Anda di halaman 1dari 18

Bendung diartikan sebagai bangunan air dengan kelengkapannya yang dibangun

melintang sungai.
Klasifikasi bendung berdasarkan fungsi :
 Bendung Penyadap, digunakan untuk menyadap aliran sungai, misalnya untuk
irigasi, air baku, dll.
 Bendung Pembagi banjir, digunakan untuk membagi debit/mengatur muka air
sungai.
 Bendung Penahan Air Pasang,
Pasang digunakan di sungai yang dipengaruhi pasang surut
air laut agar air laut tidak masuk lebih ke hulu sungai
Berdasarkan Tipe Struktur dibedakan menjadi :
- Bendung
B d T t
Tetap - B
Bendung
d K b
Kembang K
Kempis
i (Bd.
(Bd Karet)
K t)
- Bendung Gerak - Bendung Saringan bawah (Bd. Tyroll )
- Bendung
g Kombinasi
Berdasarkan bangunannya :
 Bendung
B d Permanen, seperti
P ti bendung
b d pasangan batu,
b t beton,
b t dll
 Bendung Semi Permanen, seperti bronjong, cerucuk kayu, dlsb.
 Bendung sementara, seperti bendung tumpukan batu, dll.

PERTIMBANGAN DALAM PEMILIHAN LOKASI BENDUNG


a. Keadaan Topografi dari rencana daerah yang akan diairi/elevasi sawah tertinggi
b Kondisi Topografi lokasi bendung,
b. bendung perlu dipertimbangkan : tubuh bendung tidak
terlalu tinggi dan penempatan intake yang tepat dari segi hidraulik dan angkutan
sedimen.
c Kondisi hidraulik dan morfologi
c. morfolo i sungai
sun ai : pola aliran sungai,
sun ai kecepatan aliran,
aliran
arah aliran, kedalaman dan lebar dan tinggi muka air pada waktu banjir, debit
sedang dan kecil serta potensi dan distribusi angkutan sedimen.
d. K
d Kondis
di tanah
t h di bawah
b h lokasi
l k i bendung,
b d untuk
t k mendukung
d k pondasi
d i bendung
b d
e. Biaya dan kemudahan pelaksanaan, operasi dan pemeliharaan
y , misal kemungkinan
f. Faktor lainnya, g pengembangan
p g g daerah sekitar,, p
perubahan
morfologi sungai, ketinggian tanggul, dll.

Bendung tetap adalah bendung dengan ambang tetap sehingga


muka
k air
i banjir
b ji tidak
tid k dapat
d t di
diatur
t elevasinya.
l i

A. BAGIAN
BAGIAN--BAGIAN BENDUNG
Bagian-bagian
g g bendung
g tetap
p secara umum terdiri dari :
1. Tubuh Bendung, terdiri dari : mercu bendung; ambang tetap; peredam energi dan
bangunan pengaman
2. Intake terdiri dari : pintu-pintu; dinding banjir; saringan sampah; ambang dasar;
jembatan pelayanan; atap pelindung (rumah pintu).
3 B
3. Bang.
n P mbil s terdiri
Pembilas, t rdiri dari
d ri : pintu-pintu;
pintu pintu; pembilas h (undersluice
p mbil s bawah
b und rsluic ); jembatan
j mb t n
pelayanan; balok skot dan atap pelindung (rumah pintu).

4. Bang. Perlengkapan, terdiri dari : Tembok pangkal; tembok sayap hulu & hilir;
lantai hulu dan dinding tirai; Pengarah arus; Tanggul banjir/tanggul penutup; Papan
duga muka air; Alat ukur debit; Tangga; Rumah jaga, dll.

5. Bang. Penangkap Sedimen terdiri dari : Kantong endapan; Pintu pembilas; Saluran
pembilas; Pintu intake / pengambilan
5
4 2 4
3
3
1

2
5

B. PERENCANAAN HIDROLIS

 Perencanaan Lebar Bendung


Lebar bendung adalah jarak antara
tembok pangkal kiri sampai tembok
pangkal kanan

Hubungan antara lebar efektif mercu dan


lebar mercu sebenarnya adalah sebagai
berikut :

Be = B – 2 ( n. Kp + Ka ) H1

Keterangan : Be = Lebar efektif mercu


B = Lebar mercu sebenarnya
n = Jumlah pilar
Kp = koefisien kontraksi pilar
Ka = Koef.
Koef Kontraksi abutment
H1 = Tinggi energi, (m)
Harga Koefisien kontraksi

Koefisien Kontraksi pada Pilar (Kp)


 Pilar berujung segi empat dengan sudut dibulatkan
dg. jari-jari ≈ 0,1 tebal pilar …………………………………………… Kp = 0,02
j g bulat………………………………………………………………
 Pilar berujung Kp = 0,01
,
 Pilar berujung runcing…………………………………………………………… Kp = 0

Koefisien Kontraksi pada Abutment (Ka)


 Pangkal
g tembok
m segi
g empat
mp dengan
g tembok
m hulu
uu9 900 ke arah aliran….... K
Ka = 0,20
,
 Pangkal tembok bulat dg. tembok hulu 900 ke arah aliran
dengan 0,5 H1 > r > 0,15 H1………………………………………………………………………… Ka = 0,10
 Pangkal tembok bulat r > 0,5 H1 dan tembok hulu tidak lebih
dari 450 ke arah aliran ……………………………………………………………………………………….Ka = 0

 PERENCANAAN MERCU BENDUNG


Bentuk mercu bendung pelimpah
yang biasa dipakai di Indonesia

Jari-jari mercu bulat :


P
Pas. batu
b t kali
k li = (0
(0,3
3 – 0,7)
0 7) H1 maks
Beton = (0,1 – 0,7) H1 maks

Persamaan tinggi energi – debit :

2 2
Q  C . . . g . b . H 1,5
d 3 3 1

Keterangan :
Q = debit, m3/dt
Cd = Koef.
Koef debit (Cd = Co . C1. C2)
g = percepatan gravitasi, m/dt2 (≈ 9,8)
b = panjang mercu, m
H1 = tinggi
tin i ener
energii diatas mercu
mercu, m
 PERENCANAAN PEREDAM ENERGI
Pola aliran di atas bendung dapat menunjukkan berbagai perilaku di
sebelah bendung akibat kedalaman air yang ada h2

Kasus A :
Kondisi ini terjadi bila aliran
A tenggelam yg menimbulkan sedikit
gangguan
g gg di permukaan
p berupa
p
timbulnya gelombang

Kasus B :
Kondisi ini menunjukkan bila terjadi
B h2 loncatan tenggelam yg diakibatkan
y2
kedalaman air di hilir lebih besar dari
pada kedalaman konjugasi
Kasus C :
Kondisi
K di i ini
i i terjadi
j di bila
bil k d l
kedalaman
C loncat air dihilir sama dengan
Y2 = h2 kedalaman konjugasi loncat air
t
tersebut
b t

Kasus D :
D Kondisi ini terjadi bila kedalaman air
h2 Y2
di hilir kurang dari kedalaman
konjugasi

 Kolam
o a Loncat
o cat Air
Pada gambar berikut kolam loncat air, kecepatan (V1) awal loncatan dihitung
dengan
g persamaan berikut :
p

V1 = 2.g.(1/2 .H1 + Z)

H1 Keterangan :
v1 = kecepatan awal loncatan,
loncatan m/dt
Z+0,5H1
g = percepatan gravitasi, m/dt2 (≈
Z 9,8)
Y2 H2 H1 = ttinggi
ngg energ
energi d
di atas ambang, m
Y1 z = tinggi jatuh, m

Dengan q = v1 . y1 , rumus kedalaman konjugasi dalam loncat air adalah :

Y2 / y1 = ½ ( 1 + 8 Fr2 – 1) dengan : Fr = v1 / g.yu


Keterangan :
Y2 = kedalaman air di atas ambang ujung, m
Y1 = kedalaman air diawal loncat air, m
Fr = bil
F bilangan Froude
F d
v1 = kecepatan awal loncatan, m/dt
g = percepatan gravitasi, m/dt2 (≈ 9,8)

 Panjang Kolam Loncat Air / Kolam Olak (Stilling Bazin)


Panjang kolam loncat air di belakang potongan U (lihat gambar) biasanya lebih
pendek dari panjangbebas loncatan air karena adanya ambang ujung (end sill).
Ambang yang berfungsi untuk mementapkan aliran ini umumnya ditempatkan
pada jarak :
Lj = 5 (n + y2)
Gambar : Parameter loncat air
Keterangan :
H1 yc ∆H Lj = p
panjang
j g kolam, m
Sudut runcing Hu n = tinggi ambang ujung, m
1
∆Z Hd y2 Y2 = kedalaman air diatas ambang, m
≥2
yu yd
n
Panjang kemiringan
Lj
Bulat, r ≈ 0,5 H1 Potongan U
1
∆Z 1
Alternatif peralihan

panjang
kemiringan
diperpendek
Panjang kolam olak dapat diperpendek dengan menggunakan blok-blok
blok blok halang dan
blok-blok muka. Tipe kolam olak perlu direncanakan di sebelah hilir bangunan
tergantung besarnya energi yang masuk yang dinyatakan dengan bilangan Frounde dan
bahan konstruksi kolam olak.
olak Berdasarkan besarnya bilangan Froude dapat
dikelompokan perencanaan kolam olak sebagai berikut :
(1) Bila Fru ≤ 1,7 tidak diperlukan kolam olak, pada saluran tanah di bagian hilir perlu
dilindungi dari bahaya erosi.
erosi
(2) Bila 1,7 < Fru ≤ 2,5 diperlukan kolam olak untuk meredam energi secara efektif.
Umumnya kolam olak dengan ambang ujung mampu bekerja dengan baik. Untuk penurunan
muka air ∆ Z < 1,5
m , m dapat
p dipakai
p bangunan
g terjun
j tegak.
g
(3) Jika 2,5 < Fru ≤ 4,5 pada kondisi ini loncatan air tidak terbentuk dengan baik dan
menimbulkan gelombang sampai jarak yang jauh ke hilir. Cara mengatasi hal ini diusahakan
agar bilangan Froude mampu menimbulkan olakan (turbulensi) yang tinggi dengan membuat
bl k halang
blok h l atau
t menambah
b h intensitas
i t it pusaran dengan
d pemasangan blok
bl k di depan
d k l
kolam
(kolam olak USBR tipe IV). Sebaiknya geometrinya diubah untuk memperbesar atau
memperkecil bilangan Froude dan memakai kolam olak kategori lain.

(4) Kalau Fru ≥ 4,5 ini merupakan kolam olak yang paling ekonomis, karena kolam
ini p
pendek. Tipe
p ini termasuk kolam olak USBR tipe
p III yang
y g dilengkapi
g p dengan
g
blok depan dan blok halang.

 Kolam Olak untuk Fru antara 2,5


2 5 sampai 4,5
4 5
Dianjurkan untuk menambah atau mengurangi bilangan Froude pada kondisi ini (lebih
baik menambah) sehingga Fru melebihi batasan besaran tersebut. Bilangan Froude
d
dapat
t ditambah
dit b h dengan
d cara sebagai
b i berikut
b ik t :
V q
Fru  
gg.y
y g.y3
Dengan menambah kecepatan V atau mengurangi kedalaman air y. Keduanya
dihubungkan
g lewat debit pper satuan lebar q q, yyangg bias ditambah dengan
g cara
mengurangi lebar bangunan (q = Q / B). Bila pendekatan di atas tidak mungkin,
maka ada dua tipe kolam olak yang dapat dipakai, yaitu

(1) Kolam
K l Ol k USBR tipe
Olak ti IV dil
IV, dilengkapi
k i dengan
d bl k muka
blok k yang besar
b yang
membantu memperkuat pusaran. Tipe kolam ini ditunjukkan pada Gambar 1.19.

Panjang kolam (L) dapat dihitung dengan persamaan :

2
L  2 . y u . ( 1  8 Fru  1
Kedalaman minimum air di hilir adalah 1,1 kali yd; y2 + n ≥ 1,1 yd
Gambar 1.19 Kolam Olak USBR Tipe IV
(2) Kolam olak tipe blok haling (baffle-block-type basin, Donnelly and Blaisdell,
1954) seperti ditunjukkan pada Gambar 1.20. kelemahan kolam ini adalah bahwa
pada bangunan ini semua benda yang mengapung dan melayang di air dapat
t
tersangkut.
k t Hal
H l ini
i i dapat
d t menyebabkan
b bk meluapnya
l k l
kolam d
dan rusaknya
k bl k bl k
blok-blok
halang.

 Kolam Olak untuk Bilangan Froude (Fru) > 4,5


Untuk bilangan Froude di atas 4,5 loncatan airnya bisa mantap dan
peredaman energi dapat dicapai dengan baik. Kolam olak USBR tipe III khusus
dikembangkan untuk bilangan-bilangan itu
Apabila penggunaan blok halang dan blok muka tidak layak (karena
bangunan itu dibuat dari pasangan batu) kolan direncanakan sebagai kolam loncat
g
air dengan ambangg ujung.
j g Kolam ini akan menjadi
j panjang
p j g tetapi
p dangkal.
g

Gambar 1.21 Kolam Olak USBR tipe III dipakai untuk bilangan Froude > 4,5
 Kolam Olak Vlugter
Kolam olak Vlugter (gambar 1.22) khusus dikembangkan untuk bangunan
terjun di saluran irigasi. Batasan yang diberikan untuk Z/hc 0,5; 2,0 dan 15,0
dihubungkan dengan bilangan Froude 1,0; 2,8 dan 12,8. Bilangan-bilangan Froude
itu diambil pada kedalaman z di bawah tinggi energi hulu, bukan pada lantai kolam
seperti untuk kolam loncat air. Kolam Vlugter dapat dipakai sampai beda tinggi
energi Z tidak lebih dari 4,50 m.

3 q2
hc 
g
hc
a = 0.28 hc Z
D = R = L
Gambar 1.22 Kolam Olak Vlugter (ukuran dalam meter)
Z
Jika 0,5
, < ≤ 2,0
, t = 2,4 hc + 0,4 Z
hc
Z
Jika 2,0 < ≤ 15,0 t = 3,0 hc + 0,1 Z
hc

Tabel A.26 Perbandingan tak Berdimensi untuk Loncat air


(Bos, Replogle
p g and Clemmens, 1984) (page 1/3)

ΔH y yu 2 Hu y 2 H
d vu d v d
d
H yu H H H H
1 1 2gH 1 1 2gH 1
1 1
0.2446 3.00 0.3669 1.1006 1.4675 1.1006 0.1223 1.2229
0 2688
0.2688 3 10
3.10 0 3599
0.3599 1 1436
1.1436 1 5035
1.5035 1 1157
1.1157 0 1190
0.1190 1 2347
1.2347
0.2939 3.20 0.3533 1.1870 1.5403 1.1305 0.1159 1.2464
0.3198 3.30 0.3469 1.2308 1.5777 1.1449 0.1130 1.2579
0.3465 3.40 0.3409 1.2749 1.6158 1.1590 0.1103 1.2693
0.3740 3.50 0.3351 1.3194 1.6545 1.1728 0.1077 1.2805
0.4022 3.60 0.3295 1.3643 1.6938 1.1863 0.1053 1.2916
0.4312 3.70 0.3242 1.4095 1.7337 1.1995 0.1030 1.3025
0.4609 3.80 0.3191 1.4551 1.7742 1.2125 0.1008 1.3133
0.4912 3.90 0.3142 1.5009 1.8151 1.2253 0.0987 1.3239
0.5222 4.00 0.3094 1.5472 1.8566 1.2378 0.0967 1.3345
0 5861
0.5861 4 20
4.20 0 3005
0.3005 1 6407
1.6407 1 9412
1.9412 1 2621
1.2621 0 0930
0.0930 1 3551
1.3551
0.6525 4.40 0.2922 1.7355 2.0276 1.2855 0.0896 1.3752
0.7211 4.60 0.2844 1.8315 2.1159 1.3083 0.0866 1.3948
0.7920 4.80 0.2771 1.9289 2.2060 1.3303 0.0837 1.4140
0.8651 5.00 0.2703 2.0274 2.2977 1.3516 0.0811 1.4327
0.9400 5.20 0.2639 2.1271 2.3910 1.3723 0.0787 1.4510
1.0169 5.40 0.2579 2.2279 2.4858 1.3925 0.0764 1.4689
1.0957 5.60 0.2521 2.3299 2.5821 1.4121 0.0743 1.4864
1.1763 5.80 0.2467 2.4331 2.6798 1.4312 0.0723 1.5035
Tabel A.26 Perbandingan tak Berdimensi untuk Loncat air
(Bos Replogle and Clemmens
(Bos, Clemmens, 1984) (page 2/3)

ΔH y yu 2 Hu y 2 H
d vu d v d
d
H yu H H H H
1 1 2gH 1 1 2gH 1
1 1
1.2585 6.00 0.2417 2.5372 2.789 1.4499 0.0705 1.5203
1.3429 6.20 0.2367 2.6429 2.8796 1.4679 0.0687 1.5367
1.4280 6.40 0.2321 2.7488 2.9809 1.4858 0.0671 1.5529
1.5150 6.60 0.2277 2.8560 3.0837 1.5032 0.0655 1.5687
1 6035
1.6035 6 80
6.80 0 2235
0.2235 2 9643
2.9643 3 1878
3.1878 1 5202
1.5202 0 0641
0.0641 1 5843
1.5843
1.6937 7.00 0.2195 3.0737 3.2932 1.5268 0.0627 1.5995
1. 7851 7.20 0.2157 3.1839 3.3996 1.5531 0.0614 1.6145
1.8778 7.40 0.2121 3.2950 3.5071 1.5691 0.0602 1.6293
1. 9720 7.60 0.2085 3.4072 3.6157 1.5847 0.0590 1.6437
2.0674 7.80 0.2051 3.4723 3.7354 1.6001 0.0579 1.6580
2.1641 8.00 0.2019 3.6343 3.8361 1.6152 0.0568 1.6720
2.2620 8.20 0.1988 3.7490 3.9478 1.6301 0.0557 1.6858
2.3613 8.40 0.1958 3.8649 4.0607 1.6446 0.0548 1.6994
2.4615 8.60 0.1929 3.9814 4.1743 1.6589 0.0538 1.7127
2 5630
2.5630 8 80
8.80 0 1901
0.1901 4 0988
4.0988 4 2889
4.2889 1 6730
1.6730 0 0529
0.0529 1 7259
1.7259
2.6656 9.00 0.1874 4.2171 4.4045 1.6869 0.0521 1.7389
2.7694 9.20 0.1849 4.3363 4.5211 1.7005 0.0512 1.7517
2. 8741 9.40 0.1823 4.4561 4.6385 1.7139 0.0504 1.7643
2.9801 9.60 0.1799 4.5770 4.7569 1.7271 0.0497 1.7768
3.0869 9.80 0.1775 4.6985 4.8760 1. 7402 0.0489 1. 7781

Tabel A.26 Perbandingan tak Berdimensi untuk Loncat air


(Bos, Replogle
p g and Clemmens, 1984) (page
p 3/3)

ΔH y yu 2 Hu y 2 H
d vu d v d
d
H yu H H H H
1 1 2gH 1 1 2gH 1
1 1
1.2585 6.00 0.2417 2.5372 2.789 1.4499 0.0705 1.5203
1 3429
1.3429 6 20
6.20 0 2367
0.2367 2 6429
2.6429 2 8796
2.8796 1 4679
1.4679 0 0687
0.0687 1 5367
1.5367
1.4280 6.40 0.2321 2.7488 2.9809 1.4858 0.0671 1.5529
1.5150 6.60 0.2277 2.8560 3.0837 1.5032 0.0655 1.5687
1.6035 6.80 0.2235 2.9643 3.1878 1.5202 0.0641 1.5843
1.6937 7.00 0.2195 3.0737 3.2932 1.5268 0.0627 1.5995
1. 7851 7.20 0.2157 3.1839 3.3996 1.5531 0.0614 1.6145
1.8778 7.40 0.2121 3.2950 3.5071 1.5691 0.0602 1.6293
1. 9720 7.60 0.2085 3.4072 3.6157 1.5847 0.0590 1.6437
2.0674 7.80 0.2051 3.4723 3.7354 1.6001 0.0579 1.6580
2.1641 8.00 0.2019 3.6343 3.8361 1.6152 0.0568 1.6720
2 2620
2.2620 8 20
8.20 0 1988
0.1988 3 7490
3.7490 3 9478
3.9478 1 6301
1.6301 0 0557
0.0557 1 6858
1.6858
2.3613 8.40 0.1958 3.8649 4.0607 1.6446 0.0548 1.6994
2.4615 8.60 0.1929 3.9814 4.1743 1.6589 0.0538 1.7127
2.5630 8.80 0.1901 4.0988 4.2889 1.6730 0.0529 1.7259
2.6656 9.00 0.1874 4.2171 4.4045 1.6869 0.0521 1.7389
2.7694 9.20 0.1849 4.3363 4.5211 1.7005 0.0512 1.7517
2. 8741 9.40 0.1823 4.4561 4.6385 1.7139 0.0504 1.7643
2.9801 9.60 0.1799 4.5770 4.7569 1.7271 0.0497 1.7768
3.0869 9.80 0.1775 4.6985 4.8760 1. 7402 0.0489 1. 7781
 REMBESAN DAN TEKANAN AIR TANAH
Rembesan air melalui bawah bangunan (seapage) dapat terjadi karena :
a. Adanya perbedaan elevasi muka air di hulu dan di hilir bangunan (∆h);
b Material
b. M t i l di bawah
b h bangunan/pondasi
b / d i (tanah)
(t h) berupa
b t
tanah
h yang lolos
l l air
i
(porous) sehingga dapat dilewati air;
c. Hubungan antara permukaan bawah bangunan (pondasi) dengan lapisan
dibawahnya (tanah) tidak dapat sepenuhnya kedap air (impermiable).)

∆h

Rembesan air melalui bawah bangunan akan membawa butir-butir tanah (soil)
sehingga terjadi seapage dan semakin lama akan terjadi rongga antara
permukaan bawah bangunan (pondasi) dengan tanah dibawahnya. Hal ini akan
membahayakan kestabilan bangunan air.

Rembesan air melalui bawah bangunan akan membawa butir-butir tanah (soil)
sehingga terjadi seapage dan semakin lama akan terjadi rongga antara
permukaan bawah bangunan (pondasi) dengan tanah dibawahnya. Hal ini akan
membahayakan kestabilan bangunan air.

Bahaya akibat erosi tanah di bawah bangunan dapat diperhitungkan dengan


cara membuat jaringan aliran (Flow Net) dengan beberapa metode empiris,
seperti : metode Lane,
Lane metode Bligh dan metode Koshia.
Koshia

Metode Lane, juga disebut metode Angka rembesan Lane (Weighted Creep
Ratio Method) adalah metode y
yang
g dianjurkan
j dari p
pada metode lainnya.
y
Di sepanjang jalur perkolasi (rembesan) ini, kemiringan yang lebih dari 45o
dianggap vertikal dan yang kurang dari 45o dianggap horisontal.jalur vertikal
dianggap memiliki daya tahan terhadap aliran rembesar 3 kali dari jalur
horisontal. Oleh karena itu rumusnya menjadi :

L  1/3  L
C  V H
L H
K t
Keterangan :
CL = Angka rembesan Lane
Σ LV = jumlah panjang jalur vertikal, m
Σ LH = jumlah panjang jalur horisontal,
horisontal m
H = beda tinggi muka air
Tekanan air tanah di titik X, dihitung dengan rumus :

PX = HX - ∆H = HX – lX . HW / L
Keterangan : PX = tekanan air pada titik X, (kN/m2)
LX = jarak jalir rembesan sampai titik X,
X (m)
L = panjang total jalur rembesan, (m)
HW = beda tinggi energi, (m)

H
.
A

B C E F
G H
D
H

AB BC/3 CD DE EF/3 FG GH/3


L

Ilustrasi metode angka rembesan Lane

Tabel
b l : Harga minimum
i i angka
k rembesan
b Lane (CL)
Jenis tanah di bawah pondasi Angka rembesan Lane (CL)
Pasir sangat halus atau lanau 8,5
Pasir halus 7 0
7,0
Pasir sedang 6,0
Pasir kasar 5,0
Kerikil halus 4,0
Kerikil sedang 3,5
Kerikil kasar termasuk berangkal 3,0
Bongkah dengan sedikit berangkal dan kerikil 2,5
Lempung lunak 3 0
3,0
Lempung sedang 2,0
Lempung keras 1,8
,8
Lempung sangat keras 1,6
 STABILITAS BENDUNG
Dalam merencanakan bendung, harus diperhitungkan stabilitasnya pada kondisi :
1. Debit sungai rendah, pada waktu muka iar hulu hanya setinggi mercu dan
muka air hilir kosong.
kosong
2. Debit sungai banjir, dengan debit banjir rencana
Perhitungan stabilitas harus mengganggap bagian hulu bendung terdapat
sedimen. Karekteristik sedimen di sungai berdasarkan hasil pengujian
laboratorium, bila tidak dilakukan pengujian sedimen (pasir, kerikil, bongkah)
diambil harga Ø = 35o dan kohesi (C) = 5 kN/m2. Angka permeabilitas diambil =
10-3 cm/dt.
Gaya-gaya yang bekerja pada bendung :
• Tekanan
Tek n n tanah
t n h
• Beban mati bendung.
• Tekanan air
Dari gaya-gaya
gaya gaya yang bekerja dihitung resultante gaya vertikal dan horisontal
serta momen terhadap titik guling (ujung). (RV, RH, dan Mo)

Garis tangkap (line of action) gaya resultante ditentukan terhadap titik O,


O sbb :

h = MH / RH
v = MV / RV

Tekanan tanah di bawah bendung dihitung sebagai berikut :


j g telapak
Panjang p pondasi
p = L
Eksentrisitas c =(L/2) – (M/RV), eksentrisitas dalam kern (inti) bila c < 1/6. L

Tekanan tanah : σ= (RV / L) . (1 ± (6.e / L))

σmaks = ((RV / L)) . ((1 + ((6.e / L))


))

σmin = (RV / L) . (1 - (6.e / L))

 KEAMANAN TERHADAP EROSI BAWAH TANAH (PIPING)


Untuk mencegah pecahnya bagian hilir bangunan, harga keamananterhadap erosi bawah
tanah sekurang-kurangnya = 2 dan dapat dihitung dengan rumus berikut.

s(1
s(1  a/s)
Fs 
hs
Keterangan : Fs = faktor keamanan (Fs = 2)
s = kedalaman tanah, (m)
a = tebal lapisan lindung, (m)
hs = tekanan air pada titik 0,
0 (m)
 KEAMANAN TERHADAP GEMPA
Gaya gempa akan memberikan tambahan gaya horisontal ke arah hilir dan dapat
dihitung dengan rumus-rumus sebagai berikut :

Ad = n . ( ac . z) . m
E = ad / g
Keterangan : ad = percepatan gempa rencana, cm/dt2
n, m = koefisien jenis tanah (1,56 dan 0,89)
ac = percepatan gempa dasar,
d cm/dt
/d 2 (160 cm/dt
/d 2)
E = koefisien gempa
g =percepatan gravitasi, cm/dt2 (9,8)
z = faktor
f k letak
l k geografis
f (0,56)
(0 56)

Gaya gempa menimbulkan gaya horisontal tambahan ke arah hilir (He) dan momen
t b h
tambahan yang b
bekerja
k j d darii pusatt gravitasi
it i (Me) sebagai
b i b
berikut
ik t :

He = E x Σ G……….. ((kN))

sehingga momen tambahan menjadi Me = He x h………..(kNm)

 Stabilitas bendung dengan beban gempa menjadi :


- Terhadap eksentrisitas (guling) :

E = ((L/2)) – ((M/RV) < ((L/6)) Ok.

- Terhadap tekanan tanah :

σmaks = R V / L. (1 + 6 e / L) < σijin Ok.

- Terhadap gelincir / geseran :


R
F  f. V > Fs (=1,25)
s R  H e   Ep
H
 BANGUNAN PENGAMBILAN /ATAU(INTAKE)

Rumus hidrolis :
Q = μ.b.a. 2.g.z
z
a a Keterangan :
Q = debit, m3/dt
b μ = koefisien debit ( = 0,80)
b = lebar bukaan pintu, m
a = tinggi bukaan pintu, m
g = percepatan gravitasi, m/dt/d 2 ((=9,8)
9 8)
z = kehilangan tinggi energi pada bukaan pintu
Bila di depan pintu dipasang kisi-
kisi penyaring sampah, kehilangan
energi lewat saringan dihitung s s b s
sebagai berikut :
 = 2,42
hf
s s b s
 = 1,8
 L
L=5s

 PINTU PEMBILAS BENDUNG


v2 s 3
4
h  c c  β   sin δ
f 2
2g  b 
Keterangan :
hf =kehilangan
kehilan an tinggi
tin i energi,
ener i m β = faktor bentuk jeruji (lihat gambar)
ambar)
v = kecepatan datang, m/dt s = tebal jeruji, m
g = percepatan gravitasi (=9,8) L = panjang jeruji, m (lihat gambar)
c = koefisien saringan b = jarak bersih antar jeruji
jeruji, m (b > 50 mm)
 = sudut kemiringan dari horisontal,.o (lihat gbr)

 Kantong lumpur
Kantong lumpur disebut juga saluran penangkap pasir (sand trap) berfungsi untuk
mengendapkan
d k sedimen
di yang masuk
k lewat
l t pintu
i t pengambilan,
bil agar tidak
tid k terus
t mengalir
li
ke saluran induk / irigasi. Meskipun demikian partikel sedimen dengan ukuran kurang
dari 70 μm (70 x 10-6 m) diandaikan tetap terangkut sebagai sedimen layang ke
saluran irigasi
iri asi

 Volume Kantong Lumpur


Bila tidak penyelidikan sedimen yang terangkut dalam air di sungai, diasumsikan
air yang masuk intake mengandung 0,5 o/oo sedimen yang perlu diendapkan dalam
kantong lumpur. Dengan asumsi ini sehingga volume kantong lumpur (V) hanya
b
bergantung
t pada
d jjarakk waktu
kt (i
(interval)
t l) pembilasan.
bil
Sehingga volume kantong lumpur dihitung sebagai berikut :

V = volume kantong lumpur, m3


V = 0,0005 x Qn x T Q = debit air y
yang
g masuk intake, m3/dt
n
T = periode lama waktu pembilasan
Sebagai contoh bila pembilasan kantong lumpur dilakukan seminggu sekali dan
Qn sebesar 10
10,9
9 m3/dt,
/dt maka volume kantong lumpur yan g diperlukan adalah :

V = 0,0005 x 10,9 x(7 x 24 x 3600) = 3290 ≈ 3300 m3


Pintu penguras Pintu
Pi t
1 intake
2

hn
in

is
1
L =panjang kantong lumpur

Potongan 2 - 2 2
Potongan 1 - 1
hn
hn
hs
B
B
 Luas Permukaan Rata-rata Kantong Lumpur
Kecepatan endap sedimen di kantong lumpur dapat dibaca pada Grafik Hubungan
antara diameter butiran sedimen (diameter ayak) danj kecepatan endap untuk air
tenang. Di Indonesia dipakai suhu air 20oC, dengan diameter butiran 70 μm atau
0 07 mm kecepatan
0,07 k t endap
d ((w)) dipakai
di k i sebesar
b 0
0,004
004 m/dt.
/dt

L = panjang kantong lumpur, m


L x B = Qn / w B = lebar kantong lumpur,
lumpur m
Qn = debit yang masuk pintu pengambilan, m3/dt
W = kecepatan endap partikel sedimen, m/dt (= 0,004)

Panjang kantong lumpur (L) bila tersedia data sedimen yang lengkap perlu dihitung
panjang pengendapan, tetapi bila data tidak cukup panjang kantong lumpur sebaiknya
p 300 meter.
diambil antara 200 sampai

 Penentuan Kemiringan normal (in)pada ekploitasi normal,


k t
kantong l
lumpur h
hampir
i penuh.
h
Biasanya Vn (kecepatan normal) diambil = 0,40 m/dt, agar mencegah tumbuhnya
vegetasi
t i dan
d partikel
tik l sedimen
di lebih
l bih besar
b tidak
tid k langsung
l mengendap
d di hilir
hili
pengambilan. Harga Ks dapat diambil = 45. Berikut rumus-rumus perhitungannya.

An = Qn / Vn hn = An / B

On = B + 2 . hn . m2 + 1
Rn = An / Qn

in = ((Vn )2 / ((R2/3 . Ks))2

 Penentuan Kemiringan Pembilasan ( iS ), kantong lumpur kosong


Untuk menentukan, diasumsukan kecepatan pembilasan (Vs) dan debit pembilasan
(QS) sebagai berikut :
Vs = 1,5 m/dt dan Qs =1,2 x Qn
Sehingga : As = Qs / VS
At
Atau : As = B x hs hs = As / B
Os = B + 2 x hs
Rs = As / Os
is = (Vs / (K . Rs2/3))1/2
Agar pembilasan
A bil dapat
d t dilakukan
dil k k dengan
d baik,
b ik kecepatan
k t aliran
li h
harus dib
dibuatt agar
sub kritis atau Fr < 1.

Fr = V /( g h )
g.h
 Panjang Kantong lumpur (L)
Panjang kantong lumpur dihitung dari persamaan berikut :

V = (½ x B x L) + (1/2 x (is – in) x L2 x B)

 Bangunan penguras kantong lumpur


Lebar total bangunan pembilas diambil sama dengan lebar kantong lumpur. Karena
mungkin perlu pilar,
pilar kecepatan tidak boleh bertambah untuk mencegah pengempangan
pengempangan,
sehingga luas penampang basah pada pintu harus ditambah dengan cara menambah
kedalaman air.

B x hs = bnf x hf Pintu Penguras

Muka Air
Keterangan :
B = lebar dasar kantong lumpur, m
Sal. Penguras
hs = kedalaman air pembilas, m ± 3.00 m
Bnf = lebar bersih bukaan pembilas,
pembilas m
Hf = kedalaman air pada bukaan pembilas, m

Anda mungkin juga menyukai