Anda di halaman 1dari 35

Irigasi dan Bangunan Air - 2

Sungai secara garis besar dibagi dalam tiga kelompok yaitu:

L
A
U
T
UPPER REACH MIDDLE REACH LOWER REACH

Gambar 3.1. Pembagian kelompok sungai berdasar lokasi

Bangunan yang berada di sungai umumnya merupakan bangunan yang berguna untuk
mengatur aliran sungai sehingga air tersebut dapat dimanfaatkan dan tidak menimbulkan
kerusakan sungai itu sendiri. Bangunan tersebut sangat tergantung dari sifat sungai.

Bagian Upper/Hulu : Slope curam, debit kecil cenderung mengangkut batu dan
kerikil, umumnya arealnya berupa hutan, DAS sempit,
penampang sungai cenderung berbentuk V.

Bagian Middel/Tengah : Slope lebih datar, debit lebih besar dan mengangkut pasir,
banyak areal pertanian.

Bagian Lower/Hilir : Slope sangat datar, sering terdapat flood plan, muka air muara
dipengaruhi oleh pasang surut.

Bendung adalah salah satu bangunan pengelak di sungai yang berfungsi sebagai pengarah
aliran dan meninggikan muka air sungai sehingga dapat dialirkan ke petak sawah.

Konstruksi dari bendung ada tiga macam yaitu :


a) Bendung Sementara : terbuat dari tumpukan batu, pohon kelapa, batang pisang,

b) Bendung Tetap

c) Bendung Gerak
Irigasi dan Bangunan Air - 2

Bendung Sedadi Grobogan

Bendung Juwero, Kendal

Bendung Dumpil Grobogan


Irigasi dan Bangunan Air - 2

Bendung Dumpil Grobogan

Bendung Guntur Demak

Bendung Karet Biasa


Irigasi dan Bangunan Air - 2

Gambar 3.1. Bendung Tetap cdan (Bendung Gerak

3.1 Hidrologi Bendung

Air sungai yang digunakan untuk mengairi areal irigasi merupakan bagian dari siklus
hidrologi. Menurut Volker 1989 daur hidrologi dapat dirumuskan dalam persamaan
imbangan air sbb:

P= E + R ΔS --------------------------------------------------- 3.1.

P = Presipitasi
E = Evaporasi
R = Run off
S = Perubahan tampungan

Yang sangat berkaitan dengan bendung pada umumnya adalah Run Off.
Irigasi dan Bangunan Air - 2

3.2. Konstruksi Bendung

Pemilihan lokasi dan konstruksi tergantung dari fungsi bendung itu sendiri. Bendung
Irigasi sebaiknya dicarikan dimana pintu intake terletak ditikungan luar, hal ini
mengandung maksud agar arah aliran sungai langsung menuju pintu intake tanpa
membuat pengarah aliran. Untuk konstruksi tergantung pola aliran sungai dan
ketersediaan material lokasi.

Konstruksi bendung ada dua yaitu :

1. Bendung tetap
Konstruksi bendung tetap dipakai apabila lokasi yang ada bila dibangun bendung
tidak menimbulkan genangan disebelah hulunya.

2. Bendung Gerak
Bendung gerak ini umumnya didaerah rendah atau dataran sehingga bila terjadi
banjir bendung ini dapat diatur debit yang lewat diatas mercu. Sehingga tidak
terjadi genangan di hulu bendung ini.

Disamping itu apabila bendung ini terletak didekat pantai dapat difungsikan pula
untuk mencegah instrusi air laut lewat sungai itu sendiri.

3.2.1. Bendung Tetap

Bendung tetap pada prinsipnya ada 3 bagian, yaitu


a. Pelimpah, baik dengan pintu maupun bebas.
b. Saluran atau pipa pembawa dan
c. Bangunan peredam enerji.
Irigasi dan Bangunan Air - 2

Gambar 3.4 Denah Bendung

Yang utama dalam perencanaan konstruksi bendung adalah tinggi mercu (p) dan lebar
bendung. Tinggi mercu ditentukan dengan mempertimbangkan ketinggian/elevasi
lahan yang membutuhkan dan kehilangan saat penyaluran air.
Irigasi dan Bangunan Air - 2

Gambar 3.5. Bendung dengan Mercu bulat

3.2.1.1 Lokasi dan Tinggi Mercu Bendung

Tinggi untuk bangunan bendung (p) irigasi dapat dihitung sbb:


1. Elveasi sawah (Lihat gambar 3.6) misal + 15,00 m
2. Tinggi genangan 0,15 m
3. Kehilangan tekanan dibangunan Box Tersier 0,10 m
Ketinggian air di saluran tersier +18,25 m
4. Kehilangan tekanan di sal tersier ( L x i ters) 0,10 m
5. Kehilangan tekanan di bangunan Sadap 0,10 m
Ketinggian air di saluran Sekunder + 15,45 m
6. Kehilangan tekanan di sal sekunder( L x i sek) 0,10 m
7. Kehilangan tekanan di bangunan Bagi 0,10 m
Ketinggian air di saluran Induk + 15,65 m
8. Kehilangan tekanan di saluran induk( L x i induk) 0,10 m
9. Kehilangan tekanan dipintu pengambilan 0,10 m
10. Keamanan 0,10 m
Tinggi mercu bendung + 15,95 m
Irigasi dan Bangunan Air - 2

3.2.1.2. Lebar Bendung

Lebar bendung adalah jarak antar pangkal bendung (abutment), sebaiknya sama
dengan lebar rata-rata sungai pada bagian yang stabil. Lebar maksimum bendung
diusahakan < 1,2 kali lebar rata-rata sungai. Bila dimungkinkan aliran tiap satuan
lebar bendung antara 12-14 m3/dt.m
Lebar efektif bendung (Be) dirumuskan sbb;
Be = B0 – 2 (N.Kp + Ka).He --------------------------3.13
Di mana :
Be = Lebar efektif mercu bendung.
B0 = Lebar ambang sebenarnya.
N = Lumlah pilar.
Kp = Koefisien konstraksi pilar.
Ka = Koefisien konstraksi pangkal ambang.
He = Tinggi energi di atas ambang.

A B
Tampak A
H1   

B1 B2 B3
Tampak B
B1e B2e Bs

H1

Bs = 0,80 B3
Ka H1 KpH1

Gambar 3.7 Lebar efektif mercu bendung


Irigasi dan Bangunan Air - 2

Tabel 3.14 Koefisien Konstraksi Pijar

Jenis dan bentuk pilar Harga Kp


Pilar berujung segiempat dg sudut dibulatkan dengan jari-jari 0,10 tebal pilar 0,02
Pilar berujung bulat 0,01
Pilar berujung runcing 0

Tabel 3.15 Koefisien Konstraksi Pangkal tembok/abutment


Jenis dan bentuk abutment Harga Ks
Pangkal tembok segiempat, tembok hulu 90o ke arah aliran 0,20
Pangkal tembok bulat, tembok hulu 90o ke arah aliran dg 0,5H1 > r > 0,15 H1 0,10
Pangkal tembok bulat dengan r > 0,5H1 tembok hulu < 45o ke arah aliran 0
Irigasi dan Bangunan Air - 2

3.2.2. Mencari Tinggi Banjir Rencana

2 2 1.5
Q  Cd * * g * b * H1
3 3

2
  3
 
 Q 
H1    ------------------------.3.14
2 2
 Cd * * g *b 
 3 3 

dimana :
Q = Debit (m3/dtk).
Cd = Koefisien Debit (Cd = C0.C1.C2).
g = Percepatan gravitasi (9.81 m/dtk2).
b = Panjang Mercu (m).
H1 = Tinggi Energi diatas mecu (m).
Koefisien debit (Cd) adalah hasil dari :
H1
 C0 yang merupakan fungsi ( lihat gambar 3.7).
r
p
 C1 yang merupakan fungsi H ( lihat gambar 3.8).
1

p
 C2 yang merupakan fungsi H dan kemiringan muka hulu bendung ( gambar
1

3.9).
Irigasi dan Bangunan Air - 2

Gambar 3.7. Harga-harga koefisien C0 untuk bendung ambang bulat


sebagai fungsi H1/r

Gambar 3.8. Koefisien C1 sebagai fungsi p/H1

Gambar 3.9. Harga-harga koefisien C2 untuk bendung mercu Ogee dengan


muka hulu melengkung (menurut USBR, 1960)

3.3.3 Menghitung Kecepatan Aliran


Q Q
Va   -------------------------- 3.15
A b( H 1  p )

Dengan : Q = Debit (m3/dtk).


A = Luas Penampang basah (m2).
b = Panjang Mercu (m).
H1 = Tinggi Energi diatas mecu (m).
p = Tinggi muka air dari dasar saluran sampai mercu (m).
Irigasi dan Bangunan Air - 2

Apabila ketinggian bendung lebih besar dari 1,33 kali tinggi rencana, maka efek

h
kecepatan masuk diabaikan atau < 1,33.
Hd
Sedangkan apabila ketinggian bendung lebih kecil dari 1,33 kali tinggi rencana,
maka efek kecepatan masuk tidak dapat diabaikan. Kondisi ini biasanya terjadi pada

h
bendung-bendung rendah dengan > 1,33.
Hd

Jenis Aliran Sebelah Hilir Sungai.


1. Mencari Tinggi Kedalaman Kritis (Yc).
Kedalaman kritis dapat dihitung dengan menggunakan rumus dibawah ini :
q2
Yc  3 --------------------------3.16
g

dimana :
Yc = Kedalaman kritis (m).
Q
q = Debit per satuan lebar ( , m2).
b
g = Percepatan gravitasi (9,81 m/dtk2).

2. Mencari Angka Froud (Fr)

Angka Froud untuk menentukan jenis aliran didasarkan pada pengaruh gravitasi pada
gaya inersia aliran yang didifinisikan sbb :
V
Fr  --------------------- 3.17
gD

dimana :

Fr = Bilangan Froud.
V = Kecepatan karakteristik aliran (m/dtk).
g = Percepatan gravitasi (m/dtk2).
D = Panjang karakteristik/ kedalaman hidrolik.
A h((b  2my )  mh)
D  ----------------------- 3.18
T (b  2my )  2mh

A = Luas penampang basah.

T = Lebar permukaan basah.


Irigasi dan Bangunan Air - 2

Dari nilai Fr dapat ditentukan sifat aliran yang terjadi.

o Fr = 1,0 maka aliran merupakan aliran kritik dimana gaya inersia dan
gravitasi dalam keadaan setimbang.

o Fr < 1,0 maka aliran merupakan aliran Sub Kritik dimana gaya gravitasi
lebih dominan.

o Fr > 1,0 maka aliran merupakan aliran Super Kritik dimana gaya inersia
dominan.

3.2.3. Perencanaan Mercu Pelimpah.

Tipe Ogee.
Bentuk mercu yang banyak dipakai adalah tipe mercu bulat dan tipe Ogee. Profil
mercu ini direncanakan sedemikian rupa agar sesuai dengan tirai luapan (flow nappe)
bawah dari suatu ambang-tajam.

Bentuk tirai luapan diatas ambang-tajam dapat diketahui berdasarkan prinsip


lemparan peluru, yaitu komponen kecepatan aliran horizontal adalah konstan
sehingga gaya yang bekerja pada tirai luapan adalah hanya gaya berat. Dengan tebal
tirai luapan vertikal (T) diganggap konstan, maka persamaan umum untuk
permukaan tirai luapan adalah :
2
y  x x
 A   B C  D ---------------------- 3.19
H H H

Persamaan tirai luapan tersebut merupakan persamaan pangkat dua, sehingga


permukaan tirai luapan secara teoritis berbentuk parabola. Dari berbagai penelitian
yang dilakukan antara lain oleh U.S. Bureau of Recalamation, Creager, Justin, Ippen,
konstanta-konstanta dalam persamaan umum tirai luapan didapat :
 hv 
A  0,425  0,25  -------------------------- 3.20
H
Irigasi dan Bangunan Air - 2

2
 hv   hv  hv
B  0,411  1,603   1,568   0,892  0,127 ......3.21
H H H

 hv 
C  0,150  0,45  -----------------3.22
H

D  0,57  0,02110m  exp10m 


2
-------------- 3.23

dimana :

hv
m  0,208 dan hv adalah tinggi kecepatan aliran masuk.
H

Profil mercu yang dibuat berdasarkan penyelidikan Bazin (1886-1888) adalah


berimpit dengan permukaan bawah tirai luapan melalui ambang tajam dan dikenal
sebagai profil Bazin. Secara teoritis seharusnya tidak akan menyebabkan tekanan
negatif pada mercu. Akan tetapi pada kenyataannya tejadi gesekan oleh kekasaran
permukaan bendung atau pelimpah, sehingga timbul tekanan negatif. Adanya
tekanan negatif dapat menimbulkan kavitasi (cavitation) dan dapat mengakibatkan
kerusakan.
Berbagai percobaan dilakukan untuk menghidari kavitasi ini, sebagai acuan dalam
perencanaan mercu bendung/pelimpah adalah hasil percobaan bentuk tirai luapan
melalui ambang-tajam yang dilakukan oleh U.S. Bureau of Reclamation (USBR).
Berdasarkan data USBR, maka U.S. Army Corps of Engineers menyusun bentuk
baku profil mercu bendung/pelimpah di Waterway Experiment Station (WES),
yang juga dikenal dengan mercu Ogee sebagai berikut :

X n  K * Hd ( n 1)Y --------------------------3.24

Dengan X dan Y adalah koordinat dari profil mercu dengan pusat koordinat titik
tertinggi mercu. Hd adalah tinggi tekan rencana dari aliran yang melalui mercu
bendung sedangkan K dan n adalah parameter-parameter yang besarnya tergantung
dengan faktor kemiringan permukaan bendung bagian hulu. Nilai K dan n
ditentukan seperti tabel berikut :

Tabel. 3.15. Harga-harga K dan n


Irigasi dan Bangunan Air - 2

Kemiringan Permukaan Hulu K n


Tegak Lurus 2,000 1,850
3:1 1,936 1,836
3:2 1,939 1,810
3:3 1,873 1,776

Gambar 3.10. Bentuk-bentuk bendung mercu Ogee

(U.S. Army Corp of Engineers Watarways Experimental Station)


Irigasi dan Bangunan Air - 2

Tipe Vlugter

Ha
He
Hd
r Z
1:1 s/d 3:4
h

Mercu Vlugter adalah mercu bulat dengan jari-jari r.


r = (0,50 s/d 1,00) He
Debit yang lewat mercu dapat dihitung dengan rumus sbb:
 Untuk aliran sempurna : Z > 1/3 He
Q  m.Beff .d . gd

dengan
 h
m  1,49  0,018 5  
 r
d  23 He
 Untuk aliran tidak sempurna : Z < 1/3 He

Ha Z
He
Hd hd
r
1:1 s/d 3:4
h

Q  m.Beff .He. gZ

hd
m  0,43   t  0.43
Hd
Z = beda energy dan energy hilir mercu
t = dapat dilihat tabel berikut

Hd/Hd 0,05 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9
t 0,31 0,39 0,48 0,54 0,57 0,59 0,59 0,60 0,64 0,69
Irigasi dan Bangunan Air - 2

Tipe Schoklitsch

Ha
He
Hd

R1
R2

Bentuk Hidraulis Mercu

R1 = ½ He R2 = (1 – 1,5) He

3.2.4. Perhitungan Profil Muka Air

Dengan adanya bangunan penghalang di sungai baik yang berupa bendung maupun
bangunan lainnya yang mengakibatkan berubah tinggi muka air. Untuk menghitung
air balik (Back Water) yang mempengaruhi tinggi muka air di sebelah hulu bangunan
tersebut perlu dihitung profil muka air. Perhitungan profil muka air ada beberapa
macam untuk aliran permanen tidak beraturan. Seperti metode integrasi grafis,
metode Bresse, metode Deret, metode Flamant, metode Tahapan Langsung dan
metode Tahapan Standart. Metode yang sering dipakai dalam penyelesaian
perubahan profil muka air adalah metode tahapan langsung dan metode tahapan
standart.

Contoh, Metode tahapan langsung, cara ini mudah dan simpel untuk menghitung
profil muka air pada aliran tidak permanen. Metode ini dikembangkan dari
persamaan energi, yaitu
2 2
v1 v
z1  y1   z 2  y 2  2  hf ------------------------- 3.26
2g 2g
dimana :
z = Ketinggian dasar saluran dari garis referensi.
y = Kedalaman air dari dasar saluran.
V = Kecepatan rata-rata.
g = Percepatan gravitasi.
hf = Kehilangan energi karena gesekan dasar saluran.
Irigasi dan Bangunan Air - 2

dari gambar 3.11 didapat :


2 2
v v
z  y1  1  y 2  2  hf --------------------. 3.27
2g 2g

E1 E2

E1 + S0 X = E2 + Sf X

atau
E 2  E1
X  ---------------------3.28
S0  S f

Sf 2  Sf1
Dengan : Sf  -------------------------- 3.29
2
Q2n2
Sf  4
(manning ) --------------------------- 330
2
A R 3

Q2
Sf  (chezy ) -----------------------------3.31
C 2 A2 R

V12/2g So hf – Sf.x

V22/2g
H1

H2

Z=So.X

X

Gambar 3.11. Defenisi profil muka air metode tahapan langsung

Prosedur perhitungan dimulai dengan kedalaman yang diketahui y1, yang diperoleh
dari hubungan kedalaman-debit (discharge rating curve), kemudian ambil
(asumsikan) kedalaman berikutnya H2, baik dihulu atau dihilirnya tergantung pada
jenis aliran subkritis atau superktritis, hitung jarak X antara kedua kedalaman
tersebut. Untuk hasil yang lebih akurat direkomendasikan untuk mengambil harga y 2
sedekat mungkin dengan y1, sehingga harga X yang diperoleh tidak terlalu
besar/jauh.
Irigasi dan Bangunan Air - 2

3.2.5. Perencanaan Kolam Olak

Tipe Kolam Olak Bak Tenggelam (Bucket).

Terlepas dari kondisi hidrolis, yang dapat dijelaskan dengan bilangan froude dan
kedalaman air hilir, kondisi dasar sungai dan tipe sediment yang diangkut
memainkan peranan penting dalam pemilihan tipe kolam olak.
Bendung di sungai yang mengangkut bongkah atau batu-batu besar dengan dasar
yang relatif tahan gerusan, biasanya cocok dengan kolam olah tipe bak
tenggelam/submerged bucket atau Tyroll seperti Danawarih.
Jika bendung di sungai tidak mengangkut batu-batu besar, tetapi sungai itu
mengandung aluvial dan dasar tahan gerusan dapat digunakan kolam loncat air tanpa
blok-blok halang atau tipe bak tenggelam/peredam energi.
Sedangkan bendung di sungai yang hanya mengangkut bahan-bahan sedimen halus
dapat direncanakan dengan menggunakan blok-blok halang. Untuk tipe ini daya
gerus sedimen yang terangkut harus dipertimbangkan dengan mengingat bahan yang
harus dipakai untuk membuat blok.
Perilaku hidrolis peredam energi tipe ini terutama tergantung kepada terjadinya
kedua pusaran. Satu pusaran permukaan bergerak kearah berlawanan dengan arah
jarum jam diatas bak, dan sebuah pusaran permukaan bergerak ke arah putaran jarum
jam dan terletak di belakang ambang ujung. Dimensi bak yang berjari-jari besar
diperlihatkan sebagai berikut :

Gambar. 3.12. Peredam Energi Tipe Bak Tenggelam


Irigasi dan Bangunan Air - 2

Kolam olak tipe bak tenggelam telah digunakan sejak lama dengan sangat berhasil
pada bendung rendah untuk bilangan-bilangan Froude rendah.
Jari-jari minimum bak yang diizinkan (Rmin)
Jari-jari minimum (Rmin) diberikan pada gambar 3.13 dimana garis menerus
adalah garis asli dari kriteria USBR. Di bawah H/hc = 2.5 USBR tidak
memberikan hasil-hasil percobaan. Sejauh ini penyelidikan dengan model yang
dilakukan oleh IHE menunjukkan untuk jari-jari minimum bak yang diizinkan bagi
bangunan-bangunan dengan tinggi energi rendah ini.

1. Batas minimum tinggi air hilir (Tmin)


Batas minimum tinggi air hilir diberikan pada Gambar 3.14. Untuk H/hc
diatas 2.4 garis tersebut merupakan “envelope” batas tinggi air hilir yang
diberikan oleh USBR bagi batas minimum tinggi air hilir (bak bercelah),
“sweep-out”, batas minimum tinggi air hilir yang dipengaruhi oleh jari-jari bak
dan batas tinggi air hilir untuk bak tetap. Dibawah H/hc = 2.4, garis tersebut
menggambarkan kedalaman konjugasi suatu loncatan air.

Gambar 3.13. Jari-jari minimum bak

Pengalaman telah menunjukkan bahwa banyak bendung rusak akibat gerusan lokal
yang terjadi tepat di sebelah hilirnya dan kadang-kadang kerusakan ini diperparah
lagi oleh degradasi dasar sungai. Oleh karena itu, dianjurkan untuk menentukan
kedalaman air hilir berdasarkan degradasi sungai yang akan terjadi dimasa datang.
Irigasi dan Bangunan Air - 2

Gambar 3.14. Batas minimum tinggi air hilir

Dari penyelidikan model terhadap bak tetap, IHE menyimpulkan bahwa pengaruh
kedalaman tinggi air hilir terhadap bekerjanya bak sebagai peredam energi,
ditentukan oleh perbandingan h2/h1 (lihat gambar 3.15). Jika h2/h1 lebih tinggi dari
2/3, maka aliran akan menyelam ke dalam bak dan tidak ada efek peredam yang
bisa diharapkan.

Gambar. 3.15. Batas maksimum tinggi air hilir


Irigasi dan Bangunan Air - 2

Type Kolam Olak Vlugter

V2/2g H
h

R
D ½a

L
H = h + V2/2g
r = 0,50 H
a = 0,15 H √(H/Z)
D = R = L = 1,1 Z + H
5 > Z/H > 0,50

Type Kolam Olak Skochlistch

r3 = 0,15 W
Z
W’

W S
L= 0,5 s/d 1,0 W

Skochlistch adalah merupakan konstruksi penghapus, untuk itu Skochlistch


mempunyai bilangan
S = q1/2 (W/g)1/4
Dengan : q = Debit persatuan lebar bendung
g = Gravitasi bumi
 = 0,03 s/d 0,08
Irigasi dan Bangunan Air - 2

Tinjauan Terhadap Scouring (Gerusan)


Menurut Lacey
Panjang lindungan dari pasangan batu kosong ini sebaiknya diambil 4 kali
kedalaman gerusan lokal dihitung secara empiris dengan rumus Lacey.
1
Q 3
R  0,47 *   -------------------------- 3.33
 f 

dimana :
R = Kedalaman gerusan dibawah permukaan air banjir (m)
Q = Debit (m3/dtk)
f = Faktor Lumpur Lacey
f  1,76 * Dm 0.5 --------------------------. 3.34
Dm= Diameter tengah untuk bahan jelek, mm

Untuk menghitung turbelensi dan aliran yang tidak stabil, R ditambah 1.5-nya lagi
(data empiris).

Tebal lapisan pasangan batu kosong sebaiknya diambil 2 sampai 3 kali d40, dicari
dari kecepatan rata-rata aliran dengan bantuan gambar 3.16.

Gambar 3.16. dapat dipakai untuk menentukan d40 dari campuran pasangan batu
kosong dari kecepatan rata-rata selama terjadi debit rencana diatas ambang
bangunan. D40 dari campuran berarti bahwa 60 % dari campuran ini sama
diameternya atau lebih besar. Ukuran batu hendaknya hampir sama ke semua arah.

Gambar 3.16. Grafik untuk perencanaan ukuran pasangan batu kosong


Irigasi dan Bangunan Air - 2

Menurut Ir Schrau Vendijk


Untuk 2 < H/Hcr < 15 T = 3 Hcr + 0,1 H
Untuk 0,5 < H/Hcr < 2 T = 2,4 Hcr + 0,4 H
Hcr ={(Q/b)/g}2/3
Menurut Schotklist
T = 0,457.(H0,2x q0,5)/D900,32 - d
Kedalaman Gerusan = Tingggi ma hilir - T

3.2.6 Rembesan dan Tekanan Air Tanah

Angka rembesan menurut Lane dirumuskan sebagai berikut :

Lv   1 Hv
Cw  3 --------------------------. 3.35
Hw
Cw = Koefisien Lane tergantung jenis tanah atau :
Lv
Cw  --------------------------3.36
Hw
Sedangkan tekanan air Px harus dihitung dengan rumus :
Hw
Px  Hx  H  Hx  Lx * --------------------------3.37
L
dimana :
Px = Tekanan air pada titik X (kN/m2)
Lx = Jarak jalur rembesan pada titik X (m)
L = Panjang Total jalur rembesan (m)
Hw = Beda Tinggi Energi (m)

Gambar. 3.17. Gaya angkat pada pondasi bendung/ pelimpah


Irigasi dan Bangunan Air - 2

3.2.7. Stabilitas Bendung

Konstruksi bendung harus kuat menahan gaya-gaya yang bekerja, baik dari berat
konstruksi itu sendiri maupun gaya-gaya dari luar. Dalam analisis stabilitas bendung
ini juga ditinjau apakah daya dukung tanah dasar memenuhi syarat atau tidak.

Gaya-gaya yang diperhitungkan dalam perencanaan ini adalah gaya :


a. Berat sendiri konstruksi
b. Gaya Gempa
c. Gaya angkat (Up Lift Pressure)
d. Tekanan hidrostatis
e. Tekanan tanah aktif dan pasif
f. Tekanan lumpur

Setelah mendapatkan gaya-gaya yang bekerja pada bendung, kemudian


direkapitulasi untuk menganalisa stabilitas pelimpah/tubuh bendung.

Analisa stabilitas bendung di lakukan terhadap :


a. Bahaya Guling
b. Bahaya Geser
c. Eksentrisitas
d. Erosi Bawah tanah (piping)
e. Daya dukung tanah

3.2.7.1 Gaya-gaya yang bekerja pada Bangunan Bendung

Gaya-gaya yang bekerja pada bangunan adalah sebagai berikut :


1. Tekanan Air
2. Beban Mati Bangunan Struktur
Tekanan Tanah terhadap Konstruksi Bendung
Garis tangkap (line of action) resultan dari gaya yang bekerja pada bangunan yang
di tinjau terhadap titik O adalah :
Mh
h -------------------------- 3.38
Rh
Mv
v --------------------------3.39
Rv

dimana :
Irigasi dan Bangunan Air - 2

h = Garis tangkap searah horizontal (m)


v = Garis tangkap searah vertikal (m)
Mv = Momen guling vertikal (kNm)
Mh = Momen guling horizontal (kNm)
Rv = Jumlah gaya searah vertikal (kN)
Rh = Jumlah gaya searah horizontal (kN)
L M
Eksentrisitas : e  < 1/6 L ---------------- -3.40
2 Rv
Rv  6e 
Tekanan Tanah :   1   ------------------ -3.41
L  L

Daya dukung yang diijinkan tergantung dari jenis tanah dasar.


Keamanan terhadap gelincir meliputi bagian tekanan tanah pasif di ujung hilir
konstruksi. Karena perkembangan tekanan pasif memerlukan gerak, maka hanya
separuh dari tekanan yang dihitung.

Juga dengan mempertimbangkan gerusan yang akan terjadi sampai setengah


kedalaman pondasi, tekanan tanah pasif ep1 menjadi :
 
ep1  0,5 s  w.x.g.x.0,5h.x.tg 2  45 0   ----------------
 2

3.42
sehingga tekanan tanah pasif menjadi :

Ep1 = 0,5 x 0,5h x ep1 -------------- -3.43

3.2.7.2. Stabilitas Terhadap Bahaya Guling

Kontrol stabilitas terhadap pengaruh guling di hitung dengan rumus sbb.

S f
 Mv -------------------3.44
 Mh
dimana :
S = Angka keamanan terhadap guling > 2
f = Koefisien gesekan
Mv = Kumulatif momen vertikal
Mh = Kumulatif momen horizontal
Nilai f merupakan nilai koefisien gesekan yang diperoleh dari tabel berikut.
Irigasi dan Bangunan Air - 2

Tabel. 3.16. Harga – harga perkiraan Koefisien gesekan


Bahan f
Pasangan batu pada pasangan batu 0,60 – 0,75
Batu keras berkualitas baik 0,75
Kerikil 0,50
Pasir 0,40
Lempung 0,30

3.2.7.3. Stabilitas Terhadap Bahaya Geser

Kestabilan kontruksi terhadap bahaya geser yang akan terjadi dihitung dengan
rumus :

SF  f
 Rv ---------------------------3.45
 Rh

Di mana :
SF = Angka keamanan terhadap geser > 1.5
f = Koefisien gesekan
Rv = Kumulatif gaya vertikal
Rh = Kumulatif gaya horizontal

3.2.7.4. Stabilitas Terhadap Keamanan Erosi Bawah Tanah (piping)

Untuk mencegah pecahnya bagian hilir bangunan, harga keamanan terhadap erosi
tanah harus sekurang-kurangnya 2. Nilai keamanan dihitung dengan rumus sbb.

s 1  a s 
S ------------------------ -3.46
hs

dimana :

S = Factor tekanan
s = Kedalaman tanah
a = Tebal lapisan lindung
hs = Tekanan air pada titik pada titik O.
Irigasi dan Bangunan Air - 2

Contoh Perhitungan Bendung

Analisa Hidrolik Bendung


Debit lewat diatas mercu bendung
3
Q  2 .Cd .Be. 23 .g H 1 2
dimana 3
Q = Debit diatas mercu
Cd = Koefisien debit (=Co,C1.C2)
Be = Lebar efektif bendung
H1 = Tinggi energi diatas mercu

Lebar efektif Bendung


Be = B -2(nKp+Ka)H1
Dimana
Be = Lebar efektif
B = Lebar sebenarnya
n = Jumlah Pilar
Ka = Koefisien Kontraksi Pangkal Bendung
Kp = Koefisien Kontraksi Pilar
H1 = Tinggi Energi
Tabel Koefisien Pilar dan Pangkal
No Koefisien Pilar Kp Koef Pangkal Bendung Ka
1 Pilar Segi empat 0.02 Pangkal segi empat 0.02
2 Pilar ujung Bulat 0.01 Pangkal ujung Bulat 0.01
3 Pilar ujung runcing 0.00 Pangkal Ujung rungcing 0.00
Irigasi dan Bangunan Air - 2

Data-data
Q = 300 m3/dt
B = 28.00 m
n =0.00
Pangkal Bulat
r =1.00 m
p =3.00 m
Be = B0 – 2 (N.Kp + Ka).H1
Be = 28,00 – 0.02 H1

Hubungan Be, H1 dan Q

H1 = 2,00 m
Be = 28,00 – 0.02 2 = 27,92 m
H1/r = 2/1 = 2 Co = 1,32 Gambar 4.5 KP 02
p/H1 = 3/2 = 1,50 C1 = 0.99 Gambar 4.6 KP 02
C2 = 1 Gambar 4.7 KP 02
Cd = Co.C1.C2 = 1,20.0,97,1 = 1.307

3 3
Q  .Cd .Be. .g H 1  .1,307.27,92. .9,81.2  175,94
2
3
2
3
2 2
3
2
3
2

H1 = 2,25 m
Be = 28,00 – 0.02. 2.25 = 27,91 m
H1/r = 2/1 = 2 Co = 1,33 Gambar 4.5 KP 02
p/H1 = 3/2 = 1,50 C1 = 0.99 Gambar 4.6 KP 02
C2 = 1 Gambar 4.7 KP 02
Cd = Co.C1.C2 = 1,20.0,97,1 = 1.310

3 3
Q  .Cd .Be. .g H1  .1,310.27,91. .9,81.2,25  210,39
2
3
2
3
2 2
3
2
3
2

Selanjutnya dibuat seperti tabel Gambar 4.5 KP 02 Gambar 4.6 KP 02 Gambar 4.7 KP 02
Irigasi dan Bangunan Air - 2

No H1 H1/r Co p/H1 C1 H1/p C2 Cd Be Q


1 2.00 2.00 1.32 1.50 0.99 1.00 1 1.307 27.92 175.94
2 2.25 2.25 1.33 1.33 0.99 1.00 1 1.310 27.91 210.39
3 2.50 2.50 1.35 1.20 0.98 1.00 1 1.323 27.90 248.75
4 2.75 2.75 1.39 1.09 0.97 1.00 1 1.348 27.89 292.37
5 2.80 2.80 1.40 1.07 0.97 1.00 1 1.358 27.89 302.52
6 3.00 3.00 1.42 1.00 0.96 1.00 1 1.363 27.88 336.69
7 3.25 3.25 1.44 0.92 0.95 1.00 1 1.368 27.87 380.84
8 3.50 3.50 1.45 0.86 0.94 1.00 1 1.363 27.86 423.91
9 3.75 3.75 1.46 0.80 0.93 1.00 1 1.358 27.85 468.17
10 4.00 4.00 1.47 0.75 0.92 1.00 1 1.352 27.84 513.53
11 4.25 4.25 1.48 0.71 0.91 1.00 1 1.347 27.83 559.88
12 4.50 4.50 1.48 0.67 0.90 1.00 1 1.332 27.82 603.08
13 4.75 4.75 1.48 0.63 0.89 1.00 1 1.317 27.81 646.53
14 5.00 5.00 1.48 0.60 0.88 1.00 1 1.302 27.80 690.15
Irigasi dan Bangunan Air - 2

Dari tabel tersebut didapatkan suatu besaran yang mendekati Q = 300 m2/dt
H1 = 2,80 m
Be = 27,89 m
Menghitung Kecepatan Aliran

Q Q 300
Va     1,85 m/dt
A b( H 1  p ) 27,89.(27,89  3)

Tinggi air diatas mercu


Hd = H1 -V2/2g
= 2,80 – 1,852/2.9,81
= 2,63
P/Hd = 3/2,63 =1,140684<1.33 efek kecepatan diabaikan
Analisa Kolam Olak
Kecepatan Awal loncat Air

v1  2 g ( 12 H1  z )  2.9,81.( 12 .2,8  3)  9,29 m/dtk

q = Q/Beff = 300/2,80 = 10.73601 m3/dt/m


Y1 = q/v1 = 10,736/9,29 = 1,16 m
V 9,29
Fr  1   2,7589
gY 9,81.1,16
1

Y2  1
2 ( 1  8 Fr 2  1) xY1  1
2  
1  8.2,7589  1 .1,16  3,97 m

Tinggi mercu p = 3,00 m tinggi air loncat 3,97 m  bak tenggelam


Irigasi dan Bangunan Air - 2

Stablilitas Bendung

Rembesan dan Tekanan Air Tanah selama debit rendah


Untuk muka air hulu + 6.00 meter sama dengan elevasi mercu dan muka air hilir + 5.39
meter, rembesan dibawah pelimpah di cek dengan teori Lane guna menyelidiki adanya
bahaya erosi bawah tanah (hanyutnya bahan-bahan halus).
Irigasi dan Bangunan Air - 2

Gambar 3.2. Konstruksi Bendung.1. Jalur Rembesan

Dengan teori yang sama dihitung tekanan air dibawah pelimpah. Untuk keperluan
perhitungan tersebut direncanakan lantai lindung (apron) hulu yang kedap air dengan
panjang 5.1 meter dan koperan tiap 1.2 meter. Angka rembesan menurut Lane dirumuskan
sebagai berikut :

Lv   1 Hv
Cw  3 , harga aman untuk Cw = 3 (untuk lempung lunak)1.
Hw
18.01  5.29
Cw  = 7.87 > Cw, konstruksi aman terhadap rembesan air tanah.
2.97
Sedangkan tekanan air Px harus dihitung dengan rumus :
Hw
Px  Hx  H  Hx  Ix *
L
dimana :
Px = tekanan air pada titik x (kN/m2)
Lw = jarak jalur rembesan pada titik X (m)
L = Panjang Total jalur rembesan (m)
Hw= Beda Tinggi Energi (m)
Hasil perhitungan angka Lane dan Tekanan air pada tiap-tiap jarak sepanjang
bangunan pelimpah disajikan pada tabel berikut ini :

1
Standart Perencanaan Irigasi, Kriteria Perencanaan Bagian Bangunan Utama KP-02, hal 126
Irigasi dan Bangunan Air - 2

Tabel 3.2. Konstruksi Bendung.1. Perhitungan Jalur Rembesan dan Tekanan


Air selama debit rendah

Rembesan dan Tekanan Air Tanah selama debit rencana (Q25)


Selama terjadi debit recnana (Q25 = 300.893 m3/dtk), muka air di hulu bendung adalah +
8.31 meter dan muka air hilir bendung + 5.39 m. Sehingga tekanan air pada bangunan
pelimpah dihitung seperti selama debit rendah terjadi, tetapi dalam hal ini H w = 8.31 –
5.39 = 2.91 maka nilai

Lw  1 Hv 18.10  5.29
Cw  3   8.01 > Cw
Hw 2.91
sehingga konstruksi aman terhadap pengaruh rembesan air tanah.
Irigasi dan Bangunan Air - 2

Perhitungan rembesan dan tekanan air tanah selama debit rencana (Q 25) terjadi disajikan
pada tabel berikut :
Tabel 3.2. Konstruksi Bendung.2. Perhitungan Rembesan dan Tekanan Air
Tanah Selama Q25

Anda mungkin juga menyukai