu dan disekitar mulut underesluice. Jenis pintu yang dipakai
umumnya yaitu pintu sorong. Untuk satu lubang pintu sorong lebar maksimum
2,5 m sedangkan untuk pintu yang dioperasikan dengan mesin dibuat antara
2,5-5 m.
3. Pilar pembilas
Pilar pembilas berfungsi untuk penempatan pintu-pintu, undersluice dan
perlengkapan lainnya. Lebar pilar sisi bagian luar dapat diambil sampai dengan
2 m dan sisi bagian dalam antara 1 – 1,5 m.
4. Sponeng dan stang pintu
Sponeng berfungsi untuk menahan tekanan air pada pintu. Ukuran
sponeng bervariasi yaitu 0,25 x 0,25 m atau 0,25 x 0,3 m. Sedangkan stang
pintu berfungsi untuk mengangkat dan menurunkan pintu.
5. Tembok baya-baya
Berfungsi untuk mencegah angkutan sedimen dasar meloncat dari hulu
bendung ke atas plat undersluice. Tinggi mercu tembok baya-baya diambil
antara 0,5 m dan 1 m di atas mercu bendung.
6. Pembilas Shunt Undersluice
Shunt undersluice adalah bangunan undersluice yang penempatannya di
luar bentang sungai dan atau di luar pangkal bendung, di bagian samping
melengkung ke dalam dan terlindung di belakang tembok pangkal.
2.5. Bangunan Pengambilan/Intake
Bangunan intake adalah suatu bangunan pada bendung yang berfungsi
sebagai penyadap aliran air sungai, mengatur pemasukan air dan sedimen, serta
menghindarkan sedimen dasar sungai dan sampah masuk ke intake. Pintu
pengambilan diletakkan 10 s/d 15 meter di hulu pintu penguras bending.
Pengambilan di sisi kanan sungai, lay out pengambilan direncanakan membentuk
sudut 45o kea rah hulu. Intake terdiri dari bermacam jenis, yaitu :
1. Intake biasa, yang umum direncanakan yaitu intake dengan pintu berlubang
satu atau lebih dan dilengkapi dengan pintu dinding banjir.
2. Intake gorong-gorong, tanpa pintu di bagian udik. Pintu diletakkan di bagian
hilir gorong-gorong.
3. Intake frontal, intake diletakkan di tembok pangkal, jauh dari bangunan
pembilas atau bending.

Tugas Besar Bangunan Air


2.5.1. Lantai/Dasar Intake
Lantai intake dirancang datar, tanpa kemiringan. Di hilir pintu lantai dapat
berbentuk kemiringan dan dengan bentuk terjunan sekitar 0,5 m. Lantai intake bila
di awal kantong sedimen bisa berbentuk datar dan dengan kemiringan tertentu.
2.5.2. Pintu Sorong
Pintu sorong dipakai dengan tinggi maksimum sampai 3 m dan lebar tidak
lebihdari 3 m. Pintu tipe ini hanya digunakan untuk bukaan kecil, karena untuk
bukaan yang lebih besar alat-alat angkatnya akan terlalu berat untuk
menangggulangi gaya gesekan pada sponeng. Untuk bukaan yang lebih besar dapat
dipakai pintu rol, yang mempunyai keuntungan tambahan karena di bagian atas
terdapat lebih sedikit gesekan, dan pintu dapat diangkat dengan kabel baja atau
rantai baja. Ada dua tipe pintu rol yang dapatdipertimbangkan, yaitu pintu Stoney
dengan roda yang tidak dipasang pada pintu, tetapi pada kerangka yang terpisah;dan
pintu rol biasa yang dipasang langsung pada pintu.
Lebar pintu intake dapat dihitung dengan rumus pengaliran sebagai
berikut:

2 2
Q = 3x Cd x b x a x√3 𝑥 𝑔 x h11.5

Dimana :
Q = Debit Rencana, m3/dt
b = Lebar efektif mercu bendung, meter
a = Tinggi bukaan pintu, meter
Cd = Koefisien Debit
g = Gravitasi (9,81 m/s2)
h1 = Tinggi air di hulu, meter
2.6. Bangunan Peredam Energi
Bangunan peredam energi bendung adalah struktur dari bangunan di hilir
tubuh bendung yang terdiri dari beberapa tipe, bentuk dan di kanan kirinya dibatasi
oleh tembok pangkal bendung dilanjutkan dengan tembok sayap hilir dengan
bentuk tertentu. Fungsi bangunan ini adalah untuk meredam energi air akibat
pembendungan, agar air di hilir bendung tidak menimbulkan penggerusan
setempat yang membahayakan struktur.

Tugas Besar Bangunan Air


2.6.1. Kolam Olak
Tipe kolam olak yang akan direncana di sebelah hilir bangunan bergantung
pada energi air yang masuk, yang dinyatakan dengan bilangan Froude, dan pada
bahan konstruksi kolam olak.

2.6.2. Kolam Loncat Air

Gambar 2.5. Metode perencanaan kolam loncat air


(Sumber: KP 02 halaman 67)
Gambar 2.5 memberikan penjelasan mengenai metode perencanaan. Dari
grafik q versus H1 dan tinggi jatuh 2, kecepatan (v1) awal loncatan dapat ditemukan
dari:

V1 = √2 𝑥 𝑔 𝑥 (0,5 𝑥 𝐻1 𝑥 𝑍)
𝑄
V1 =𝑌
1 𝑥 𝐵𝑒
Dimana :
Q = Debit rancangan, m3/dt
Be = lebar efektif mercu bending, m
Y1 = kedalaman air diawal loncatan, m
V1 = kecepatan awal loncatan, m/dt
g = percepatan gravitasi, 9,81 m/dt2
h1 = tinggi energy diatas ambang, m
z = tinggi jatuh, m

Tugas Besar Bangunan Air


Dengan q = v1 x y1, dan rumus untuk kedalaman konjugasi dalam loncat air adalah:

𝑌2
= ½x(√1 + 8 𝑥 𝐹𝑟 2 − 1)
𝑌1
𝑉1
Dimana : Fr =
√𝑔.𝑌1
Dimana :
Y2 = kedalaman air diatas ambang ujung, m
Y1 = kedalaman air diawal loncatan, m
Fr = bilangan froude
g = percepatan gravitasi, 9,81 m/dt2
V1 = kecepatan awal loncatan, m/dt
Panjang kolam loncat air di belakang Potongan U (Gambar 2.5) biasanya
kurang dari panjang bebas loncatan tersebut adanya ambang ujung (end sill).
Ambang yang berfungsi untuk memantapkan aliran ini umumnya ditempatkan
pada jarak

Lj = 5 x (n + Y2)
Dimana :
Lj = panjang kolam loncat, m
n = tinggi ambang ujung, m
Syarat panjang kolam loncat adalah harus lebih panjang dari pada panjang
loncatan air sehingga loncatan masih atau tetap berada pada kolam loncat.
Persamaan yang digunakan untuk menentukan panjang loncatan adalah sebagai
berikut:
Lj = 5 x (Y2 – Y1)
Dimana :
Lj = panjang loncatan air, m
Y2 = kedalaman air diatas ambang ujung, m
Y1 = kedalaman air diawal loncatan, m
2.6.3. Perlindungan Bagian Hilir
Untuk mencegah terjadinya penggerusan saluran di sebelah hilir bangunan
peredam energi, saluran sebaiknya dilindungi dengan pasangan batu kosong atau
rip-rap. Panjang lindungan harus dibuat sebagai berikut :
1. tidak kurang dari 4 kali kedalaman normal maksimum di saluran hilir,
2. tidak lebih pendek dari peralihan tanah yang terletak antara bangunan dan
saluran,
3. tidak kurang dari 1,50 m.

Tugas Besar Bangunan Air


Jika dipakai pasangan batu kosong, maka diameter batu yang akan dipakai
uttuk pasangan ini dapat ditentukan dengan menggunakan Gambar 2.3. Gambar
ini dapat dimasukkan dengan kecepatan rata-rata di atas ambang kolam. Jika kolam
olak tidak diperlukan karena Fru ≤ 1,7, maka Gambar 2.3 harus menggunakan
kecepatan benturan (impact velocity) Vu :

Vu = √2 𝑥 𝑔 𝑥 ∆𝑧
Gambar 2.3 memberikan ukuran d40 campuran pasangan batu kosong. Ini
berarti bahwa 60% dari pasangan batu tersebut harus terdiri campuran dari batu-
batu yang berukuran sama, atau lebih besar.
2.7. Analisis Stabilitas Bendung
2.7.1. Gaya-gaya yang Bekerja
2.7.1.1. Tekanan Air
Gaya tekan air dapat dibagi menjadi gaya hidrostatik dan gaya hidrodinamik.
Tekanan hidrostatik adalah fungsi kedalaman di bawah permukaan air. Tekanan
air akan selalu bekerja tegak lurus terhadap muka bangunan. Oleh sebab itu agar
perhitungannya lebih mudah, gaya horisontal dan vertikal dikerjakan secara
terpisah. Tekanan air dinamik jarang diperhitungkan untuk stabilitas bangunan
bendung dengan tinggi energi rendah.

Gambar 2.6. Jaringan aliran dibawah dam pasangan batu pada pasir
(Sumber: Kp 02 halaman 139)
Dalam teori angka rembesan Lane, diandaikan bahwa bidang horisontal
memiliki daya tahan terhadap aliran (rembesan) 3 kali lebih lemah dibandingkan
dengan bidang vertikal. Ini dapat dipakai untuk menghitung gaya tekan ke atas di

Tugas Besar Bangunan Air


bawah bendung dengan cara membagi beda tinggi energi pada bendung sesuai
dengan panjang relatif di sepanjang pondasi.
Dalam bentuk rumus, ini berarti bahwa gaya angkat pada titik x di sepanjang
dasar bendung dapat dirumuskan sebagai berikut:
𝐿𝑥
Px = Hx − xΔH
𝐿

Dimana :
Px = gaya angkat pada x, kg/m2
L = panjang total bidang kontak bendung dan bawah tanah, m
Lx = jarak sepanjang bidang kontak dari hulu samai x, m
ΔH = beda tinggi energy, m
Hx = tinggi energy di hulu bendung, m
2.7.1.2. Tekanan Lumpur
Tekanan lumpur dapat bekerja terhadap muka hulu bendung ataupun
terhadap pintu. Untuk sudut gesekan dalam, yang bisa diandaikan 30o untuk
kebanyakan hal, menghasilkan persamaan berikut :
Ps = 1,67x h2
Dimana :
Ps = tekanan lumpur pada 2/3 kedalaman atas lumpur yang bekerja
secara horizontal
h = tinggi lumpur setiggi mercu bendung, m
2.7.1.3. Gaya Gempa
Koefesien gempa dapat dihitung dengan rumus :
Ad = n x [ac x z]m
𝑎𝑑
E = 𝑔

Dimana :
ad = percepatan gempa rencana, cm/dt2
n = koefesien jenis tanah
m = koefesien jenis tanah
ac = percepatan kejut dasar, cm/dt2
z = factor yang bergantung pada letak geografis
g = percepatan gravitasi, 9,81 m/dt2
E = koefesien gempa

Tugas Besar Bangunan Air


Tabel 2.2. Koefesien jenis tanah

Sumber: KP 06 halaman 28
2.7.1.4. Berat Bangunan
Berat bangunan bergantung kepada bahan yang dipakai untuk membuat
bangunan itu. Untuk tujuan-tujuan perencanaan pendahuluan, boleh dipakai harga-
harga berat volume di bawah ini.
pasangan batu 22 kN/m3 (≈ 2.200 kgf/m3)
beton tumbuk 23 kN/m3 (≈ 2.300 kgf/m3)
beton bertulang 24 kN/m3 (≈ 2.400 kgf/m3)
2.7.1.5. Reaksi Pondasi
Reaksi pondasi boleh diandaikan berbentuk trapesium dan tersebar secara
linier. Tekanan vertikal pondasi pada ujung bangunan ditentukan dengan rumus:
L ∑MT − ∑MG
e =2– ∑V

∑V 6𝑥e
P = L x(1 ± )
L

Dimana :
P = reaksi pondasi/tegangan, ton/m2
e = eksentrisitas, m
L = panjang pondasi, m
V = total gaya/reaksi vertikal, ton
MG = momen guling, ton.m
MT = momen tahan, ton.m

Tugas Besar Bangunan Air


2.7.2. Kebutuhan Stabilitas
Ada tiga penyebab runtuhnya bangunan gravitasi, antara lain yaitu:
1. gelincir (sliding)
a. sepanjang sendi horisontal atau hampir horisontal di atas pondasi.
b. sepanjang pondasi, atau
c. sepanjang kampuh horisontal atau hampir horisontal dalam pondasi.
2. guling (overturning)
a. di dalam bendung
b. pada dasar (base), atau
c. pada bidang di bawah dasar.
3. erosi bawah tanah (piping).

2.7.2.1. Ketahanan Terhadap Gelincir/Geser


Tangen θ, sudut antara garis vertikal dan resultante semua gaya, termasuk
gaya angkat, yang bekerja pada bendung di atas semua bidang horisontal, harus
kurang dari koefisien gesekan yang diizinkan pada bidang tersebut.
∑V 𝑥 f
Sf = ∑H

Dimana :
Sf = faktor keamanan
V = total gaya/reaksi vertikal, ton
H = total gaya/reaksi horisontal, ton
f = faktor gesekan = tan θ°
Untuk bangunan-bangunan kecil, seperti bangunan-bangunan yang
dibicarakan di sini, di mana berkurangnya umur bangunan, kerusakan besar dan
terjadinya bencana besar belum dipertimbangkan, harga-harga faktor keamanan
(Sf) yang dapat diterima adalah: 1,50 untuk kondisi pembebanan normal dan 1,20
untuk kondisi pembebanan ekstrem/gempa.
Untuk bangunan-bangunan yang terbuat dari beton, harga yang aman untuk
faktor gelincir yang hanya didasarkan pada gesekan saja ternyata terlampaui, maka
bangunan bisa dianggap aman jika faktor keamanan dari rumus itu yang mencakup
geser sama dengan atau lebih besar dari harga-harga faktor keamanan yang sudah
ditentukan.
c 𝑥 𝐴 + ∑V 𝑥 tg Ø
Sf = ∑H

Tugas Besar Bangunan Air


Dimana :
V = total gaya/reaksi vertikal, ton
H = total gaya/reaksi horisontal, ton
c = kekuatan geser bahan, ton/m2
A = luas dasar yang dipertimbangkan, m2
Harga-harga faktor keamanan jika geser juga dicakup, sama dengan harga-
harga yang hanya mencakup gesekan saja, yakni 1,50 untuk kondisi normal dan
1,20 untuk kondisi ekstrem. Untuk beton, c (satuan kekuatan geser) boleh diambil
1.100 kN/m2.
2.7.2.2. Ketahanan Terhadap Guling
Agar bangunan aman terhadap guling, maka resultante semua gaya yang
bekerja pada bagian bangunan di atas bidang horisontal, termasuk gaya angkat,
harus memotong bidang ini pada teras. Tidak boleh ada tarikan pada bidang irisan
mana pun. Besarnya tegangan dalam bangunan dan pondasi harus tetap
dipertahankan pada harga-harga maksimal yang dianjurkan.
∑MT
Sf =∑MG

Dimana :
MG = momen guling, ton.m
MT = momen tahan, ton.m
2.7.2.3. Ketahanan Terhadap Piping
Bahaya terjadinya erosi bawah tanah dapat dianjurkan dicek dengan jalan
membuat jaringan aliran/flownet. Metode Lane, disebut metode angka rembesan
Lane (weighted creep ratio method), adalah yang dianjurkan untuk mengecek
bangunan-bangunan utama untuk mengetahui adanya erosi bawah tanah. Metode
ini memberikan hasil yang aman dan mudah dipakai. Untuk bangunan-bangunan
yang relative kecil, metode-metode lain mungkin dapat memberikan hasil-hasil
yang lebih baik, tetapi penggunaannya lebih sulit.
Di sepanjang jalur perkolasi, kemiringan yang lebih curam dari 450 dianggap
vertikal dan yang kurang dari 450. Oleh karena itu, rumusnya adalah:
1
Σ𝐿𝑣 + Σ𝐿𝐻
3
CL = 𝐻

Tugas Besar Bangunan Air


Dimana :
CL = angka rembesan lane
Lv = jumlah panjang vertikal, m
LH = jumlah panjang horisontal, m
H = beda tinggi muka air, m

Tabel 2.3. Harga-harga minimum angka rembesan Lane dan Bligh


(KP03 Halaman 148)

Tugas Besar Bangunan Air


Eka Azriel Sumbadi Alfirdaus
201910340311250

BAB III
ANALISA DAN
PERHITUNGAN

Tugas Besar Bangunan Air


Eka Azriel Sumbadi Alfirdaus
201910340311250

3.1 Debit Banjir Rancangan


Metode yang digunakaan dalam perhitungan debit banjir rancangan adalah
distribusi Log Person III, dat debit banjir di sungai dapat dilihat dalam tabel.
Tabel 3.1 Debit Banjir di Sungai Tabel 3.2 Debit Banjir di Sungai
(diurutkan dari nilai terendah)

Tahun Debit Banjir (m3/dt) Tahun Debit Banjir (m3/dt)


2001 78 2002 69
2002 69 2007 70
2003 85 2014 70.5
2004 90 2015 71
2005 85 2012 72
2006 79 2019 74
2007 70 2009 75
2008 87 2013 76
2009 75 2001 78
2010 84 2006 79
2011 87 2016 80
2012 72 2017 81
2013 76 2010 84
2014 70.5 2020 84
2015 71 2003 85
2016 80 2005 85
2017 81 2008 87
2018 89 2011 87
2019 74 2018 89
2020 84 2004 90

Tugas Besar Bangunan Air


Eka Azriel Sumbadi Alfirdaus
201910340311250

3.1.1 Perhitungan Debit Banjir Dengan Metode Log Person III

Proses perhitungan debit banjir di sungai dengan metode Log Person III
adalah sebagai berikut:

1. Tentukan logaritma dari semua nilai Varial X


Contoh perhitungan menggunakan data Debit Banjir tahun 2002,
Tahun : 2002
Debit Banjir : 69 m3/dt
➢ Probabilitas (P) :
M 1
P = (N+1) x100% = (20+1) x100% = 4.76 %

➢ (Log Xi – Log Xi) :


(1,944 – 1,911) = 0,033
➢ (Log Xi – Log Xi)2 :
(1,944 – 1,911)2 = 0,001
➢ (Log Xi – Log Xi)3 :
(1,944 – 1,911)3 = 0,00

Tugas Besar Bangunan Air


Eka Azriel Sumbadi Alfirdaus
201910340311250

Tabel 3.3 perhitungan Log Person III

Xi (Debit Banjir (Log Xi - Log


no tahun Log Xi (Log Xi - Log Xi) (Log Xi - Log Xi)^2
m^3/dt) Xi)^3
1 2002 69 1.839 -0.059 0.003 0.000
2 2007 70 1.845 -0.053 0.003 0.000
3 2014 70.5 1.848 -0.050 0.002 0.000
4 2015 71 1.851 -0.047 0.002 0.000
5 2012 72 1.857 -0.041 0.002 0.000
6 2019 74 1.869 -0.029 0.001 0.000
7 2009 75 1.875 -0.023 0.001 0.000
8 2013 76 1.881 -0.017 0.000 0.000
9 2001 78 1.892 -0.006 0.000 0.000
10 2006 79 1.898 0.000 0.000 0.000
11 2016 80 1.903 0.005 0.000 0.000
12 2017 81 1.908 0.011 0.000 0.000
13 2010 84 1.924 0.026 0.001 0.000
14 2020 84 1.924 0.026 0.001 0.000
15 2003 85 1.929 0.032 0.001 0.000
16 2005 85 1.929 0.032 0.001 0.000
17 2008 87 1.940 0.042 0.002 0.000
18 2011 87 1.940 0.042 0.002 0.000
19 2018 89 1.949 0.052 0.003 0.000
20 2004 90 1.954 0.056 0.003 0.000
jumlah 1586.5 37.9572 3.77476E-15 0.027044184 -0.000121388
rata- rata 79.325 1.89786 1.88738E-16 0.001352209 -6.06939E-06

3.1.2 Perhitungan :
1. Menghitung Rata-Rata Log X :
∑(Log(Xi))i 37.9572
Log (x̄) = = = 1,89
N 20
2. Menghitung Standar Deviasi (Sd) :
∑(logXi−LogX)2 0,027
Sd = √ = √20−1 = 0,0376
n−1
3. Menghitung Koefisien Skewness (Kemencengan) (Cs) :
n.∑(logXi−LogX)3 20(−0.000121388)
Cs = (n−1)(n−2)S3
= (20−1)(20−2)0,03763 = -0.133
4. Menghitung Koefisien Distribusi Log Person III :
Dimana nilai Cs = -0.133

Tugas Besar Bangunan Air


Eka Azriel Sumbadi Alfirdaus
201910340311250

Tabel 3.4 Nilai G Distribusi Log Person III (Hidrologi terapan, Suripin 2004)

Tugas Besar Bangunan Air


Eka Azriel Sumbadi Alfirdaus
201910340311250

❖ Mencari nilai G dengan Interpolasi:


a) kala ulang 2 tahun, dengan Cs = -0,133
X − X1 Y − Y1
=
X 2 − X 1 Y 2 − Y1
−0.133 + 0.2 𝑌 − 0,033
=
−0,1 + 0,2 0,017 − 0,033
Y = 0,2228
Maka didapat G sebesar 0,2228
▪ Hujan rencana untuk periode kala ulang 100 tahun:
Log Xt = Log Xi + Sd . G
= 1.897 + 0.0376 . 0,2228
= 1,905
Xt = 10logXt
= 101,905
= 80,352 m3/dt
b) kala ulang 5 tahun, dengan Cs = -0,133
X − X1 Y − Y1
=
X 2 − X 1 Y 2 − Y1
−0.133 + 0.2 𝑌 − 0,850
=
−0,1 + 0,2 0,836 − 0,850
Y = 0,84062
Maka didapat G sebesar 0,84062
▪ Hujan rencana untuk periode kala ulang 100 tahun:
Log Xt = Log Xi + Sd . G
= 1.897 + 0.0376 . 0,84062
= 1,928
Xt = 10logXt
= 101,928
= 84,722 m3/dt
c) kala ulang 10 tahun, dengan Cs = -0,133
X − X1 Y − Y1
=
X 2 − X 1 Y 2 − Y1
−0.133 + 0.2 𝑌 − 1,258
=
−0,1 + 0,2 1,270 − 1,258
Y = 1,266
Maka didapat G sebesar 1,266

Tugas Besar Bangunan Air


Eka Azriel Sumbadi Alfirdaus
201910340311250

▪ Hujan rencana untuk periode kala ulang 100 tahun:


Log Xt = Log Xi + Sd . G
= 1.897 + 0.0376 . 1,266
= 1,944
Xt = 10logXt
= 101,944
= 87,90 m3/dt
d) kala ulang 25 tahun, dengan Cs = -0,133
X − X1 Y − Y1
=
X 2 − X 1 Y 2 − Y1
−0.133 + 0.2 𝑌 − 1,680
=
−0,1 + 0,2 1,761 − 1,680
Y = 2.228
Maka didapat G sebesar 1,734
▪ Hujan rencana untuk periode kala ulang 100 tahun:
Log Xt = Log Xi + Sd . G
= 1.897 + 0.0376 . 1,734
= 1,962
Xt = 10logXt
= 101,962
= 91,622 m3/dt
e) kala ulang 50 tahun, dengan Cs = -0,133
X − X1 Y − Y1
=
X 2 − X 1 Y 2 − Y1
−0.133 + 0.2 𝑌 − 1,945
=
−0,1 + 0,2 2,000 − 1,945
Y = 1,928
Maka didapat G sebesar 1,928
▪ Hujan rencana untuk periode kala ulang 100 tahun:
Log Xt = Log Xi + Sd . G
= 1.897 + 0.0376 . 1,928
= 1,970
Xt = 10logXt
= 101,970
= 93,325 m3/dt
f) kala ulang 100 tahun, dengan Cs = -0,133
X − X1 Y − Y1
=
X 2 − X 1 Y 2 − Y1

Tugas Besar Bangunan Air


Eka Azriel Sumbadi Alfirdaus
201910340311250

−0.133 + 0.2 𝑌 − 2,178


=
−0,1 + 0,2 2,252 − 2,178
Y = 2.228
Maka didapat G sebesar 2.228
▪ Hujan rencana untuk periode kala ulang 100 tahun:
Log Xt = Log Xi + Sd . G
= 1.897 + 0.0376 . 2.228
= 1,980
Xt = 10logXt
= 101,980
= 95,499 m3/dt
Tabel 3.5 Tabel Hasil Perhitungan

Tr Log Xt Xt
Pt (%) Log X G SD G*SD
(Tahun) (m^3/dt) (m^3/dt)
2 50 1,897 0,2228 0,0376 0,00838 1,905 80,352
5 20 1,897 0,8406 0,0376 0,03161 1,928 84,722
10 10 1,897 1,266 0,0376 0,0476 1,944 87,9
25 4 1,897 1,734 0,0376 0,0652 1,962 91,622
50 2 1,897 1,928 0,0376 0,07249 1,97 93,325
100 1 18.970 2,228 0,0376 0,08377 1.980 95.499
Pt = Peluang Terlampaui (%)
G = Faktor Frekuensi
SD = Standar Deviasi
Grafik 3.1 Grafik Hubungan Antara Periode Ulang dan Debit Banjir Rancangan

Distribusi Frekuensi Log Person III


1000.000
y = 0.1267x + 84.85
Debit Banjir (m3/dt)

R² = 0.7039

100.000

10.000
1 10 100 1000
Kala Ulang (Tahun)

Tugas Besar Bangunan Air


Eka Azriel Sumbadi Alfirdaus
201910340311250

3.2 Desain Hidrolik Pintu Pengambilan (INTAKE)

Perencanaan bangunan pengambilan didasarkan pada kebutuhan debit air untuk


mengairi areal yang telah direncanakan. Dari Kriteria Perencanaan Bagian
Bangunan Utama (KP-02) disebutkan bahwa kapasitas pengambilan harus
sekurang-kurangnya 120% dari kebutuhan pengambilan guna menambah
fleksibilitas dan agar dapat memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi selama umur
proyek.

Gambar 3.1 Tipe Pintu Pengambilan

3.2.1 Perencanaan Saluran Primer


Tabel 3.6 Perencanaan Lebar Sal. Primer
(KP-03, Lampiran 2 halaman 6)

Diketahui :
- Q = 5,75 m3/dt
- Qn = 5,75 . 1,2 = 6,90 m3/dt

Tugas Besar Bangunan Air


Eka Azriel Sumbadi Alfirdaus
201910340311250

- V = 1,0 – 2,0 m/detik (KP – 02 Hal. 110), direncanalan v = 1 m/dt


- k = 42,5
- m = 1,5
- Perbandingan b/h

Q
N
(m3/dt)
6,00 3,1
6,90 ?
7,00 3,5
-
7−6 6,90−6
- Interpolasi : =
3,5−3,1 X−3,1

- Saluran direncanakan berpenampang Trapesium


- X = 3,46
- b/h = 3,46
- b = 3,46 h
- Q = A×V
- Q = (b+mh)h . V
- 6,90 m3/dt = (3,46 h + 1,5 h) h x 1,0 m/dt
- 6,90 m3/dt = (3,46 h2 + 1,5 h2) x 1,0 m/dt
- 6,90 m3/dt = (4,96 h2) × 1,0 m/dt
6,90
- h = √4,96×1,0 = 1,17 m ≈ 1,20 m

- b = 3,46 h = 3,46 × 1,20 = 4,15 m


- Direncanakan dimensi saluran b = 4,15 m dan h = 1,20 m

Tugas Besar Bangunan Air


Eka Azriel Sumbadi Alfirdaus
201910340311250

Tabel 3. 7 Tinggi Jagaan Minimum untuk Saluran Tanah


(KP-03, Lampiran 2 halaman 6)

Karena Qn = 6,90 maka tinggi jagaan minimum adalah 0,75 m

3.2.2 PINTU PENGAMBILAN (INTAKE KIRI)


Pintu pengambilan berfungsi mengatur banyaknya air yang masuk
saluran dan mencegah masuknya butiran padat dan kasar di dalam saluran.
Persamaan yang di gunakan (KP-02, Halaman 110):

Q = µ . b . a . √(2 . 𝑔 . 𝑍)

Dimana : Q =debit, (m3/dt)


µ = koefisien debit, 0,80
g = percepatan gravitasi, (9,81 m/dt2)
b = lebar bukaan, m
a = tinggi bukaan, m
z = kehilangan tinggi energi pada bukaan, m
Diketahui :
Qn = 1,2 x 5,75 m3/dt = 6,90 m3/dt
µ = 0,80
g = 9,81m/detik2
b = 4,15 m
z = 0,15 – 0,30 m (KP – 02 Hal. 114), diambil z = 0,20 m
Penyelesaian :
6,90 m3/dt = 0,8 . 4,15. a . √(2 .9,81 .0,20)

Tugas Besar Bangunan Air


Eka Azriel Sumbadi Alfirdaus
201910340311250

6,90 m3/dt = 6,57 . a


a = 1,05 m
(di pakai tinggi pintu / bukaan pintu = 1,05 m)
Lebar lebar bukaan = 4,15 m
(di pakai 3 pintu dengan lebar 1 m dengan 2 pilar pemisah 0,575 m)

Tugas Besar Bangunan Air


Eka Azriel Sumbadi Alfirdaus
201910340311250

3.2.3 ELEVASI MERCU BENDUNG


Muka air rencana di depan pengambilan tergantung pada:
a. Elevasi muka air yang di perlukan untuk irigasi.
b. Beda tinggi kantong lumpur (jika ada) yang di perlukan untuk membilas
sedimen dari kantong.
c. Beda tinggi energi pada bangunan pembilas yang di perlukan untuk
membilas sedimen dekat pintu pengambilan.

Jadi untuk merencanakan tinggi muka air rencana, harus di pertimbangkan


pula:
▪ Elevasi sawah tertinggi yang akan diairi.
▪ Tinggi air di sawah.
▪ Kehilangan tinggi energi di saluran dan boks tersier.
▪ Kehilangan energi di bangunan sadap.
▪ Kemiringan saluran primer.
▪ Kehilangan energi di bangunan utama.

Elevasi mercu bendung direncanakan 0,10 m di atas elevasi muka air


pengambilan yang dibutuhkan untuk mencegah kehilangan air pada bending
karena gelombang.

Gambar 3.2 Tipe Pintu Pengambilan

Data perencanaan

• n = 0,05 (KP 02 Hal 111)


• p = 0,50 – 1,50 m (KP 02 Hal 111), di rencanakan 1,50 m
• d = 0,15 – 0,25 m (KP 02 Hal 111), di rencanakan 0,15 m
• z = 0,15 – 0,30 m (KP 02 Hal 111), di rencanakan 0,20 m

Tugas Besar Bangunan Air


Eka Azriel Sumbadi Alfirdaus
201910340311250

• Elevasi dasar sungai = + 179,00 (diketahui di soal)


• Elevasi dasar intake = Elevasi dasar sungai + p
= (+179,00) + 1,50
= +180,50
• Elevasi dasar saluran primer = Elevasi dasar intake – d
= (+180,50) – 0,15
= +180,35
• Tinggi muka air di hilir pintu intake = a + n
= 1,05 m + 0,05 m
= 1,1 m
• Elevasi muka air di hilir pintu intake = Elevasi dasar intake + Tinggi muka air
di hilir pintu intake
= (+180,50) + 1,1
= +181,6
• Elevasi muka air di hulu intake = Elevasi muka air pengambilan
= Elevasi muka air di hilir pintu intake + z
= (+181,6) + 0,20
= +181,8
• Elevasi Mercu Bendung = Elevasi muka air pengambilan + 0,10
= (+181,8) + (+0,10)
= +181,9
• Tinggi Mercu Bendung (P) = Elevasi Mercu Bendung – Elevasi dasar sungai
= (+181,9) – (+ 179,00)
= 2,90 m

Tabel 3.8 Rekapitulasi Elevasi Bangunan Pengambilan


Elevasi Bangunan Pengambilan
Elevasi dasar sungai + 179,00
Elevasi dasar intake + 180,50
Elevasi dasar saluran primer + 180,35
Elevasi muka air di hilir pintu intake + 181,60
Elevasi muka air di hulu intake + 181,80
Elevasi Mercu Bendung + 181,90

Tugas Besar Bangunan Air


Eka Azriel Sumbadi Alfirdaus
201910340311250

Gambar 3.3 Sketsa Potongan Memanjang Pintu Pengambilan

Tugas Besar Bangunan Air


Eka Azriel Sumbadi Alfirdaus
201910340311250

3.3 LEBAR PINTU PEMBILAS, PILAR PENGARAH DAN LEBAR EFEKTIF


BENDUNG

3.3.1 LEBAR BENDUNG (LB)


Lebar bendung, yaitu jarak antar pangkal-pangkalnya sebaiknya sama dengan
lebar rata-rata sungai pada bagian yang stabil. Lebar maksimum bendung
hendaknya tidak lebih dari 1,2 kali lebar rata-rata sungai pada ruas yang stabil (KP-
02, Halaman 48).
Diketahui lebar sungai 31,09 m

LB = 1,2 × 31,09 m

LB = 37,30 m

3.3.2 LEBAR PINTU PEMBILAS


Lantai pembilas merupakan kantong tempat mengendapnya bahan-bahan
kasar di depan pembilas pengambilan. Sedimen yang terkumpul dapat di bilas
dengan jalan membuka pintu pembilas secara berkala guna menciptakan alirab
terkonsentrasi tepat di depan pengambillan.
Lebar pembilas dapat di peroleh dengan (KP-02, Halaman 116):

• Lebar pembilas ditambah tebal pilar pembagi sebaiknya sama dengan 1/6-1/10
dari lebar bersih bendung.
• Lebar pembilas sebaiknya di ambil 60% dari lebar total pengambilan termasuk
pilar-pilarnya.
Perhitungan lebar pembilas
1
Lebar Pembilas = 6 × Lebar Bendung
1
= 6 x 37,30 = 6,21 m ≈ 6,20 m

(Tiga Pintu pembilas dengan lebar 1,75 m, Dua pilar pembagi 0.30 m, satu pilar
pengarah 0,35 m, dinding penahan 0,5)
Direncanakan:

• 3 Pintu pembilas dengan lebar 1,75 m


• Pilar yang dibutuhkan = 1 pilar pengarah 2 pilar pembagi
• Lebar Pilar Pengarah = 0,35 m
• Lebar Pilar Pembagi = 0,30
(bending direncanakan untuk diambil oleh intake kiri)

Tugas Besar Bangunan Air


Eka Azriel Sumbadi Alfirdaus
201910340311250

3.3.3 LEBAR EFEKTIF MERCU (BE)


Lebar efektif mercu (Be) di hubungkan dengan lebar mercu yang
sebenarnya (B), yakni jarak antara pangkal-pangkal bendung dan/tiang pancang,
dengan persamaan berikut (KP-02, Halaman 49):
Be = B – 2(n . Kp + Ka) He
Dimana: n = jumlah pilar
Kp = koefisien kontraksi pilar
Ka = koefisien pangkal bendung
He= tinggi energy, m
Be= lebar efektif mercu
B = lebar mercu
Tabel 3.9 Harga-harga koefisien ka dan kp (kp-02 Hal. 49)

Bentuk Pilar Kp
Untuk pilar berujung segi empat dengan sudut –
sudut yang dibulatkan pada jari – jari yang hamper
0,02
sama dengan 0,1 ari tebal pilar.
Untuk pilar berujung bulat. 0,01
Untuk pilar berujung runcing. 0
Bentuk Pangkal Tembok Ka
Untuk pangkal tembok segi empat dengan tembok
hulu pada 90° ke arah aliran.
0,20
Untuk pangkal tembok bulat dengan tembok hulu
pada 90° kea rah aliran dengan 0,5 H1 > r > 0,15 H1.
0,10
Untuk pangkal tembok bulat dimana r > 0,5 H1 dan
tembok hulu tidak lebih dari 450 ke arah aliran.
0

Perhitungan lebar efektif mercu.


Diketahui lebar bendung 50,50 m
B = L B – tebal pilar pengarah − tebal pilar pembagi −
tebal dinding penahan
= 37,30 − (0,35) − (2x0,30) − (0,5)
= 35,85 m

Tugas Besar Bangunan Air


Eka Azriel Sumbadi Alfirdaus
201910340311250

Be = B – 2(n × Kp + Ka) He

= 35,85 − 2(3 × 0,01 + 0,10) He

= 35,85 m – 0,26 He

3.3.4 Mencari Nilai Hd dan He


Debit air diatas ambang → tinggi muka air (H) → He
2 2
Q = 3 x x√3 x g x Be x He3/2

Dimana :
Q = debit (m3/dt)
Cd = koefisen debit (Cd = C0.C1.C2)
g = percepatan gravitasi (9,81 m/dt2)
Be = lebar efektif mercu (m)
He = H1 = tinggi energi diatas mercu (m)
Diketahui :
Q100 th = 95,499 m3/dt
Cd = 1,27 (asumsi)
Maka :

2 2
Q = 3 x Cd x√3 x g x Be x He3/2

2 2
95,499 = 3 x 1,27 x√3 x 9,81 x (35,85 m – 0,26 He) x He3/2

(menggunakan metode goal seek pada excel didapat nilai He = 1,15)


95,499 = 95,499
Maka He yang digunakan = 1,15 m
Maka Be dapat dihitung :
Be = 35,85 m – 0,26 He
= 35,85 m – 0,26 (1,15)
= 35,55 m

Tugas Besar Bangunan Air


Eka Azriel Sumbadi Alfirdaus
201910340311250

Tinggi Air di Atas Mercu (Hd)


𝑄 𝑄
V = = 𝐵𝑒(𝑝+𝐻𝑒)
𝐴

95,499
= = 0,662 m/dt
35,55(2,90+1,11)

𝑉2
Hd = He - 2𝑔

0,662
= 1,15 - 2.9,81

= 1,13 m
3.3.5 KONTROL CD
Cd = C0 x C1 x C2
Misal di coba dengan data Ogee II
R = 0,68 Hd
R = 0,68 x 1,09
R = 0,74 m
- C0 = He⁄𝑟 = 1,15⁄0,74 = 1,5, dari grafik didapat 1,28

Gambar 3.4 Harga-harga koefisien C0 (Kp 02 Hal 53)

Tugas Besar Bangunan Air


Eka Azriel Sumbadi Alfirdaus
201910340311250

- C1 = P⁄He = 2,90⁄1,15 = 2,51 dari grafik didapat 1,0

Gambar 3.4 Harga-harga koefisien C1 (Kp 02 Hal 54)

- C2 = P⁄He = 2,90⁄1,15 = 2,51 , dari grafik didapat 0.99

Gambar 3.5 Harga-harga koefisien C2 (Kp 02 Hal 54)

- Kontrol
Cd = C0 x C1 x C2
1,27 = 1,28 x 1 x 0,99
1,27  1,27 (Mendekati Cd asumsi) » OK
(maka Cd yang digunakan  1,27)

Tugas Besar Bangunan Air


Eka Azriel Sumbadi Alfirdaus
201910340311250

Tabel 3.10 Rekapitulasi Hasil Perhitungan


Q 95,499 m3/detik

P 2,90 m

g 9,81 m/det2

Cd 1,27

Lebar Bendung (B) 35,85 m

Lebar Efektif Mercu (Be) 35,55 m

He 1,15 m

Hd 1,13 m

Tugas Besar Bangunan Air


Eka Azriel Sumbadi Alfirdaus
201910340311250

3.4 MERCU BENDUNG TETAP (MERCU OGE)


Mercu ogee berbentuk tirai luapan bawah dari bendung ambang tajam aerasi. Oleh
karena itu mercu ini tidak akan memberikan tekanan subatmosfir pada permukaan
mercu sewaktu bendung mengalirkan air pada debit rencana. Untuk debit yang lebih
rendah, air akan memberikan tekanan kebawah pada mercu.
Type ogee II

Gambar 3.5 Sketsa Mercu Bendung Ogee II (Kp 02 Hal 57)

➢ Untuk Hilir

R1 = 0,21 x Hd X1 = 0,139 x Hd
= 0,21 x 1,13 = 0,139 x 1,13
= 0,237 m = 0,157 m
R2 = 0,68 x Hd X2 = 0,237 x Hd
= 0,68 x 1,13 = 0,237 x 1,13
= 0,768 m = 0,267 m
➢ Lengkung Hulu

X1,836 = 1,939 . Hd0,836 . Y


X1,836 = 1,939 . 1,13 0,836 . Y
1
Y = 2,083 . X1,836
Y = 0,465 . X1,836

Tugas Besar Bangunan Air


Eka Azriel Sumbadi Alfirdaus
201910340311250

➢ Titik Gradien

Y’ = 0,465 . 1,83. X0,836


Y’ = 0,850. X0,810
Mencaru potongan lengkung → Y’ = 1
1 = 0,850 X0,836
1
1
X = (0,850)0,836
X = 1,214 m
Subsitusi nilai X = 1,214 m
Y = 0,465 . X1,836
= 0,465 . 1,2141,836
= 0,663 m
Koordinat (1,214 ; 0,663)

3.4.1 PROFIL MUKA AIR DIATAS AMBANG


3.4.1.1 KOORDINAT PERMUKAAN HILIR

Tabel 3.11 Tabel Koordinat Hilir

X Y X Y
0,100 0,007 1,500 0,979
0,200 0,024 1,600 1,102
0,300 0,051 1,700 1,232
0,400 0,086 1,800 1,368
0,500 0,130 1,900 1,511
0,600 0,182 2,000 1,660
0,700 0,242 2,100 1,816
0,800 0,309 2,200 1,978
0,900 0,383 2,300 2,146
1,000 0,465 2,400 2,320
1,100 0,554 2,500 2,501
1,200 0,650 2,600 2,687
1,214 0,664 2,700 2,880
1,300 0,753 2,800 3,079
1,400 0,862 2,900 3,284

Tugas Besar Bangunan Air


Eka Azriel Sumbadi Alfirdaus
201910340311250

Gambar 3.6 Sketsa Mercu Ogee II

3.4.1.2 PROFIL MUKA AIR

Profil Muka Air


Persamaan yang digunakan yaitu :
𝑄
− √2𝑔 (𝑍 + 𝐻𝑒 + 𝑌𝑧) = 0
𝐵𝑒. 𝑌𝑧
Dimana, Q = debit, (m3/dt)
Yz = tinggi muka air di atas ambang, m
g = percepatan gravitasi, (9,8 m/dt2)
Be = lebar efektif mercu, m
He = tinggi energy di atas mercu, m
Z = P + ∆z = tinggi jatuh, m (∆z = beda tinggi di hilir dan hulu)
Diketahui :
Q = 95,449 m3/detik
Be = 35,56 m
He = 1,15 m

Tugas Besar Bangunan Air


Eka Azriel Sumbadi Alfirdaus
201910340311250

Dari rumus di atas dimasukkan data-data yang diketahui


Q
− 2 g ( Z + He + Yz ) = 0
BexYz
95,449
− √2 . 9,81(𝑍 + 1,15 + 𝑌𝑧) = 0
35,55 𝑥 𝑌𝑧

Dengan menggunakan metode Goal Seek, hasil perhitungan sebagai


berikut :
Tabel 3.12 Tabel Profil Muka Air
Q Q
z Yz − 2 g ( Z + He + Yz ) = 0 z Yz − 2 g ( Z + He + Yz ) = 0
BexYz BexYz
0,00 0,475 0,00 1,50 0,350 0,00
0,10 0,463 0,00 1,60 0,345 0,00
0,20 0,452 0,00 1,80 0,334 0,00
0,30 0,441 0,00 1,90 0,330 0,00
0,40 0,431 0,00 2,00 0,325 0,00
0,50 0,421 0,00 2,10 0,32 0,00
0,60 0,412 0,00 2,20 0,32 0,00
0,70 0,404 0,00 2,30 0,31 0,00
0,80 0,396 0,00 2,40 0,31 0,00
0,90 0,388 0,00 2,50 0,30 0,00
1,00 0,381 0,00 2,60 0,30 0,00
1,10 0,374 0,00 2,70 0,30 0,00
1,20 0,368 0,00 2,80 0,29 0,00
1,30 0,361 0,00 2,90 0,29 0,00
1,40 0,356 0,00

Tugas Besar Bangunan Air


Eka Azriel Sumbadi Alfirdaus
201910340311250

➢ Perhitungan q
Persamaan yang digunakan :
𝑄
𝑞=
𝐵𝑒
Dimana, q = debit per lebar satuan, m3/dt.m
Q = debit, m3/dt = 95,449 m3/dt
Be = Lebar efektif mercu, m = 35,55 m
𝑄
𝑞 = 𝐵𝑒
95,449
= 35,55

= 2.68 m3/dt/m

➢ Perhitungan Hc
Persamaan yang digunakan :
3 q2
Hc = √ 𝑔

Dimana, Hc = kedalaman air kritis, m


q = debit per lebar satuan, m3/dt.m
g = percepatan gravitasi, (9,81 m/dt2)
3 q2
Hc = √ 𝑔

3 (2,68 𝑚3 /𝑑𝑡/𝑚)2
=√ = 0,90 m
9,81 𝑚/𝑑𝑡 2

Tugas Besar Bangunan Air


Eka Azriel Sumbadi Alfirdaus
201910340311250

3.5 PEREDAM ENERGI (KOLAM LONCAT AIR)

Gambar 3.6 Gambar Metode Perencanaan Kolam Loncat Air(Kp 02 Hal 20)

Gambar diatas memberikan penjelasan mengenai metode perencanaan kolam


loncat air. Dari grafik q versus H1 dan tinggi jatuh 2, kecepatan (V1) awal loncatan
dapat ditemukan dari:

3.5.1 KECEPATAN AWAL LONCATAN AIR


Persamaan:

1
V1 = √2𝑔 (2 𝐻𝑒 + 𝑧)

Dimana :
V1 = Kecepatan awal loncatan, m/dtk
g = Percepatan gravitasi, m/dtk2
He = Tinggi energi di atas ambang, m
Z = Tinggi jatuh, m
Penyelesaian :

1
V1 = √2𝑔 (2 𝐻𝑒 + 𝑧)

Tugas Besar Bangunan Air


Eka Azriel Sumbadi Alfirdaus
201910340311250

1
V1 = √2 . 9,81 (2 1,15 + 2,90)

V1 = 8,26 m/dt
3.5.2 TINGGI AWAL LONCATAN AIR
Persamaan:
𝑄
V1 = 𝑌1 . 𝐵𝑒

95,449
8,26 =
𝑌1 . 35,55

95,449
Y1 = 8,26 . 35,55

Y1 = 0,325 m
3.5.3 BILANGAN FROUDE
Dengan Persamaan:
𝑉1
Fr1 =
√𝑔 .𝑌1

Dimana :
Fr = Bilangan Froude
Y1 = Kedalaman air di awal loncatan air, m
V1 = Kecepatan awal loncatan, m/dtk
Penyelesaian:
𝑉1
Fr1 =
√𝑔 .𝑌1
8,26
Fr1 =
√9,81 .0,325

Fr1 = 4,62 > 1 (Super Kritis)


3.5.4 Perhitungan tinggi muka air di hilir bendung (H2)
Perhitungan dalam menentukan tinggi muka air di hilir bendung
ditentukanberdasarkan rumus kontinuitas dan rumus Strickler, sebagai berikut:
Diketahui : Q = 95,449 m3/dt
Lebar sungai = 31,09 m

Tugas Besar Bangunan Air


Eka Azriel Sumbadi Alfirdaus
201910340311250

K = 42,5
I = 0,001
m = 1,5
Tabel 3.13 Karakteristik Saluran (kp-04 Hal. 116)

Penyelesaian :
Q = A .V
= A . K . R2/3.I1/2
2
𝐴 3
=A.K. [𝑃] .I1/2
A = (B + mh).h
= (31,09 + 1,5.h).h
P = B + 2h√𝑚2 + 1
= 31,09 + 2h√1,52 + 1
= 31,09 + 3,61h
Maka :

Tugas Besar Bangunan Air


Eka Azriel Sumbadi Alfirdaus
201910340311250

2
𝐴 3
Q= A.K.[𝑃] .I1/2
2
(31,09 + 1,5.h).h 3
95,449 = (31,09 + 1,5.h).h. 31,09 . [ 31,09 + 3,61h ] . 0,0011/2
Dari goalseek di Ms.Excel didapat nilai h2 = 1,637 m
V = K.R2/3.I1/2
2
(31,09 + 1,5.h).h 3
= 31,09 . [ 31,09 + 3,61h ] . 0,0011/2
= 1,308 m/dtk
v2
He2 = h2 + 2g
1,3082
= 1,637 + 2x9,81
= 1,724 m
3.5.5 Tinggi Mercu Dasar Kolam Olak
Elevasi dasar sungai = +179,00 m
Elevasi mercu bendung = +181,9 m
Elevasi kolam dasar olak = elevasi dasar sungai – 0,50
= +179,00 – 0,50
= +178,50 m
Elevasi muka air di hulu = Elevasi mercu bendung + Hd
= (+181,9) + 1,13
= +183,03 m
Elevasi muka air di hilir = Elevasi dasar sungai + H2
= (+179,00) + 1,637
= +180,637 m
Z = elevasi mercu bendung – elevasi dasar kolam olak
= (+181,9) – (+178,50)
= 3,4 m
Menghitung nilai z
Diketahui : He = 1,15 m
He2 = 1,724 m

Elevasi tinggi energi di hulu bendung = elevasi mercu bendung + He


= (+181,9) + (+1,15)
= +183,05 m
Elevasi tinggi energi di hilir bendung = elevasi dasar kolam olak + He2

Tugas Besar Bangunan Air


Eka Azriel Sumbadi Alfirdaus
201910340311250

= (+178,50) + (+1,724)
= +180,224 m
z = elevasi tinggi energi di hulu sungai – elevasi tinggi energi di hilir bendung
= (+183,03) – (+180,224)
= 2,806 m

3.5.6 DESAIN PEREDAM ENERGI USBR Tipe III


- Digunakam USBR Tipe III (6,00 > 4,5)
- Perhitungan Ruang Olakan Tipe USBR
Diketahui : hc = 0,90 m
Elevasi dasar sungai = +179,00 m
Elevasi mercu bendung = +181,9 m
q = 2,68 m3/dt/m

Gambar 3.7 Karakteristik Kolam Olak (Kp 03 Hal 69)

- Menghitung Panjang Loncatan Air

Tugas Besar Bangunan Air


Eka Azriel Sumbadi Alfirdaus
201910340311250

Gambar 3.8 Grafik Panjang Loncatan Air (Bendungan tipe urugan Dr. Suyono
Sosrodarsono hal 222.)
Diketahui : Fr = 4,62
Y1 = D1 = 0,324 m
Dari grafik di dapat nilai 2,4 maka :
𝐿
2,4 = 𝑌2

L = 2,4 x 1,76 = 4,224 m


- Menghitung Dimensi Kolom Olak USBR
- Kedalaman Kritis (Yu)
𝑄 95,449
Yu = = = 0,324 m
𝐵𝑒 𝑥 𝑉1 35,56 𝑥 8,28

- Tinggi Chute Block (Blok Muka)


Yu = 0,324 m
- Jarak Antara Chute Block (Sc)
Sc = Yu = 0,324 m

Tugas Besar Bangunan Air


Eka Azriel Sumbadi Alfirdaus
201910340311250

- Jarak Antara Chute Block dengan Dinding ( dc)


Dc = 0,5 x yu = 0,5 x 0,324 = 0,162m

- Tinggi Blok Halang (buffle block) (n3)


𝑌𝑧(4+𝐹𝑟) 0,324(4+4,64)
n3 = = = 0,466
6 6
- Lebar dan Jarak Antar Blok Halang
= 0,75 x n3 = 0,75 x 0,466 = 0,349 m
- Tebal Ujung Blok Halang (tb)
tb = 0,2 x n3 = 0,2 x 0,466 = 0,093 m

- Jarak Antara Dinding dengan Blok Halang (db)


db = 0,675 x n3 = 0,675 x 0,466 = 0,314
- Tinggi Ambang Ujung (n)
𝑌𝑧(18+𝐹𝑟) 0,324(18+4,62)
n= = = 0,407 m
18 18
- Kedalaman Konjungsi (D2) atau (Y2)

𝑌1 𝑌1 2 2𝑉1 2 𝑌1 0,324 (0,324)2 2(8,26)2 (0,324)


𝑌2 = − + √ + =− +√ +
2 4 𝑔 2 4 9,81

= 1,66 𝑚
- Jarak Antar Blok Muka dengan Blok Halang (La)
La = 0,82 x Y2 = 0,82 x 1,66 = 1,36 m
- Panjang Loncatan (Lj)
o Lj = 5 (Y2 – Y1)
= 5 (1,66 – 0,324)
o = 6,68 M
-

Tugas Besar Bangunan Air


Eka Azriel Sumbadi Alfirdaus
201910340311250

0,093 m

0,162 m
0,314 m

0,324 m 0,349 m

0,466 m 0,407 m

1,36 m
6,68 m

Tugas Besar Bangunan Air


Eka Azriel Sumbadi Alfirdaus
201910340311250

Tabel 3.1 Tabel Rekapitulasi


q 2,68 m3/detik/m
Hc 0,90 m
Hd 1,13 m
He 1,15 m
H2 1,637 m
He2 1,724 m
Hw 1,0 m (Dari KP - 03 Hal. 34)
Z 3,44 m
z 2,806 m
Elevasi dasar sungai +179,00
Elevasi Mercu +181,90
Elevasi m.a di hulu bendung +183,03
Elevasi m.a di hilir bendung +180,637
Elevasi tinggi energi di hulu +183,05
Elevasi tinggi energi di hilir +180,224
Elevasi dasar kolam olak +178,50

Tugas Besar Bangunan Air


ELEVASI
SKALA 1 : 100

+ 208.0
+ 207.0
+ 206.0
+ 205.0
+ 204.0
+ 203.0
+ 202.0
+ 201.0
+ 200.0
+ 199.0
+ 198.0
+ 197.0
+ 196.0
+ 195.0
+ 194.0
ELEVASI
+ 193.0 ELEVASI MERCU BENDUNG +181.94 SKALA 1 : 100
+ 192.0
ELEVASI DASAR INTAKE +180.50
+ 191.0 + 191.0
+ 190.0 ELEVASI DASAR SUNGAI +179.00 + 190.0
+ 189.0 + 189.0
+ 187.0 + 187.0
+ 186.0 + 186.0
+ 185.0 + 185.0
+ 184.0 + 184.0
+ 183.0 + 183.0
LEBAR SUNGAI = 31.09 m
+ 182.0 + 182.0
+ 181.0 + 181.0
+ 180.0 + 180.0
+ 179.0 + 179.0

27,939
0,508
0,508
0,254
0,762

0,508

0,762

0,254
0,508
0,254
0,254
0,254
0,254
0,254
0,254
0,254
0,254
0,254
0,254
0,254
0,254
0,254
0,254
0,254
0,254
0,508
0,508

0,763

0,508
0,254

2,032

2,286

2,286

0,508

2,286

0,762
1,524

1,524

1,016

1,270
POTONGAN MELINTANG SUNGAI SITE B
SKALA VERTIKAL 1 : 100
SKALA HORIZONTAL 1:300

FAKULTAS TEKNIK NAMA TUGAS DISETUJUI NAMA MAHASISWA JUDUL GAMBAR SKALA
JURUSAN TEKNIK SIPIL

TUGAS BESAR Dr. Ir. SULIANTO, MT EKA AZRIEL S.A POTONGAN MELINTANG V = 1:100
PERENCANAAN BANGUNAN AIR (201910340311250) SITE B H = 1:300

UNIVERSITAS MUHAMMADYAH MALANG


MERCU BENDUNG +181,90
MUKA AIR HULU +181,80

Z = 0,20
+181,60 MUKA AIR HILIR

a = 1,05
Q

+180,50

d = 0,15
+180,35

+179,00

POTONGAN MEMANJANG PINTU PENGAMBILAN


SKALA 1 : 25

FAKULTAS TEKNIK NAMA TUGAS DISETUJUI NAMA MAHASISWA JUDUL GAMBAR SKALA
JURUSAN TEKNIK SIPIL

TUGAS BESAR Dr. Ir. SULIANTO, MT EKA AZRIEL S.A POTONGAN MEMANJANG 1 : 25
PERENCANAAN BANGUNAN AIR (201910340311250) PINTU PENGAMBILAN

UNIVERSITAS MUHAMMADYAH MALANG


He = 1,15 m

Hd = 1,13 m

X2=0.237 Hd=0,267 m X

X1=0.139 Hd=0.157 m (0.000;0.000)


(0.200;0.024)
(0.100;0.007)
(0.300;0.051) (0.400;0.086)

R1=0.21 Hd=0.237 m (0.500;0.130) (0.600;0.182)

(0.700;0.242) (0.800;0.309)
R2=0.68 Hd=0.768 m (0.900;0.383) (1.000;0.465)

0,33 (1.100;0.554) (1.200;0.650)


(1.214;0.664)
1 Y

P = 2,90 m

DETAIL MERCU BENDUNG OGEE TYPE III


SKALA 1 : 25

FAKULTAS TEKNIK NAMA TUGAS DISETUJUI NAMA MAHASISWA JUDUL GAMBAR SKALA
JURUSAN TEKNIK SIPIL

TUGAS BESAR EKA AZRIEL S.A DETAIL MERCU BENDUNG 1 : 25


Dr. Ir. SULIANTO, MT
PERENCANAAN BANGUNAN AIR (201910340311250) OGEE TYPE III

UNIVERSITAS MUHAMMADYAH MALANG


+ 183,03
W = 100 m

+183,03
He = 1,15 m
Hd = 1,13 m

Hc = 0,90 m

ELEVASI MERCU +181,90

z = 2,806 m
+ 181,160

W = 100 m
P = 2,90 m +180,160

Z = 3,40 m

He2=1,724
Y2 = 1,66
12 0,50 m 13

y1=0,324m
+179,00 17
16

n3 = 0,466m

n = 0,407 m
1 1,00 m

1,50 m

y2=0,324m
5 8 9 +178,50

2,00 m

1,00 m

1,00 m
4
1,50 m 2,00 m 22
0,50 m

0,50 m
1,50 m

6 7 14 15 18

1,00 m

1,00 m
1,00 m

0,50 m 0,50 m 0,50 m 19

0,50 m
2 3 10 11 20 21
1,50 m 0,35 m La = 1,36 m Lj = 6,68 m
0,50 m
Gambar 3.9 Rencana Peredam Energi
BAB IV
DESAIN STRUKTUR DAN
STABILITAS
4.1 Keamanan Terhadap Rembesan
• Metode Lane
Metode Lane disebut sebagai metode angka rembesan (Lane), adalah
metode yang dianjurkan untuk mencek bangunan-bangunan uttam untuk
mengetahui adanya erosi bawah tanah. Metode ini membandingkan panjang
jalur rembesan di bawah bangunan di sepanjnag bidang kontak
bangunan/pondsi dengan beda tingg muka air antara kedua sisi bangunan. (KP
02 Hal 149)

Rumusnya adalah sebagai berikut :

∑ 1/3 𝐿ℎ+ ∑ 𝐿𝑣
Cw = (KP 02 Hal 149)
𝑍

Dimana :
Cw = Angka rembesan Lane
∑ Lv = Jumlah panjang vertikal, (m)
∑ LH = Jumlah panjang horisontal, (m)
Z = Beda tinggi muka air, (m)

Tabel 4.1 Harga-Harga Minimum Angka Rembesan Lane (CL)

(Sumber: KP 02 halaman 150)


a) Kondisi Normal
• Panjang jalur rembesan (Ld)
Ld = ∑ 1/3 LH + ∑ LV
= (2,95 m + 11,50 m)
= 14,45 m
• Perhitungan angka rembesan Lane (CL)
Muka air normal di hulu mercu = +181,90
Muka air normal di hilir mercu = +178,50
Beda tinggi air di hulu dan hilir mercu (Z) = 181,90 – 178,50
= 3,40 m
CLI = Ld / Z
= 14,45 m / 3,40 m
= 4,25 > CL = 3,0 (Lempung lunak) , OK

b) Kondisi Banjir
Panjang jalur rembesan (Ld)
Ld = ∑ 1/3 LH + ∑ LV
= (2,95 m + 11,50 m)
= 14,45 m
Perhitungan angka rembesan Lane (CL)
Muka air banjir di hulu mercu = Elevasi Mercu + Hd
= 181,90 + 1,13
= +183,03
Muka air banjir di hilir mercu = Elevasi Dasar Kolam Olak
+ Yu + Y1
= +178,50 + 0,324 + 0,324
= 179,148
Beda tinggi air di hulu dan hilir mercu (Z) = 183,030 – 179,148
= 3,88 m
CLI = Ld / Z
= 14,45 / 3,88 m
= 3,72 > CL = 3,0 (Lempung lunak) , OK
c) Gaya Angkat (Uplift)
𝐿𝑑
P = (H - z) . γw (KP 02 Hal 140)
𝐿

Dimana :
P = Gaya angkat, (ton/m2)
H = Tinggi energi di hulu bendung, (m)
Ld = Panjang rembesan, (m)
L = Total panjang rembesan, (m)
Z = Beda tinggi muka air di hulu dan hilir bendung, (m)
▪ Perhitungan Rembesan Kondisi Muka Air Normal
Tabel 4.2 Perhitungan Rembesan Kondisi Normal (Metode Lane)
Panjang Rembesan
1/3 P=(H-ΔH).ϒw
Titik Garis Vertikal Horizontal Ld ΔH=(Ld/L).z H
Horizontal
(m) (m) (m) (m) t/m2
1 0.00 0.000 2.9 2.900
1-2 1.50
2 1.50 0.353 4.40 4.047
2-3 0.50 0.17
3 1.67 0.392 4.40 4.008
3-4 1.00
4 2.67 0.627 3.40 2.773
4-5 1.50 0.50
5 3.17 0.745 3.40 2.655
5-6 0.50
6 3.67 0.863 3.90 3.037
6-7 0.50 0.17
7 3.83 0.902 3.90 2.998
7-8 0.50
8 4.33 1.020 3.40 2.380
8-9 2.00 0.67
9 5.00 1.176 3.40 2.224
9-10 1.00
10 6.00 1.412 4.40 2.988
10-11 1.50 0.50
11 6.50 1.529 4.40 2.871
11-12 2.00
12 8.50 2.000 2.40 0.400
12-13 0.50 0.17
13 8.67 2.039 2.40 0.361
13-14 1.50
14 10.17 2.392 3.90 1.508
14-15 0.50 0.17
15 10.33 2.431 3.90 1.469
15-16 1.00
16 11.33 2.667 2.90 0.233
16-17 1.00 0.33
17 11.67 2.745 2.90 0.155
17-18 1.00
18 12.67 2.980 3.90 0.920
18-19 0.50 0.17
19 12.83 3.020 3.90 0.880
19-20 0.50
20 13.33 3.137 4.40 1.263
20-21 0.35 0.12
21 13.45 3.165 4.40 1.235
20-21 1.00
22 14.45 3.400 3.40 0.000
Jumlah 11.50 8.85 2.95

(Sumber : Perhitungan)
Gambar 4.1 Rembesan kondisi normal
▪ Perhitungan Rembesan Kondisi Muka Air Banjir
Tabel 4.3 Perhitungan Rembesan Kondisi Banjir (Metode Lane)
Panjang Rembesan
1/3
Horizonta ΔH=(Ld/L). P=(H-ΔH).ϒw
Titik Garis Vertikal Horizonta Ld H
l z
l
(m) (m) (m) (m) t/m2
1 0.00 0.000 4.03 4.030
1-2 1.50
2 1.50 0.403 5.53 5.127
2-3 0.50 0.17
3 1.67 0.448 5.53 5.082
3-4 1.00
4 2.67 0.716 4.53 3.814
4-5 1.50 0.50
5 3.17 0.850 4.53 3.680
5-6 0.50
6 3.67 0.985 5.03 4.045
6-7 0.50 0.17
7 3.83 1.029 5.03 4.001
7-8 0.50
8 4.33 1.164 4.53 3.366
8-9 2.00 0.67
9 5.00 1.343 4.53 3.187
9-10 1.00
10 6.00 1.611 5.53 3.919
10-11 1.50 0.50
11 6.50 1.745 5.53 3.785
11-12 2.00
12 8.50 2.282 3.53 1.248
12-13 0.50 0.17
13 8.67 2.327 3.53 1.203
13-14 1.50
14 10.17 2.730 5.03 2.300
14-15 0.50 0.17
15 10.33 2.775 5.03 2.255
15-16 1.00
16 11.33 3.043 4.03 0.987
16-17 1.00 0.33
17 11.67 3.133 4.03 0.897
17-18 1.00
18 12.67 3.401 5.03 1.629
18-19 0.50 0.17
19 12.83 3.446 5.03 1.584
19-20 0.50
20 13.33 3.580 5.53 1.950
20-21 0.35 0.12
21 13.45 3.611 5.53 1.919
20-21 1.00
22 14.45 3.880 4.53 0.650
Jumlah 11.50 8.85 2.95

(Sumber : Perhitungan)
Gambar 4.2 Rembesan kondisi banjir

1.2 Stabilitas Bendung


Dalam perencanaan suatu bendung harus diusahakan agar aman
terhadap bahaya yang mungkin terjadi. Bahaya tersebut dapat berupa gempa
di sekitar bendung yang dapat mengakibatkan bendung terguling, tergeser
dan amblas karena tanah dasar tidak sanggup menahan beban konstruksi.
Untuk memperhitungkan keselamatan yang cukup terhadap bahaya
tersebut, maka perlu ditinjau stabilitas terhadap tubuh bendungnya. Selain
akibat gempa (Fg) stabilitas bendung juga dipengaruhi oleh gaya-gaya yang
bekerja pada konstruksi, yaitu :
• Gaya Vertikal :
1. Gaya vertikal akibat beban konstruksi bendung
2. Gaya vertikal akibat berat air di atas mercu bending
3. Gaya vertikal akibat uplift
• Gaya Horizontal :
1. Gaya horizontal akibat tekanan air
2. Gaya horizontal akibat tekanan tanah dan lumpur
3. Gaya horizontal akibat gempa
➢ Stabilitas Bendung Kondisi Normal
beton = 2,40 t/m3
b = 1,75 t/m3
sat = 1,95 t/m3
w = 1,00 t/m3
Data tanah dasar :
 = 24,5
c = 1,35
Koef. Gempa (kh) = 0,18
A. Gaya Vertikal
1. Gaya dan Momen Akibat Beban Kontruksi (C)
Tabel 4.4 Gaya dan Momen Vertikal Akibat Beban Kontruksi

Lengan
Lebar Tinggi Panjang γbeton Gaya Momen
Notasi Rasio Momen
(m) (m) (m) (t/m3) (ton) (t.m)
(m)
C1 0.50 1.00 1.00 2.40 1.00 1.20 8.61 10.33
C2 0.50 0.50 1.00 2.40 1.00 0.60 6.61 3.97
C3 6.00 0.50 1.00 2.40 1.00 7.20 5.86 42.19
C4 1.00 1.50 1.00 2.40 1.00 3.60 3.61 13.00
C5 1.00 2.89 1.00 2.40 0.50 3.47 3.18 11.03
C6 0.50 1.97 1.00 2.40 1.00 2.36 2.61 6.17
C7 0.50 2.47 1.00 2.40 1.00 2.96 2.11 6.25
C8 0.50 1.00 1.00 2.40 1.00 1.20 2.11 2.53
C9 1.00 1.23 1.00 2.40 1.00 2.95 1.35 3.99
C10 0.50 1.35 1.00 2.40 1.00 1.62 0.61 0.99
C11 0.35 1.00 1.00 2.40 1.00 0.84 0.18 0.15
C12 1.00 0.43 1.00 2.40 0.50 0.52 2.52 1.30
C13 1.00 1.24 1.00 2.40 0.50 1.49 1.52 2.26
C14 0.50 0.88 1.00 2.40 0.50 0.53 0.69 0.36
C15 0.35 0.85 1.00 2.40 0.50 0.36 0.24 0.09
∑V = 30.90 ∑Mv = 104.61
Sumber : Perhitungan
Gambar 4.3 Gaya Vertikal Akibat Beban Kontruksi
2. Gaya Dan Momen Vertikal Akibat Uplift (U)
Tabel 4.5 Gaya dan Momen Vertikal Akibat Upflit

Lengan
Lebar Panjang γair Gaya Momen
Tinggi (m) Momen
Notasi (m) (m) (t/m3) Rasio (ton) (t.m)
(m)

U1 0.50 4.01 1.00 1.00 1.00 2.01 8.61 17.263


U2 1.50 2.66 1.00 1.00 1.00 3.99 7.61 30.364
U3 0.50 3.00 1.00 1.00 1.00 1.50 6.61 9.915
U4 2.00 2.22 1.00 1.00 1.00 4.44 5.36 23.798
U5 1.50 2.87 1.00 1.00 1.00 4.31 3.61 15.541
U6 0.50 0.36 1.00 1.00 1.00 0.18 2.61 0.470
U7 0.50 1.47 1.00 1.00 1.00 0.74 2.11 1.551
U8 1.00 0.15 1.00 1.00 1.00 0.15 1.36 0.204
U9 0.50 0.88 1.00 1.00 1.00 0.44 0.61 0.268
U10 0.36 1.24 1.00 1.00 1.00 0.45 0.18 0.080
U11 0.50 0.04 1.00 1.00 0.50 0.01 8.69 0.087
U12 0.15 0.01 1.00 1.00 0.50 0.00 7.86 0.006
U13 0.50 0.04 1.00 1.00 0.50 0.01 6.69 0.067
U14 2.00 0.16 1.00 1.00 0.50 0.16 5.69 0.910
U15 1.50 0.02 1.00 1.00 0.50 0.02 3.86 0.058
U16 0.50 0.04 1.00 1.00 0.50 0.01 2.69 0.027
U17 0.50 0.04 1.00 1.00 0.50 0.01 2.19 0.022
U18 1.00 0.05 1.00 1.00 0.50 0.03 1.52 0.038
U19 0.50 0.04 1.00 1.00 0.50 0.01 0.69 0.007
U20 0.36 0.03 1.00 1.00 0.50 0.01 0.24 0.001
∑V = 18.45 ∑Mv = 100.678
Sumber : Perhitungan
Gambar 4.4 Gaya Vertikal akibat uplift normal
3. Gaya Dan Momen Vertikal Akibat Berat Air (W)

Tabel 4.6 Gaya Dan Momen Vertikal Akibat Berat Air


Lebar Tinggi Panjang γair Gaya Lengan Momen
Notasi Rasio
(m) (m) (m) (t/m3) (ton) Momen (m) (t.m)
W1 5.00 2.90 1.00 1.00 1.00 14.50 6.35 92.08
W2 1.02 2.90 1.00 1.00 0.50 1.48 3.51 5.19
∑V = 15.98 ∑Mv = 97.27
Sumber : Perhitungan

Gambar 4.5 gaya vertical akibat tekanan air


B. Gaya Horizontal
1. Gaya dan Momen Horizontal Akibat Tekanan Air (Pw)
Diketahui : Berat Jenis Air (γair) = 1,0 t/m3
Cara Perhitungan :
Gaya = Volume (m3) x γair (t/m3) = ton
Lengan Momen = Jarak dari titik berat ke titik guling (m)
Momen = Gaya (ton) x Lengan Momen (m) = (tm)

Tabel 4.7 Gaya dan Momen Horizontal Akibat Tekanan Air

Lengan
Lebar Tinggi Panjang γair Gaya Momen
Notasi Rasio Momen
(m) (m) (m) (t/m3) (ton) (t.m)
(m)
Pw1 2.90 2.90 1.00 1.00 0.50 4.21 4.30 18.08
Pw2 1.50 1.50 1.00 1.00 0.50 1.13 1.00 1.13
∑V = 5.33 ∑Mv = 19.21
Sumber : Perhitungan
2. Gaya Horizontal Akibat Tekanan Tanah dan Lumpur

Diketahui :
Sudut geser tanah, Ø = 24.5o
Berat jenis tanah (γsat) = 1,95 t/m3
Berat jenis lumpur (γb) = 1,75 t/m3
Berat Jenis Air (γw) = 1,00 t/m3
γ' = γsat – γw = 1,95 – 1,00 = 0,95 t/m3
∅ 24,5
Ka = tan2 x (45 − 2) = tan2 x (45 − ) = 0,413
2
∅ 24,5
Kp = tan2 x (45 + 2) = tan2 x (45 + ) = 2,410
2

Cara Perhitungan : Pa
Gaya (ton) = ½ x (Ka x γ’ x H) x H
= ½ x Ka x γ’ x H2
L. Momen (m) = Jarak dari titik berat ke titik guling
Momen (tm) = Gaya x Lengan Momen
Cara Perhitungan : Pp
Gaya (ton) = ½ x (Kp x γ’ x H) x H
= ½ x Ka x γ’ x H2
L. Momen (m) = Jarak dari titik berat ke titik guling
Momen (tm) = Gaya x Lengan Momen
Cara Perhitungan : Ps
Gaya (ton) = ½ x (γs x H) x H
= ½ x γs x H2
L. Momen (m) = Jarak dari titik berat ke titik guling
Momen (tm) = Gaya x Lengan Momen
Tabel 4.9 Gaya dan Momen Horizontal Akibat Tekanan Tanah dan Lumpur

Lengan
Lebar Tinggi Panjang Gaya Momen
Notasi Ka/Kp γ' (t/m3) Rasio Momen
(m) (m) (m) (ton) (t.m)
(m)
Pa1 0.413 1.50 1.50 1.00 0.95 0.50 0.44 0.50 0.22
Pa2 0.413 0.50 0.50 1.00 0.95 0.50 0.05 0.67 0.03
Pa3 0.413 1.00 1.00 1.00 0.95 0.50 0.20 0.33 0.06
Pa4 0.413 1.50 1.50 1.00 0.95 0.50 0.44 1.00 0.44
Pa5 0.413 1.00 1.00 1.00 0.95 0.50 0.20 0.83 0.16
Pa6 0.413 0.50 0.50 1.00 0.95 0.50 0.05 0.17 0.01
∑V = 1.37 ∑Mv = 0.93
Pp1 2.41 1.00 1.00 1.00 0.95 0.50 1.14 0.33 0.38
Pp2 2.41 0.50 0.50 1.00 0.95 0.50 0.29 0.67 0.19
Pp3 2.41 2.00 2.00 1.00 0.95 0.50 4.58 0.67 3.07
Pp4 2.41 1.00 1.00 1.00 0.95 0.50 1.14 0.83 0.95
Pp5 2.41 1.00 1.00 1.00 0.95 0.50 1.14 0.33 0.38
∑V = 8.30 ∑Mv = 4.97
Ps - 2.90 2.90 1.00 1.75 0.50 7.36 2.47 18.18
∑V = 7.36 ∑Mv = 18.18

Sumber : Perhitungan
Gambar 4.6 Gaya horizontal akibat tanah dan lumpur (air normal)
3. Gaya Horizontal Akibat Gempa (G)
Kh = 0,18 (Ketentuan Soal)

Tabel 4.10 Gaya dan Momen Horizontal Akibat Gempa


Lengan
Gaya Gaya Momen
Notasi Kh Momen
(ton) x Kh (t.m)
(m)
G1 1.20 0.18 0.22 0.50 0.11
G2 0.60 0.18 0.11 0.75 0.08
G3 7.20 0.18 1.30 1.25 1.62
G4 3.60 0.18 0.65 0.50 0.32
G5 3.47 0.18 0.62 2.47 1.54
G6 2.36 0.18 0.43 2.98 1.27
G7 2.96 0.18 0.53 2.73 1.46
G8 1.20 0.18 0.22 1.00 0.22
G9 2.95 0.18 0.53 2.12 1.13
G10 1.62 0.18 0.29 1.18 0.34
G11 0.84 0.18 0.15 0.50 0.08
G12 0.52 0.18 0.09 4.11 0.38
G13 1.49 0.18 0.27 3.14 0.84
G14 0.53 0.18 0.10 2.14 0.20
G15 0.36 0.18 0.06 1.31 0.08
∑V = 5.56 ∑Mv = 9.67
Sumber : Perhitungan

Gambar Gaya Horizontal air normal akibat gempa


Tabel 4.11 Rekapitulasi Nilai dan Gaya pada Kondisi Normal

MT
Gaya/Tekanan V (ton) H (ton) MG (t.m)
(t.m)
Akibat Berat Kontruksi 30.90 104.61 - -
Akibat Berat Air (Mw) 15.98 97.27 - -
Akibat Uplift (Mu) -18.45 -100.68 -
Tekanan Air (Pw) - - 5.33 19.21
Tekanan Tanah Aktif (Pa) - - 1.37 0.93

Tekanan Tanah Pasif (Pp) - - -4.97 -8.30


Tekanan Lumpur (Ps) - - 7.36 18.18
Σ 28.43 101.20 9.09 30.02
Akibat Gempa - - 5.56 9.67
Σ 28.43 101.20 14.65 39.69
Sumber : Perhitungan
KONTROL STABILITAS NORMAL
1. Terhadap guling
∑MT
Rumus : SF =
∑MG

(Berdasarkan Rumus Buku Desain Bendung Hal 13)


Dimana :
SF = Angka Keamanan
∑MT = Jumlah Momen Tahanan (tm)
∑MG = Jumlah Momen Guling (tm)
Maka :
∑MT 𝟏𝟎𝟏,𝟐𝟎
Tanpa Gempa : SF = = = 3,33 ≥ 1,50 (OKE)
∑MG 𝟑𝟎,𝟑𝟐
∑MT 𝟏𝟎𝟏,𝟐𝟎
Dengan Gempa : SF = = = 2,54 ≥ 1,25 (OKE)
∑MG 𝟑𝟗,𝟔𝟗

2. Terhadap geser
Diketahui: Ø = Sudut geser tanah = 24,5o
C = kekuatan geser bahan = 1,35 t/m2
B = lebar dasar yang dipertimbangkan =1m
L = panjang dasar yang dipertimbangkan = 8,85 m

𝑐.𝐴+𝑓 . ∑v
Rumus : SF =
∑H

(Berdasarkan Rumus Buku Desain Bendung Hal 12)


Dimana :
SF = Angka Keamanan
∑V = Jumlah Gaya Vertikal (ton)
∑H = Jumlah Gaya Horizontal (ton)
f = tan Ø = Koefisien geser antara tanah dasar pondasi
dengan
dasar pondasi
Maka :
c.A+f . ∑v
Tanpa Gempa : SF = ≥ 1,50
∑H
1,35 x (1 x 8,85) + tan 24,5 x 28,43
SF = ≥ 1,50
9,09
SF = 2,73 ≥ 1,50 (OKE)
c.A+f . ∑v
Dengan Gempa : SF = ≥ 1,50
∑H
1,35 x (1 x 8,85) + tan 24,5 x 28,43
SF = ≥ 1,20
14,65
SF = 1,70 ≥ 1,20 (OKE)

3. Terhadap daya dukung


Perhitungan daya dukung ini dipakai rumus daya dukung Terzaghi
Rumus :
q = c. Nc+ γ.D.Nq+1/2.γ.B.Nγ

Dimana: q = Daya dukung keseimbangan (t/m2)


B = Lebar pondasi (m)
D = Kedalaman pondasi (m)
C = Kohesi
γ = Berat isi tanah (t / m3)
N c, Nq, Nγ = Faktor daya dukung yang tergantung dari besarnya sudut
geser dalam (Φ)
Data tanah dasar :
Φ = 24,50
C = 1,35 t/m2
Pada perencanaan bendung ini, pondasi ditempatkan pada kedalaman :
Df = Panjang pondasi terakhir pada titik (21-22)
Df = 1
B = 8,85 m
FK = 3
Parameter tanah dasar pondasi (pasir dan batuan) yaitu :
γt = 1,95 t/m³
Φ = 24,5°
C = 1,35 t/m2
Tabel 4.12 Nilai-nilai factor daya dukung Terzaghi

Untuk Φ = 24,5°, didapat nilai dari interpolasi:


Nc = 24,245
Nq = 12,06
Nγ = 7,71
Dengan nilai-nilai diatas maka didapat sebagai berikut :
qultimate = C . Nc + γt . Df . Nq + 0,5 . γt . B . Nγ
qultimate = (1,35 t/m2 . 24,245) + (1,95 t/m³. 1 m . 12,06) +
(0,5 . 1,95 t/m³. 8,85 m .7,71)
qultimate = 122,775 t/m²

Berdasarkan harga daya dukung batas, dapat ditentukan daya dukung ijin,
yaitu dengan membagi harga daya dukung atas dengan faktor keamanan (n)
.
Dengan mengambil harga faktor keamanan (n) sebesar 3, maka didapat
harga daya dukung ijin sebesar :
qall = qultimate / 3

qall = 122,775 / 3
qall = 40,92 t/m ²
Rumus :
∑MT − ∑MG
e =
∑V
- L2
∑V 6xe
σ1 = x (1 ±
L )
L

(Berdasarkan Rumus Buku Desain Bendung Hal 9)


Diketahui ; L = 8,85 m
Tanpa Gempa :
L ∑MT − ∑MG L
e =2 – ≤
∑V 6
8,85 101,20−30,02 8,85
= – ≤
2 28,43 6
= 1,92 m ≤ 3,98 m (OKE)

2∑V 2x28,43
σ max = L = 8,85 = 7,56 t/m2
3( −𝑒) 3( −1,92)
2 2
Kesimpulan :
σ max = 7,56 t/m2 < 40,92 t/m² (OKE)
Dengan Gempa :
L ∑MT − ∑MG L
e =– – ≤
2 ∑V 6
8,85 101,20 − 39,69 8,85
= – ≤
2 28,43 6
= 2,26 m ≤ 3,98 m (OKE)

2∑V 2x28,43
σ max = L = 8,85 = 8,75 t/m2
3( −𝑒) 3( −2,26)
2 2
Kesimpulan :
σ max = 8,75 t/m2 < 40,92 t/m² (OKE)

Tabel Rekapitulasi air normal tanpa gempa


Keadaan Air Normal
Stabilitas Syarat
Fg Fs c σmax
Terhadap
Fg ≥ 1,5 3,33
Guling

Terhadap
Fs ≥ 1,5 2,73
Geser

Terhadap
c ≤ L/6 1,92
Eksentrisitas

Terhadap
Tegangan σ ≤ σ' 7,56
Tanah

Tabel Rekapitulasi air normal dengan gempa

Keadaan Air Normal


Stabilitas Syarat
Fg Fs c σmax
Terhadap
Fg ≥ 1,2 2.54
Guling
Terhadap
Fs ≥ 1,2 1,70
Geser

Terhadap
c ≤ L/6 2,26
Eksentrisitas

Terhadap
Tegangan σ ≤ σ' 8,75
Tanah
➢ Stabilitas Bendung Kondisi Banjir
Data Perencanaan:
Data Tanah
✓ b = 1,75 t/m3
✓ beton = 2,4 t/m3
✓ sat = 1,95 t/m3
✓ w = 1,00 t/m3
✓ C = 1,35 t/m3
Data tanah Dasar  = 24,5
Koef. Gempa (kh) = 0,18
A. Gaya Vertikal
1. Gaya dan Momen Vertikal Akibat Uplift
Diketahui : Berat Jenis Air (γair) = 1,0 t/m3
Cara Perhitungan :
Gaya = Volume (m3) x γair (t/m3) = ton
Lengan Momen = Jarak dari titik berat ke titik guling (m)
Momen = Gaya (ton) x Lengan Momen (m) = (tm)

Tabel 4.13 Gaya dan Momen Vertikal Akibat Uplift


Lengan
Lebar Tinggi Panjang γair Gaya Momen
Momen
Notasi (m) (m) (m) (t/m3) Rasio (ton) (t.m)
(m)

U1 0.50 5.08 1.00 1.00 1.00 2.54 8.61 21.869


U2 1.50 3.68 1.00 1.00 1.00 5.52 7.61 42.007
U3 0.50 4.00 1.00 1.00 1.00 2.00 6.61 13.220
U4 2.00 3.19 1.00 1.00 1.00 6.38 5.36 34.197
U5 1.50 3.79 1.00 1.00 1.00 5.69 3.61 20.523
U6 0.50 1.20 1.00 1.00 1.00 0.60 2.61 1.566
U7 0.50 2.26 1.00 1.00 1.00 1.13 2.11 2.384
U8 1.00 0.89 1.00 1.00 1.00 0.89 1.36 1.210
U9 0.50 1.58 1.00 1.00 1.00 0.79 0.61 0.482
U10 0.36 1.91 1.00 1.00 1.00 0.69 0.18 0.124
U11 0.50 0.05 1.00 1.00 0.50 0.01 8.69 0.109
U12 0.15 0.13 1.00 1.00 0.50 0.01 7.86 0.077
U13 0.50 0.04 1.00 1.00 0.50 0.01 6.69 0.067
U14 2.00 0.18 1.00 1.00 0.50 0.18 5.69 1.024
U15 1.50 0.13 1.00 1.00 0.50 0.10 3.86 0.376
U16 0.50 0.05 1.00 1.00 0.50 0.01 2.69 0.034
U17 0.50 0.04 1.00 1.00 0.50 0.01 2.19 0.022
U18 1.00 0.09 1.00 1.00 0.50 0.05 1.52 0.068
U19 0.50 0.05 1.00 1.00 0.50 0.01 0.69 0.009
U20 0.36 0.04 1.00 1.00 0.50 0.01 0.24 0.002
∑V = 26.62 ∑Mv = 139.370

Sumber : Perhitungan
Gambar 4.7 Gaya vertical akibat uplift banjir
2. Gaya dan Vertikal Akibat Beban Kontruksi (C)

Diketahui : Berat Jenis Konstruksi (γbeton) = 2,4 t/m3


Cara Perhitungan :
Gaya = Volume (m3) x γbeton (t/m3) = ton
Lengan Momen = Jarak dari titik berat ke titik guling (m)
Momen = Gaya (ton) x Lengan Momen (m) = (tm)

Tabel 4.14 Gaya dan Momen Akibat Beban Kontruksi


Lengan
Lebar Tinggi Panjang γbeton Gaya Momen
Notasi Rasio Momen
(m) (m) (m) (t/m3) (ton) (t.m)
(m)
C1 0.50 1.00 1.00 2.40 1.00 1.20 8.61 10.33
C2 0.50 0.50 1.00 2.40 1.00 0.60 6.61 3.97
C3 6.00 0.50 1.00 2.40 1.00 7.20 5.86 42.19
C4 1.00 1.50 1.00 2.40 1.00 3.60 3.61 13.00
C5 1.00 2.89 1.00 2.40 0.50 3.47 3.18 11.03
C6 0.50 1.97 1.00 2.40 1.00 2.36 2.61 6.17
C7 0.50 2.47 1.00 2.40 1.00 2.96 2.11 6.25
C8 0.50 1.00 1.00 2.40 1.00 1.20 2.11 2.53
C9 1.00 1.23 1.00 2.40 1.00 2.95 1.35 3.99
C10 0.50 1.35 1.00 2.40 1.00 1.62 0.61 0.99
C11 0.35 1.00 1.00 2.40 1.00 0.84 0.18 0.15
C12 1.00 0.43 1.00 2.40 0.50 0.52 2.52 1.30
C13 1.00 1.24 1.00 2.40 0.50 1.49 1.52 2.26
C14 0.50 0.88 1.00 2.40 0.50 0.53 0.69 0.36
C15 0.35 0.85 1.00 2.40 0.50 0.36 0.24 0.09
∑V = 30.90 ∑Mv = 104.61
Sumber : Perhitungan
Gambar 4.8 Gaya vertikal akibat beban konstruksi banjir
3. Gaya dan Momen Vertikal Akibat Berat Air (W)
Diketahui : Berat Jenis Konstruksi (γbeton) = 2,4 t/m3
Cara Perhitungan :
Gaya = Volume (m3) x γbeton (t/m3) = ton
Lengan Momen = Jarak dari titik berat ke titik guling (m)
Momen = Gaya (ton) x Lengan Momen (m) = (tm)

Tabel 4.15 Gaya dan Momen Vertikal Berat Air

Lengan
Lebar Tinggi Panjang γbeton Gaya Momen
Notasi Rasio Momen
(m) (m) (m) (t/m3) (ton) (t.m)
(m)
W1 5.00 4.03 1.00 2.40 1.00 48.36 6.36 307.57
W2 1.02 2.90 1.00 2.40 0.50 3.55 3.44 12.21
W3 0.83 1.13 1.00 2.40 1.00 2.25 3.44 7.74
W4 1.56 1.13 1.00 2.40 0.50 2.12 2.50 5.29
W5 1.19 0.83 1.00 2.40 0.50 1.19 1.86 2.20
W6 0.67 0.83 1.00 2.40 0.50 0.67 1.26 0.84
W7 0.67 0.94 1.00 2.40 0.50 0.76 1.04 0.79
W8 0.51 0.94 1.00 2.40 0.50 0.58 0.62 0.36
W9 0.51 0.91 1.00 2.40 0.50 0.56 0.45 0.25
W10 0.29 0.68 1.00 2.40 0.50 0.24 0.19 0.04
W11 0.29 0.23 1.00 2.40 1.00 0.16 0.14 0.02
W12 0.29 0.71 1.00 2.40 0.50 0.25 0.10 0.02
∑V = 60.66 ∑Mv = 337.34

Sumber : Perhitungan
Gambar 4.9 Gaya vertical akibat tekanan air banjir
B. Gaya Horizontal
1. Gaya Horizontal Tekanan Air (Pw)
Diketahui : Berat Jenis Air (γair) = 1,0 t/m3
Cara Perhitungan :
Gaya = Volume (m3) x γair (t/m3) = ton
Lengan Momen = Jarak dari titik berat ke titik guling (m)
Momen = Gaya (ton) x Lengan Momen (m) = (tm)

Tabel 4.16 Gaya dan Momen Horizontal Akibat Tekanan Air

Lengan
Lebar Tinggi Panjang γair Gaya Momen
Notasi Rasio Momen
(m) (m) (m) (t/m3) (ton) (t.m)
(m)
Pw1 4.03 4.03 1.00 1.00 0.50 8.12 1.94 15.75
Pw2 1.50 1.50 1.00 1.00 0.50 1.13 3.32 3.74
∑V = 9.25 ∑Mv = 19.49
Sumber : Perhitungan
2. Gaya Horizontal Akibat Tekanan Tanah dan Lumpur

Diketahui :
Sudut geser tanah, Ø = 24.5o
Berat jenis tanah (γsat) = 1,95 t/m3
Berat jenis lumpur (γb) = 1,75 t/m3
Berat Jenis Air (γw) = 1,00 t/m3
γ' = γsat – γw = 1,95 – 1,00 = 0,95 t/m3
∅ 24,5
Ka = tan2 x (45 − 2) = tan2 x (45 − ) = 0,413
2
∅ 24,5
Kp = tan2 x (45 + 2) = tan2 x (45 + ) = 2,410
2

Cara Perhitungan : Pa
Gaya (ton) = ½ x (Ka x γ’ x H) x H
= ½ x Ka x γ’ x H2
L. Momen (m) = Jarak dari titik berat ke titik guling
Momen (tm) = Gaya x Lengan Momen
Cara Perhitungan : Pp
Gaya (ton) = ½ x (Kp x γ’ x H) x H
= ½ x Ka x γ’ x H2
L. Momen (m) = Jarak dari titik berat ke titik guling
Momen (tm) = Gaya x Lengan Momen
Cara Perhitungan : Ps
Gaya (ton) = ½ x (γs x H) x H
= ½ x γs x H2
L. Momen (m) = Jarak dari titik berat ke titik guling

Momen (tm) = Gaya x Lengan Momen


Tabel 4.18 Gaya dan Momen Horizontal Akibat Tekanan Tanah dan Lumpur

Lengan
Lebar Tinggi Panjang Gaya Momen
Notasi Ka/Kp γ' (t/m3) Rasio Momen
(m) (m) (m) (ton) (t.m)
(m)
Pa1 0.413 1.50 1.50 1.00 0.95 0.50 0.44 0.50 0.22
Pa2 0.413 0.50 0.50 1.00 0.95 0.50 0.05 0.67 0.03
Pa3 0.413 1.00 1.00 1.00 0.95 0.50 0.20 0.33 0.06
Pa4 0.413 1.50 1.50 1.00 0.95 0.50 0.44 1.00 0.44
Pa5 0.413 1.00 1.00 1.00 0.95 0.50 0.20 0.83 0.16
Pa6 0.413 0.50 0.50 1.00 0.95 0.50 0.05 0.17 0.01
∑V = 1.37 ∑Mv = 0.93
Pp1 2.41 1.00 1.00 1.00 0.95 0.50 1.14 0.33 0.38
Pp2 2.41 0.50 0.50 1.00 0.95 0.50 0.29 0.67 0.19
Pp3 2.41 2.00 2.00 1.00 0.95 0.50 4.58 0.67 3.07
Pp4 2.41 1.00 1.00 1.00 0.95 0.50 1.14 0.83 0.95
Pp5 2.41 1.00 1.00 1.00 0.95 0.50 1.14 0.33 0.38
∑V = 8.30 ∑Mv = 4.97
Ps - 4.03 4.03 1.00 1.73 0.50 14.05 2.83 39.76
∑V = 14.05 ∑Mv = 39.76
Sumber : Perhitungan

Gambar 4.10 Gaya Horizontal akibat tekanan tanah dan lumpur


3. Gaya Horizontal Akibat Gempa (G)
Kh = 0,18 (Ketentuan Soal)
Tabel 4.19 Gaya dan Momen Horizontal Akibat Gempa
Lengan
Gaya Gaya Momen
Notasi Kh Momen
(ton) x Kh (t.m)
(m)
G1 1.20 0.18 0.22 0.50 0.11
G2 0.60 0.18 0.11 0.75 0.08
G3 7.20 0.18 1.30 1.25 1.62
G4 3.60 0.18 0.65 0.50 0.32
G5 3.47 0.18 0.62 2.47 1.54
G6 2.36 0.18 0.43 2.98 1.27
G7 2.96 0.18 0.53 2.73 1.46
G8 1.20 0.18 0.22 1.00 0.22
G9 2.95 0.18 0.53 2.12 1.13
G10 1.62 0.18 0.29 1.18 0.34
G11 0.84 0.18 0.15 0.50 0.08
G12 0.52 0.18 0.09 4.11 0.38
G13 1.49 0.18 0.27 3.14 0.84
G14 0.53 0.18 0.10 2.14 0.20
G15 0.36 0.18 0.06 1.31 0.08
∑V = 5.56 ∑Mv = 9.67
Sumber : Perhitungan

Gambar horizontal banjir akibat gempa


Tabel 4.20 Rekapitulasi Nilai dan Gaya pada Kondisi Banjir

MT
Gaya/Tekanan V (ton) H (ton) MG (t.m)
(t.m)
Akibat Berat
30.90 104.61 - -
Kontruksi
Akibat Berat Air (Mw) 60.66 337.34 - -
Akibat Uplift (Mu) -26.62 -139.37 - -
Tekanan Air (Pw) - - 9.25 19.49
Tekanan Tanah Aktif
- - 1.37 0.93
(Pa)
Tekanan Tanah Pasif
- - -4.97 -8.30
(Pp)
Tekanan Lumpur (Ps) - - 14.05 39.76
Σ 64.94 302.58 19.70 51.88
Akibat Gempa - - 5.56 9.67
Σ 64.94 302.58 25.26 61.55
Sumber : Perhitungan
KONTROL STABILITAS KONDISI BANJIR

1. Terhadap guling
∑MT
Rumus : SF =
∑MG
(Berdasarkan Rumus Buku Desain Bendung Hal 13)
Dimana :
SF = Angka Keamanan
∑MT = Jumlah Momen Tahanan (tm)
∑MG = Jumlah Momen Guling (tm)
Maka :
∑MT 𝟑𝟎𝟐,𝟓𝟖
Tanpa Gempa : SF = = = 5,83 ≥ 1,50 (OKE)
∑MG 𝟓𝟏,𝟖𝟖
∑MT 𝟑𝟎𝟐,𝟓𝟖
Dengan Gempa : SF = = = 4,91 ≥ 1,25 (OKE)
∑MG 𝟔𝟏,𝟓𝟓

2. Terhadap geser
Diketahui: Ø = Sudut geser tanah = 24,5o
C = kekuatan geser bahan = 1,35 t/m2
B = lebar dasar yang dipertimbangkan =1m
L = panjang dasar yang dipertimbangkan = 8,85 m

𝑐.𝐴+𝑓 . ∑v
Rumus : SF =
∑H
(Berdasarkan Rumus Buku Desain Bendung Hal 12)

Dimana :
SF = Angka Keamanan
∑V = Jumlah Gaya Vertikal (ton)
∑H = Jumlah Gaya Horizontal (ton)
f = tan Ø = Koefisien geser antara tanah dasar pondasi
dengan
dasar pondasi
Maka :
c.A+f . ∑v
Tanpa Gempa : SF = ≥ 1,50
∑H
1,35 x (1 x 8,85) + tan 22 x 64,94
SF = ≥ 1,50
19,70
SF = 1,93 ≥ 1,50 (OKE)
c.A+f . ∑v
Dengan Gempa : SF = ≥ 1,20
∑H
1,35 x (1 x 8,85) + tan 22 x 64,94
SF = ≥ 1,20
25,26
SF = 1,51 ≥ 1,20 (OKE)
2. Terhadap daya dukung
Perhitungan daya dukung ini dipakai rumus daya dukung Terzaghi
Rumus :
q = c. Nc+ γ.D.Nq+1/2.γ.B.Nγ
Dimana: q = Daya dukung keseimbangan (t/m2)
B = Lebar pondasi (m)
D = Kedalaman pondasi (m)
C = Kohesi
γ = Berat isi tanah (t / m3)
N c, Nq, Nγ = Faktor daya dukung yang tergantung dari besarnya sudut
geser dalam (Φ)
Data tanah dasar :
Φ = 24,50
C = 1,35 t/m2
Pada perencanaan bendung ini, pondasi ditempatkan pada kedalaman :
Df = Panjang pondasi terakhir pada titik (21-22)
Df = 1 m
B = 8,85 m
FK = 3
Parameter tanah dasar pondasi (pasir dan batuan) yaitu :
γt = 1,95 t/m³
Φ = 24,5°
C = 1,35 t/m2
Tabel 4.12 Nilai-nilai factor daya dukung Terzaghi

Untuk Φ = 24,5°, didapat nilai dari interpolasi:


Nc = 24,245
Nq = 12,06
Nγ = 7,71
Dengan nilai-nilai diatas maka didapat sebagai berikut :
qultimate = C . Nc + γt . Df . Nq + 0,5 . γt . B . Nγ
qultimate = (1,35 t/m2 . 24,245) + (1,95 t/m³. 1 m . 12,06) +
(0,5 . 1,95 t/m³. 8,85 m .7,71)
qultimate = 122,775 t/m²

Berdasarkan harga daya dukung batas, dapat ditentukan daya dukung ijin,
yaitu dengan membagi harga daya dukung atas dengan faktor keamanan (n)
Dengan mengambil harga faktor keamanan (n) sebesar 3, maka didapat
harga daya dukung ijin sebesar :
qall = qultimate / 3

qall = 122,775 / 3
qall = 40,92 t/m ²
Rumus :
∑MT − ∑MG L
e = -2
∑V

L ∑V 6xe
Jika, e ≤ 6 maka, σ12 = x (1 ± ) ≤ σ ijin
L L

Diketahui ; L = 8,85 m
Tanpa Gempa :
L ∑MT − ∑MG L
e =2 – ≤
∑V 6
8,85 302,58 −51,88 8,85
= – ≤
2 64,94 6
= 0,564 m ≤ 1,475 m

2∑V 2x64,94
σ max = L = 8,85 = 11,212 t/m2
3( −𝑒) 3( −0,564)
2 2
Kesimpulan :
σ max = 11,212 t/m2 < 55,81 t/m² (OKE)

Dengan Gempa :
L ∑MT − ∑MG L
e =2 – ≤
∑V 6
8,85 302,58 −61,55 8,85
= – ≤
2 64,94 6
= 0,713 m ≤ 1,475 m

2∑V 2x64,94
σ max = L = 8,85 = 11,66 t/m2
3( −𝑒) 3( −0,713)
2 2
Kesimpulan :
σ max = 11,66 t/m2 < 55,81 t/m² (OKE)
Tabel Rekapitulasi keadaan air banjir tanpa gempa
Keadaan Air Banjir
Stabilitas Syarat
Fg Fs c σmax
Terhadap
Fg ≥ 1,5 5,83
Guling
Terhadap
Fs ≥ 1,5 1,93
Geser

Terhadap
c ≤ L/6 0,564
Eksentrisitas

Terhadap
Tegangan σ ≤ σ' 11,212
Tanah

Tabel rekapitulasi keadaan air banjir dengan gempa


Keadaan Air Banjir
Stabilitas Syarat
Fg Fs c σmax
Terhadap
Fg ≥ 1,2 4,91
Guling
Terhadap
Fs ≥ 1,2 1,51
Geser

Terhadap
c ≤ L/6 0,713
Eksentrisitas

Terhadap
Tegangan σ ≤ σ' 11,66
Tanah
1,25 m

4,15 m
ELEVASI DASAR
HILIR SAL.
PRIMER +180,35
4,15 m
PINTU PENGAMBILAN
B

PILAR PEMBAGI
0,575 m
PINTU PEMBILAS
PILAR PENGARAH
1,00 m PILAR PEMBAGI DINDING PENAHAN
2,90 m 1,66 m
w=1,00m
ELEVASI DASAR
w=1,00m
INTAKE +180,50 tb = 9,3 cm
0,30m

6,20 m
1,75 m

La = 1,36 m

n3 = 46,6 cm
0,35m

0,324m

0,349m 0,466m
cm
,9
34
0,12m
A A 55,9 cm

0,324m
DETAIL BLOK HALANG

MERCU BENDUNG TYPE OGEE III +181,90


SKALA 1 : 10

KOLAM OLAK TYPE USBR +178,50


DASAR SUNGAI +179,00
Be = 35,55 m

12,21 cm

yu = 32,4 cm
cm
2,4
=3
yu
DETAIL BLOK MUKA
SKALA 1 : 10

B
FAKULTAS TEKNIK NAMA TUGAS DISETUJUI NAMA MAHASISWA JUDUL GAMBAR SKALA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
1 : 225
TUGAS BESAR EKA AZRIEL S.A TAMPAK ATAS BENDUNG HALAMAN
Dr. Ir. SULIANTO, MT
PERENCANAAN BANGUNAN AIR (201910340311250)
UNIVERSITAS MUHAMMADYAH MALANG
PENGATUR GERAKAN
PINTU INTAKE (HOIST)
PENGATUR GERAKAN
PINTU PEMBILAS (HOIST)
PLAT INJAK
ELEVASI TINGGI
JAGAAN +184,03
+183,91
+183,66
w=1,00 m

+183,41
+183,03 +183,16
+182,91
+182,66
He = 1,15 m
Hd = 1,13 m

Hc = 0,90 m

+182,41
+182,16
+181,91

z = 2,806 m
+181,66
+181,41
1,00m
+ 181,160
1,05 m

W = 1,00 m
+180,160
P = 2,90 m

Z=3,4 m
1,50 m

DAUN PINTU
INTAKE

He2=1,724
Y2 = 1,66
12 0,50 m 13

y1=0,324m
HULU +179,00 17
16
1 1,00 m

1,50 m

y2=0,324m

n3 = 0,466m

n = 0,407 m
5 8 9 +178,50

2,00 m

1,00 m

1,00 m
4 1,50 m 2,00 m 22
0,50 m

0,50 m
1,50 m

6 7 14 15 18

1,00 m

1,00 m
1,00 m

0,50 m 0,50 m 19
0,50 m

0,50 m
2 3 10 11 20 21
0,50 m 1,50 m 0,35 m La = 1,36 m
Lj = 6,68 m
FAKULTAS TEKNIK NAMA TUGAS DISETUJUI NAMA MAHASISWA JUDUL GAMBAR SKALA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
1 : 50
TUGAS BESAR EKA AZRIEL S.A POTONGAN A-A HALAMAN
Dr. Ir. SULIANTO, MT
PERENCANAAN BANGUNAN AIR (201910340311250)
UNIVERSITAS MUHAMMADYAH MALANG
DAUN PINTU
PEMBILAS
PENGATUR GERAKAN PINTU PEMBILAS
DINDING PENAHAN GRAVITAS
ELEVASI TINGGI
JAGAAN +184,03
w=1,00 m
0,50m

2,01 m
ELEVASI MUKA AIR DI HULU +183,03
Hd=1,13m

ELEVASI MERCU BENDUNG +181,90


6,03 m

1,75 m
1,05 m

0,50m

ELEVASI DASAR SUNGAI +179,00


0,30m 0,30m 0,35m
1,00 m

Be = 35,55 m
3,08 m
FAKULTAS TEKNIK NAMA TUGAS DISETUJUI NAMA MAHASISWA JUDUL GAMBAR SKALA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
1 : 125
TUGAS BESAR EKA AZRIEL S.A HALAMAN
Dr. Ir. SULIANTO, MT POTONGAN B-B
PERENCANAAN BANGUNAN AIR (201910340311250)
UNIVERSITAS MUHAMMADYAH MALANG
HOIST
HOIST
B

A A
KERANGKA (FRAME)
KERANGKA (FRAME)
PLAT INJAK
BESI AS DRAT
BESI AS DRAT
DAUN PINTU 0,15 m KERANGKA (FRAME)
PEMBILAS DAUN PINTU PEMBILAS
PENGATUR GERAKAN PINTU PEMBILAS DAUN PINTU PEMBILAS BESI AS DRAT DAUN PINTU PEMBILAS

0,24m
1,05 m

1,05 m
1,75 m
1,85 m
DINDING PENAHAN GRAVITAS 1,75 m 0,12m
1,85 m 0,20m

B
ELEVASI TINGGI
JAGAAN +184,03
DETAIL PINTU PEMBILAS POTONGAN A-A POTONGAN B-B
w=1,00 m
0,50m

2,01 m
ELEVASI MUKA AIR DI HULU +183,03
HOIST
Hd=1,13m

HOIST

B
ELEVASI MERCU BENDUNG +181,90
A A
KERANGKA (FRAME)
6,03 m

KERANGKA (FRAME)
1,75 m
PLAT INJAK
1,05 m

BESI AS DRAT
BESI AS DRAT

0,15 m
0,50m

KERANGKA (FRAME)
ELEVASI DASAR SUNGAI +179,00 DAUN PINTU PEMBILAS
0,30m 0,30m 0,35m
1,00 m

DAUN PINTU PEMBILAS BESI AS DRAT DAUN PINTU PEMBILAS

0,24m
3,08 m

1,05 m
1,00 m

1,05 m
1,10 m
1,00 m 0,12m
1,10 m 0,20m

B
DETAIL PINTU INTAKE POTONGAN A-A POTONGAN B-B
FAKULTAS TEKNIK NAMA TUGAS DISETUJUI NAMA MAHASISWA JUDUL GAMBAR SKALA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
1 : 100
TUGAS BESAR EKA AZRIEL S.A DETAIL PINTU PEMBILAS HALAMAN
Dr. Ir. SULIANTO, MT
PERENCANAAN BANGUNAN AIR (201910340311250) DAN PINTU INTAKE
UNIVERSITAS MUHAMMADYAH MALANG
ELEVASI
SKALA 1 : 100
+ 208.0
+ 207.0
+ 206.0
+ 205.0
+ 204.0
+ 203.0
+ 202.0
+ 201.0
+ 200.0
+ 199.0
+ 198.0
+ 197.0
+ 196.0
+ 195.0
+ 194.0
ELEVASI
+ 193.0 ELEVASI MERCU BENDUNG +181.94 SKALA 1 : 100
+ 192.0
ELEVASI DASAR INTAKE +180.50
+ 191.0 + 191.0
+ 190.0 ELEVASI DASAR SUNGAI +179.00 + 190.0
+ 189.0 + 189.0
+ 187.0 + 187.0
+ 186.0 + 186.0
+ 185.0 + 185.0
+ 184.0 + 184.0
+ 183.0 + 183.0
LEBAR SUNGAI = 31.09 m
+ 182.0 + 182.0
+ 181.0 + 181.0
+ 180.0 + 180.0
+ 179.0 + 179.0
0,508
0,508
0,508
0,508

0,508

0,508

0,508

0,508
0,508
0,508
0,508
0,508
0,508
0,508
0,508
0,508
0,508
0,508
0,508
0,508
0,508
0,508
0,508
0,508
0,508
0,508
0,508

0,508

0,508

0,508

0,508
0,508

0,508

0,508

0,508

0,508

0,508

0,508

0,508

0,508
POTONGAN MELINTANG SUNGAI SITE B
SKALA VERTIKAL 1 : 100
SKALA HORIZONTAL 1:300
FAKULTAS TEKNIK NAMA TUGAS DISETUJUI NAMA MAHASISWA JUDUL GAMBAR SKALA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
TUGAS BESAR Dr. Ir. SULIANTO, MT EKA AZRIEL S.A POTONGAN MELINTANG V = 1:100
PERENCANAAN BANGUNAN AIR (201910340311250) SITE B H = 1:300
UNIVERSITAS MUHAMMADYAH MALANG

Anda mungkin juga menyukai