Anda di halaman 1dari 25

Perencanaan Hidrolis

Bendung
Irigasi Bangunan Air 2
Perencanaan Hidrolis Bendung
a. Perencanaan Lebar Bendung
b. Pemilihan Tipe Ambang / Mercu Bendung
c. Perhitungan Hidrolis Mercu Bendung
d. Perencanaan Hidrolis Bangunan Peredam Energi
e. Pemilihan Tipe Peredam Energi
Lebar Bendung
Lebar bendung disebut juga lebar mercu, yaitu jarak antara dua tembok
pangkal bendung (abutment), termasuk lebar bangunan pembilas dan
pilar-pilarnya.

Dalam penentuan lebar mercu bendung, yang harus diperhatikan :


1. Kemampuan melewatkan debit desain dengan tinggi jagaan yang
cukup.
2. Batasan tinggi muka air genangan maksimum yang diijinkan pada
debit desain

Lebar maksimum bendung hendaknya tidak lebih dari 1,2 kali lebar rata-
rata sungai pada ruas yang stabil.
Lebar Bendung Efektif
Lebar bendung efektif
adalah panjang mercu
bendung bruto (bb)
dikurangi dengan lebar
pilar dan pintu pembilas.
Artinya panjang mercu
bendung yang efektif
melewatkan debit banjir
desain.
Perencanaan Lebar Bendung
Panjang bendung efektif dapat diukur dengan cara :

Q = m.B.d . gd

Be = B − 2(n.K p + K a )H1
dengan :
Q = debit rancangan
m = koefisien peluapan
Be = Lebar efektif
B = Lebar sebenarnya
n = jumlah pilar
Kp = koefisien kontraksi pilar
Ka = koefisien kontraksi pangkal
= bendung
H1 = tinggi energi
Perencanaan Lebar Bendung
Nilai Koefisien Nilai Kp
•Pilar berujung segi empat dengan sudut-sudut dibulatkan 0,02
pada jari-jari yang hampir sama dengan 0,1 dari tebal pilar
•Pilar berujung bulat
•Pilar berujung runcing 0,01
0
Nilai Koefisien Nilai Ka
•Pangkal tembok segi empat dengan tembok hulu pada 0,20
90 ke arah aliran
•Pangkal tembok bulat dengan tembok hulu pada 90 ke 0,10
arah aliran dengan 0,5 H1 r  0,15 H1
•Pangkal tembok bulat dimana r  0,15 H1 dan tembok hulu 0
tidak lebih dari 45 ke arah aliran
Mercu Bendung
Mercu bendung yaitu bagian teratas tubuh bendung dimana aliran
dari hulu dapat melimpah ke hilir.
Mercu Bendung
Fungsi :
sebagai penentu tinggi muka air minimum di
sungai bagian hulu bendung dan sebagai
pelimpah aliran sungai.

Letak mercu bendung :


bersama-sama tubuh bendung diusahakan
tegak lurus arah aliran sehingga aliran menuju
bendung terbagi rata.

Tinggi mercu bendung (p) :


yaitu ketinggian antara elevasi lantai hulu dan
elevasi mercu.
Mercu Bendung
Yang harus diperhatikan dalam menentukan tinggi mercu bendung :

1. Kebutuhan penyadapan untuk memperoleh debit dan tinggi tekan


2. Kebutuhan tinggi energi untuk pembilasan.
3. Tinggi muka air genangan yang akan terjadi.
4. Kesempurnaan aliran pada bendung.
5. Kebutuhan pengendalian angkutan sedimen yang terjadi di bendung
Tipe Mercu Bendung
Di Indonesia pada umumnya digunakan dua tipe mercu untuk bendung
tipe Ogee dan tipe bulat
Mercu Bendung Tipe Ogee
• Mercu Ogee berbentuk tirai
luapan bawah dari bandung
ambang tajam aerasi.
• Mercu tidak akan memberikan
tekanan subatmosfir pada
permukaan mercu sewaktu
bendung mengalirkan air pada
debit rencana.
Mercu Bendung Tipe Bulat
• Bentuknya sederhana sehingga mudah dalam pelaksanaannya.
• Mempunyai mercu yang besar sehingga lebih tahan terhadap benturan batu
gelundung.
• Tahan terhadap goresan atau abrasi karena diperkuat oleh pasangan batu
candi atau beton.
Perhitungan Hidrolis Mercu Bendung
Persamaan antara tinggi energi dan debit untuk bendung mercu adalah:
2 2
𝑄= 𝐶𝑑 𝑔𝑏 𝐻11,5
3 3
di mana: Q = debit, (m3/dt)
Cd = koefisien debit (Cd = C0C1C2)
G = percepatan gravitasi, m/dt2 (≅ 9,8)
b = lebar mercu, (m)
H1 = tinggi enegi di atas ambang, (m).
Koefisien debit Cd adalah hasil dari:
- C0 yang merupakan fungsi H1/r
- C1 yang merupakan fungsi p/H1 dan
- C2 yang merupakan fungsi p/H1 dan kemiringan muka hulu bendung
Perhitungan Hidrolis Mercu Bendung

Harga-harga koefisien C0 untuk bendung ambang bulat


sebagai fungsi perbandingan H1/r
Perhitungan Hidrolis Mercu Bendung

Harga-harga koefisien C1 untuk bendung ambang bulat


sebagai fungsi perbandingan P/H1
Perhitungan Hidrolis Mercu Bendung

Harga-harga koefisien C2 denga muka hulu melengkung


Bangunan Peredam Energi
Aliran di atas bendung di sungai dapat menunjukkan berbagai
perilaku disebelah bendung akibat kedalaman air yang ada h2
Kemungkinan Pola Aliran di Atas Bendung
A menunjukkan aliran tenggelam yang menimbulkan sedikit
sajagangguan di permukaan berupa timbulnya gelombang.
B menunjukkan loncatan tenggelam yang lebih diakibatkan
oleh kedalaman air hilir yang lebih besar, daripada oleh
kedalaman konjugasi.
Kemungkinan Pola Aliran di Atas Bendung
C adalah keadaan loncat air di mana kedalaman air hilir sama
dengan kedalaman konjugasi loncat air tersebut.
D terjadi apabila kedalaman air hilir kurang dari kedalaman
konjugasi. dalam hal ini loncatan akan bergerak ke hilir.
Bangunan Peredam Energi

Untuk menemukan debit yang akan memberikan keadaan terbaik untuk


peredaman energi, semua debit harus dicek dengan muka air hilirnya.

Jika degradasi mungkin terjadi, maka harus dibuat perhitungan


denganmuka air hilir terendah yang mungkin terjadi untuk mencek
apakah degradasi mungkin terjadi.
Bangunan Peredam Energi
Degradasi harus dicek jika:
a. bendung dibangun pada sodetan (kopur)
b. sungai itu sungai alluvial dan bahan tanah yang dilalui rawan
terhadap erosi
c. terdapat waduk di hulu bangunan.
Hal yang diperhatikan perencanaan
peredam energi
a. Jenis bangunan (bendung tetap, bendung gerak, bendung karet
atau bangunan pengendali dasar sungai),
b. Besar energi yang harus diredam (tinggi pembendungan),
c. Angkutan muatan sedimen yang terbawa oleh aliran sungai,
d. Kondisi aliran yang terjadi,
e. Kemungkinan degradasi atau agradasi dasar sungai (ruas sungai
bagian hulu, tengah atau hilir).
Tipe Peredam Energi
a. Kolam Loncat Air
Tipe Peredam Energi
b. Bak Tenggelam
Tipe ini dipakai Jika kedalaman konjugasi hilir dari loncat air terlalu tinggi
dibanding kedalaman air normal hilir, atau kalau diperkirakan akan terjadi
kerusakan pada lantai kolam yang panjang akibat batu-batu besar yang
terangkut lewat atas bendung, tipe ini relatif pendek tetapi dalam.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai