PENDAMPING :
dr. Suryanto Setyo Priyadi
DISUSUN OLEH :
dr. Sherry Felicia Salim
dr. Novita Ikbar Khairunnisa
dr. Fauziah Chaira Ummah
dr. Millati Rahmatika
dr. Maya Indah Triwardani
dr. Effitra Febrina
HALAMAN JUDUL
Disusun oleh :
dr. Sherry Felicia Salim
dr. Novita Ikbar Khairunnisa
dr. Fauziah Chaira Ummah
dr. Millati Rahmatika
dr. Maya Indah Triwardani
dr. Effitra Febrina
Mengesahkan
Pendamping Dokter Intersip Puskesmas Bangetayu
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Mini Project ini tepat pada waktunya.
Laporan Mini Project ini disusun dalam rangka memenuhi tugas dalam menyelesaikan
Program Internsip Dokter Indonesia periode 21 November – 20 Maret 2020 di Puskesmas
Bangetayu Kota Semarang. Dengan bekal pengetahuan, pengarahan serta bimbingan yang
diperoleh sebelumnya dan selama menjalani Internsip ini, penulis menyusun laporan Mini
Project berjudul, “PENGARUH PELAKSANAAN KELAS IBU HAMIL
TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN KETRAMPILAN IBU
HAMIL RISIKO TINGGI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANGETAYU
SEMARANG”
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih atas kerjasama
dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan laporan Mini
Project ini. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada :
1. Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang beserta staff.
2. Pimpinan Komite Internsip Dokter Indonesia beserta staff.
3. Kepala Puskesmas Bangetayu Kota Semarang beserta staff.
4. Seluruh teman sejawat dan semua pihak yang telah meluangkan waktu, tenaga dan
pikiran, baik secara langsung maupun tidak langsung selama proses penyusunan
laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, mengingat
terbatasnya kemampuan dan waktu yang ada.Walaupun demikian penulis berusaha
menyusun laporan ini dengan sebaik-baiknya agar nantinya dapat digunakan untuk
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di masyarakat. Oleh karena itu, dengan rendah
hati penulis mengharapkan saran dan kritik yang kiranya dapat membangun. Besar
harapan penulis agar laporan ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................................. ii
DAFTAR ISI................................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL........................................................................................................... ix
DAFTAR DIAGRAM...................................................................................................... x
DAFTAR GRAFIK......................................................................................................... xi
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang......................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian................................................................................................... 4
1.3.1 Tujuan Umum.................................................................................................................. 4
1.3.2 Tujuan Khusus................................................................................................................. 4
1.4 Manfaat Penelitian................................................................................................. 4
1.4.1 Bagi Instansi Puskesmas dan Dinas Kesehatan..................................................4
1.4.2 Bagi Masyarakat Setempat......................................................................................... 4
1.4.3 Bagi Peneliti...................................................................................................................... 4
1.4.4 Bagi Teman Sejawat...................................................................................................... 5
LAMPIRAN.................................................................................................................. 64
DAFTAR GAMBAR
I II III IV
KE Triwulan
L Masalah / Faktor Resiko SKOR III. III.
NO. I II
F. 1 2
R Skor Awal Ibu Hamil 2 2
I 1 Terlalu muda hamil I ≤16 Tahun 4
2 Terlalu tua hamil I ≥35 Tahun 4
Terlalu lambat hamil I kawin ≥4 Tahun 4
3 Terlalu lama hamil lagi ≥10 Tahun 4
4 Terlalu cepat hamil lagi ≤ 2 Tahun 4
5 Terlalu banyak anak, 4 atau lebih 4
6 Terlalu tua umur ≥ 35 Tahun 4
7 Terlalu pendek ≥145 cm 4
8 Pernah gagal kehamilan 4
Pernah melahirkan dengan
4
a.terikan tang/vakum
9
b. uri dirogoh 4
c. diberi infus/transfuse 4
10 Pernah operasi sesar 8
II Penyakit pada ibu hamil
4
Kurang Darah b. Malaria,
11 TBC Paru d. Payah Jantung 4
Kencing Manis (Diabetes) 4
Penyakit Menular Seksual 4
Bengkak pada muka / tungkai
12 4
dan tekanan darah tinggi.
13 Hamil kembar 4
14 Hydramnion 4
15 Bayi mati dalam kandungan 4
16 Kehamilan lebih bulan 4
17 Letak sungsang 8
18 Letak Lintang 8
III 19 Perdarahan dalam kehamilan ini 8
20 Preeklampsia/kejang-kejang 8
JUMLAH SKOR
II.2.5 Lemak
Molekul lemak terdiri dari unsur karbon (C), hidrogen (H), dan
oksigen (O) seperti halnya karbohidrat. Fungsi utama lemak adalah
memberikan tenaga kepada tubuh. Satu gram lemak dapat dibakar untuk
menghasilkan sembilan kalori yang diperlukan tubuh. Disamping
fungsinya sebagai sumber tenaga, lemak juga merupakan bahan pelarut
dari beberapa vitamin yaitu vitamin: A, D, E, dan K. Bahan-bahan
makanan yang mengandung lemak banyak akan memberi rasa kenyang
yang lama, selain itu lemak memberi rasa gurih pada makanan. Menurut
sumbernya lemak dapat dibedakan menjadi dua, yaitu lemak nabati dan
lemak hewani. Klasifikasi lipida menurut fungsi biologisnya di dalam
tubuh yaitu:
- Lemak simpanan yang terutama terdiri atas trigliserida yang
disimpan di dalam depot-depot di dalam jaringan tumbuh-
tumbuhan dan hewan. Lemak merupakan simpanan sumber zat
gizi esensial. Komposisi asam lemak trigliserida simpanan
lemak ini bergantung pada susunan lemak.
- Lemak struktural yang terutama terdiri atas fosfolipida dan
kolestrol. Di dalam jaringan lunak lemak struktural ini, sesudah
protein merupakan ikatan struktural paling penting di dalam
tubuh. Di dalam otak lemak-lemak struktural terdapat dalam
konsentrasi tinggi.7
II.2.6 Vitamin
Vitamin adalah senyawa organik yang terdapat dalam jumlah yang
sangat sedikit di dalam makanan dan sangat penting peranannya dalam
reaksi metabolisme. Vitamin adalah zat-zat organik kompleks yang
dibutuhkan dalam jumlah sangat kecil dan pada umumnya tidak dapat
dibentuk oleh tubuh. Oleh karena itu, harus didatangkan dari makanan.
Vitamin termasuk kelompok zat pengatur pertumbuhan dan pemeliharaan
kehidupan. Tiap vitamin mempunyai tugas spesifik di dalam tubuh.
Karena vitamin adalah zat organik maka vitamin dapat rusak karena
penyimpanan dan pengolahan. Fungsi utama vitamin adalah mengatur
proses metabolisme protein, lemak, dan karbohidrat. Menurut sifatnya
vitamin digolongkan menjadi dua, yaitu vitamin larut dalam lemak vitamin
A, D, E, dan K, dan vitamin yang larut dalam air yaitu vitamin B dan C.7
II.2.7 Mineral
Mineral merupakan senyawa organik yang mempunyai peranan
penting dalam tubuh. Unsur-unsur mineral adalah karbon (C), hydrogen
(H), oksigen (O), dan nitrogen (N), selain itu mineral juga mempunyai
unsur kimia lainnya, yaitu kalsium (Ca), Klorida (CO), besi (Fe),
magnesium (Mg), fosfor (P), kalium (K), natrium (Na), sulfur (S). Tubuh
manusia tidak dapat mensintesa mineral, sehingga harus memperoleh dari
makanan. Mineral dibutuhkan tubuh dalam jumlah sedikit. Mineral
merupakan zat penting untuk kesehatan tubuh, karena semua jaringan dan
air di dalam tubuh mengandung mineral. Demikian mineral merupakan
komponen penting dari tulang, gigi, otot, jaringan, darah dan saraf.
Mineral penting dalam pemeliharaan dan pengendaliaan semua proses faal
di dalam tubuh, mengeraskan tulang, membantu kesehatan jantung, otak
dan saraf. Mineral juga membantu keseimbangan air dan keadaan darah
agar jangan terlalu asam atau terlalu basa selain itu mineral juga
membantu dalam pembuatan anti bodi, yaitu sel-sel yang berfungsi
membunuh kuman.8
II.2.8 Air
Air merupakan komponen terbesar dalam struktur tubuh manusia,
kurang lebih 60-70 % berat badan orang dewasa berupa air, sehingga air
sangat diperlukan oleh tubuh. Air berfungsi sebagai zat pembangun yang
merupakan bagian dari jaringan tubuh dan sebagai zat pengatur yang
berperan sebagai pelarut hasil-hasil pencernaan. Dengan adanya air pula
sisa-sisa pencemaran dapat dikeluarkan dari tubuh, baik melalui paru-paru,
kulit, ginjal maupun usus. Air juga berfungsi sebagai pengatur panas tubuh
dengan jalan mengalirkan semua panas yang dihasilkan ke seluruh tubuh.4
Gambar 2-4 Jenis Makanan yang Tersusun dalam Satu Hidangan Makan
II.2.14 Zat Gizi yang Diperlukan Selama Hamil
Pada masa kehamilan dianjurkan mengkonsumsi makanan yang
mengadung zat gizi tertentu sebagai penunjang kesehatan ibu dan janin
maupun untuk keperluan perkembangan dan pertumbuhan janin. Berikut
ini merupakan zat gizi yang diperlukan ibu hamil: 12,13,14
II.6 Stunting
Stunting atau biasa disebut dengan balita pendek atau kerdil adalah
kondisi dimana balita memiliki panjang atau tinggi badan yang kurang jika
dibandingkan dengan umur. Kondisi ini dapat diukur dengan panjang atau
tinggi badan yang lebih dari minus dua standar deviasi median standar
pertumbuhan anak dari WHO (World Health Organization). Balita
stunting termasuk salah satu masalah gizi kronik yang disebabkan oleh
banyak faktor seperti kondisi sosial ekonomi, gizi ibu saat hamil, kesakitan
pada bayi dan kurangnya asupan gizi pada bayi.35,36,37
Masalah gizi kronik yang disebut dengan stunting ini sudah
menjadi masalah serius di dunia. Berdasarkan data dari Joint Child
Malnutrition Eltimates tahun 2017, didapati 22,2% atau sekitar 150,8 juta
balita di dunia yang mengalami stunting. Lebih dari setengah balita
stunting di dunia berasal dari Asia (55%) dan lebih dari sepertiganya
(39%) dari Afrika. Proporsi terbanyak berasal dari Asia Selatan (58,7%).
Sedangkan data prevalensi balita stunting yang dikumpulkan oleh WHO,
Indonesia termasuk dalam posisi negara ketiga dengan prevalensi stunting
tertinggi dengan rata-rata 36,4% pada tahun 2005-2017. Menurut survey
Pemantauan Status Gizi (PSG) yang diselenggarakan oleh Ditjen
Kesehatan Masyarakat, prevalensi balita stunting cenderung statis
sebanyak 29% pada tahun 2015, 27,5% pada tahun 2016 dan 29,6% pada
tahun 2017.36,38,39,40,41
Terdapat tiga penyebab stunting antara lain:
a. Kondisi kesehatan ibu sebelum, saat dan sesudah kehamilan yang
buruk.
Faktor lain seperti postur tubuh ibu (pendek), jarak kehamilan yang
terlalu dekat, ibu yang masih remaja serta asupan nutrisi yang kurang
pada saat kehamilan juga menjadi faktor resiko terjadinya stunting
pada anak. Kehamilan pada usia muda (di bawah 20 tahun) berisiko
melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR). Bayi
BBLR mempengaruhi sekitar 20% dari terjadinya stunting. Serta
kekurangan energi kronik (KEK) yang disebabkan oleh kurangnya
asupan energi dan protein pada ibu hamil akan meningkatkan risiko
stunting.37,42,43
b. Pemberian ASI (Air Susu Ibu) yang kurang.
Tidak terlaksananya inisiasi menyusui dini (IMD), gagalnya
pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif dan proses penyapihan dini
dapat menjadi salah satu faktor terjadinya stunting. Sedangkan dari
sisi pemberian makanan pendamping ASI (MP ASI) hal yang perlu
diperhatikan adalah kuantitas, kualitas dan keamanan pangan yang
diberikan. Asupan zat gizi pada balita sangat penting dalam
mendukung pertumbuhan sesuai dengan grafik pertumbuhannya
supaya tidak terjadi gagal tumbuh yang nantinya akan menyebabkan
stunting. Program pemberian makanan tambahan (PMT) khususnya
untuk balita kurus juga dapat mengurangi risiko stunting.42,44
c. Infeksi
Ini sangat berkaitan dengan kondisi sosial ekonomi dan sanitasi
tempat tinggal. Kondisi ekonomi erat kaitannya dengan kemampuan
dalam memenuhi asupan yang bergizi dan pelayanan kesehatan
untuk ibu hamil dan balita. Sedangkan sanitasi dan keamanan
pangan dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit infeksi.
Penyakit infeksi yang disebabkan oleh hygiene dan sanitasi yang
buruk (misalnya diare dan cacingan) dapat mengganggu penyerapan
nutrisi pada proses pencernaan. Beberapa penyakit juga dapat
menyebabkan berat badan bayi untuk turun sehingga apabila kondisi
ini terus berlanjut dalam waktu yang lama dan tidak disertai dengan
pemberian asupan yang cukup untuk proses penyembuhan maka
dapat mengakibatkan stunting. Fasilitas sanitasi yang memenuhi
syarat kesehatan dapat mengurangi risiko terjadinya infeksi dan
stunting.37,42,43
Menurut WHO, terdapat dampak jangka pendek dan jangka panjang yang
dapat ditimbulkan oleh stunting yaitu:39,40,41
a. Dampak Jangka Pendek
Peningkatan kejadian kesakitan dan kematian;
Perkembangan kognitif, motorik dan verbal pada anak tidak
optimal; dan
Peningkatan biaya kesehatan.
b. Dampak Jangka Panjang
Postur tubuh yang tidak optimal saat dewasa (lebih pendek
dibandingkan umumnya);
Meningkatnya risiko obesitas dan penyakit lainnya;
Menurunnya kesehatan reproduksi;
Kapasitas belajar dan performa yang kurang optimal saat
masa sekolah; dan
Produktivitas dan kapasitas kerja yang tidak optimal.
Dalam penanggulangan stunting diperlukan peraturan-peraturan yang
wajib diikuti serta edukasi kepada calon ibu-ibu muda yang nantinya akan
merawat bayi. Kebijakan dan strategi yang mengatur pola asuh ini ada
pada Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Pasal
128, Peraturan Pemerintah Nomor 33 tahun 2012 tentang ASI dan
Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 2015-2019. Pengaturan ini
membahas mengenai ASI eksklusif, penggunaan susu formula dan lain-
lain. WHO dalam ketentuannya mengharuskan bayi usia 6-23 bulan untuk
mendapatkan MPASI yang adekuat dengan ketentuan dapat menerima
minimal 4 atau lebih dari 7 jenis makanan (seperti serealia/umbi-umbian,
kacang-kacangan, produk olahan susu, telur, sumber protein lainnya, sayur
dan buah kaya vitamin A, sayur dan buah lainnya).40,41,44
Ketentuan Minimum Meal Frequency (MMF) untuk bayi yang diberikan
ASI:
Umur 6-8 bulan: 2x/hari atau lebih;
Umur 9-23 bulan: 3x/hari atau lebih.
Ketentuan MMF untuk bayi yang tidak diberi ASI:
4x/hari atau lebih
Mengingat pentingnya peran ibu dalam pencegahan stunting pada anak,
maka dari itu kami merencanakan pembuatan sebuah acara yang
mengedukasi ibu-ibu hamil mengenai makan pendamping ASI (MP-ASI)
untuk memenuhi kebutuhan gizi anak.44
Menurut WHO Global Strategy for Feeding Infant and Young Children
pada tahun 2003 pemberian MP-ASI harus memenuhi 4 syarat, yaitu: 42,43,44
Tepat waktu, artinya MP-ASI harus mulai diberikan saat ASI
eksklusif sudah tidak dapat memenuhi kebutuhan nutrisi bayi,
Adekuat, artinya MP-ASI memiliki kandungan energy, protein dan
mikronutrien yang dapat memenuhi kebutuhan makronutrien dan
mikronutrien bayi pada usianya,
Aman, artinya MP-ASI disiapkan dan disimpan dengan higienis
Diberikan dengan cara benar, artinya MP-ASI diberikan dengan
memperhatikan sinyal rasa lapar sang anak.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Identifikasi Prioritas
Masalah
MenentukanPopulasi
Monitoring dan dan Sampel
Evaluasi Hasil
Intervensi
Intervensi Awal
Implementasi
Intervensi
Kebijakan Mutu
2. Bangetayu 1
185,296 9 81
Wetan 4.362 4.601
3. Sembungharjo 1
250,350 71 10
4.093 4.009
4. Penggaron Lor
154,74 4 4
1.624 6.138
5. Kudu
183,929 48 7
2.782 7.881
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk terbanyak di wilayah
Kelurahan Bangetayu Kulon dengan jumlah total penduduk 17.999 jiwa
dengan jumlah 5.376 KK.
Luas lahan puskesmas induk sebesar 4,667 m2 dengan luas bangunan 500 m 2,
luas lahan pustu Kudu sebesar 1,500 m2 dengan luas bangunan 180 m2, kondisi
bangunan baik karena selesai pembangunan pada bulan November 2017 dan
luas lahan Pustu Karangroto sebesar 175 m2 pada lahan bangunan 94 m2 dengan
kondisi yang baik.
Secara geografis Puskesmas Bangetayu (gedung puskesmas induk) mempunyai
letak pada lokasi yang strategis, yaitu terletak pada jalur utama dekat dengan
fasilitas umum dengan akses jalan yang memadai, sedangkan untuk lokasi
Pustu Karangroto sangat strategis yang terletak dipinggir jalan raya walaupun
masih di dalam pemukiman penduduk. Sedangkan untuk Pustu Kudu bangunan
baru yang terletak agak jauh dari jalan utama dan dari pemukiman penduduk
sehingga akses jalan menuju ke Pustu Kudu masih agak susah dijangkau.
Gambar 4-9 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Bangetayu
WILAYAH Jiwa
BAK 6.138
BAW 3.248
SH 3.213
PL 1.312
KUDU 2.567
KR 3.886
JUMLAH 20.373
Sumber : Dispendukcapil Kota Semarang tahun 2019.
Tabel 4-4 Piramida Penduduk Sesuai Umur
Grafik 4-1 Distribusi Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Bangetayu Berdasarkan Mata
Pencaharian. Sumber: Data Demografi per Kelurahan tahun 2018
PT AKADEMI SLTA
SLTP SD TIDAK TAMAT SD
BELUM TAMAT SD TIDAK SEKOLAH
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan sebagian besar
penduduk di wilayah kerja Puskesmas Bangetayu adalah Tamat SLTA dengan
persentase 44,43 %.
KEMATIAN BAYI
2018 2019
NEONATAL BAYI
Grafik 4-3 Kecenderungan Jumlah Kematian Bayi Tahun 2018-2019. Sumber: Data
Program KIA Puskesmas Bangetayu Tahun 2018-2019
Keterangan:
a. Ranking I: Seminar Ibu Hamil “Burung Hebat”
b. Ranking II: Penyuluhan lewat kader, gasurkes, dan tokoh
masyarakat
c. Ranking III: Penetapan komitmen ibu hamil untuk control ANC
secara teratur minimal 4 kali.
BAW
SH 13%
25%
Kudu
8%
PL
KR 13%
21%
Hasil post test kemudian dibandingkan dengan hasil pre test yang telah
dilakukan sehingga akan diketahui seberapa jauh pengaruh dari paparan
materi yang telah dilakukan, disamping itu dapat mengetahui bagian mana
dari bahan pengajaran yang masih belum dipahami oleh sebagian besar
peserta. Hasil uji T dependen menunjukkan P<0,05 sehingga terdapat
perbedaan yang bermakna antara hasil pre test dan post test. Dapat
disimpulkan bahwa pelaksanaan kelas ibu hamil memberikan hasil yang
signifikan
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
VII.1 Kesimpulan
1. Tingkat pengetahuan ibu hamil mengenai risiko tinggi kehamilan dan
upaya peningkatan kesehatan ibu dan bayi di daerah Puskesmas
Bangetayu meningkat setelah mengikuti kelas Ibu Hamil yang
berlangsung selama dua hari
2. Keterampilan yang bermanfaat bagi ibu hamil untuk menunjang
kesehatan bagi ibu hamil dan anak di daerah Puskesmas Bangetayu
meningkat.
3. Minat dalam mengikuti kelas ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas
Bangetayu meningkat.
VII.2 Saran
1. Puskesmas terus melanjutkan kelas ibu hamil sebagai kegiatan rutin.
2. Meningkatkan koordinasi Puskesmas, Tokoh Masyarakat dan Kader
dalam pelaksanaan kegiatan kelas Ibu Hamil.
3. Memberikan variasi tema kelas ibu hamil dengan kolaborasi antar
bidang/lintas program agar minat masyarakat dalam mengikuti kelas
ibu hamil meningkat.
4. Berkoordinasi dengan tenaga ahli atau dokter spesialis agar dapat
memberikan manfaat yang lebih banyak.
DAFTAR PUSTAKA
NAMA T1 T2 T3 T4 T5 T6 TOTAL
Sindy 5 5 5 5 5 5 30
Siti Romdlonah 5 4 5 5 5 5 29
Siti Yulaekha 5 3 5 13
Irma Hidayanti 5 5 5 5 5 5 30
Khusmiyati 5 5 5 5 5 5 30
Arnes I 5 5 5 5 5 5 30
Eko Zuliati 5 4 5 5 5 5 29
Etika 5 4 5 5 5 5 29
Muji R 5 3 5 13
Dina Khoirul 5 5 5 15
Safaatul 5 5 5 15
Diah Anuriani 5 4 5 5 5 5 29
Eni Miftahul 5 3 5 5 5 5 28
Uswatun Khasanah 5 5 5 5 5 5 30
Siti Rifati 5 3 5 13
Siti Alimah 5 4 5 14
Nuraini 5 3 5 5 5 5 28
Dina Nur 5 5 5 5 5 5 30
Nur Afifah 5 5 5 15
Istiqomah 5 5 5 15
Ngatinah 5 5 5 15
Nuur Faizah 5 5 5 15
Rezita Bella 5 5 5 15
Erna Sri Katon 5 5 5 15
JUMLAH 90 75 90 90 90 90 525
5, 5,
RATA-RATA 5,0 4,2 0 5,0 5,0 0 21,9
Lampiran 3 Soal Pre Test dan Post Test
Materi 1 (Pertemuan Pertama). Ibu Hamil Risiko Tinggi
1. Air susu yang keluar pertama, berwarna kekuningan dan kental harus
dibuang karena merupakan ASI yang basi.
A. Benar
B. Salah
2. Air susu yang keluar pertama, berwarna kekuningan dan kental tersebut
bernama:
A. Kolostrum
B. Foremilk
3. Saat bayi menghisap puting ibu, terjadi peningkatan hormon yang
berfungsi meningkatkan pengeluaran ASI yaitu :
A. Estrogen
B. Oksitosin
4. Bayi yang baru lahir diletakkan di dada ibu, untuk mencari puting susu ibu
selama :
A. 15 menit
B. 1 jam
5. Bayi hanya membutuhkan ASI saja, tanpa makanan tambahan apapun
selama :
A. 3 bulan
B. 6 bulan
Materi 5 (Pertemuan Kedua). Pencegahan Stunting