Anda di halaman 1dari 27

BAB II

BANGUNAN SILANG

Dalam jaringan pengairan, seperti jaringan irigasi, persungaian, drainase dsb, sering dijumpai kondisi
persilangan antara jaringan pengairan tersebut dengan bangunan lain seperti jalan raya, jalan kereta api atau
saluran/sungai lain. Untuk mengatasi hal ini maka diperlukan suatu bangunan silang, sehingga bangunan-
bangunan tersebut tetap berfungsi sesuai dengan fungsinya masing-masing dan tidak saling mengganggu.

2.1 Kehilangan Energi Akibat Bangunan

Untuk membatasi biaya pelaksanaan bangunan, maka kecepatan aliran di dalam bangunan tersebut dibuat
lebih besar daripada kecepatan di ruas saluran hulu maupun hilir. Selain itu untuk menghindari terjadinya
gelombang-gelombang tegak di permukaan air dan untuk mencegah agar aliran tiodak menjadi kritis akibat
berkurangnya kekasaran saluran atau gradien hidrolis yang lebih curam, maka bilangan froude dari aliran yang
dipercepat tidak boleh lebih dari 0,5 atau ;

Bangunan Air 2-1


Va
Fr   0,5
A ( 2.1 )
g.
B

dimana : Fr = bilangan froude.


Va = kecepatan rata-rata di dalam bangunan.
g = percepatan gravitasi, m/dt2.
A = luas penampang bangunan, m2.
B = lebar permukaan air terbuka, m.

Dalam perencanaan bangunan silang di sepanjang saluran, yang terpenting adalah pembatasan kehilangan
energi. Dalam jaringan saluran kehilangan energi ini harus dipertahankan sekecil mungkin, karena sekali
energi ini diturunkan tidak mungkin untuk menaikkannya kembali. Secara umum ada tiga jenis kehilangan
energi, yaitu :

 Kehilangan energi akibat gesekan.


 Kehilangan energi pada peralihan.
 Kehilangan energi akibat belokan.
 Kehilangan energi akibat saringan.

Bangunan Air 2-2


2.1.1 Kehilangan Energi Akibat Gesekan.

Kehilangan energi akibat gesekan dapat dihitung dengan persamaan berikut :


V 2 .L
H f  2 ( 2.2 )
C R

dimana : Hf = kehilangan energi akibat gesekan, m.


V = kecepatan aliran di dalam bangunan.
L = panjang bangunan, m/dt2.
R = jari-jari hidrolis, m.
A = luas penampang basah, m2.
P = keliling basah, m.
C = koefisien Chezy = k . R1/6.
k = koefisien kekasaran Strickler.

Tabel 2.1 - Harga - Harga Koefisien k.


Bahan k ( m1/3/dt )
baja beton 76
beton, kayu. 70
baja 80
pasangan batu 60

Bangunan Air 2-3


2.1.2 Kehilangan Energi pada Peralihan.

Untuk peralihan dalam saluran terbuka , dimana bilangan froude aliran yang dipercepat tidak melebihi 0,5,
kehilangan energi pada peralihan masuk dan keluar dapat dinyatakan dengan rumus Borda sebagai berikut ;

(Va  V1 ) 2
H m   m ( 2.3 )
2g

(V2  Va ) 2
H k   k ( 2.4 )
2g
dimana : Hm = kehilangan energi pada pemasukan, m.
Hk = kehilangan energi pada pengeluaran, m.
m, k = faktor kehilangan energi, yang tergantung pada bentuk hidrolis peralihan.
Va = kecepatan aliran rata-rata di dalam bangunan, m/dt.
V1,V2 = kecepatan aliran rata-rata di saluran hulu dan hilir, m/dt.
g = percepatan gravitasi, m/dt2

Harga-harga faktor kehilangan energi untuk peralihan yang biasa dipakai, dengan permukaan air bebas
diperlihatkan pada Gambar 2.1. Faktor-faktor ini berlaku untuk semua bangunan yang sejenis, sperti gorong-
gorong, talang, flum dsb. Disini ditunjukkan tiga tipe peralihan yang dianjurkan, yang didasarkan pada
kekuatan peralihan, jika bangunan dibuat dari pasangan batu. Jika bangunan itu dibuat dari beton bertulang,
maka akan lebih leluasa dalam memilih tipe yang dikehendaki, dan mungkin lebih ditekankan pada
Bangunan Air 2-4
pertimbangan-pertimbangan hidrolis. Bila permukaan air di sebelah hulu gorong-gorong sedemikian sehingga
pipa gorong-gorong mengalirkan air secara penuh, maka bangunan ini bisa disebut sipon.
Aliran penuh demikian sering diperoleh karena pipa sipon condong ke bawah di belakang peralihan masuk
dan condong keatas lagi menjelang sampai diperalihan keluar.

Kehilangan peralihan masuk dan keluar untuk sipon seperti ini, atau saluran pipa pada umumnya, berbeda
dengan kehilangan untuk peralihan bebas. Harga-harga m dan k, untuk peralihan-peralihan yang dapat
digunakan dari saluran trapesium ke pipa dan sebaliknya, ditunjukkan pada Gambar 2.2. Tipe-tipe ini sering
digunakan, karena sederhana dan cukup kuat.

Bangunan Air 2-5


Gambar 2.1- Koefisien Kehilangan Energi Untuk Peralihan-Peralihan dari Bentuk Trapesium ke Segi Empat, dengan Permukaan Air Bebas dan Sebaliknya
(Bos dan Reinink, 1981).
Bangunan Air 2-6
Gambar 2.2 - Koefisien Kehilangan Energi untuk Peralihan-Peralihan dari Saluran Trapesium ke Pipa dan Sebaliknya ( Simons, 1964 )

Bangunan Air 2-7


2.1.3 Kehilangan Energi Pada Belokan.

Adanya belokan pada sipon atau pipa, menyebabkan perubahan arah aliran dan mengakibatkan perubahan
pembagian kecepatan pada umumnya. Akibat perubahan dalam pembagian kecepatan ini, ada peningkatan
tekanan pisometris di luar bagian tikungan, dan ada penurunan tekanan di dalam. Penurunan ini bisa
sedemikian sehingga aliran terpisah dari dinding padat, dan dengan demikian menyebabkan bertambahnya
kehilangan tinggi energi akibat turbulensi/olakan, lihat Gambar 2.3.

Gambar 2.3 - Peralihan Aliran Pada Bagian Siku

Va 2
Kehilangan energi pada bagian tikungan, H b  K b ( 2.5 ).
2g
Bangunan Air 2-8
dimana Kb adalah koefisien kehilangan energi, yang harga-harganya akan disajikan dibawah ini.

a. Belokan Menyudut.

Untuk perubahan arah aliran yang mendadak (belokan yang menyudut), koefisien kehilangan energi Kb,
ditunjukkan pada Tabel 2.2. Seperti tampak pada tabel, harga-harga Kb untuk profil persegi ternyata lebih tinggi
daripada profil bulat. Hal ini disebabkan oleh pembagian kecepatan yang kurang baik dan turbulensi yang
timbul di dalam potongan segi empat.

Tabel 2.2 - Harga-Harga Kb, untuk bagian belokan yang menyudut.


Potongan S u d u t  ( O)
5 10 15 22,5 30 45 60 75 90

Bulat 0,02 0,03 0,04 0,05 0,11 0,24 0,47 0,80 1,10

Segi Empat 0,02 0,04 0,05 0,06 0,14 0,30 0,60 1,00 1,40

b. Belokan Bulat ( Berjari-Jari ).

Kehilangan energi pada belokan bulat di dalam saluran pipa tekan yang mengalirkan air secara penuh,
disamping kehilangan akibat gesekan dalam Persamaan 2.2, dapat dinyatakan sebagai fungsi nilai banding
Rb/D, dimana Rb adalah jari-jari belokan dan D adalah diameter pipa atau tinggi saluran segi empat pada

Bangunan Air 2-9


belokan tersebut. Gambar 2.4 a menyajikan harga-harga Kb yang cocok untuk belokan saluran berdiameter
besar dengan sudut belokan 90O. Pada gambar tersebut ditunjukkan bahwa jika nilai banding Rb/D melebihi 4,
maka harga Kb menjadi hampir konstan pada 0,07. Jadi belokan berjari-jari, tidaklah lebih menghemat energi.
Untuk belokan-belokan yang kurang dari 90O, harga Kb pada Gambar 2.4 a dikoreksi dengan sebuah faktor
seperti yang disajikan pada Gambar 2.4 b, yang merupakan fungsi dari sudut.

Gambar 2.4 a Gambar 2.4 b


Harga-Harga Kb untuk belokan 90O di saluran tekan (USBR, 1978) Faktor koreksi untuk koefisien kehilangan di belokan saluran tekan

Bangunan Air 2 - 10
2.1.4 Kehilangan Energi pada Saringan.

Kisi-kisi penyaring, lihat Gambar 2.5, harus dipasang pada bukaan/lubang masuk bangunan dimana benda-
benda yang menyumbat menimbulkan akibat-akibat yang serius, misalnya pada sipon atau gorong-gorong
yang panjang. Kisi-kisi penyaring dibuat dari jeruji-jeruji baja dan mencakup seluruh bukaan. Jeruji tegak dipilih
agar bisa dibersihkan dengan penggaruk. Akibat adanya kisi-kisi penyaring ini akan menambah kehilangan
energi, yang besarnya dapat dihitung sebagai berikut ;

V2
hf c ( 2.6 )
2g

dan c =  ( s/b )4/3 sin  ( 2.7 )

dimana hf = kehilangan energi, m.


V = kecepatan aliran melalui kisi-kisi, m/dt.
g = percepatan gravitasi, m/dt2.
c = koefisien, yang berdasarkan , s, b dan .
 = faktor bentuk, lihat Gambar 2.5.
s = tebal jeruji, m.
b = jarak jeruji, m.
 = sudut kemiringan dari bidang horizontal.

Bangunan Air 2 - 11
Gambar 2.5 - Kisi - Kisi Penyaring.

2.2 Standar Peralihan Saluran.

Umumnya pada peralihan antara saluran dengan bangunan, digunakan dinding lengkung dengan
pertimbangan bahwa kehilangan energi pada pemasukan dan pengeluarannya kecil. Akan tetapi lebih
dianjurkan untuk menggunakan peralihan dengan dinding tegak, karena lebih kuat dan pemeliharaannya
mudah. Pada Gambar 2.6 diperlihatkan berbagai bentuk peralihan ini. Geometri peralihan-peralihan tersebut
adalah sama, baik untuk bangunan masuk maupun keluar, kecuali bahwa lindungan salurannya diperpanjang

Bangunan Air 2 - 12
sampai kesisi bangunan keluar untuk melindungi tanggul terhadap erosi. Panjang lindungan ini dan jari-jari
lengkung peralihan dihubungkan dengan kedalaman air. Untuk kolam olak diberikan tipe peralihan pada
Gambar 2.6 d.

Faktor-Faktor kehilangan energi untuk standar peralihan ini adalah :

 masuk = 0,25

 keluar = 0,50, untuk Gambar 2.5 d,  keluar = 1,00

Umumnya dengan peralihan-peralihan tipe ini, kehilangan tinggi energi menjadi begitu kecil, hingga hampir
boleh diabaikan. Akan tetapi untuk menutup kehilangan-kehilangan kecil yang mungkin terjadi, seperti yang
diakibatkan oleh gesekan pada bangunan, turbulensi akibat celah-celah pintu dan sebagainya, diambil
kehilangan energi minimum 0,05 m di bangunan-bangunan saluran yang membutuhkan peralihan. Untuk
jembatan-jembatan tanpa pilar tengah, kehilangan minimum tinggi energi ini dapat dikurangi sampai 0,03 m.

2.3 Gorong-Gorong.

Gorong-gorong adalah bangunan yang dipakai untuk membawa aliran air (saluran irigasi atau pembuang),
melewati bawah saluran lain, jalan atau jalan kereta api. Gorong-gorong dibuat dengan potongan melintang
yang lebih kecil dari luas basah saluran hulu maupun hilir. Sebagian dari potongan melintang mungkion berada
Bangunan Air 2 - 13
di atas muka air. Dalam hal ini gorong-gorong berfungsi sebagai saluran terbuka dengan aliran bebas, lihat
Gambar 2.6.

Pada gorong-gorong dengan aliran bebas, benda-benda yang hanyut dapat lewat dengan mudah, akan tetapi
biaya pembuatannya pada umumnya lebih mahal dibandingkan dengan gorong-gorong tenggelam. Sedangkan
pada gorong-gorong tenggelam bahaya tersumbat lebih besar. Karena alasan pelaksanaan, harus dibedakan
antara gorong-gorong pembuang silang dengan gorong-gorong jalan, dimana ;

 Pada gorong-gorong pembuang silang, semua bentuk kebocoran harus dicegah, untuk ini diperlukan
sarana-sarana khusus.
 Gorong-gorong jalan harus mampu menahan berat beban kendaraan.

2.3.1 Kecepatan Aliran.

Kecepatan aliran yang dipakai dalam perencanaan gorong-gorong, bergantung pada besar kehilangan energi
yang tersedia dan geometri lubang masuk dan keluar. Untuk tujuan-tujuan perencanaan, kecepatan aliran
diambil 1,5 m/dt. untuk gorong-gorong di saluran irigasi dan 3 m/dt. untuk gorong-gorong disaluran pembuang.

Bangunan Air 2 - 14
Gambar 2.6 - Standar Peralihan Saluran.

Bangunan Air 2 - 15
Gambar 2.7 - Gorong - Gorong.

Bangunan Air 2 - 16
2.3.2 Ukuran - Ukuran Standar.

Diameter dan panjang standar biasanya mempunyai ukuran-ukuran praktis. Pada Gambar 2.8 disajikan
dimensi-dimensi dan detail khusus untuk pipa beton standar. Penutup di atas gorong-gorong pipa dibawah
jalan atau tanggul yang menahan berat kendaraan harus paling tidak sama dengan diameternya, dengan tebal
minimum 0,60 m. Gorong-gorong pembuang yang dipasang di bawah saluran irigasi, harus memakai
penyambung yang kedap air, yaitu dengan ring penyekat dari karet. Bila tidak ada sekat penyambung, maka
semua gorong-gorong dibawah saluran harus disambung dengan beton tumbuk atau pasangan.

Bangunan Air 2 - 17
Gambar 2.8 - Standar Pipa Beton.

Bangunan Air 2 - 18
2.3.3 Gorong-Gorong Segi Empat.

Selain gorong-gorong yang berbentuk bulat, sering juga dibuat gorong-gorong segi empat, terutama pada
gorong-gorong yang besar. Gorong-gorong ini dibuat dari beton bertulang atau pasangan batu dengan
penutup pelat beton bertulang. Gorong-gorong beton bertulang terutama digunakan untuk debit-debit yang
besar, atau bila yang diutamakan adalah kedap air. Sedangkan gorong-gorong pasangan batu dengan
penutup pelat beton bertulang cukup kuat dan pembuatannya lebih mudah dan sangat cocok pada daerah-
daerah yang terpencil. Contoh kedua jenis gorong-gorong ini diperlihatkan pada Gambar 2.9

Gambar 2.9 - Gorong-Gorong Pasangan Batu dengan Penutup Pelat Boton


dan Gorong-Gorong Beton.

Bangunan Air 2 - 19
b. Kehilangan Energi Pada Gorong-Gorong Aliran Penuh.

Untuk gorong-gorong pendek, L < 20 m, seperti yang biasa direncanakan dalam jaringan irigasi, harga-harga
 seperti yang diberikan pada Tabel 2.4, dapat digunakan untuk remus :

Q A 2g z
(2.7)

dimana : Q = debit, m3/dt.


 = koefisien debit, lihat Tabel 2.3
A = luas pipa, m2.
g = percepatan gravitasi, m/dt2.
z = kehilangan energi pada gorong-gorong, m.
Tabel 2.3 - Harga-Harga  Dalam Gorong-Gorong Pendek.
Tinggi dasar di bangunan Tinggi dasar di bangunan
sama dengan di saluran lebih tinggi daripada di saluran
Sisi  Ambang Sisi 

Segi empat 0,80 Segi Empat Segi Empat 0,72


Bulat 0,90 Bulat Segi Empat 0,76
Bulat Bulat 0,85

Untuk gorong-gorong yang lebih panjang dari 20 m, atau ditempat-tempat dimana diperlukan perhitungan yang
teliti, kehilangan energi dapat dihitung sebagai berikut.
Bangunan Air 2 - 20
(Va  V1 ) 2
Masuk : H m   m ( 2.8 )
2g
Akibat gesekan :
V 2 .L
H f  2 ( 2.9 )
C R
Keluar :
(V2  Va ) 2
H k   k ( 2.10 )
2g
dimana : Hf = kehilangan energi akibat gesekan, m.
V = kecepatan aliran di dalam bangunan.
L = panjang bangunan, m/dt2.
C = koefisien Chezy = k . R1/6.
R = jari-jari hidrolis, m.
k = koefisien kekasaran Strickler.
Hm = kehilangan energi pada pemasukan, m.
Hk = kehilangan energi pada pengeluaran, m.
m, = koefisien kehilangan energi pemasukan, dapat diambil dari Gambar 2.2.
k = koefisien kehilangan energi pengeluaran, dapat diambil dari Gambar 2.2.
Va = kecepatan aliran rata-rata di dalam saluran, m/dt.
V = kecepatan aliran rata-rata di dalam pipa, m/dt.
g = percepatan gravitasi, m/dt2

Bangunan Air 2 - 21
2.4 Talang.

Talang adalah saluran buatan yang dibuat dari pasangan batu, beton, baja atau kayu, untuk melewatkan air
diatas bangunan lain atau rintangan seperti jalan raya, jalan kereta api, saluran, sungai, lembah dsb. Aliran
airnya termasuk aliran bebas.

2.4.1 Potongan Melintang dan Memanjang.

Potongan melintang bangunan, ditentukan oleh nilai banding antara lebar b dan tinggi/kedalaman air h.
Potongan melintang hidrolis yang ekonomis biasanya dari nilai banding b/h yang berkisar antara 1 sampai
dengan 3. Kecepatan di dalam bangunan dibuat lebih tinggi daripada kecepatan didalam saluran biasa. Tetapi
kemiringan memanjang dan kecepatan aliran dipilih sedemikian rupa, sehingga tidak akan terjadi kecepatan
super-kritis atau mendekati kritis, karena aliran cenderung sangat tidak stabil. Untuk nilai banding potongan
melintang seperti tersebut di atas, kemiringan maksimum yang sesuai adalah I = 0,002.

2.4.2 Peralihan dan Jagaan.

Peralihan masuk dan keluar dapat diperkirakan sesuai dengan Gambar 2.1 dan Persamaan 2.3 dan 2.4.
Sedangkan tinggi jagaan untuk air yang mengalir dalam talang, didasarkan pada debit, kecepatan dan faktor-
faktor lain dan disesuaikan dengan tinggi jagaan untuk saluran, khususnya saluran pasangan. Pada talang
yang melintasi sungai atau pembuang, harus diberikan ruang bebas sebagai berikut :
Bangunan Air 2 - 22
 pembuang intern : Q5 + 0,5 m.
 pembuang ekstern. : Q25 + 1,00 m.
 sungai : Q25 + ruang bebas yang tergantung pada pertimbangan perencana, tapi tidak
kurang dari 1,50 m. Hal-hal yang perlu dipertimbangakan adalah karakteristik sungai
yang dilintasi, seperti kemiringan, benda hanyutan, agradasi dan degradasi dsb.
2.4.3 Bahan.

Pipa-pipa baja sering digunakan untuk talang-talang kecil, karena mudah dipasang dan cukup kuat. Untuk
debit kecil, talang pipa ini lebih ekonomis dibandingkan dengan tipe-tipe bangunan atau bahan lainnya. Tetapi
baja memiliki satu ciri khas yang harus mendapat perhatian khusus, yaitu pemuaian baja akibat kena panas
lebih besar daripada bahan-bahan lain. Oleh karena itu harus dibuat sambungan ekspansi, yang dapat dibuat
pada salah satu sisi saja atau di tengah pipa, bergantung dari bentang dan jumlah titik dukung.

Bangunan Air 2 - 23
Gambar 2.10 - Contoh Talang

Bangunan Air 2 - 24
2.5 Sipon.

Sipon adalah bangunan yang membawa air melewati bawah bangunan lain dengan aliran air dibawah
tekanan, lihat Gambar 2.11. Perencanaan hidrolis harus mempertimbangkan kecepatan aliran, kehilangan
pada peralihan masuk, kehilangan akibat gesekan, kehilangan pada bagian belokan, serta kehilangan pada
peralihan keluar. Diameter minimum pipa sipon dibuat 0,60 m untuk memungkinkan pembersihan dan
inspeksi. Karena sipon hanya memiliki sedikit fleksibilitas dalam mengangkut lebih banyak air daripada
yang direncanakan, maka bangunan ini sedapat mungkin tidak dipakai dalam jaringan pembuang, karena
walaupun debit tidak diatur, ada kemungkinan bahwa pembuang mengangkut lebih banyak benda-benda
hanyut. Agar pipa sipon tidak mudah tersumbat dan tidak ada orang atau binatang yang dapat masuk,
maka mulut pipa ditutup dengan kisi-kisi penyaring.

Pada saluran-saluran yang lebih besar, sipon dibuat dengan pipa rangkap, guna menghindari kehilangan
energi yang lebih besar di dalam sipon jika bangunan itu tidak mengalirkan air pada debit rencana.
Disamping itu pipa rangkap juga menguntungkan dari segi pemeliharaan dan mengurangi biaya
pelaksanaan bangunan. Sipon yang panjangnya lebih dari 100 m harus dipasang dengan lubang
pemeriksaan (manhole) dan pintu pembuang, jika situasi memungkinkan. Pemasangan sipon, yang
panjangnya lebih dari 100 m memerlukan ahli mekanik dan hidrolik.

2.5.1 Kecepatan Aliran.

Untuk mencegah sedimentasi, kecepatan aliran di dalam sipon harus dibuat tinggi. Akan tetapi kecepatan
yang tinggi akan meyebabkan bertambahnya kehilangan energi. Oleh sebab itu keseimbangan antara
kecepatan yang tinggi dan kehilangan energi yang diizinkan harus tetap dijaga. Kecepatan aliran di dalam
Bangunan Air 2 - 25
sipon harus dua kali lebih tinggi dari kecepatan normal di dalam saluran, dan tidak boleh kurang dari 1,00
m/dt. Sedangkan kecepatan maksimum sebaiknya tidak melebihi 3,00 m/dt.

Bagian atas lubang pipa dipasang sedikit dibawah permukaan air normal untuk mengurangi kemungkinan
berkurangnya kapasitas sipon akibat masuknya udara kedalam sipon. Kedalaman tenggelamnya bagian
atas lubang sipon disebut air perapat (water seal). Tinggi air perapat bergantung kepada kemiringan dan
ukuran sipon, yang pada umumnya diambil : 1,1 hv < air perapat < 1,5 hv ( sekitar 0,45 m dan
minimum 0,15 m). dimana hv = beda tinggi kecepatan pada pemasukan.

2.5.2 Kehilangan Energi.

Kehilangan energi pada sipon terdiri dari ;

a. Kehilangan pada pemasukan.


b. Kehilangan akibat gesekan.
c. Kehilangan akibat belokan.
d. Kehilangan akibat pengeluaran.

Kehilangan-kehilangan ini dapat dihitung dengan rumus dan kriteria yang diberikan pada pasal 2.1.

Bangunan Air 2 - 26
Gambar 2.11 – Contoh Sipon

Bangunan Air 2 - 27

Anda mungkin juga menyukai