Anda di halaman 1dari 13

Mata Kuliah Irigasi

BAB 6
BANGUNAN PERLINTASAN GORONG-GORONG
I. PENGERTIAN GORONG – GORONG
Gorong-gorong adalah bangunan yang dipakai untuk membawa aliran air
(saluran irigasi atau pembuang) melewati bawah jalan air lainnya (biasanya saluran),
bawah jalan, atau jalan kereta api.

Gambar 6.1 gambar gorong-gorong yang melewati bawah jalan

II. KECEPATAN GORONG – GORONG


Untuk menghidari gelombang tegak di permukaan air dan untuk mencegah
agar aliran tidak menjadi kritis akibat berkurangnya kekasaran. maka bilangan
Froude dari aliran pada bangunan ≤ 0,5

Dimana
FR = bilangan Froude
Va = kecepatan rata-rata dalam Gorong-gorong (bangunan)(m/det)
g = gravitasi ( m / det2 )
A = luas basah dalam bangunan
B = lebar permukaan air terbuka

CATATAN = untuk gorong tertutup (aliran penuh B = o


FR tidak bisa ditentukan

Bab VI Bangunan Perlintasan Gorong-gorong


40
Mata Kuliah Irigasi

 Kecepatan yang diijinkan gorong-gorong saluran pemberi / pembawa :


1,5 m / det < Va ≤ 2 cm / det
 Saluran pembuang
2 cm / det < Va ≤ 3 cm / det

Gambar 6.2 contoh denah potongan gorong-gorong untuk saluran kecil

Gambar 6.3 contoh tipe-tipe gorong-gorong untuk perlintasan jalan kecil

Bab VI Bangunan Perlintasan Gorong-gorong


41
Mata Kuliah Irigasi

III. BANGUNAN BANTU

 Bangunan Perlintasan
• Gorong-gorong / urung-urung ialah suatu kontruksi persilangan dari pipa
dibawah jalan jalan kereta api, saluran irigasi, tanggul dsb.
Bentuk penampang : bulat, persegi.
Bahan : dari beton, baja, pasangan batu
• Gorong-gorong dari beton dipakai bila bentang dari saluran yang akan
melintas kecil ( < 10 m )
• Gorong-gorong dari baja dibuat diatas timbunan.
• pada penurunan penurunan yang tidak merata diharapkan tidak akan terjadi
retak-retak.
• Gorong-gorong dari pasangan batu dibuat bila ;
 Melintasi saluran dengan bentang yang besar.
 Saluran irigasi melintasi jalan raya dan mempunyai ukuran yang besar
 Gorong-gorong yang dibuat lebih dari satu lubang
 Bentuk dari gorong-gorong terdiri dari dua tembok tegak dengan lantai
yang ditutup dengan suatu lengkungan yang dibuat dari beton,
pasanngan batu kali atau pasangan batu merah dengan adukan Pc
atau dengan plat beton tulang.

IV. GORONG – GORONG TERBUKA

 Kehilangan energi akibat pada peralihan masuk (rumus Borda)

DIMANA :
V1 = kecepatan rata-rata disaluran hulu (m/det)
Va = keceoatan dalam bangunan (gorong-gorong) (m/det)
ξ masuk = kooefisien akibat perubahan masuk (Gb. 5.1 KP-04 hal.61)
g = gravitasi (9,8 m/det2 )

 Kehilangan energi akibat gesekan

Dimana :
VA2 = kecepatan dalam bangunan (m / det)
L = panjang bangunan (m)
C = koef. CHEZY ( = K . R1/6 )
K = koef. Kekasaran STRICKLER (m1/3/ det) (tabel 6.1)
R = Jari-jari Hidrolis

Tabel 6.1 koefisien kekasaran strikler

Bab VI Bangunan Perlintasan Gorong-gorong


42
Mata Kuliah Irigasi

(Sumber : tabel 5.1 KP04 – Hal 59)

 Kehilangan energi akibat pada peralihan keluar (rumus Borda)

DIMANA :
V1 = kecepatan rata-rata disaluran hilir (m/det)
Va = kecepatan di bangunan (m/det)
ξ masuk = kooefisien akibat perubahan keluar (Gb. 5.1 KP-04 hal.61)
g = gravitasi (9,8 m/det2 )

Jadi untuk mencari total kehilangan energi dapat digunakan rumus

Bab VI Bangunan Perlintasan Gorong-gorong


43
Mata Kuliah Irigasi

Gambar 6.4 Koefisien kehilangan energi untuk peralihan – peralihan dari


saluran trapesium ke segi empat dan sebaliknya dengan
keadaan air bebas (menurut Ros dan Reinink, 1981 dan Idel’cik
1960)

V. GORONG – GORONG TERTUTUP

Bab VI Bangunan Perlintasan Gorong-gorong


44
Mata Kuliah Irigasi

 Kehilangan energi akibat pada peralihan masuk (rumus Borda)

DIMANA :
V1 = kecepatan rata-rata disaluran hulu (m/det)
Va = keceoatan dalam bangunan (gorong-gorong) (m/det)
ξ masuk = kooefisien akibat perubahan masuk (Gb. 5.1 KP-04 hal.61)
g = gravitasi (9,8 m/det2 )

 Kehilangan energi akibat gesekan

Dimana :
VA2 = kecepatan dalam bangunan (m / det)
L = panjang bangunan (m)
C = koef. CHEZY ( = K . R1/6 )
K = koef. Kekasaran STRICKLER (m1/3/ det) (tabel 6.1)
R = jari-jari hidrolis

 Kehilangan energi akibat pada peralihan keluar (rumus Borda)

DIMANA :
V1 = kecepatan rata-rata disaluran hilir (m/det)
Va = kecepatan di bangunan (m/det)
ξ masuk = kooefisien akibat perubahan keluar (Gb. 5.1 KP-04 hal.61)
g = gravitasi (9,8 m/det2 )

Jadi untuk mencari total kehilangan energi dapat digunakan rumus

Bab VI Bangunan Perlintasan Gorong-gorong


45
Mata Kuliah Irigasi

Gambar 6.4 Koefisien kehilangan energi untuk peralihan – peralihan dari saluran
trapesium ke pipa atau segi empat dan sebaliknya dengan keadaan air penuh
(menurut Simons, 1964 dan Idel’cik 1960

VI. PERHITUNGAN TEBAL PIPA BULAT

Ada 2 stadium dalam pembebanan ;

Bab VI Bangunan Perlintasan Gorong-gorong


46
Mata Kuliah Irigasi

1. Karena tekanan dari dalam pipa


2. Karena tekanan dari luar pipa

Gambar 6.5 gaya yang bekerja pada pipa

ditinjau dari irisan memanjang sepanjang ℓ cm


AIR . tekanan yang bekerja pada dinding lengkung
bb1 = besarnya tekanan yang bekerja pada bidang datar ( fiktif) bb 1 dengan
luas ℓx X
bila P tekanan per cm2.
Tekanan total : Dx = ℓ x X x P
D max = 2r
D max = ℓ x 2r x P …. …………………………………(1)

Beton  F = D max / bt . tarik  D max = F . bt . Tarik


D max = ℓ x 2d x bt . Tarik …………. (2)

Subtitusi dari rumus 1 dan 2 adalah :

ℓ x 2r x P = ℓ x 2d x bt
Didapat :
bt . tarik = 1/18 bt .tekan
 dalam PB 1 hal. 105 masih harus dibagi
lagi dengan angka keamanan.

n = angka keamanan

VII. PERHITUNGAN TEBAL PIPA BULAT

Bab VI Bangunan Perlintasan Gorong-gorong


47
Mata Kuliah Irigasi

Tebal pipa d = 1/10 D + @ 3 cm

t = 0,20 @ 0,30 m
S = ( 0,3 @ 0,45 ) + D + ( 0,3 @ 0,45 )

Pipa di cor setempat untuk setiap potongan


1m

 Perhitungan untuk debit besar

Gambar 6.6 Perhitungan tebal pipa gorong-gorong untuk debit besar

Bab VI Bangunan Perlintasan Gorong-gorong


48
Mata Kuliah Irigasi

VIII. PERUMUSAN UNTUK PERENCANAAN GORONG-GORONG DAN JEMBATAN


DENGAN LENGKUNGAN

 Bila tebal timbunan B s/d 120 m


Tebal d pada puncak lengkungan beton

Dimana
R =  Direnc. H=½W
H=⅓W
H=¼W
H=⅕W

 Bila tebal timbunan B >1,20 m

 Bila tebal D’ dari tembok tegak

Panjang gorong-gorong = L = disesuaikan dengan panjang tembok pendukungnya

Gambar 6.7 Detail ukuran Pipa

Bab VI Bangunan Perlintasan Gorong-gorong


49
Mata Kuliah Irigasi

Tabel 6.2 Standart Ukuran pipa beton

IX. TEKANAN PADA PIPA

 Beban – beban pada pipa dibawah tanah

Tekanan vertikal tanah pada bagian atas pipa dapat ditulis sebagai berikut.

Cp = 2 (harga maksimum untuk pipa kaku )

Dimana,
P = tekanan vertikal
Cp = Koef yang disebabkan dari faktor konsentrasi atau faktor reduksi
Pv = tekanan vertikal akibat tanah dan beban. (beban mati & beban hidup)

Dimana,
PdL = tekanan akibat beban mati pada bagian atas pipa yang hanya
diakibatkan oleh beban tanah diatasnya.
PLL = tekanan akibat beban hidup pada bagian atas pipa yang disebabkan
oleh beban hidup diatas permukaan tanah. pada umumnya adalah
beban roda kendaraan dan termasuk faktor tumbukan.

 Beban Hidup

Tekanan vertikal PLL akibat beban hidup digunakan persamaan


BOUSSINEQ

Dimana,

Bab VI Bangunan Perlintasan Gorong-gorong


50
Mata Kuliah Irigasi

Q = beban terpusat (lb)


H = tinggi tanah diatas pipa bagian atas (H)
Cb = koef. BOUSSINE Q (Gb. Grafik sebagai berikut)

Gambar 6.8 Grafik koefisien BOUSSINEQ

 Beban Hidup
Harga PdL adalah tekanan vertikal pada bagian atas pipa akibat berat
dari tanah diatasnya.

Dimana,
∂ = berat volume tanah (ℓb / ft3)
H = tinggi tanah dibagian atas pipa (ft)

Contoh Soal

Suatu pipa kaku diameter luar = 6 ft ditimbun dibawah timbunan tanah


sedalam 10 ft dengan ∂ tanah = 115 ℓb / ft 3
Beban yang lewat diats permukaan mencapai 40 kip beban sumbu dengan
dua roda, dimana jarak roda 10 ft. berapakah tekanan tanah vertikal P pada
pipa.

Jawab P = Cp (PdL + PLL )


Cp max = 2 ( pipa kaku )
PdL = ∂ . H = 115 . 10 = 1150 ℓb / ft2
PLL = Q Cb / H2 = 40 / 2 kip = 20 kip
Untuk Q1 = 20 kip  r/H = 0/10 = 0  Cb1 = 0,48
Untuk Q2 = 20 kip  r/H = 10/10 = 1  Cb2 = 0,08

PLL = 20 ( Cb1 + Cb2 ) / H2

Bab VI Bangunan Perlintasan Gorong-gorong


51
Mata Kuliah Irigasi

= 20 (0,048 + 0,08) / H2
= 20 (0,56) / 100 = 0,112 kip ft2
2
= 112 ℓb / ft = 0,60 kg / cm2
= 112 / 2 kg /(12 . 2.54)2 cm2
P = Cp (PdL + PLL )
= 2 (1150 +112) ℓb / ft2 = 2,44 kg/cm2

CATATAN.
Gambar diatas untuk r/H = 0 untuk satu roda r/H = 1 untuk roda yang lain
dalam kondisi yang paling jelek.

Bab VI Bangunan Perlintasan Gorong-gorong


52

Anda mungkin juga menyukai