Anda di halaman 1dari 19

TUGAS BESAR

PERANCANGAN BANGUNAN AIR (C)

PERENCANAAN BENDUNG

NAMA : ADIDTYA PRASETIYO

NIM: 2020520097

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI


TUGAS PERANCANGAN BANGUNAN AIR

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………………………………………..........

I.1 Pengertian Bendung Tetap ……………………………………………………………………………………………….

I.2 Bagian-bagian Bendung…………………………………………………………………………………………………….

I.2.1 Bangunan Utama…………………………………………………………………………………………………………….

I.2.2 Bangunan Pelengkap……………………………………………………………………………………………………….

BAB II PERENCANAAN BENDUNG TETAP..............................................................................

2.1 Penentuan Elevasi Mercu bending........................................................................................

2.2 Penentuan Lebar Bendung....................................................................................................

2.3 Penentuan Tinggi Muka Air di atas Mercu............................................................................

2.4 Perencanaan Peredam Energi...............................................................................................

2.5 Penentuan Tipe Kolam Olak...................................................................................................

BAB III DATA YANG DIGUNAKAN...............................................................................................

3.1 Data Yang diperlukan dalam perencanaan Bendung (teori).................................................

3.2 Data Tugas Besar (soal).........................................................................................................

BAB IV ANALISA DATA...............................................................................................................

4.1 Penentuan Elevasi Mercu bending.......................................................................................

4.2 Penentuan Lebar Bendung....................................................................................................

4.3 Penentuan Tinggi Muka Air di atas Mercu...........................................................................

4.4 Perencanaan Peredam Energi...............................................................................................

4.5 Penentuan Tipe Kolam Olak.................................................................................................

ADIDTYA PRASETIYO (2020520097)Page 2


TUGAS PERANCANGAN BANGUNAN AIR

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Pengertian Bendungan Tetap


Bendungan tetap adalah jenis bendung yang tinggi pembendungannya tidak
dapat diubah, sehingga muka air di hulu bendung tidak dapat diatur sesuai
yang dikehendaki.
1.2 Bagian Bagian Bendungan.
Bangunan utama terdiri dari berbagai bagian yang akan dijelaskan secara terinci
dalam subbab berikut ini. Pembagiannya dibuat sebagai berikut:

1.3 Bangunan Utama


- Bangunan bendung
Bangunan bendung adalah bagian dari bangunan utama yang benar-benar dibangun di
dalam air. Bangunan ini diperlukan untuk memungkinkan dibelokkannya air sungai
ke jaringan irigasi, dengan jalan menaikkan muka air di sungai atau dengan
memperlebar pengambilan di dasar sungai seperti pada tipe bendung saringan bawah
(bottom rack weir).

- Bangunan pengambilan
Pengambilan (lihat Gambar 1-3) adalah sebuah bangunan berupa pintu air. Air irigasi
dibelokkan dari sungai melalui bangunan ini. Pertimbangan utama dalam
merencanakan sebuah bangunan pengambilan adalah debit rencana pengelakan
sedimen.
- Bangunan pembilas (penguras)
Pada tubuh bendung tepat di hilir pengambilan, dibuat bangunan pembilas guna
mencegah masuknya bahan sedimen kasar ke dalam jaringan saluran irigasi.

ADIDTYA PRASETIYO (2020520097)Page 3


TUGAS PERANCANGAN BANGUNAN AIR

BAB 2

PERENCANAAN BENDUNG TETAP

2.1 Penentuan Elevasi Mercu Bendung

Elevasi mercu bendung ditentukan oleh muka air rencana akibat kebutuhan
irigasi (kebutuhan tinggi genangan di sawah, kehilangan energi ditingkat tersier-
sekunder-primer, kehilangan energi diintake, kehilangan energi dibangunan air
dan bangunan ukur, dll), kehilangan energi pada kantong lumpur akibat
pembilasan sedimen, kehilangan energi pada pintu pembilas akibat pembilasan
sedimen.

Beberapa faktor yang mempengaruhi penentuan elevasi mercu bendung adalah :

a.  Elevasi sawah tertinggi

b.  Tinggi genangan air disawah

c.  Kehilangan tinggi tekan selama perjalanan :

 Dari saluran tersier ke sawah


 Dari saluran sekunder ke tersier
 Dari saluran primer ke sekunder
 Dari sungai ke saluran primer/intake
 Pada bangunan ukur
 Akibat kemiringan saluran

d.  Persediaan tinggi tekan

 Untuk eksploitasi
 Bangunan lain

2.2     Penentuan Lebar Bendung

Perencanaan lebar mercu bendung diusahakan mendekati lebar rata-rata palung


sungai pada bagian yang stabil, yang dimaksudkan untuk menghindari berubahan

ADIDTYA PRASETIYO (2020520097)Page 4


TUGAS PERANCANGAN BANGUNAN AIR

aliran akibat pelebaran atau penyempitan, sehingga mengurangi kemungkinan


terjadinya gerusan (turbulensi aliran) dibagian hulu bangunan.

Lebar efektif mercu bendung dihitung berdasarkan persamaan berikut ini  :

Be     =     B1 – 0.8 . B2 - 2 (n . Kp + Ka) . H1

dimana :

Be     =     lebar efektif mercu bendung

B1     =     lebar bendung sebenarnya

B2     =     lebar bagian penguras = Bs – ns . ts

Bs     =     lebar total bagian penguras

ns        =     jumlah pilar penguras

ts         =     tebal masing-masing pilar penguras

n       =     jumlah pilar di atas mercu

Kp     =     koefisien konstraksi pada pilar

Ka     =     koefisien konstraksi pada dinding samping/abutments

H1     =     tinggi energi total di atas mercu pelimpah

Penentuan Lebar Efektif Bendung

ADIDTYA PRASETIYO (2020520097)Page 5


TUGAS PERANCANGAN BANGUNAN AIR

Koefisien Konstruksi Pilar

Contoh Perhitungan :

Dicontohkan, lebar rata-rata palung sungai (Bp) pada rencana as Bendung adalah
27 m, maka :

-      lebar bagian penguras (B2 ) = (1/6 ~ 1/10 B palung) = 4,50 ~ 2,70 m; diambil
3,00 m dan untuk memudahkan operasional dibagi menjadi 2 buah pintu masing-
masing dengan lebar 1,50 m.

-      Bendung direncanakan mempunyai 2 pintu pengambilan, yaitu kanan dan


kiri sungai, sehingga memerlukan dua buah pilar pengarah dengan masing-
masing mempunyai tebal 1,00 m

-      Lebar total bagian penguras, Bs = (2 pintu ) + (2 pilar x 1,00 m) = (2 x 1,50) + 2


= 5,00 m.

-      Lebar total mercu sebenarnya, Bw = Bp – Bs = 27,00 – 5,00 = 22,00 m

-      Diperlukan 1 buah pilar penopang jembatan operasional dengan tebal 1,00


m, sehingga lebar mercu sebenarnya, B1 = Bw – nj . tj  = 22,00 – (1 x 1,0) = 21,0 m

sehingga lebar efektif mercu Bendung adalah :

Be           =       B1 – 0.8 . B2 - 2 (n . Kp + Ka) . H1

=       21 – 0,80 x 3,00 – (2 (3 x 0.01 +  0,1) x H1)

ADIDTYA PRASETIYO (2020520097)Page 6


TUGAS PERANCANGAN BANGUNAN AIR

=       18,60 – 0,26 x H1

(H1 dicari dengan coba-coba pada persamaan debit pelimpah diatas bendung)

2.3 Perhitungan Tinggi Muka Air di Atas Mercu

Sebelum menghitung gaya-gaya yang bekerja pada bendung, tentunya harus


menentukan terlebih dahulu muka air banjir sesuai dengan debit rencana. Debit
rencana adalah besarnya debit pada periode ulang tertentu yang diperkirakan
akan melalui bangunan air yang telah direncanakan.

Rumus: 𝑄 = 𝑐𝑑. 2/3. √ 2 /3 𝑔.𝐵𝑒. 𝐻₁ ^3/2

Dimana : Q100 = Debit rencana = 1994,4 m3 /dt

Cd = koefisien debit (Cd=C0.C1.C2)

Be = Lebar efektif bendung (m)

H1 = Tinggi energi di hulu (m)

g = Gravitasi (9,80 m/dt2 )

Asumsi:

H1/r ≥ 2,5 C0 = 1,39

P/ H1 ≥ 0,5 C1 = 0,99

P/Hd ≥ 0,5 C2 = 0,99

Cd = C0.C1.C2 = 1,39×0,99×0,99 = 1,362

𝑄 = 𝑐𝑑. 2/ 3 .√ 2 /3 𝑔. 𝐵𝑒. 𝐻₁ ^3/2

1994,4 = 1,362 × 2/3× √ 2/3. 9,80 × (173-0,46.H1) × 𝐻₁ ^3/2.

2.4 Perencanaan Peredam Energi

ADIDTYA PRASETIYO (2020520097)Page 7


TUGAS PERANCANGAN BANGUNAN AIR

Bila sebuah konstruksi bendung dibangun pada aliran sungai baik pada
palungmaupun pada sodetan, maka pada sebelah hilir bendung akan
terjadi loncatan air.Kecepatan pada daerah itu masih tinggi, hal ini akan
menimbulkan gerusan setempat(local scauring). Untuk meredam
kecepatan yang ti nggi itu, dibuat suatu konstruksi  peredam energi.
Bentuk hidrolisnya adalah merupakan suatu bentuk pertemuan
antara penampang miring, penampang lengkung, dan penampang lurus. Secara g
aris besar konstruksi peredam energi dibagi menjadi 4 (empat) tipe, yaitu
• Ruang Olak Tipe Vlughter

Ruang olak ini dipakai pada tanah aluvial dengan aliran


s u n g a i ti d a k   membasa batuan besar. Bentuk hidrolis
kolam ini akan dipengaruhi oleh ti nggienergi di hulu di atas mercu dan
perbedaan energi di hulu dengan muka air banjir hilir.
• Ruang Olak Tipe Schoklitsch

Peredam ti pe ini mempunyai bentuk hidrolis yang sama sifatnya


dengan peredam energi tipe vlughter. Berdasarkan percobaan, bentuk hidroli
s kolam peredam energi ini dipengaruhi oleh faktor-faktor, yaitu tinggi energi 
di atasmercu dan perbedaan tinggi energi di hulu dengan muka air banjir di
hilir.
• Ruang Olak Tipe Bucket

Kolam peredam energi ini terdiri dari tiga tipe, yaitu solid bucket,
slottedr o o l e r   b u c k e t   a t a u   d e n t a t e d   r o l l e r   b u c k e t ,   d a n   s k
y jump
K e ti g a   ti p e   i n i m e m p u n y a i   b e n t u k   h a m p i r   s a m a   d e n g a n   ti p e  
v l u g h t e r ,   n a m u n   p e r b e d a a n y a sedikit pada ujung ruang olakan.
Untuk menghindarkankerusakan lantai belakang maka di
b u a t   l a n t a i   y a n g   m e l e n g k u n g   s e h i n g g a  bilamana ada batuan
yang terbasa akan melanting ke arah hilirnya.
• Ruang Olak Tipe USBR

ADIDTYA PRASETIYO (2020520097)Page 8


TUGAS PERANCANGAN BANGUNAN AIR

Tipe ini biasanya dipakai untuk head drop yang lebih tinggi dari 10 meter. Ruang
olakan ini memiliki berbagai variasi dan yang terpenti ng ada empat
ti pe yang dibedakan oleh rezim hidraulik aliran dan konstruksinya. Tipe-tipe
tersebut, yaitu ruang olakan tipe USBR I merupakan ruang olakan datar
dimana peredamant e r j a d i a k i b a t b e n t u r a n l a n g s u n g d a r i a l i r a n
d e n g a n p e r m u k a a n d a s a r k o l a m , ruang olakan ti pe USBR II
merupakan ruang olakan yang memiliki blok'blok  saluran tajam (gigi
pemencar) di ujung hulu dan di dekat ujung hilir (end sill) dan tipe ini cocok
untuk aliran dengan tekanan hidrostatis lebih besar dari 60 m, ruang olakan
ti pe USBR III merupakan ruang olakan yang memiliki gigi pemencar
diujung hulu, pada dasar ruang olak dibuat gigi penghadang aliran,
di ujung hilir dibuat perata aliran, dan ti pe ini cocok untuk
mengalirkan air dengan tekanan hidrostatis rendah, dan ruang olakan
tipe USBR VI merupakan ruang olakan yangdipasang gigi pemencar di
ujung hulu, di ujung hilir dibuat perata aliran, cocok  untuk
mengalirkan air dengan tekanan hidrostati s rendah, dan Bilangan -
roudantara 2,5-4,5.
• Ruang Olak Tipe The SAF Stilling Basin (SAF = Saint 0nthony Falls)

Ruang olakan ti pe ini memiliki bentuk trapesium yang berbeda


dengan bentuk ruang olakan lain dimana ruang olakan lain berbentuk meleba
r.
2.5 Penentuan Tipe Kolam Olak

Kolam olak perlu digunakan atau tidak ditentukan oleh nilai bilangan Froude.
Berdasarkan bilangan Froude (Fr), dapat dibuat pengelompokan sebagai berikut
(Standar Perencanaan Irigasi KP-02,1986):

a) Fr ≤ 1,7
Tidak diperlukan kolam olak, pada saluran tanah bagian hilir dilindungi dari
bahaya erosi, pada saluran pasangan batu/beton tidak perlu lindungan khusus.
b) 1,7 ≤ Fr ≤ 2,5

ADIDTYA PRASETIYO (2020520097)Page 9


TUGAS PERANCANGAN BANGUNAN AIR

Kolam olak diperlukan untuk meredam energi secara efektif. Pada umumnya
kolam olak dengan ambang ujung mampu bekerja dengan baik.
c) 2,5 ≤ Fr ≤ 4,5
Pada prakteknya akan lebih baik untuk tidak merencanakan kolam olak jika 2,5
< Fru < 4,5. Sebaiknya geometrinya diubah untuk memperbesar atau
memperkecil bilangan Froude dan memakai kolam dari kategori lain, karena
akan timbul situasi yang paling sulit dalam memilih kolam olak yang tepat.
d) Fr ≥ 4,5

Digunakan kolam olak USBR tipe III dengan dilengkapi blok depan dan blok halang. Tipe
kolam olak ini merupakan tipe yang paling ekonomis.

BAB III

ADIDTYA PRASETIYO (2020520097)Page 10


TUGAS PERANCANGAN BANGUNAN AIR

DATA YANG DIGUNAKAN

3.1 Data Yang Diperlukan Dalam Perencanaan Bendung


Pengumpulan Data
Untuk membuat perencanaan struktur bendung diperlukan data-data
sebagai bahan acuan. Dat-data tersebut dapat diklasifikasikan dalam dua jenis
data, yaitu :
• Data Primer
Data Primer adalah data yang diperoleh dari lokasi rencana pembangunan
maupun hasil survey yang dapat langsung dipergunakan sebagai sumber
dalam perancangan bendung.

• Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang berasal dari peratuaran-peraturan atau
ketentuaan-ketentuan yang berlaku yang digunakan dalam perencanaan
struktur bendung. Data sekunder merupakan data penunjang yang diperlukan
dalam perencanaan struktur bangunan yang termasuk dalam klasifikasi data
sekunder ini antara lain adalah literatur-literatur penunjang, grafik, tabel dan
peta/tanah yang berkaitan erat dengan proses perancangan struktur gedung.
a. Data Teknis
Data teknis merupakan data yang berhubungan langsung dengan
perencanaan struktur gedung seperti data tanah, bahan bangunan yang
digunakan, data beban rencana yang bekerja, dan sebagainya.
b. Data Non Teknis
Adalah data yang berfungsi sebagai penunjang dan perencanaan, seperti
kondisi dan letak lokasi proyek. Data yang harus dilengkapi baik berupa data
berdasarkan jenisnya (primer dan sekunder) dalam perencanaan
struktur antara lain terdiri dari :
 ƒ Lokasi/letak bangunan
 ƒ Kondisi/sistem struktur bangunan sekitar
 ƒ Wilayah gempa dimana bangunan itu didirikan

ADIDTYA PRASETIYO (2020520097)Page 11


TUGAS PERANCANGAN BANGUNAN AIR

 ƒ Data pembebanan
 ƒ Data tanah berdasarkan hasil penyelidikan tanah III - 3
 ƒ Mutu bahan yang digunakan
 ƒ Metode analisis yang digunakan
 ƒ Standar dan referensi yang digunakan dalam perencanaan.
Langkah yang dilakukan setelah mengetahui data-data yang
diperlukan adalah menentukan metode pengumpulan datanya. Adapun
metode pengumpulan data yang dilakukan adalah :
• Observasi
Adalah pengumpulan data melalui peninjauan dan pengamatan
langsung dilapangan.
• Studi Pustaka
Adalah pengumpulan data dengan data-data dari hasil penyelidikan,
penelitian, tes atau uji laboratorium, pedoman, bahan acuan, maupun
standar yang diperlukan dalam perencanan bangunan melalui
perpustakaan ataupun instansi-instansi pemerintah yang terkait.
Setelah diperoleh data yang diperlukan, maka selanjutnya dapat
dilakukan proses perhitungan.

BAB IV

ADIDTYA PRASETIYO (2020520097)Page 12


TUGAS PERANCANGAN BANGUNAN AIR

ANALISIS DATA

4.1. Penentuan Elevasi Mercu Bendung

Di Indonesia pada umumnya digunakan dua tipe mercu untuk bendung pelimpah :

( Ogee dan tipe bulat).

1. Mercu Bulat
Bendung dengan mercu bulat memiliki harga koefisiensi debit
yang jauh lebih tinggi (44%) dibandingkan dengan koefisiensi bendung ambang lebar.
Pada sungai, ini akan banyak memberikan keuntungan karena bangunan ini akan
mengurangi tinggi muka air hulu selama banjir. Harga koefisiensi debit menjadi lebih
tinggi karena lengkung streamline dan tekanan negatif pada mercu.
2. Mercu Ogee
Mercu Ogee berbentuk tirai luapan bawah dari bendung ambang tajam aerasi. Oleh
karena itu mercu ini tidak akan memberikan tekanan subatmosfir pada permukaan
mercu sewaktu bendung mengalirkan air pada debit rencana.
Untuk debit yang lebih rendah, air akan memberikan tekanan ke bawah pada mercu.
Untuk merencanakan permukaan mercu Ogee bagian hilir, U.S. Army Corps of
Engineers telah mengembangkan persamaan berikut:
n
Y x X
Hd k hd ............................................................................................. 4-3

dimana x dan y adalah koordinat-koordinat permukaan hilir dan hd adalah tinggi


energi rencana di atas mecu. Harga-harga K dan n adalah parameter. Harga-harga ini
bergantung kepada kecepatan dan kemiringan permukaan belakang.tabel di bawah
ini menyajikan harga-harga K dan n untuk berbagai kemiringan hilir dan kecepatan
pendekatan yang rendah.

Kemiringan K N
Permukaan Hilir

ADIDTYA PRASETIYO (2020520097)Page 13


TUGAS PERANCANGAN BANGUNAN AIR

Vertikal 2,000 1,850


3:1 1,936 1,836
3:2 1,939 1,810
1:1 1,873 1,776

Persamaan antara tinggi energi dan debit untuk bendung mercu Ogee adalah:

Q= Cd2/3√2/3gbH11,5………………………………………………………………………………………4-4

Dimana Q = debit, m3/dt


Cd = koefisien debit (Cd = C0C1C2)
g = percepatan gravitasi, m/dt2(≈ 9,8 m/dt2)
b = lebar mercu, m
H1 = tinggi energi di atas ambang, m

Beberapa faktor yang mempengaruhi penentuan elevasi mercu bendung adalah :

 Elevasi sawah tertinggi


 Tinggi genangan air disawah
 Kehilangan tinggi tekan selama perjalanan

4.2. Penentuan Lebar Bendung

Lebar bendung, yaitu jarak antara pangkal-pangkalnya (abutment), sebaiknya sama dengan
lebar rata-rata sungai pada bagian yang stabil. Di bagian ruas bawah sungai, lebar rata-rata
ini dapat diambil pada debit penuh (bankful discharge) di bagian ruas atas mungkin sulit
untuk menentukan debit penuh. Dalam hal ini banjir mean tahunan dapat diambil untuk
menentukan lebar rata-rata bendung.

Lebar maksimum bendung hendaknya tidak lebih dari 1,2 kali lebar rata-rata sungai
pada ruas yang stabil. Untuk sungai-sungai yang mengangkut bahan-bahan sedimen kasar

ADIDTYA PRASETIYO (2020520097)Page 14


TUGAS PERANCANGAN BANGUNAN AIR

yang berat, lebar bendung tersebut harus lebih disesuaikan lagi terhadap lebar rata-rata
sungai, yakni jangan diambil 1,2 kali lebar sungai tersebut.

Agar pembuatan bangunan peredam energi tidak terlalu mahal, maka aliran per
satuan lebar hendaknya dibatasi sampai sekitar 12-14 m3/dt.m1, yang memberikan tinggi
energi maksimum sebesar 3,5 – 4,5 m

Lebar efektif mercu (Be) dihubungkan dengan lebar mercu yang sebenarnya (B),yakni
jarak antara pangkal-pangkal bendung dan/atau tiang pancang, dengan persamaan berikut:

Be = B – 2 (nKp + K a) H1 .......................................................................... 4-1

Dimana :

n = jumlah pilar

Kp = koefisien kontraksi pilar

Ka = koefisien kontraksi pangkal bendung

H1 = tinggi energi, m

Harga-harga koefisien Ka dan Kp diberikan pada Tabel berikut,

Tabel 4-1. Harga-Harga Koefisien Ka dan Kp

Bentuk Pilar Kp
Untuk pilar berujung segi empat dengan sudut-sudut yang dibulatkan pada jari-jari 0,02
yang hampir sama dengan 0,1 dari tebal pilar
Untuk pilar berujung bulat 0,01
Untuk pilar berujung runcing 0
Bentuk Pangkal Tembok Ka
Untuk pangkal tembok segi empat dengan tembok hulu pada 900 ke arah aliran 0,20

ADIDTYA PRASETIYO (2020520097)Page 15


TUGAS PERANCANGAN BANGUNAN AIR

Untuk pangkal tembok bulat dengan tembok hulu pada 900 ke arah aliran dengan 0,10
0,5 H1> r > 0,15 H1
Untuk pangkal tembok bulat dimana r > 0,5 H1 dan tembok hulu tidak lebih dari 0
450 ke arah aliran

Dalam memperhitungkan lebar efektif, lebar pembilas yang sebenarnya (dengan bagian
depan terbuka) sebaiknya diambil 80% dari lebar rencana untuk mengkompensasi
perbedaan koefisiensi debit dibandingkan dengan mercu bendung itu sendiri.

4.3 Penentuan Tinggi Muka Air di atas Mercu

Sebelum menghitung gaya-gaya yang bekerja pada bendung, tentunya harus menentukan
terlebih dahulu muka air banjir sesuai dengan debit rencana. Debit rencana adalah besarnya
debit pada periode ulang tertentu yang diperkirakan akan melalui bangunan air yang telah
direncanakan.

Pada analisis ini, menggunakan debit tahun rencana:

Q100 = 1994,40 m3 /dt

Q200 = 2123,50 m3 /dt

Q1000 = 2439,63 m3 /dt

1. Perhitungan Lebar Efektif Bendung


Rumus : Be = B – 2(n.Kp + Ka)H1

Dimana: Be = Lebar efektif bendung (m)


B = Lebar rata-rata sungai = 173 m
N = Jumlah pilar
Kp = Koefisien kontraksi pilar (untuk pilar dengan ujung bulat) = 0,01
Ka = Koefisien kontraksi pangkal bendung (untuk pangkal tembok
segiempat dengan hulu pada 90º ke arah aliran) = 0,20

ADIDTYA PRASETIYO (2020520097)Page 16


TUGAS PERANCANGAN BANGUNAN AIR

Be = B – 2 (n.Kp + Ka)H1
= 173 – 2 (3×0,01 + 0,20)H1
= 173 – 0,46H1
2. Perhitungan Tinggi Muka Air di Atas Mercu
2 2
Rumus: 𝑄 = 𝑐d. .
3 3 √
g.Be.H13/2

Dimana: Q100 = Debit rencana = 1994,4 m3/dt


Cd = koefisien debit (Cd=C0.C1.C2)
Be = Lebar efektif bendung (m)
H1 = Tinggi energi di hulu (m)
g = Gravitasi (9,80 m/dt2 )

4.4 Perencanaan Peredam Energi

Secara garis besar konstruksi peredam energi dibagi menjadi 4 (empat) tipe, yaitu

 Ruang Olak Tipe Vlughter


Ruang olak ini dipakai pada tanah aluvial dengan aliran sungai tidak
membasa batuan besar. Bentuk hidrolis kolam ini akan dipengaruhi oleh
tinggienergi di hulu di atas mercu dan perbedaan energi di hulu dengan muka
air banjir hilir.
 Ruang Olak Tipe Schoklitsch
Peredam tipe ini mempunyai bentuk hidrolis yang sama sifatnya dengan
peredam energi tipe vlughter. Berdasarkan percobaan, bentuk hidrolis kolam
peredam energi ini dipengaruhi oleh faktor-faktor, yaitu tinggi energi di
atasmercu dan perbedaan tinggi energi di hulu dengan muka air banjir di hilir.

 Ruang Olak Tipe Bucket


Kolam peredam energi ini terdiri dari tiga tipe, yaitu solid bucket,
slottedrooler bucket atau dentated roller bucket, dan sky jump.Ketiga tipe

ADIDTYA PRASETIYO (2020520097)Page 17


TUGAS PERANCANGAN BANGUNAN AIR

inimempunyai bentuk hampir sama dengan tipe vlughter, namun


perbedaanya sedikit pada ujung ruang olakan. Untuk menghindarkan
kerusakan lantai belakang maka dibuat lantai yang melengkung sehingga
bilamana ada batuan yang terbasa akan melanting ke arah hilirnya.
 Ruang Olak Tipe USBR
Tipe ini biasanya dipakai untuk head drop yang lebih tinggi dari 10
meter. Ruang olakan ini memiliki berbagai variasi dan yang terpenting ada
empat tipe yang dibedakan oleh rezim hidraulik aliran dan konstruksinya.
Tipe-tipe tersebut, yaitu ruang olakan tipe USBR I merupakan ruang olakan
datar dimana peredamanterjadi akibat benturan langsung dari aliran dengan
permukaan dasar kolam,ruang olakan tipe USBR II merupakan ruang olakan
yang memiliki blok'blok saluran tajam (gigi pemencar) di ujung hulu dan di
dekat ujung hilir (end sill) dan tipe ini cocok untuk aliran dengan tekanan
hidrostatis lebih besar dari 60 m, ruang olakan tipe USBR III merupakan ruang
olakan yang memiliki gigi pemencar diujung hulu, pada dasar ruang olak
dibuat gigi penghadang aliran, di ujung hilir dibuat perata aliran, dan tipe ini
cocok untuk mengalirkan air dengan tekanan hidrostatis rendah, dan ruang
olakan tipe USBR VI merupakan ruang olakan yangdipasang gigi pemencar di
ujung hulu, di ujung hilir dibuat perata aliran, cocok untuk mengalirkan air
dengan tekanan hidrostatis rendah, dan Bilangan -roudantara 2,5-4,5.
 Ruang Olak Tipe The SAF Stilling Basin (SAF = Saint 0nthony Falls)
Ruang olakan tipe ini memiliki bentuk trapesium yang berbeda dengan
bentuk ruang olakan lain dimana ruang olakan lain berbentuk melebar.

4.5. Penentuan Tipe Kolam Olak

Kolam olak perlu digunakan atau tidak ditentukan oleh nilai bilangan Froude.
Berdasarkan bilangan Froude (Fr), dapat dibuat pengelompokan sebagai berikut
(Standar Perencanaan Irigasi KP-02,1986):

 Fr ≤ 1,7

ADIDTYA PRASETIYO (2020520097)Page 18


TUGAS PERANCANGAN BANGUNAN AIR

Tidak diperlukan kolam olak, pada saluran tanah bagian hilir dilindungi dari
bahaya erosi, pada saluran pasangan batu/beton tidak perlu lindungan
khusus.
 1,7 ≤ Fr ≤ 2,5
Kolam olak diperlukan untuk meredam energi secara efektif. Pada umumnya
kolam olak dengan ambang ujung mampu bekerja dengan baik.
 2,5 ≤ Fr ≤ 4,5
Pada prakteknya akan lebih baik untuk tidak merencanakan kolam olak jika
2,5 < Fru < 4,5. Sebaiknya geometrinya diubah untuk memperbesar atau
memperkecil bilangan Froude dan memakai kolam dari kategori lain, karena
akan timbul situasi yang paling sulit dalam memilih kolam olak yang tepat.
 Fr ≥ 4,5
Digunakan kolam olak USBR tipe III dengan dilengkapi blok depan dan blok
halang. Tipe kolam olak ini merupakan tipe yang paling ekonomis.

ADIDTYA PRASETIYO (2020520097)Page 19

Anda mungkin juga menyukai