Anda di halaman 1dari 89

Fungsi dan Konstruksi

Pelimpah
berfungsi untuk mengalirkan air banjir dari waduk bila waduk penuh
Material : Beton (bendungan tinggi) dan pasangan batu kali (bendungan
rendah)
Pelimpah harus dibangun pada pondasi yang kokoh (berat sendiri + gaya
hidrodinamis)
Pada bendungan urugan, pelimpah tidak boleh diletakkan diatas
timbunan
Tipe bangunan pelimpah
Bangunan pelimpah utama
Bangunan pelimpah pembantu
Bangunan pelimpah darurat
Bangunan pelimpah darurat dengan penghancuran secara disengaja
Bagian pelimpah
Entrance (berhubungan langsung dengan waduk dan merupakan
bangunan pengatur debit) : saluran pengarah aliran dan ambang
(saluran pengatur debit aliran)
Conduit (saluran yang membawa air keluar waduk menuju sungai di
bagian hilir) : transisi, peluncur, transisi bawah
Outlet (bangunan peredam energi): peredam energi, saluran pengatur
tinggi muka air
Tipe dan komponen bangunan
pelimpah
Debit rencana
Debit maksimum untuk merencanakan pelimpah, tergantung dari
◦ Jenis/ fungsi bangunan
◦ Tingkat bahaya
◦ Resiko yang diambil
◦ Referensi dari bangunan yang sama

Konsultan jepang 1,2 x Q 100 th


Konsultan Eropa Q 1000 th
Debit Rencana
Entrance : Q banjir rancangan
Conduit dan outlet : Q outflow maksimum (penelusuran banjir)
Kontrol rancangan dengan 1,2 x Q banjir rencana atau Q PMF
Bangunan pelimpah (spillway)
diklasifikasikan sebagai pelimpah dengan pintu pengatur dan pelimpah tanpa
pintu pengatur.
beberapa tipe pelimpah :
◦ Pelimpah terjunan (overflow spillway)
◦ Pelimpah samping
◦ Pelimpah peluncur (chute spillway)
◦ Pelimpah corong
Pelimpah terjunan (overflow spillway)
dikenal juga sebagai pelimpah overfall spillway atau
OGEE
dibedakan ke dalam jenis terkontrol dan tidak
terkontrol.
Pelimpah jenis ini bentuknya menyerupai tubuh
bendung tetap, yaitu air lewat di atas mercu.
Pelimpah terjunan sering dibuat untuk bangunan
pelengkap pada bendungan beton gaya berat.
Pelimpah terjunan (overflow
spillway)
Pelimpah samping
Pada pelimpah samping, aliran air setelah melewati mercu bendung
atau mercu ogee dialirkan melalui saluran yang sejajar dengan mercu.
Pelimpah samping sesuai untuk bendungan urugan tanah atau urugan
batu.
Pelimpah peluncur (chute
spillway)
Pelimpah peluncur merupakan salah satu bangunan yang digunakan untuk
mengalirkan kelebihan air waduk melalui saluran terbuka yang mempunyai
kemiringan besar (curam), dan disebut peluncur.
Pada umumnya jenis pelimpah ini dibangun terpisah dengan bendungannya
dan sering digunakan pada bendungan jenis urugan.
Peluncur dapat dibuat dengan lebar konstan maupun dibuat menyempit
Pelimpah corong
Pelimpah corong juga kadang-kadang dikenal dengan sebutan drop inlet
spillway atau morning glory spillway.
Pelimpah ini mempunyai bentuk seperti sebuah cerobong tegak dengan
sebuah corong tegak lurus yang dihubungkan dengan pipa horisontal
(berbentuk L) keluar dari bendungan
Tinggi ambang pelimpah
Tinggi ambang ditetapkan berdasarkan elevasi puncak pelimpah dan
pondasi tanah keras
Untuk pelimpah tidak berpintu, elevasi puncak pelimpah = MAN dan
dasarnya tidak perlu sampai dasar sungai
Lebar Pelimpah
Berdasarkan biaya
Q = V.A = V.L.H
Berdasarkan fungsi tampungan banjir
◦ Menurunkan puncak banjir
∆𝑆
◦ I=O+ 𝑡
Puncak Pelimpah
Bebas : MAN
Bebas berpintu : Dibawah MAN
Saluran Pengarah Aliran
Berfungsi sebagai penuntun dan pengarah aliran agar aliran yang masuk
ambang dalam kondisi hidrolis yang baik
Bentuk saluran berupa teropong yang lebar di bagian hulu dan menyempit di
bagian hilir
Ujung tembok penahan bersudut tumpul
Kecepatan tidak boleh lebih dari 4 m/dt
𝑄
𝑉= (P=tinggi ambang, H = tinggi air diatas ambang)
𝑃+𝐻 𝑥𝐿
Lebar Ambang Pelimpah

Be  B  2nK p  K a H 1
Dimana:
Be = Bentang efektif ambang pelimpah
B = bentang ambang pelimpah
n = jumlah pilar
Kp = koefisien kontraksi pilar
Ka = koefisien kontraksi pangkal ambang pelimpah
H1 = tinggi energi
Nilai Kp dan Ka
Perencanaan hidrolis mercu/
ambang pelimpah
Bentuk mercu yang banyak dipakai bendungan besar adalah tipe Ogee.
Profil mercu ini direncanakan sedemikian sehingga agar sesuai dengan
tirai luapan (flow nappe) bawah dari suatu ambang tajam.
Mercu Ogee
berbentuk tirai luapan bawah dari bendung Harga k dan n
ambang tajam aerasi  tidak akan
memberikan tekanan subatmosfer pada Kemiringan k N
permukaan mercu sewaktu bendung
mengalirkan debit rencana permukaan hilir

Untuk debit yang lebih rendah, air akan Vertikal 2.000 1.850
memberikan tekanan ke bawah pada mercu. 1 - 0.33 (3:1) 1.936 1.836
1 - 0.67 (3:2) 1.939 1.810
X n  Khdn 1Y 1 – 1 (3:3) 1.873 1.776

X dan Y : koordinat-koordinat permukaan


hilir (dari puncak mercu);
hd : tinggi energy rencana diatas mercu;
K dan n : parameter yang tergantung pada
kemiringan hulu
Bentuk-bentuk bendung mercu Ogee
(U.S.Army Corps of Engineers, Waterways Experimental Stasion)
Bentuk-bentuk bendung mercu Ogee
(U.S.Army Corps of Engineers, Waterways Experimental Stasion)
Pertemuan lengkung harrold dan garis lurus
Harus merupakan garis/bidang singgung sehingga tidak menyebabkan
adanya cekungan yang menyebabkan rongga udara yang menimbulkan
kavitasi, dengan titik singgung:
𝑑𝑦 1,85𝑋 0,85
= =1:m
𝑑𝑥 2𝐻𝑑 0,85

M = kemiringan lereng hulu bendung


Tekanan diatas ambang
Pelimpah tinggi tekan sedang : tekanan negative yang
diijinkan -1,5 m
Pelimpah tinggi tekan besar : tekanan negative yang
diijinkan – 4,8 m
Tekanan negative menimbulkan :
◦ Menambah momen guling
◦ Menambah gaya akibat beban berguna pada pintu
◦ Mengurangi kapasitas peralatan yang dikontrol secara otomatis
◦ Menimbulkan getaran pada seluruh konstruksi
◦ Menimbulkan getaran pada lapisan selimut yang menyebabkan
retaknya bangunan
Debit

Q  Cd Be H
1,5
1

Q = debit, m3/dt
Cd = koefisien debit
(Cd = C0C1C2)
- C0 adalah konstanta (= 1,30),
- C1 adalah fungsi p/hd dan H1/hd
- C2 adalah faktor koreksi untuk permukaan hulu.
G = percepatan gravitasi, m/dt2 (≅ 9,8)
b = lebar mercu, m
H1 = tinggi enegi di atas ambang, m.
Besarnya koefisien debit Cd
tergantung pada beberapa faktor :
faktor kecepatan awal,
kemiringan permukaan hulu mercu
efek aliran tenggelam di landasan hilir
Pengaruh kecepatan awal
Besarnya koefisien debit tergantung dari ketinggian bendung/ pelimpah ogee (p)
dan tinggi rencana di atas mercu bendung/ pelimpah (hd)
Bila ketinggian bendung/pelimpah lebih besar dari 1,33 kali tinggi rencana, maka efek
kecepatan masuk dapat diabaikan atau bila maka

p H1
 1,33  1,0
hd hd
Pengaruh kecepatan awal
Bila ketinggian bendung/pelimpah lebih kecil dari 1,33 kali tinggi
rencana, maka efek kecepatan masuk tidak dapat diabaikan. Kondisi ini
biasanya terjadi pada bendung-bendung yang rendah dengan

Kecepatan masuk akan mempunyai efek yang cukup besar terhadap


debit atau koefisien debit p
 1,33
hd
Pengaruh kecepatan awal
Pengaruh kemiringan hulu Koefisien C2
Efek aliran tenggelam :
fungsi p2/H1 dan H2/H1
(Disadur dari US Army Corps of Engineers Waterways Experimental Station)
Kecepatan datang (approach velocity)
Jika rumus-rumus debit di atas dipakai kedalaman air h1, bukan tinggi
energi H1, maka dapat dimasukkan sebuah koefisien kecepatan datang Cv
ke persamaan debit tersebut
Harga-harga Cv sebagai fungsi perbandingan luas
α10,5 Cd A*/A1 untuk bagian pengontrol segi empat (dari Bos, 1977)

α1 = koefisiensi pembagian/distribusi kecepatan dalam alur pengarah (approach


channel). Keperluan praktis  α = 1,04
A1 = luas dalam alur pengarah
A* = luas semu potongan melintang aliran di atas mercu bendung jika kedalaman
aliran akan sama dengan h1
Potongan hulu dan tampak depan pengontrol

luas semu potongan melintang aliran di atas mercu


bendung
Saluran Transisi
Saluran Transisi
- perbedaan lebar
- perbedaan bentuk penampang
- Menenangkan aliran yang
mempunyai turbulensi tinggi
(missal : side channel spillway)
- Membuat control hidrolis

Untuk menciptakan aliran kritis di ujung hilir


saluran transisi, diatur dengan :
- Mengatur kemiringan dasar
- Membuat ambang kecil di ujung hilir saluran
transisi
Saluran transisi dengan
pengaturan kemiringan dasar

Panjang saluran transisi sembarang untuk penampang tanpa penyempitan, untuk


1
𝑏1 −𝑏2
2
penampang dengan penyempitan panjang saluran transisi = 𝑙 =
tan 𝜃
Kedalaman kritis dan kecepatan kritis
3 𝑞2
−𝑌𝐶 =
𝑔
𝑞
𝑉𝐶 =
𝑌𝐶
𝑄
𝑞=
𝐵
Dengan
◦ 𝑑𝐶 = kedalaman kritis di ujung hilir saluran transisi
◦ 𝑞 = debit per unit lebar
◦ 𝑄 = Debit outflow maksimum rencana
◦ 𝐵 = lebar
◦ 𝑉𝐶 = kecepatan kritis
◦ 𝑔 = percepatan gravitasi
RENCANA TEKNIS HIDROLIS
1. APABILA DI UJUNG HULU SALURAN
TRANSISI TERJADI ALIRAN SUB KRITIS
& DI UJUNG HILIR TERJADI ALIRAN
KRITIS

de 
ve2
 dc  

vc2 K ve2  vc2 hm
2g 2g 2g

de = Kedalaman aliran masuk ke dalam saluran transisi


ve = kecepatan aliran masuk ke dalam saluran transisi
dc = Kedalaman kritis pada ujung hilir saluran transisi
vc = Kecepatan aliran kritis pada ujung hilir saluran transisi
K = koefisien kehilangan tinggi tekanan yang disebabkan oleh perubahan
penampang lintang saluran transisi (0,1-0,2)
hm = kehilangan total tinggi tekanan yang disebabkan oleh gesekan dll
2. APABILA DI UJUNG HULU & DI
UJUNG HILIR TERJADI ALIRAN
KRITIS

d c1 
vc21
 dc2  

vc21 K vc21  vc22
 hm

2g 2g 2g
dc = kedalaman aliran kritis
vc = keceatan aliran kritis
hm = kehilangan total tinggi tekanan yang disebabkan oleh gesekan dll
KONDISI LAINNYA
• Kondisi aliran sub kritis melalui ambang hilir saluran transisi sampai jarak tertentu
di saluran peluncur.
• Kondisi aliran super kritis seluruh saluran transisi. (ALIRANNYA SANGAT
TIDAK STABIL)
• Kondisi aliran super kritis di seluruh saluran transisi akan tetapi mulai melimpah
ke dalam saluran peluncur dengan kondisi aliran sub kritis. (LONCATAN—
LONCATAN HIDROLIS PADA UJUNG HILIR SALURAN TRANSISI SERTA KONTROL
HIDROLISNYA TIDAK TERATUR)
ഥ 2𝐿
𝑉
ℎ𝑚 =
𝑛𝑅ത 4/3
𝑉 +𝑉
𝑉ത = 1 2
2
𝑅 +𝑅
𝑅ത = 1 2
2
Saluran transisi dengan ambang kecil

- Lebih cocok untuk side channel spillway


- Penentuan titik ujung saluran hilir ditentukan dengan coba-
coba
- Kemiringan dasar tidak ditetapkan
- Panjang saluran transisi ditetapkan sembarang
- Untuk mendapatkan aliran kritis di atas ambang kecil perlu
ditetapkan pmin (tinggi ambang minimum)

de 
ve2
 pmin  d c  

vc2 K ve2  vc2 
 hm
2g 2g 2g
- Kedalaman dan kecepatan di ujung hilir ambang harus dihitung
ulang karena pengaruh back water dari ambang kecil
Saluran peluncur
Agar air yang melimpah dari saluran pengatur mengalir dengan lancar tanpa
hambatan-hambatan hidrolis.
Agar konstruksi saluran peluncur cukup kokoh dan stabil dalam menampung
semua beban yang timbul.
Agar biaya konstruksi seekonomis mungkin (volume beton kecil) maka
alirannya harus berkecepatan tinggi (super kritis) dengan 1<Fr<9
YANG HARUS DIPERHATIKAN :
◦ Layout selurus mungkin, bila lengkung  radius besar.
◦ Penampang melintang = persegiempat
◦ Kemiringan dasar saluran  pada udiknya berlereng landai akan tetapi
semakin ke hilir : curam (agar kecepatan secara berangsur-angsur dapat
ditingkatkan & kemudian aliran berkecepatan tingi saat masuk kolam
olak)
Metode perhitungan Saluran
peluncur
Ditentukan menggunakan metode kekekalan energi :
◦ Metode tahapan standar

◦ Metode tahapan langsung


z1  d1  hv1  z2  d 2  hv 2  h L

Sodx  Y1  hv1  Y2  hv 2  Sfdx


Kemiringan saluran peluncur
Disesuaikan dengan topografi
Untuk memperoleh hubungan yang menerus antara saluran
peluncur dan peredam energi maka sudut kemiringan saluran
peluncur biasanya bervariasi
Bentuk lengkungan
𝐾𝑥 2 𝐾𝑥 2
𝑌 = 𝑥 𝑡𝑎𝑛𝜃 + 𝑆 = 𝑡𝑎𝑛𝜃 +
4ℎ𝑣 𝑐𝑜𝑠 2 𝜃 2ℎ𝑣 𝑐𝑜𝑠 2 𝜃

Dengan:
Y = ordinat, X = absis, S = kemiringan bagian lengkungan dasar
saluran pada titik x, ℎ𝑣 = tinggi tekan karena kecepatan pada titik
awal lengkungan saluran, 𝜃 = sudut kemiringan dasar saluran
pada titik awal lengkungan, K koefisien yang didasarkan pada
gaya gravitasi (biasanya ≤ 0,5)
Saluran transisi bawah
(terompet)
Untuk mengurangi beban peredam energi karena aliran pada saluran
peluncur dengan kecepatan tinggi, untuk mengurangi angka Froude
maka saluran dilebarkan
Sudut pelebaran ditentukan dengan pertimbangan bila pelebaran
terlalu besar maka berkas aliran akan mengumpul ditengah bagian
saluran berbentuk terompet sehingga mengurangi fungsi peredaman
energi
Kolam Olak
Tipe kolam olak bergantung pada energi air yang masuk, yang
dinyatakan dengan bilangan Froude, dan pada bahan konstruksi kolam
olak
Pengelompokan Kolam Olak Berdasarkan Bilangan
Froude :
1.Untuk Fru ≤ 1,7 tidak diperlukan kolam olak;
pada saluran tanah, bagian hilir harus dilindungi dari bahaya erosi;
saluran pasangan batu atau beton tidak memerlukan lindungan
khusus.
2.Bila 1,7 < Fru ≤ 2,5  kolam olak untuk meredam energi secara
efektif.
Umumnya kolam olak dengan ambang ujung mampu bekerja
dengan baik.
Untuk penurunan muka air ΔZ < 1,5 m  dipakai bangunan terjun
tegak.
Pengelompokan Kolam Olak Berdasarkan
Bilangan Froude :
3. Jika 2,5 < Fru ≤ 4,5  paling sulit dalam memilih kolam olak yang tepat.
Loncatan air tidak terbentuk dengan baik dan menimbulkan gelombang
sampai jarak yang jauh di saluran. Cara mengatasinya :
◦ Mengusahakan olakan (turbulensi) yang tinggi atau menambah
intensitas pusaran dengan pemasangan blok depan kolam (berukuran
besar - tipe USBR tipe IV). Tetapi sebaiknya tidak merencanakan
kolam olak jika 2,5 < Fru < 4,5 dengan cara geometrinya diubah
memperbesar /memperkecil Fr dan memakai kolam dari kategori
lain.
4.Kalau Fru ≥ 4,5 merupakan kolam terekonomis. karena kolam ini pendek.
Termasuk kolam olak USBR tipe III (dilengkapi dgn blok depan dan blok
halang).

Catt: Kolam loncat air di bagian ujungnya jauh lebih panjang 


harus digunakan pasangan batu
Diagram Untuk Pemilihan Bangunan Peredam Energi Di
Saluran (Bos. Replogle and Clemments, 1984)
Kolam Loncat Air
Perhitungan Hidrolis secara grafis
Panjang kolam loncat air di sebelah hilir potongan U kurang dari panjang
loncatan tersebut akibat pemakaian ambang ujung (end sill). Ambang
pemantap aliran ini ditempatkan pada jarak Lj = 5 (n + y2)
Di sebelah hilir potongan U. Tinggi yang diperlukan untuk ambang ujung ini
sebagai fungsi bilangan Froude (Fru), kedalaman air masuk (yu), dan fungsi
kedalaman air hilir

Hubungan percobaan antara Fru, y2/y1 dan n/y2 untuk ambang pendek
(Foster dan Skrinde, 1950)
Perhitungan Hidrolis:
Nilai – nilai dasar loncat hidrolis bentuk ruang olak persegi empat
1. Perbedaan muka air dihulu dan di hilir ( Z ) = Y2 /3
(Dimana tinggi muka air di ruang olak Y2 dipengaruhi oleh besarnya nilai Froude Number
(Fr ) aliran masuk ).

• Untuk F1 = 1,7 sampai 5,5 ;maka Y2 ‘ = ( 1,1 - F12


) Y2.
• Untuk F1 = 5,5 sampai 11 ; maka Y2 ‘ = 0,85 Y2.
• Untuk F1 = 11 sampai 17 ; maka Y2 ‘ = ( 0,1 - F12
) Y2

2. Kehilangan energy: ∆ E
∆E = E1 - E2 = Y1  Y2 
4.Y1.Y2
8.F 
2
1 2

3
 4.F1  1
2

 
1
3. Efisiensi loncatan E2/E1 =
8.F1 2  F1
2 2

4. Tinggi loncatan air hj =Y2-Y1


5. Panjang ruang olak LB= 4,5.Y 2
Dimana : F1.0,76
V1
F1 = Froude number di udik loncatan air =
g .Y1
V1 = Kecepatan Aliran di udik loncatan air
Y1 = Tinggi Aliran di udik loncatan air
Kolam Olak untuk 2,5 ≤ Fr ≤4,5

Pendekatan : menambah bilangan Froude > 4,5


v q
Fr  
g. y g. y 3

dengan menambah kecepatan (v) atau mengurangi kedalaman air (y)  yang bisa ditambah
dengan mengurangi lebar bangunan (q = Q/B)

Bila pendekatan Fr > 4,5 tidak mungkin ; 2 tipe kolam olak yang
dapat dipakai :
1. Kolam olak USBR tipe IV, dilengkapi dengan blok muka yang besar
membantu memperkuat pusaran. Panjang kolam (L). Kedalaman
minimum air hilir = 1,1 . yd = y2 + n ≥ 1,1 yd
2. Kolam olak tipe-blok-halang (baffle-block-type basin).
Kelemahan : (1) semua benda yang mengapung dan melayang dapat
tersangkut menyebabkan meluapnya kolam dan merusak blok – blok
halang. (2) Pembuatan blok halang memerlukan beton tulangan.
Kolam olak USBR tipe IV
Kolam olak tipe-blok-halang
Kolam olak USBR tipe III (Untuk
Bilangan Froude > 4,5)

loncatan airnya bisa mantap dan peredaman energi dapat dicapai


dengan baik.
Apabila penggunaan blok halang dan blok muka tidak layak (karena
dibuat dari pasangan batu) kolam harus direncana sebagai kolam
loncat air dengan ambang ujung.
Kolam ini akan menjadi panjang tetapi dangkal.
Kolam olak USBR tipe III.
Kolam Vlugter

khusus dikembangkan untuk bangunan terjun disaluran irigasi.


Batas-batas yang diberikan untuk z/hc 0,5; 2,0 dan 15,0 (Fr = 1,0; 2,8
dan 12,8). (diambil pada kedalaman z di bawah tinggi energi hulu)
beda tinggi energi z ≤ 4,50 m dan atau dalam lantai ruang olak sampai
mercu (D) ≤ 8 m.
Pertimbangan kondisi porositas tanah dilokasi bendung dalam rangka
pekerjaan pengeringan
Kolam Vlugter
Modifikasi Peredam Energi

tipe-tipe MDO dan MDS


Peredam energi tipe MDO : lantai datar, di ujung hilir lantai dilengkapi
dengan ambang hilir tipe gigi ompong dan dilengkapi dengan rip rap.
Peredam energi tipe MDS : lantai datar, di ujung hilir lantai dilengkapi
dengan ambang hilir tipe gigi ompong ditambah dengan bantalan air
dan dilengkapi dengan rip rap. (Bantalan air : ruang di atas lantai untuk
lapisan air sebagai bantalan pencegah atau pengurangan daya bentur
langsung batu gelundung terhadap lantai dasar peredam energi)
a) Tipe mercu bangunan terjun harus bentuk bulat dengan satu atau dua jari-
jari.
b) Permukaan tubuh bangunan terjun bagian hilir dibuat miring dengan
perbandingan kemiringan 1 : m atau lebih tegak dari kemiringan 1:1
c) Tubuh bangunan terjun dan peredam energi harus dilapisi dengan lapisan
tahan aus;
d) Elevasi dasar sungai atau saluran di hilir tubuh bangunan terjun yang
ditentukan, dengan memperhitungkan kemungkinan terjadinya degradasi
dasar sungai;
e) Elevasi muka air hilir bangunan terjun yang dihitung, berdasarkan elevasi
dasar sungai dengan kemungkinan perubahan geometri badan sungai.
f) Tinggi air udik bangunan terjun dibatasi maksimum 4 meter;
g) Tinggi pembangunan terjunan (dihitung dari elevasi mercu bangunan terjun
sampai dengan elevasi dasar sungai di hilir) maksimum 10 meter
h) Dimensi hidraulik peredam energi tipe MDO dapat diterapkan di hilir tubuh
bangunan terjun dengan bidang miring lebih tegak dari perbandingan 1 : 1;
i) Tubuh bangunan terjun dengan peredam energi tipe MDO dapat dilengkapi
dengan pembilas sedimen tipe undersluice tanpa mengubah dimensi hidraulik
peredam energi tipe MDO.
Data awal yang harus
ditentukan terlebih dahulu
a) Debit desain banjir dengan memperhitungkan tingkat keamanan
bangunan air terhadap bahaya banjir;
b) Debit desain penggerusan, dapat diambil sama dengan debit alur
penuh;
c) Lengkung debit sungai di hilir rencana bangunan terjun berdasarkan
data geometri-hidrometri-hidraulik morfologi sungai.
Grafik-grafik untuk desain hidraulik bangunan terjun :
Grafik pengaliran melalui mercu bangunan terjun dapat dilihat dalam
grafik MDO-1
Grafik untuk mengetahui bahaya kavitasi di hilir mercu bangunan terjun
dapat dilihat dalam grafik MDO-1a
Grafik untuk menentukan dimensi peredam energi tipe MDO dan MDS
dapat dilihat dalam grafik MDO-2 dan MDO-3
Grafik MDO – 1a Penentuan bahaya kavitasi di hilir
mercu bangunan terjun
Grafik MDO – 1 Pengaliran melalui mercu bangunan
terjun
Grafik MDO – 2 Penentuan kedalaman lantai
peredam energi
Grafik MDO – 3 Penentuan panjang lantai peredam
energi
Rimus-rumus yang digunakan dalam desain
hidraulik
1. debit desain persatuan lebar pelimpah:

untuk bahaya banjir: qdf = Qdf/Bp

untuk bahaya penggerusan: qdp = Qdp/Bp

2. dimensi radius mercu bangunan terjun = r, : 1.00 m ≤ r ≤ 3.00 m

3. tinggi dan elevasi muka air di udik bangunan terjun :

Hudp dan Eludp

Hudf dan Eludf

Eludp = M + Hudp, untuk penggerusan

Eludf = M + Hudf, untuk banjir

Hudp dan Hudf dihitung dengan grafik MDO-1

4. tinggi terjun

pada Qdf adalah Zdf = Hudf – Hidf

pada Qdp adalah Zdp = Hudp – Hidp

Hidf dan Hidp diperoleh dari grafik lengkung debit saluran


5. parameter energi (E) untuk menentukan dimensi hidraulik peredam energi tipe
MDO dan MDS dihitung dengan:
Edp = qdp/(g x Zdp3)1/2
6. kedalaman lantai peredam energi (Ds) dihitung dengan:
Ds = (Ds) (Ds/Ds)
Ds/Ds dicari dengan rafik MDO-2
7. panjang lantai dasar peredam energi (Ls) dihitung dengan:
Ls = (Ds) (Ls/Ds)
Ls/Ds dicari dengan grafik MDO-3
8. tinggi ambang hilir dihitung dengan:
a = (0,2 a 0,3) Ds
9. Lebar ambang hilir dihitung:
b=2xa
10. Elevasi Dekzerk tembok pangkal bangunan terjun ditentukan dengan:
EiDzu = M + Hudf + Fb ; untuk tembok pangkal udik
EiDzi = M + Hidf + Fb ; untuk tembok pangkal hilir
Fb diambil: 1.00 meter ≤ Fb ≤ 1.50 meter
11. Ujung tembok pangkal bangunan terjun tegak ke arah hilir (Lpi) ditempatkan lebih
kurang ditengah-tengah panjang lantai peredam energi:
Lpi = Lp + ½ Ls (14)
12. Panjang tembok sayap hilir (Lsi) dihitung dari ujung hilir lantai peredam energi
diambil:
Ls ≤ Lsi ≤ 1.5 Ls
Tebing sungai yang tidak jauh dari tepi sisi lantai peredam energi maka ujung
hilir tembok sayap hilir dilengkungkan masuk kedalam tebing sungai. Dan bagi
tebing sungai yang jauh dari tepi sisi lantai peredam energi maka ujung tembok
sayap hilir dilengkungkan balik ke udik sehingga tembok sayap hilir berfungsi
sebagai tembok pengarah arus hilir bangunan terjun.
13. Panjang tembok pangkal bangunan terjun di bagian udik (Lpu) bagian yang tegak
dihitung dari sumbu mercu bangunan terjun:
0.5 Ls ≤ Lpu ≤ Ls (15)
14. Panjang tembok sayap udik ditentukan:
bagi tebing saluran yang tidak jauh dari sisi tembok pangkal bangunan terjun,
ujung tembok sayap udik dilengkungkan masuk ke tebing dengan panjang total
tembok pangkal bangunan terjun ditambah sayap udik: 0.50 Ls ≤ Lsu ≤ 1.50 Ls
bagi tebing Saluran yang jauh dari sisi tembok pangkal bangunan terjun atau
palung sungai di udik bangunan terjun yang relatif jauh lebih lebar dibandingkan
dengan lebar pelimpah bangunan terjun maka tembok sayap udik perlu
diperpanjang dengan tembok pengarah arus yang penjangnya diambil minimum
: 2 x Lp
15. kedalaman bantalan air pada tipe MDS ditentukan:
• S = Ds + (1.00 m sampai dengan 2.00 m)
KETERANGAN :
• Qdf = debit desain untuk bahaya banjir (m3/s)
• Qdp = debit desain untuk bahaya penggerusan (m3/s)
• Bp = lebar pelimpah (m)
• qdf = Qdf/Bp (m3/s/m’)
• qdp = Qdp/Bp (m3/s/m’)
• D2 = tinggi muka air sungai di hilir bangunan terjun dengan dasar
saluran terdegradasi (m)
• r = radius mercu bangunan terjun diambil antara 1.00 meter sampai
dengan 3.00 meter
• Hudf = tinggi air diatas mercu bangunan terjun pada debit desain
banjir (m)
• Hudp = tinggi air diatas mercu Bangunan terjun pada debit desain
penggerusan (m)
• Hidp = tinggi air dihilir bangunan terjun pada debit desain
penggerusan (m)
• Hidf = tinggi air dihilir bangunan terjun pada debit desain banjir (m)
Zdf = perbedaan elevasi muka air udik dan hilir pada debit desain banjir (m)
Zdp = perbedaan elevasi muka air udik dan hilir pada debit desain penggerusan
(m)
Dzu = elevasi dekzerk tembok pangkal bangunan terjun bagian udik (m)
Dzi = elevasi dekzerk tembok pangkal bangunan terjun bagian hilir (m)
Fb = tinggi jagaan diambil antara 1.00 meter s/d 1.50 meter
E = parameter tidak berdimensi
Ls = panjang lantai peredam energi
Lb = jarak sumbu mercu bangunan terjun sampai perpotongan bidang miring
dengan lantai dasar bangunan terjun (m)
Lpi = panjang tembok sayap hilir dari ujung hilir lantai peredam energi ke hilir
(m)
S = kedalaman bantalan air peredam energi tipe MDS (m)
Lpu = panjang tembok pangkal udik bangunan terjun dari sumbu mercu
bangunan terjun ke udik (m)
Lsu = panjang tembok sayap udik (m)
Lpa = panjang tembok pengarah arus di udik tembok sayap udik (m)
g = percepatan/gravitasi
LANGKAH-LANGKAH Perhitungan dan penentuan dimensi
hidraulik tubuh bangunan terjun dan peredam energinya
1.Hitung debit desain untuk bahaya banjir dan untuk bahaya penggerusan;
2.Hitung lebar pelimpah bangunan terjun efektif;
3.Hitung debit desain persatuan lebar pelimpah;
4.Tentukan nilai radius mercu bangunan terjun, r;
5.Untuk nilai radius mercu bangunan terjun tersebut; periksa kavitasi di bidang hilir
tubuh bangunan terjun dengan bantuan grafik MDO 1a, jika tekanan berada di
daerah positif pemilihan radius mercu bangunan terjun; diijinkan;
6.Jika tekanan berada di daerah negatif, tentukan nilai radius mercu bangunan
terjun yang lebih besar dan ulangi pemeriksaan kavitasi sehingga tekanan berada
di daerah positif;
7.Hitung elevasi muka air udik bangunan terjun dengan bantuan grafik MDO-1;
8.Hitung tinggi terjun bangunan terjun, Z;
9.Hitung parameter tidak berdimensi, E;
10.Hitung kedalaman lantai peredam energi,ds;
11.Hitung nilai panjang lantai datar, ls;
12.Tentukan tinggi bantalan air, S, untuk peredam energi tipe MDS;
13.Tetapkan tinggi ambang hilir dan lebarnya, a dan b;
14.Tentukan tata letak, elevasi puncak, panjang,
8. kemiringan dan kedalaman tembok pangkal bangunan terjun;
9. Tentukan tata letak, elevasi puncak, panjang, kemiringan dan kedalaman
tembok sayap hilir;
10. Tentukan tata letak, elevasi puncak, panjang, kemiringan dan kedalaman
tembok sayap udik;
11. Tentukan tata letak, elevasi puncak, panjang, kemiringan dan kedalaman
tembok pengarah arus;

Potongan memanjang bangunan terjun tetap dengan peredam energi tipe MDO
Potongan memanjang bangunan terjun tetap dengan
peredam energi tipe MDS
Hubungan antara keceparan rata-rata di atas ambang
ujung bangunan dan ukuran butir yang stabil
Contoh perhitungan
• Elevasi mercu pelimpah = + 95 m
• Elevasi permukaan max dalam waduk = 97 m
• Debit max = 100 m3/det
METODE USBR
• Koefisien C P  E  95  94
  0,5
Ho 97  95

Kemiringan lereng udik 2/3  C = 2,127

• Panjang BendungL  Q
3

100
3
 16,62m
2 2
CH 2,127 x 2
• Tinggi tekanan total 97 – 94 = 3 m
• Andaikan elv permukaan air di sal pengarah = 96,7 m  d = 96,7 – 94 = 2,7 m
A = 2,7 x 16,62 = 44,87 m2.
V = Q/A = 100/44,87 = 2,23 m/det
Tekanan kecepatan  hv = v2/2g = 0,25 m
tekanan total 2,7 + 0,25 = 2,95 < 3,0 m
• Andaikan elv permukaai air di sal pengarah = 96,8m
d = 96,8 – 94 = 2,8 m; A = 2,8 x 16,62 = 46,54 m2
V = Q/A = 100/46,54 = 2,15 m/dt hv = 0,24 m
tekanan total di sal pengarah = 2,8+0,24 = 3,04 >3 m
Apabila perbedaan kedalaman air = 10
cm, didapat perbedaan tekanan 9 cm.
Dengan penambahan tekanan 5 cm
maka kedalaman air = (10 x 5)/9 = 5,55
cm.
d = 2,7 + 0,055 = 2,76 m dan hv =
0,24m
MENDAPATKAN PENAMPANG LINTANG
BENDUNG

Anda mungkin juga menyukai