L
A
U
T
UPPER REACH MIDDLE REACH LOWER REACH
Bangunan yang berada di sungai umumnya merupakan bangunan yang berguna untuk
mengatur aliran sungai sehingga air tersebut dapat dimanfaatkan dan tidak menimbulkan
kerusakan sungai itu sendiri. Bangunan tersebut sangat tergantung dari sifat sungai.
Bagian Upper/Hulu : Slope curam, debit kecil cenderung mengangkut batu dan
kerikil, umumnya arealnya berupa hutan, DAS sempit,
penampang sungai cenderung berbentuk V.
Bagian Middel/Tengah : Slope lebih datar, debit lebih besar dan mengangkut pasir,
banyak areal pertanian.
Bagian Lower/Hilir : Slope sangat datar, sering terdapat flood plan, muka air muara
dipengaruhi oleh pasang surut.
Bendung adalah salah satu bangunan pengelak di sungai yang berfungsi sebagai pengarah
aliran dan meninggikan muka air sungai sehingga dapat dialirkan ke petak sawah.
b) Bendung Tetap
c) Bendung Gerak
Irigasi dan Bangunan Air - 2
Air sungai yang digunakan untuk mengairi areal irigasi merupakan bagian dari siklus
hidrologi. Menurut Volker 1989 daur hidrologi dapat dirumuskan dalam persamaan
imbangan air sbb:
P= E + R ΔS --------------------------------------------------- 3.1.
P = Presipitasi
E = Evaporasi
R = Run off
S = Perubahan tampungan
Yang sangat berkaitan dengan bendung pada umumnya adalah Run Off.
Irigasi dan Bangunan Air - 2
Pemilihan lokasi dan konstruksi tergantung dari fungsi bendung itu sendiri. Bendung
Irigasi sebaiknya dicarikan dimana pintu intake terletak ditikungan luar, hal ini
mengandung maksud agar arah aliran sungai langsung menuju pintu intake tanpa
membuat pengarah aliran. Untuk konstruksi tergantung pola aliran sungai dan
ketersediaan material lokasi.
1. Bendung tetap
Konstruksi bendung tetap dipakai apabila lokasi yang ada bila dibangun bendung
tidak menimbulkan genangan disebelah hulunya.
2. Bendung Gerak
Bendung gerak ini umumnya didaerah rendah atau dataran sehingga bila terjadi
banjir bendung ini dapat diatur debit yang lewat diatas mercu. Sehingga tidak
terjadi genangan di hulu bendung ini.
Disamping itu apabila bendung ini terletak didekat pantai dapat difungsikan pula
untuk mencegah instrusi air laut lewat sungai itu sendiri.
Yang utama dalam perencanaan konstruksi bendung adalah tinggi mercu (p) dan lebar
bendung. Tinggi mercu ditentukan dengan mempertimbangkan ketinggian/elevasi
lahan yang membutuhkan dan kehilangan saat penyaluran air.
Irigasi dan Bangunan Air - 2
Lebar bendung adalah jarak antar pangkal bendung (abutment), sebaiknya sama
dengan lebar rata-rata sungai pada bagian yang stabil. Lebar maksimum bendung
diusahakan < 1,2 kali lebar rata-rata sungai. Bila dimungkinkan aliran tiap satuan
lebar bendung antara 12-14 m3/dt.m
Lebar efektif bendung (Be) dirumuskan sbb;
Be = B0 – 2 (N.Kp + Ka).He --------------------------3.13
Di mana :
Be = Lebar efektif mercu bendung.
B0 = Lebar ambang sebenarnya.
N = Lumlah pilar.
Kp = Koefisien konstraksi pilar.
Ka = Koefisien konstraksi pangkal ambang.
He = Tinggi energi di atas ambang.
A B
Tampak A
H1
B1 B2 B3
Tampak B
B1e B2e Bs
H1
Bs = 0,80 B3
Ka H1 KpH1
2 2 1.5
Q Cd * * g * b * H1
3 3
2
3
Q
H1 ------------------------.3.14
2 2
Cd * * g *b
3 3
dimana :
Q = Debit (m3/dtk).
Cd = Koefisien Debit (Cd = C0.C1.C2).
g = Percepatan gravitasi (9.81 m/dtk2).
b = Panjang Mercu (m).
H1 = Tinggi Energi diatas mecu (m).
Koefisien debit (Cd) adalah hasil dari :
H1
C0 yang merupakan fungsi ( lihat gambar 3.7).
r
p
C1 yang merupakan fungsi H ( lihat gambar 3.8).
1
p
C2 yang merupakan fungsi H dan kemiringan muka hulu bendung ( gambar
1
3.9).
Irigasi dan Bangunan Air - 2
Apabila ketinggian bendung lebih besar dari 1,33 kali tinggi rencana, maka efek
h
kecepatan masuk diabaikan atau < 1,33.
Hd
Sedangkan apabila ketinggian bendung lebih kecil dari 1,33 kali tinggi rencana,
maka efek kecepatan masuk tidak dapat diabaikan. Kondisi ini biasanya terjadi pada
h
bendung-bendung rendah dengan > 1,33.
Hd
dimana :
Yc = Kedalaman kritis (m).
Q
q = Debit per satuan lebar ( , m2).
b
g = Percepatan gravitasi (9,81 m/dtk2).
Angka Froud untuk menentukan jenis aliran didasarkan pada pengaruh gravitasi pada
gaya inersia aliran yang didifinisikan sbb :
V
Fr --------------------- 3.17
gD
dimana :
Fr = Bilangan Froud.
V = Kecepatan karakteristik aliran (m/dtk).
g = Percepatan gravitasi (m/dtk2).
D = Panjang karakteristik/ kedalaman hidrolik.
A h((b 2my ) mh)
D ----------------------- 3.18
T (b 2my ) 2mh
o Fr = 1,0 maka aliran merupakan aliran kritik dimana gaya inersia dan
gravitasi dalam keadaan setimbang.
o Fr < 1,0 maka aliran merupakan aliran Sub Kritik dimana gaya gravitasi
lebih dominan.
o Fr > 1,0 maka aliran merupakan aliran Super Kritik dimana gaya inersia
dominan.
Tipe Ogee.
Bentuk mercu yang banyak dipakai adalah tipe mercu bulat dan tipe Ogee. Profil
mercu ini direncanakan sedemikian rupa agar sesuai dengan tirai luapan (flow nappe)
bawah dari suatu ambang-tajam.
2
hv hv hv
B 0,411 1,603 1,568 0,892 0,127 ......3.21
H H H
hv
C 0,150 0,45 -----------------3.22
H
dimana :
hv
m 0,208 dan hv adalah tinggi kecepatan aliran masuk.
H
X n K * Hd ( n 1)Y --------------------------3.24
Dengan X dan Y adalah koordinat dari profil mercu dengan pusat koordinat titik
tertinggi mercu. Hd adalah tinggi tekan rencana dari aliran yang melalui mercu
bendung sedangkan K dan n adalah parameter-parameter yang besarnya tergantung
dengan faktor kemiringan permukaan bendung bagian hulu. Nilai K dan n
ditentukan seperti tabel berikut :
Tipe Vlugter
Ha
He
Hd
r Z
1:1 s/d 3:4
h
dengan
h
m 1,49 0,018 5
r
d 23 He
Untuk aliran tidak sempurna : Z < 1/3 He
Ha Z
He
Hd hd
r
1:1 s/d 3:4
h
Q m.Beff .He. gZ
hd
m 0,43 t 0.43
Hd
Z = beda energy dan energy hilir mercu
t = dapat dilihat tabel berikut
Hd/Hd 0,05 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9
t 0,31 0,39 0,48 0,54 0,57 0,59 0,59 0,60 0,64 0,69
Irigasi dan Bangunan Air - 2
Tipe Schoklitsch
Ha
He
Hd
R1
R2
R1 = ½ He R2 = (1 – 1,5) He
Dengan adanya bangunan penghalang di sungai baik yang berupa bendung maupun
bangunan lainnya yang mengakibatkan berubah tinggi muka air. Untuk menghitung
air balik (Back Water) yang mempengaruhi tinggi muka air di sebelah hulu bangunan
tersebut perlu dihitung profil muka air. Perhitungan profil muka air ada beberapa
macam untuk aliran permanen tidak beraturan. Seperti metode integrasi grafis,
metode Bresse, metode Deret, metode Flamant, metode Tahapan Langsung dan
metode Tahapan Standart. Metode yang sering dipakai dalam penyelesaian
perubahan profil muka air adalah metode tahapan langsung dan metode tahapan
standart.
Contoh, Metode tahapan langsung, cara ini mudah dan simpel untuk menghitung
profil muka air pada aliran tidak permanen. Metode ini dikembangkan dari
persamaan energi, yaitu
2 2
v1 v
z1 y1 z 2 y 2 2 hf ------------------------- 3.26
2g 2g
dimana :
z = Ketinggian dasar saluran dari garis referensi.
y = Kedalaman air dari dasar saluran.
V = Kecepatan rata-rata.
g = Percepatan gravitasi.
hf = Kehilangan energi karena gesekan dasar saluran.
Irigasi dan Bangunan Air - 2
E1 E2
E1 + S0 X = E2 + Sf X
atau
E 2 E1
X ---------------------3.28
S0 S f
Sf 2 Sf1
Dengan : Sf -------------------------- 3.29
2
Q2n2
Sf 4
(manning ) --------------------------- 330
2
A R 3
Q2
Sf (chezy ) -----------------------------3.31
C 2 A2 R
V12/2g So hf – Sf.x
V22/2g
H1
H2
Z=So.X
X
Prosedur perhitungan dimulai dengan kedalaman yang diketahui y1, yang diperoleh
dari hubungan kedalaman-debit (discharge rating curve), kemudian ambil
(asumsikan) kedalaman berikutnya H2, baik dihulu atau dihilirnya tergantung pada
jenis aliran subkritis atau superktritis, hitung jarak X antara kedua kedalaman
tersebut. Untuk hasil yang lebih akurat direkomendasikan untuk mengambil harga y 2
sedekat mungkin dengan y1, sehingga harga X yang diperoleh tidak terlalu
besar/jauh.
Irigasi dan Bangunan Air - 2
Terlepas dari kondisi hidrolis, yang dapat dijelaskan dengan bilangan froude dan
kedalaman air hilir, kondisi dasar sungai dan tipe sediment yang diangkut
memainkan peranan penting dalam pemilihan tipe kolam olak.
Bendung di sungai yang mengangkut bongkah atau batu-batu besar dengan dasar
yang relatif tahan gerusan, biasanya cocok dengan kolam olah tipe bak
tenggelam/submerged bucket atau Tyroll seperti Danawarih.
Jika bendung di sungai tidak mengangkut batu-batu besar, tetapi sungai itu
mengandung aluvial dan dasar tahan gerusan dapat digunakan kolam loncat air tanpa
blok-blok halang atau tipe bak tenggelam/peredam energi.
Sedangkan bendung di sungai yang hanya mengangkut bahan-bahan sedimen halus
dapat direncanakan dengan menggunakan blok-blok halang. Untuk tipe ini daya
gerus sedimen yang terangkut harus dipertimbangkan dengan mengingat bahan yang
harus dipakai untuk membuat blok.
Perilaku hidrolis peredam energi tipe ini terutama tergantung kepada terjadinya
kedua pusaran. Satu pusaran permukaan bergerak kearah berlawanan dengan arah
jarum jam diatas bak, dan sebuah pusaran permukaan bergerak ke arah putaran jarum
jam dan terletak di belakang ambang ujung. Dimensi bak yang berjari-jari besar
diperlihatkan sebagai berikut :
Kolam olak tipe bak tenggelam telah digunakan sejak lama dengan sangat berhasil
pada bendung rendah untuk bilangan-bilangan Froude rendah.
Jari-jari minimum bak yang diizinkan (Rmin)
Jari-jari minimum (Rmin) diberikan pada gambar 3.13 dimana garis menerus
adalah garis asli dari kriteria USBR. Di bawah H/hc = 2.5 USBR tidak
memberikan hasil-hasil percobaan. Sejauh ini penyelidikan dengan model yang
dilakukan oleh IHE menunjukkan untuk jari-jari minimum bak yang diizinkan bagi
bangunan-bangunan dengan tinggi energi rendah ini.
Pengalaman telah menunjukkan bahwa banyak bendung rusak akibat gerusan lokal
yang terjadi tepat di sebelah hilirnya dan kadang-kadang kerusakan ini diperparah
lagi oleh degradasi dasar sungai. Oleh karena itu, dianjurkan untuk menentukan
kedalaman air hilir berdasarkan degradasi sungai yang akan terjadi dimasa datang.
Irigasi dan Bangunan Air - 2
Dari penyelidikan model terhadap bak tetap, IHE menyimpulkan bahwa pengaruh
kedalaman tinggi air hilir terhadap bekerjanya bak sebagai peredam energi,
ditentukan oleh perbandingan h2/h1 (lihat gambar 3.15). Jika h2/h1 lebih tinggi dari
2/3, maka aliran akan menyelam ke dalam bak dan tidak ada efek peredam yang
bisa diharapkan.
V2/2g H
h
R
D ½a
L
H = h + V2/2g
r = 0,50 H
a = 0,15 H √(H/Z)
D = R = L = 1,1 Z + H
5 > Z/H > 0,50
r3 = 0,15 W
Z
W’
W S
L= 0,5 s/d 1,0 W
dimana :
R = Kedalaman gerusan dibawah permukaan air banjir (m)
Q = Debit (m3/dtk)
f = Faktor Lumpur Lacey
f 1,76 * Dm 0.5 --------------------------. 3.34
Dm= Diameter tengah untuk bahan jelek, mm
Untuk menghitung turbelensi dan aliran yang tidak stabil, R ditambah 1.5-nya lagi
(data empiris).
Tebal lapisan pasangan batu kosong sebaiknya diambil 2 sampai 3 kali d40, dicari
dari kecepatan rata-rata aliran dengan bantuan gambar 3.16.
Gambar 3.16. dapat dipakai untuk menentukan d40 dari campuran pasangan batu
kosong dari kecepatan rata-rata selama terjadi debit rencana diatas ambang
bangunan. D40 dari campuran berarti bahwa 60 % dari campuran ini sama
diameternya atau lebih besar. Ukuran batu hendaknya hampir sama ke semua arah.
Lv 1 Hv
Cw 3 --------------------------. 3.35
Hw
Cw = Koefisien Lane tergantung jenis tanah atau :
Lv
Cw --------------------------3.36
Hw
Sedangkan tekanan air Px harus dihitung dengan rumus :
Hw
Px Hx H Hx Lx * --------------------------3.37
L
dimana :
Px = Tekanan air pada titik X (kN/m2)
Lx = Jarak jalur rembesan pada titik X (m)
L = Panjang Total jalur rembesan (m)
Hw = Beda Tinggi Energi (m)
Konstruksi bendung harus kuat menahan gaya-gaya yang bekerja, baik dari berat
konstruksi itu sendiri maupun gaya-gaya dari luar. Dalam analisis stabilitas bendung
ini juga ditinjau apakah daya dukung tanah dasar memenuhi syarat atau tidak.
dimana :
Irigasi dan Bangunan Air - 2
3.42
sehingga tekanan tanah pasif menjadi :
S f
Mv -------------------3.44
Mh
dimana :
S = Angka keamanan terhadap guling > 2
f = Koefisien gesekan
Mv = Kumulatif momen vertikal
Mh = Kumulatif momen horizontal
Nilai f merupakan nilai koefisien gesekan yang diperoleh dari tabel berikut.
Irigasi dan Bangunan Air - 2
Kestabilan kontruksi terhadap bahaya geser yang akan terjadi dihitung dengan
rumus :
SF f
Rv ---------------------------3.45
Rh
Di mana :
SF = Angka keamanan terhadap geser > 1.5
f = Koefisien gesekan
Rv = Kumulatif gaya vertikal
Rh = Kumulatif gaya horizontal
Untuk mencegah pecahnya bagian hilir bangunan, harga keamanan terhadap erosi
tanah harus sekurang-kurangnya 2. Nilai keamanan dihitung dengan rumus sbb.
s 1 a s
S ------------------------ -3.46
hs
dimana :
S = Factor tekanan
s = Kedalaman tanah
a = Tebal lapisan lindung
hs = Tekanan air pada titik pada titik O.
Irigasi dan Bangunan Air - 2
Data-data
Q = 300 m3/dt
B = 28.00 m
n =0.00
Pangkal Bulat
r =1.00 m
p =3.00 m
Be = B0 – 2 (N.Kp + Ka).H1
Be = 28,00 – 0.02 H1
H1 = 2,00 m
Be = 28,00 – 0.02 2 = 27,92 m
H1/r = 2/1 = 2 Co = 1,32 Gambar 4.5 KP 02
p/H1 = 3/2 = 1,50 C1 = 0.99 Gambar 4.6 KP 02
C2 = 1 Gambar 4.7 KP 02
Cd = Co.C1.C2 = 1,20.0,97,1 = 1.307
3 3
Q .Cd .Be. .g H 1 .1,307.27,92. .9,81.2 175,94
2
3
2
3
2 2
3
2
3
2
H1 = 2,25 m
Be = 28,00 – 0.02. 2.25 = 27,91 m
H1/r = 2/1 = 2 Co = 1,33 Gambar 4.5 KP 02
p/H1 = 3/2 = 1,50 C1 = 0.99 Gambar 4.6 KP 02
C2 = 1 Gambar 4.7 KP 02
Cd = Co.C1.C2 = 1,20.0,97,1 = 1.310
3 3
Q .Cd .Be. .g H1 .1,310.27,91. .9,81.2,25 210,39
2
3
2
3
2 2
3
2
3
2
Selanjutnya dibuat seperti tabel Gambar 4.5 KP 02 Gambar 4.6 KP 02 Gambar 4.7 KP 02
Irigasi dan Bangunan Air - 2
Dari tabel tersebut didapatkan suatu besaran yang mendekati Q = 300 m2/dt
H1 = 2,80 m
Be = 27,89 m
Menghitung Kecepatan Aliran
Q Q 300
Va 1,85 m/dt
A b( H 1 p ) 27,89.(27,89 3)
Y2 1
2 ( 1 8 Fr 2 1) xY1 1
2
1 8.2,7589 1 .1,16 3,97 m
Stablilitas Bendung
Dengan teori yang sama dihitung tekanan air dibawah pelimpah. Untuk keperluan
perhitungan tersebut direncanakan lantai lindung (apron) hulu yang kedap air dengan
panjang 5.1 meter dan koperan tiap 1.2 meter. Angka rembesan menurut Lane dirumuskan
sebagai berikut :
Lv 1 Hv
Cw 3 , harga aman untuk Cw = 3 (untuk lempung lunak)1.
Hw
18.01 5.29
Cw = 7.87 > Cw, konstruksi aman terhadap rembesan air tanah.
2.97
Sedangkan tekanan air Px harus dihitung dengan rumus :
Hw
Px Hx H Hx Ix *
L
dimana :
Px = tekanan air pada titik x (kN/m2)
Lw = jarak jalur rembesan pada titik X (m)
L = Panjang Total jalur rembesan (m)
Hw= Beda Tinggi Energi (m)
Hasil perhitungan angka Lane dan Tekanan air pada tiap-tiap jarak sepanjang
bangunan pelimpah disajikan pada tabel berikut ini :
1
Standart Perencanaan Irigasi, Kriteria Perencanaan Bagian Bangunan Utama KP-02, hal 126
Irigasi dan Bangunan Air - 2
Lw 1 Hv 18.10 5.29
Cw 3 8.01 > Cw
Hw 2.91
sehingga konstruksi aman terhadap pengaruh rembesan air tanah.
Irigasi dan Bangunan Air - 2
Perhitungan rembesan dan tekanan air tanah selama debit rencana (Q 25) terjadi disajikan
pada tabel berikut :
Tabel 3.2. Konstruksi Bendung.2. Perhitungan Rembesan dan Tekanan Air
Tanah Selama Q25