melintang sungai.
Klasifikasi bendung berdasarkan fungsi :
Bendung Penyadap, digunakan untuk menyadap aliran sungai, misalnya untuk
irigasi, air baku, dll.
Bendung Pembagi banjir, digunakan untuk membagi debit/mengatur muka air
sungai.
Bendung Penahan Air Pasang,
Pasang digunakan di sungai yang dipengaruhi pasang surut
air laut agar air laut tidak masuk lebih ke hulu sungai
Berdasarkan Tipe Struktur dibedakan menjadi :
- Bendung
B d T t
Tetap - B
Bendung
d K b
Kembang K
Kempis
i (Bd.
(Bd Karet)
K t)
- Bendung Gerak - Bendung Saringan bawah (Bd. Tyroll )
- Bendung
g Kombinasi
Berdasarkan bangunannya :
Bendung
B d Permanen, seperti
P ti bendung
b d pasangan batu,
b t beton,
b t dll
Bendung Semi Permanen, seperti bronjong, cerucuk kayu, dlsb.
Bendung sementara, seperti bendung tumpukan batu, dll.
A. BAGIAN
BAGIAN--BAGIAN BENDUNG
Bagian-bagian
g g bendung
g tetap
p secara umum terdiri dari :
1. Tubuh Bendung, terdiri dari : mercu bendung; ambang tetap; peredam energi dan
bangunan pengaman
2. Intake terdiri dari : pintu-pintu; dinding banjir; saringan sampah; ambang dasar;
jembatan pelayanan; atap pelindung (rumah pintu).
3 B
3. Bang.
n P mbil s terdiri
Pembilas, t rdiri dari
d ri : pintu-pintu;
pintu pintu; pembilas h (undersluice
p mbil s bawah
b und rsluic ); jembatan
j mb t n
pelayanan; balok skot dan atap pelindung (rumah pintu).
4. Bang. Perlengkapan, terdiri dari : Tembok pangkal; tembok sayap hulu & hilir;
lantai hulu dan dinding tirai; Pengarah arus; Tanggul banjir/tanggul penutup; Papan
duga muka air; Alat ukur debit; Tangga; Rumah jaga, dll.
5. Bang. Penangkap Sedimen terdiri dari : Kantong endapan; Pintu pembilas; Saluran
pembilas; Pintu intake / pengambilan
5
4 2 4
3
3
1
2
5
B. PERENCANAAN HIDROLIS
Be = B – 2 ( n. Kp + Ka ) H1
2 2
Q C . . . g . b . H 1,5
d 3 3 1
Keterangan :
Q = debit, m3/dt
Cd = Koef.
Koef debit (Cd = Co . C1. C2)
g = percepatan gravitasi, m/dt2 (≈ 9,8)
b = panjang mercu, m
H1 = tinggi
tin i ener
energii diatas mercu
mercu, m
PERENCANAAN PEREDAM ENERGI
Pola aliran di atas bendung dapat menunjukkan berbagai perilaku di
sebelah bendung akibat kedalaman air yang ada h2
Kasus A :
Kondisi ini terjadi bila aliran
A tenggelam yg menimbulkan sedikit
gangguan
g gg di permukaan
p berupa
p
timbulnya gelombang
Kasus B :
Kondisi ini menunjukkan bila terjadi
B h2 loncatan tenggelam yg diakibatkan
y2
kedalaman air di hilir lebih besar dari
pada kedalaman konjugasi
Kasus C :
Kondisi
K di i ini
i i terjadi
j di bila
bil k d l
kedalaman
C loncat air dihilir sama dengan
Y2 = h2 kedalaman konjugasi loncat air
t
tersebut
b t
Kasus D :
D Kondisi ini terjadi bila kedalaman air
h2 Y2
di hilir kurang dari kedalaman
konjugasi
Kolam
o a Loncat
o cat Air
Pada gambar berikut kolam loncat air, kecepatan (V1) awal loncatan dihitung
dengan
g persamaan berikut :
p
V1 = 2.g.(1/2 .H1 + Z)
H1 Keterangan :
v1 = kecepatan awal loncatan,
loncatan m/dt
Z+0,5H1
g = percepatan gravitasi, m/dt2 (≈
Z 9,8)
Y2 H2 H1 = ttinggi
ngg energ
energi d
di atas ambang, m
Y1 z = tinggi jatuh, m
panjang
kemiringan
diperpendek
Panjang kolam olak dapat diperpendek dengan menggunakan blok-blok
blok blok halang dan
blok-blok muka. Tipe kolam olak perlu direncanakan di sebelah hilir bangunan
tergantung besarnya energi yang masuk yang dinyatakan dengan bilangan Frounde dan
bahan konstruksi kolam olak.
olak Berdasarkan besarnya bilangan Froude dapat
dikelompokan perencanaan kolam olak sebagai berikut :
(1) Bila Fru ≤ 1,7 tidak diperlukan kolam olak, pada saluran tanah di bagian hilir perlu
dilindungi dari bahaya erosi.
erosi
(2) Bila 1,7 < Fru ≤ 2,5 diperlukan kolam olak untuk meredam energi secara efektif.
Umumnya kolam olak dengan ambang ujung mampu bekerja dengan baik. Untuk penurunan
muka air ∆ Z < 1,5
m , m dapat
p dipakai
p bangunan
g terjun
j tegak.
g
(3) Jika 2,5 < Fru ≤ 4,5 pada kondisi ini loncatan air tidak terbentuk dengan baik dan
menimbulkan gelombang sampai jarak yang jauh ke hilir. Cara mengatasi hal ini diusahakan
agar bilangan Froude mampu menimbulkan olakan (turbulensi) yang tinggi dengan membuat
bl k halang
blok h l atau
t menambah
b h intensitas
i t it pusaran dengan
d pemasangan blok
bl k di depan
d k l
kolam
(kolam olak USBR tipe IV). Sebaiknya geometrinya diubah untuk memperbesar atau
memperkecil bilangan Froude dan memakai kolam olak kategori lain.
(4) Kalau Fru ≥ 4,5 ini merupakan kolam olak yang paling ekonomis, karena kolam
ini p
pendek. Tipe
p ini termasuk kolam olak USBR tipe
p III yang
y g dilengkapi
g p dengan
g
blok depan dan blok halang.
(1) Kolam
K l Ol k USBR tipe
Olak ti IV dil
IV, dilengkapi
k i dengan
d bl k muka
blok k yang besar
b yang
membantu memperkuat pusaran. Tipe kolam ini ditunjukkan pada Gambar 1.19.
2
L 2 . y u . ( 1 8 Fru 1
Kedalaman minimum air di hilir adalah 1,1 kali yd; y2 + n ≥ 1,1 yd
Gambar 1.19 Kolam Olak USBR Tipe IV
(2) Kolam olak tipe blok haling (baffle-block-type basin, Donnelly and Blaisdell,
1954) seperti ditunjukkan pada Gambar 1.20. kelemahan kolam ini adalah bahwa
pada bangunan ini semua benda yang mengapung dan melayang di air dapat
t
tersangkut.
k t Hal
H l ini
i i dapat
d t menyebabkan
b bk meluapnya
l k l
kolam d
dan rusaknya
k bl k bl k
blok-blok
halang.
Gambar 1.21 Kolam Olak USBR tipe III dipakai untuk bilangan Froude > 4,5
Kolam Olak Vlugter
Kolam olak Vlugter (gambar 1.22) khusus dikembangkan untuk bangunan
terjun di saluran irigasi. Batasan yang diberikan untuk Z/hc 0,5; 2,0 dan 15,0
dihubungkan dengan bilangan Froude 1,0; 2,8 dan 12,8. Bilangan-bilangan Froude
itu diambil pada kedalaman z di bawah tinggi energi hulu, bukan pada lantai kolam
seperti untuk kolam loncat air. Kolam Vlugter dapat dipakai sampai beda tinggi
energi Z tidak lebih dari 4,50 m.
3 q2
hc
g
hc
a = 0.28 hc Z
D = R = L
Gambar 1.22 Kolam Olak Vlugter (ukuran dalam meter)
Z
Jika 0,5
, < ≤ 2,0
, t = 2,4 hc + 0,4 Z
hc
Z
Jika 2,0 < ≤ 15,0 t = 3,0 hc + 0,1 Z
hc
ΔH y yu 2 Hu y 2 H
d vu d v d
d
H yu H H H H
1 1 2gH 1 1 2gH 1
1 1
0.2446 3.00 0.3669 1.1006 1.4675 1.1006 0.1223 1.2229
0 2688
0.2688 3 10
3.10 0 3599
0.3599 1 1436
1.1436 1 5035
1.5035 1 1157
1.1157 0 1190
0.1190 1 2347
1.2347
0.2939 3.20 0.3533 1.1870 1.5403 1.1305 0.1159 1.2464
0.3198 3.30 0.3469 1.2308 1.5777 1.1449 0.1130 1.2579
0.3465 3.40 0.3409 1.2749 1.6158 1.1590 0.1103 1.2693
0.3740 3.50 0.3351 1.3194 1.6545 1.1728 0.1077 1.2805
0.4022 3.60 0.3295 1.3643 1.6938 1.1863 0.1053 1.2916
0.4312 3.70 0.3242 1.4095 1.7337 1.1995 0.1030 1.3025
0.4609 3.80 0.3191 1.4551 1.7742 1.2125 0.1008 1.3133
0.4912 3.90 0.3142 1.5009 1.8151 1.2253 0.0987 1.3239
0.5222 4.00 0.3094 1.5472 1.8566 1.2378 0.0967 1.3345
0 5861
0.5861 4 20
4.20 0 3005
0.3005 1 6407
1.6407 1 9412
1.9412 1 2621
1.2621 0 0930
0.0930 1 3551
1.3551
0.6525 4.40 0.2922 1.7355 2.0276 1.2855 0.0896 1.3752
0.7211 4.60 0.2844 1.8315 2.1159 1.3083 0.0866 1.3948
0.7920 4.80 0.2771 1.9289 2.2060 1.3303 0.0837 1.4140
0.8651 5.00 0.2703 2.0274 2.2977 1.3516 0.0811 1.4327
0.9400 5.20 0.2639 2.1271 2.3910 1.3723 0.0787 1.4510
1.0169 5.40 0.2579 2.2279 2.4858 1.3925 0.0764 1.4689
1.0957 5.60 0.2521 2.3299 2.5821 1.4121 0.0743 1.4864
1.1763 5.80 0.2467 2.4331 2.6798 1.4312 0.0723 1.5035
Tabel A.26 Perbandingan tak Berdimensi untuk Loncat air
(Bos Replogle and Clemmens
(Bos, Clemmens, 1984) (page 2/3)
ΔH y yu 2 Hu y 2 H
d vu d v d
d
H yu H H H H
1 1 2gH 1 1 2gH 1
1 1
1.2585 6.00 0.2417 2.5372 2.789 1.4499 0.0705 1.5203
1.3429 6.20 0.2367 2.6429 2.8796 1.4679 0.0687 1.5367
1.4280 6.40 0.2321 2.7488 2.9809 1.4858 0.0671 1.5529
1.5150 6.60 0.2277 2.8560 3.0837 1.5032 0.0655 1.5687
1 6035
1.6035 6 80
6.80 0 2235
0.2235 2 9643
2.9643 3 1878
3.1878 1 5202
1.5202 0 0641
0.0641 1 5843
1.5843
1.6937 7.00 0.2195 3.0737 3.2932 1.5268 0.0627 1.5995
1. 7851 7.20 0.2157 3.1839 3.3996 1.5531 0.0614 1.6145
1.8778 7.40 0.2121 3.2950 3.5071 1.5691 0.0602 1.6293
1. 9720 7.60 0.2085 3.4072 3.6157 1.5847 0.0590 1.6437
2.0674 7.80 0.2051 3.4723 3.7354 1.6001 0.0579 1.6580
2.1641 8.00 0.2019 3.6343 3.8361 1.6152 0.0568 1.6720
2.2620 8.20 0.1988 3.7490 3.9478 1.6301 0.0557 1.6858
2.3613 8.40 0.1958 3.8649 4.0607 1.6446 0.0548 1.6994
2.4615 8.60 0.1929 3.9814 4.1743 1.6589 0.0538 1.7127
2 5630
2.5630 8 80
8.80 0 1901
0.1901 4 0988
4.0988 4 2889
4.2889 1 6730
1.6730 0 0529
0.0529 1 7259
1.7259
2.6656 9.00 0.1874 4.2171 4.4045 1.6869 0.0521 1.7389
2.7694 9.20 0.1849 4.3363 4.5211 1.7005 0.0512 1.7517
2. 8741 9.40 0.1823 4.4561 4.6385 1.7139 0.0504 1.7643
2.9801 9.60 0.1799 4.5770 4.7569 1.7271 0.0497 1.7768
3.0869 9.80 0.1775 4.6985 4.8760 1. 7402 0.0489 1. 7781
ΔH y yu 2 Hu y 2 H
d vu d v d
d
H yu H H H H
1 1 2gH 1 1 2gH 1
1 1
1.2585 6.00 0.2417 2.5372 2.789 1.4499 0.0705 1.5203
1 3429
1.3429 6 20
6.20 0 2367
0.2367 2 6429
2.6429 2 8796
2.8796 1 4679
1.4679 0 0687
0.0687 1 5367
1.5367
1.4280 6.40 0.2321 2.7488 2.9809 1.4858 0.0671 1.5529
1.5150 6.60 0.2277 2.8560 3.0837 1.5032 0.0655 1.5687
1.6035 6.80 0.2235 2.9643 3.1878 1.5202 0.0641 1.5843
1.6937 7.00 0.2195 3.0737 3.2932 1.5268 0.0627 1.5995
1. 7851 7.20 0.2157 3.1839 3.3996 1.5531 0.0614 1.6145
1.8778 7.40 0.2121 3.2950 3.5071 1.5691 0.0602 1.6293
1. 9720 7.60 0.2085 3.4072 3.6157 1.5847 0.0590 1.6437
2.0674 7.80 0.2051 3.4723 3.7354 1.6001 0.0579 1.6580
2.1641 8.00 0.2019 3.6343 3.8361 1.6152 0.0568 1.6720
2 2620
2.2620 8 20
8.20 0 1988
0.1988 3 7490
3.7490 3 9478
3.9478 1 6301
1.6301 0 0557
0.0557 1 6858
1.6858
2.3613 8.40 0.1958 3.8649 4.0607 1.6446 0.0548 1.6994
2.4615 8.60 0.1929 3.9814 4.1743 1.6589 0.0538 1.7127
2.5630 8.80 0.1901 4.0988 4.2889 1.6730 0.0529 1.7259
2.6656 9.00 0.1874 4.2171 4.4045 1.6869 0.0521 1.7389
2.7694 9.20 0.1849 4.3363 4.5211 1.7005 0.0512 1.7517
2. 8741 9.40 0.1823 4.4561 4.6385 1.7139 0.0504 1.7643
2.9801 9.60 0.1799 4.5770 4.7569 1.7271 0.0497 1.7768
3.0869 9.80 0.1775 4.6985 4.8760 1. 7402 0.0489 1. 7781
REMBESAN DAN TEKANAN AIR TANAH
Rembesan air melalui bawah bangunan (seapage) dapat terjadi karena :
a. Adanya perbedaan elevasi muka air di hulu dan di hilir bangunan (∆h);
b Material
b. M t i l di bawah
b h bangunan/pondasi
b / d i (tanah)
(t h) berupa
b t
tanah
h yang lolos
l l air
i
(porous) sehingga dapat dilewati air;
c. Hubungan antara permukaan bawah bangunan (pondasi) dengan lapisan
dibawahnya (tanah) tidak dapat sepenuhnya kedap air (impermiable).)
∆h
Rembesan air melalui bawah bangunan akan membawa butir-butir tanah (soil)
sehingga terjadi seapage dan semakin lama akan terjadi rongga antara
permukaan bawah bangunan (pondasi) dengan tanah dibawahnya. Hal ini akan
membahayakan kestabilan bangunan air.
Rembesan air melalui bawah bangunan akan membawa butir-butir tanah (soil)
sehingga terjadi seapage dan semakin lama akan terjadi rongga antara
permukaan bawah bangunan (pondasi) dengan tanah dibawahnya. Hal ini akan
membahayakan kestabilan bangunan air.
Metode Lane, juga disebut metode Angka rembesan Lane (Weighted Creep
Ratio Method) adalah metode y
yang
g dianjurkan
j dari p
pada metode lainnya.
y
Di sepanjang jalur perkolasi (rembesan) ini, kemiringan yang lebih dari 45o
dianggap vertikal dan yang kurang dari 45o dianggap horisontal.jalur vertikal
dianggap memiliki daya tahan terhadap aliran rembesar 3 kali dari jalur
horisontal. Oleh karena itu rumusnya menjadi :
L 1/3 L
C V H
L H
K t
Keterangan :
CL = Angka rembesan Lane
Σ LV = jumlah panjang jalur vertikal, m
Σ LH = jumlah panjang jalur horisontal,
horisontal m
H = beda tinggi muka air
Tekanan air tanah di titik X, dihitung dengan rumus :
PX = HX - ∆H = HX – lX . HW / L
Keterangan : PX = tekanan air pada titik X, (kN/m2)
LX = jarak jalir rembesan sampai titik X,
X (m)
L = panjang total jalur rembesan, (m)
HW = beda tinggi energi, (m)
H
.
A
B C E F
G H
D
H
Tabel
b l : Harga minimum
i i angka
k rembesan
b Lane (CL)
Jenis tanah di bawah pondasi Angka rembesan Lane (CL)
Pasir sangat halus atau lanau 8,5
Pasir halus 7 0
7,0
Pasir sedang 6,0
Pasir kasar 5,0
Kerikil halus 4,0
Kerikil sedang 3,5
Kerikil kasar termasuk berangkal 3,0
Bongkah dengan sedikit berangkal dan kerikil 2,5
Lempung lunak 3 0
3,0
Lempung sedang 2,0
Lempung keras 1,8
,8
Lempung sangat keras 1,6
STABILITAS BENDUNG
Dalam merencanakan bendung, harus diperhitungkan stabilitasnya pada kondisi :
1. Debit sungai rendah, pada waktu muka iar hulu hanya setinggi mercu dan
muka air hilir kosong.
kosong
2. Debit sungai banjir, dengan debit banjir rencana
Perhitungan stabilitas harus mengganggap bagian hulu bendung terdapat
sedimen. Karekteristik sedimen di sungai berdasarkan hasil pengujian
laboratorium, bila tidak dilakukan pengujian sedimen (pasir, kerikil, bongkah)
diambil harga Ø = 35o dan kohesi (C) = 5 kN/m2. Angka permeabilitas diambil =
10-3 cm/dt.
Gaya-gaya yang bekerja pada bendung :
• Tekanan
Tek n n tanah
t n h
• Beban mati bendung.
• Tekanan air
Dari gaya-gaya
gaya gaya yang bekerja dihitung resultante gaya vertikal dan horisontal
serta momen terhadap titik guling (ujung). (RV, RH, dan Mo)
h = MH / RH
v = MV / RV
s(1
s(1 a/s)
Fs
hs
Keterangan : Fs = faktor keamanan (Fs = 2)
s = kedalaman tanah, (m)
a = tebal lapisan lindung, (m)
hs = tekanan air pada titik 0,
0 (m)
KEAMANAN TERHADAP GEMPA
Gaya gempa akan memberikan tambahan gaya horisontal ke arah hilir dan dapat
dihitung dengan rumus-rumus sebagai berikut :
Ad = n . ( ac . z) . m
E = ad / g
Keterangan : ad = percepatan gempa rencana, cm/dt2
n, m = koefisien jenis tanah (1,56 dan 0,89)
ac = percepatan gempa dasar,
d cm/dt
/d 2 (160 cm/dt
/d 2)
E = koefisien gempa
g =percepatan gravitasi, cm/dt2 (9,8)
z = faktor
f k letak
l k geografis
f (0,56)
(0 56)
Gaya gempa menimbulkan gaya horisontal tambahan ke arah hilir (He) dan momen
t b h
tambahan yang b
bekerja
k j d darii pusatt gravitasi
it i (Me) sebagai
b i b
berikut
ik t :
He = E x Σ G……….. ((kN))
Rumus hidrolis :
Q = μ.b.a. 2.g.z
z
a a Keterangan :
Q = debit, m3/dt
b μ = koefisien debit ( = 0,80)
b = lebar bukaan pintu, m
a = tinggi bukaan pintu, m
g = percepatan gravitasi, m/dt/d 2 ((=9,8)
9 8)
z = kehilangan tinggi energi pada bukaan pintu
Bila di depan pintu dipasang kisi-
kisi penyaring sampah, kehilangan
energi lewat saringan dihitung s s b s
sebagai berikut :
= 2,42
hf
s s b s
= 1,8
L
L=5s
Kantong lumpur
Kantong lumpur disebut juga saluran penangkap pasir (sand trap) berfungsi untuk
mengendapkan
d k sedimen
di yang masuk
k lewat
l t pintu
i t pengambilan,
bil agar tidak
tid k terus
t mengalir
li
ke saluran induk / irigasi. Meskipun demikian partikel sedimen dengan ukuran kurang
dari 70 μm (70 x 10-6 m) diandaikan tetap terangkut sebagai sedimen layang ke
saluran irigasi
iri asi
hn
in
is
1
L =panjang kantong lumpur
Potongan 2 - 2 2
Potongan 1 - 1
hn
hn
hs
B
B
Luas Permukaan Rata-rata Kantong Lumpur
Kecepatan endap sedimen di kantong lumpur dapat dibaca pada Grafik Hubungan
antara diameter butiran sedimen (diameter ayak) danj kecepatan endap untuk air
tenang. Di Indonesia dipakai suhu air 20oC, dengan diameter butiran 70 μm atau
0 07 mm kecepatan
0,07 k t endap
d ((w)) dipakai
di k i sebesar
b 0
0,004
004 m/dt.
/dt
Panjang kantong lumpur (L) bila tersedia data sedimen yang lengkap perlu dihitung
panjang pengendapan, tetapi bila data tidak cukup panjang kantong lumpur sebaiknya
p 300 meter.
diambil antara 200 sampai
An = Qn / Vn hn = An / B
On = B + 2 . hn . m2 + 1
Rn = An / Qn
Fr = V /( g h )
g.h
Panjang Kantong lumpur (L)
Panjang kantong lumpur dihitung dari persamaan berikut :
Muka Air
Keterangan :
B = lebar dasar kantong lumpur, m
Sal. Penguras
hs = kedalaman air pembilas, m ± 3.00 m
Bnf = lebar bersih bukaan pembilas,
pembilas m
Hf = kedalaman air pada bukaan pembilas, m