PERENCANAAN BENDUNG
NIM: 2020520097
FAKULTAS TEKNIK
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………………………………………..........
BAB I
PENDAHULUAN
- Bangunan pengambilan
Pengambilan (lihat Gambar 1-3) adalah sebuah bangunan berupa pintu air. Air irigasi
dibelokkan dari sungai melalui bangunan ini. Pertimbangan utama dalam
merencanakan sebuah bangunan pengambilan adalah debit rencana pengelakan
sedimen.
- Bangunan pembilas (penguras)
Pada tubuh bendung tepat di hilir pengambilan, dibuat bangunan pembilas guna
mencegah masuknya bahan sedimen kasar ke dalam jaringan saluran irigasi.
BAB 2
Elevasi mercu bendung ditentukan oleh muka air rencana akibat kebutuhan
irigasi (kebutuhan tinggi genangan di sawah, kehilangan energi ditingkat tersier-
sekunder-primer, kehilangan energi diintake, kehilangan energi dibangunan air
dan bangunan ukur, dll), kehilangan energi pada kantong lumpur akibat
pembilasan sedimen, kehilangan energi pada pintu pembilas akibat pembilasan
sedimen.
Untuk eksploitasi
Bangunan lain
dimana :
Contoh Perhitungan :
Dicontohkan, lebar rata-rata palung sungai (Bp) pada rencana as Bendung adalah
27 m, maka :
- lebar bagian penguras (B2 ) = (1/6 ~ 1/10 B palung) = 4,50 ~ 2,70 m; diambil
3,00 m dan untuk memudahkan operasional dibagi menjadi 2 buah pintu masing-
masing dengan lebar 1,50 m.
- Lebar total mercu sebenarnya, Bw = Bp – Bs = 27,00 – 5,00 = 22,00 m
Asumsi:
P/ H1 ≥ 0,5 C1 = 0,99
Bila sebuah konstruksi bendung dibangun pada aliran sungai baik pada
palungmaupun pada sodetan, maka pada sebelah hilir bendung akan
terjadi loncatan air.Kecepatan pada daerah itu masih tinggi, hal ini akan
menimbulkan gerusan setempat(local scauring). Untuk meredam
kecepatan yang ti nggi itu, dibuat suatu konstruksi peredam energi.
Bentuk hidrolisnya adalah merupakan suatu bentuk pertemuan
antara penampang miring, penampang lengkung, dan penampang lurus. Secara g
aris besar konstruksi peredam energi dibagi menjadi 4 (empat) tipe, yaitu
• Ruang Olak Tipe Vlughter
Kolam peredam energi ini terdiri dari tiga tipe, yaitu solid bucket,
slottedr o o l e r b u c k e t a t a u d e n t a t e d r o l l e r b u c k e t , d a n s k
y jump
K e ti g a ti p e i n i m e m p u n y a i b e n t u k h a m p i r s a m a d e n g a n ti p e
v l u g h t e r , n a m u n p e r b e d a a n y a sedikit pada ujung ruang olakan.
Untuk menghindarkankerusakan lantai belakang maka di
b u a t l a n t a i y a n g m e l e n g k u n g s e h i n g g a bilamana ada batuan
yang terbasa akan melanting ke arah hilirnya.
• Ruang Olak Tipe USBR
Tipe ini biasanya dipakai untuk head drop yang lebih tinggi dari 10 meter. Ruang
olakan ini memiliki berbagai variasi dan yang terpenti ng ada empat
ti pe yang dibedakan oleh rezim hidraulik aliran dan konstruksinya. Tipe-tipe
tersebut, yaitu ruang olakan tipe USBR I merupakan ruang olakan datar
dimana peredamant e r j a d i a k i b a t b e n t u r a n l a n g s u n g d a r i a l i r a n
d e n g a n p e r m u k a a n d a s a r k o l a m , ruang olakan ti pe USBR II
merupakan ruang olakan yang memiliki blok'blok saluran tajam (gigi
pemencar) di ujung hulu dan di dekat ujung hilir (end sill) dan tipe ini cocok
untuk aliran dengan tekanan hidrostatis lebih besar dari 60 m, ruang olakan
ti pe USBR III merupakan ruang olakan yang memiliki gigi pemencar
diujung hulu, pada dasar ruang olak dibuat gigi penghadang aliran,
di ujung hilir dibuat perata aliran, dan ti pe ini cocok untuk
mengalirkan air dengan tekanan hidrostatis rendah, dan ruang olakan
tipe USBR VI merupakan ruang olakan yangdipasang gigi pemencar di
ujung hulu, di ujung hilir dibuat perata aliran, cocok untuk
mengalirkan air dengan tekanan hidrostati s rendah, dan Bilangan -
roudantara 2,5-4,5.
• Ruang Olak Tipe The SAF Stilling Basin (SAF = Saint 0nthony Falls)
Kolam olak perlu digunakan atau tidak ditentukan oleh nilai bilangan Froude.
Berdasarkan bilangan Froude (Fr), dapat dibuat pengelompokan sebagai berikut
(Standar Perencanaan Irigasi KP-02,1986):
a) Fr ≤ 1,7
Tidak diperlukan kolam olak, pada saluran tanah bagian hilir dilindungi dari
bahaya erosi, pada saluran pasangan batu/beton tidak perlu lindungan khusus.
b) 1,7 ≤ Fr ≤ 2,5
Kolam olak diperlukan untuk meredam energi secara efektif. Pada umumnya
kolam olak dengan ambang ujung mampu bekerja dengan baik.
c) 2,5 ≤ Fr ≤ 4,5
Pada prakteknya akan lebih baik untuk tidak merencanakan kolam olak jika 2,5
< Fru < 4,5. Sebaiknya geometrinya diubah untuk memperbesar atau
memperkecil bilangan Froude dan memakai kolam dari kategori lain, karena
akan timbul situasi yang paling sulit dalam memilih kolam olak yang tepat.
d) Fr ≥ 4,5
Digunakan kolam olak USBR tipe III dengan dilengkapi blok depan dan blok halang. Tipe
kolam olak ini merupakan tipe yang paling ekonomis.
BAB III
• Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang berasal dari peratuaran-peraturan atau
ketentuaan-ketentuan yang berlaku yang digunakan dalam perencanaan
struktur bendung. Data sekunder merupakan data penunjang yang diperlukan
dalam perencanaan struktur bangunan yang termasuk dalam klasifikasi data
sekunder ini antara lain adalah literatur-literatur penunjang, grafik, tabel dan
peta/tanah yang berkaitan erat dengan proses perancangan struktur gedung.
a. Data Teknis
Data teknis merupakan data yang berhubungan langsung dengan
perencanaan struktur gedung seperti data tanah, bahan bangunan yang
digunakan, data beban rencana yang bekerja, dan sebagainya.
b. Data Non Teknis
Adalah data yang berfungsi sebagai penunjang dan perencanaan, seperti
kondisi dan letak lokasi proyek. Data yang harus dilengkapi baik berupa data
berdasarkan jenisnya (primer dan sekunder) dalam perencanaan
struktur antara lain terdiri dari :
Lokasi/letak bangunan
Kondisi/sistem struktur bangunan sekitar
Wilayah gempa dimana bangunan itu didirikan
Data pembebanan
Data tanah berdasarkan hasil penyelidikan tanah III - 3
Mutu bahan yang digunakan
Metode analisis yang digunakan
Standar dan referensi yang digunakan dalam perencanaan.
Langkah yang dilakukan setelah mengetahui data-data yang
diperlukan adalah menentukan metode pengumpulan datanya. Adapun
metode pengumpulan data yang dilakukan adalah :
• Observasi
Adalah pengumpulan data melalui peninjauan dan pengamatan
langsung dilapangan.
• Studi Pustaka
Adalah pengumpulan data dengan data-data dari hasil penyelidikan,
penelitian, tes atau uji laboratorium, pedoman, bahan acuan, maupun
standar yang diperlukan dalam perencanan bangunan melalui
perpustakaan ataupun instansi-instansi pemerintah yang terkait.
Setelah diperoleh data yang diperlukan, maka selanjutnya dapat
dilakukan proses perhitungan.
BAB IV
ANALISIS DATA
Di Indonesia pada umumnya digunakan dua tipe mercu untuk bendung pelimpah :
1. Mercu Bulat
Bendung dengan mercu bulat memiliki harga koefisiensi debit
yang jauh lebih tinggi (44%) dibandingkan dengan koefisiensi bendung ambang lebar.
Pada sungai, ini akan banyak memberikan keuntungan karena bangunan ini akan
mengurangi tinggi muka air hulu selama banjir. Harga koefisiensi debit menjadi lebih
tinggi karena lengkung streamline dan tekanan negatif pada mercu.
2. Mercu Ogee
Mercu Ogee berbentuk tirai luapan bawah dari bendung ambang tajam aerasi. Oleh
karena itu mercu ini tidak akan memberikan tekanan subatmosfir pada permukaan
mercu sewaktu bendung mengalirkan air pada debit rencana.
Untuk debit yang lebih rendah, air akan memberikan tekanan ke bawah pada mercu.
Untuk merencanakan permukaan mercu Ogee bagian hilir, U.S. Army Corps of
Engineers telah mengembangkan persamaan berikut:
n
Y x X
Hd k hd ............................................................................................. 4-3
Kemiringan K N
Permukaan Hilir
Persamaan antara tinggi energi dan debit untuk bendung mercu Ogee adalah:
Q= Cd2/3√2/3gbH11,5………………………………………………………………………………………4-4
Lebar bendung, yaitu jarak antara pangkal-pangkalnya (abutment), sebaiknya sama dengan
lebar rata-rata sungai pada bagian yang stabil. Di bagian ruas bawah sungai, lebar rata-rata
ini dapat diambil pada debit penuh (bankful discharge) di bagian ruas atas mungkin sulit
untuk menentukan debit penuh. Dalam hal ini banjir mean tahunan dapat diambil untuk
menentukan lebar rata-rata bendung.
Lebar maksimum bendung hendaknya tidak lebih dari 1,2 kali lebar rata-rata sungai
pada ruas yang stabil. Untuk sungai-sungai yang mengangkut bahan-bahan sedimen kasar
yang berat, lebar bendung tersebut harus lebih disesuaikan lagi terhadap lebar rata-rata
sungai, yakni jangan diambil 1,2 kali lebar sungai tersebut.
Agar pembuatan bangunan peredam energi tidak terlalu mahal, maka aliran per
satuan lebar hendaknya dibatasi sampai sekitar 12-14 m3/dt.m1, yang memberikan tinggi
energi maksimum sebesar 3,5 – 4,5 m
Lebar efektif mercu (Be) dihubungkan dengan lebar mercu yang sebenarnya (B),yakni
jarak antara pangkal-pangkal bendung dan/atau tiang pancang, dengan persamaan berikut:
Dimana :
n = jumlah pilar
H1 = tinggi energi, m
Bentuk Pilar Kp
Untuk pilar berujung segi empat dengan sudut-sudut yang dibulatkan pada jari-jari 0,02
yang hampir sama dengan 0,1 dari tebal pilar
Untuk pilar berujung bulat 0,01
Untuk pilar berujung runcing 0
Bentuk Pangkal Tembok Ka
Untuk pangkal tembok segi empat dengan tembok hulu pada 900 ke arah aliran 0,20
Untuk pangkal tembok bulat dengan tembok hulu pada 900 ke arah aliran dengan 0,10
0,5 H1> r > 0,15 H1
Untuk pangkal tembok bulat dimana r > 0,5 H1 dan tembok hulu tidak lebih dari 0
450 ke arah aliran
Dalam memperhitungkan lebar efektif, lebar pembilas yang sebenarnya (dengan bagian
depan terbuka) sebaiknya diambil 80% dari lebar rencana untuk mengkompensasi
perbedaan koefisiensi debit dibandingkan dengan mercu bendung itu sendiri.
Sebelum menghitung gaya-gaya yang bekerja pada bendung, tentunya harus menentukan
terlebih dahulu muka air banjir sesuai dengan debit rencana. Debit rencana adalah besarnya
debit pada periode ulang tertentu yang diperkirakan akan melalui bangunan air yang telah
direncanakan.
Be = B – 2 (n.Kp + Ka)H1
= 173 – 2 (3×0,01 + 0,20)H1
= 173 – 0,46H1
2. Perhitungan Tinggi Muka Air di Atas Mercu
2 2
Rumus: 𝑄 = 𝑐d. .
3 3 √
g.Be.H13/2
Secara garis besar konstruksi peredam energi dibagi menjadi 4 (empat) tipe, yaitu
Kolam olak perlu digunakan atau tidak ditentukan oleh nilai bilangan Froude.
Berdasarkan bilangan Froude (Fr), dapat dibuat pengelompokan sebagai berikut
(Standar Perencanaan Irigasi KP-02,1986):
Fr ≤ 1,7
Tidak diperlukan kolam olak, pada saluran tanah bagian hilir dilindungi dari
bahaya erosi, pada saluran pasangan batu/beton tidak perlu lindungan
khusus.
1,7 ≤ Fr ≤ 2,5
Kolam olak diperlukan untuk meredam energi secara efektif. Pada umumnya
kolam olak dengan ambang ujung mampu bekerja dengan baik.
2,5 ≤ Fr ≤ 4,5
Pada prakteknya akan lebih baik untuk tidak merencanakan kolam olak jika
2,5 < Fru < 4,5. Sebaiknya geometrinya diubah untuk memperbesar atau
memperkecil bilangan Froude dan memakai kolam dari kategori lain, karena
akan timbul situasi yang paling sulit dalam memilih kolam olak yang tepat.
Fr ≥ 4,5
Digunakan kolam olak USBR tipe III dengan dilengkapi blok depan dan blok
halang. Tipe kolam olak ini merupakan tipe yang paling ekonomis.