Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN KASUS

MORBUS HANSEN
Sarah Amani 2011730096
Pembimbing : dr. Bowo Wahyudi, Sp. KK

KEPANITERAAN KLINIK KULIT KELAMIN - RSUD BANJAR


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2016

IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. K
Usia
: 52 th
JK
: perempuan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat
: Pataruman
Agama
: Islam

ANAMNESIS
Alloanamnesis 12 Oktober 2016
Keluhan Utama
Bercak kemerahan terasa baal di pipi kanan yang semakin
meluas sejak 1 minggu

Riwayat Penyakit Sekarang


Bercak kemerahan baal pada
pipi kanan
Semakin meluas sejak 1
minggu yang lalu
Awalnya bercak kecil di
pergelangan tangan kanan 2
tahun lalu
Pergelangan tangan sering
pegal.

3 bulan terakhir menyebar


hampir seluruh badan
1 minggu pipi kanan
bentuk tidak beraturan, menetap
Semua bercak baal
sendi-sendi nyeri
otot terasa pegal
Kedua kaki terasa tebal.

Benjolan (-)
bersisik (-)
gelembung (-)
kulit mengelupas (-)
kering (+)
gatal (-)
Sakit (-)
Riw konsumsi obatobatan/jamu(-)
riwayat luka dan lecet(-)
Kerontokan rambut dan alis (-)

gangguan kelopak mata (-)


gangguan penglihatan (-)
mata berair (-)
mimisan(-)
sariawan(-)
suara serak (-), nyeri menelan (-)
panas badan tak jelas (-)
riwayat batuk lama (-)
hal yang memperingan atau
memperberat keluhan (-)

Riwayat Penyakit Dahulu


Belum pernah mengalami hal seperti ini. DM (-)

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada yang mengalami hal serupa

Riwayat Pengobatan
Puskesmas 2 bulan, puskesmas merujuk ke rumah sakit

Riwayat Alergi
Amoxicillin bentol-bentol kemerahan, gatal.
Makanan (-)

Riwayat Psikososial
Mandi 2 kali sehari.
Mengganti pakaian saat setelah mandi.
Tempat tinggal: ventilasi setiap ruangan, dibersihkan setiap hari,
cahaya matahari dapat masuk ke dalam rumah.
Tidak mengetahui apakah ada yang mengalami hal serupa atau
tidak di lingkungannya.

PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum
Kesadaran

: Tampak sakit ringan

: composmentis

Tanda Vital
:
TD
: tidak dilakukan
Nadi
: 82 x/menit, reguler
RR
: 20 x/menit, regular
Suhu
: afebris
Status gizi : overweight
TB
: 158 cm
BB : 60
IMT : 24.03

STATUS GENERALIS
Kepala dan leher
Kepala : normocephal, alopesia (-)
Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), madarosis (-/-),
lagophtalmus (-/-)
Hidung : normonasi, secret (-/-), epistaksis (-/-), saddle nose (-)
Telinga : normotia, serumen (-/-), sekret (-/-), darah (-/-)
Mulut : mukosa basah (+), sianosis (-), lidah kotor (-), ulkus (-)
Leher
: pembesaran KGB (-), pembesaran kelenjar tiroid (-)

Thoraks
: simetris, ginekomastia (-)
Paru
: vesikuler (+/+)
Jantung : BJ I/II regular, gallop (-), murmur (-)
Abdomen : BU (+)
Ekstremetas
Atas
: akral hangat, CRT <2 detik, edema (-/-),
sianosis (-/-)
Bawah : akral hangat, CRT <2 detik, edema (-/-),
sianosis (-/-)
KGB
: tidak ada pembesaran kelenjar

Pemeriksaan saraf
Saraf sensorik pada seluruh lesi
Raba (-)
Nyeri (-)
Panas/ dingin tidak dilakukan
Saraf otonom : lesi kulit kering (+)
Saraf motorik
Ekstremetas atas : 5555/5555
Ekstremetas bawah : 5555/5555

Nervus fasialis : ekspresi wajah (+),


Nervus trigeminus: anestesi kulit wajah (-), kornea dan konjungtiva (-/-)
Nervus radialis: anestesi (-/-) wrist drop (-/-), ekstensi pergelangan (+/+)
Nervus ulnaris : penebalan (-/-), anestesi (+/-), clawing (-/-),
merapatkan
kelingking (+/+)
Nervus medianus : anestesi (+/-) mengangkat ibu jari (+/+), clawing
(-/-)
Nervus popliteal lateralis: anestesi tungkai bawah bag lateral (+/
+), bag dorsum pedis (+/+), foot drop (-/-)
Nervus tibialis posterior : anestesi telapak kaki (+/-), claw toes
(-/-)

STATUS DERMATOLOGIKUS
Distribusi : generalisata
Regio : pipi kanan, lengan atas kanan kiri, pergelangan tangan

kanan kiri, telapak tangan kanan, paha kanan, paha kiri,


pergelangan kaki kanan dan kiri, telapak kaki kiri
Lesi : multiple, sebagian bulat, tidak beraturan, sebagian

berbatas difus dan berbatas tegas, ukuran bervariasi : terkecil


4x3 cm, ukuran terbesar 12x 6 cm, lesi kering
Efloresensi : patch eritematus, patch hiperpigmentasi

STATUS LOKALIS

Bagian kanan

RESUME
Anamnesis
Bercak kemerahan terasa baal
Bercak bertambah banyak >5 lesi
Myalgia
Arthritis
Kulit kering
Kedua kaki terasa tebal

Pemeriksaan fisik
Patch eritematosa, patch hiperpigmentosa
Pemeriksaan sensorik : negatif
Pemeriksaan motorik : ekstremetas atas dextra 4455
Pemeriksaan nervus :
Anestesi nervus ulnaris dextra
Anestesi nervus medianus dextra
Anestesi nervus popliteal lateralis dextra dan sinistra
Anestesi nervus tibialis posterior dextra

DIAGNOSA BANDING
Morbus hasen tipe MB
Pityriasis Rosea
Tinea versikolor
DIAGNOSA KERJA
Morbus Hansen tipe MB

RENCANA PEMERIKSAAN PENUNJANG


Tes bakterioskopik
Pemeriksaan histopatologis

PENATALAKSANAAN
Non medika mentosa :
- minum obat teratur
- penggunaan alas kaki untuk menghindari luka yang tidak terasa
Medikamentosa :
Diawasi petugas : Rifampisin 600 mg/ bulan
Clofazimin 300 mg/bulan
Dapson 100 mg/hari
Clofazimin 50 mg/hari
Obat diberikaan selama 1 tahun

PROGNOSIS
Quo ad vitam

: ad bonam

Quo ad functionam : dubia ad bonam


Quo ad sanationam: dubia ad bonam

ANALISA KASUS
anamnesis
Pada kasus :
Bercak kemerahan, baal, dari
pergelangan tangan kanan 2
tahun lalu, bertambah hampir
seluruh tubuh
Seluruh bercak terasa baal
dan terasa kering
Kedua kaki terasa tebal, nyeri
persendian, dan pegal otot.

Pada teori :
macula
hipopigmentasi/eritematosa.
Masa inkubasi 2-4 tahun. lesi
dapat bertahan bertahun-tahun
sebelum timbul lesi lain
Anestesi sering ditemukan.
Predileksi: wajah, badan, atau
ekstensor tungkai dan lengan.

PEMERIKSAAN FISIK
Pada kasus:
Patch eritematosa, patch
hiperpigmentosa
Pemeriksaan sensorik pada
bercak negatif
Anestesi n. ulnaris dextra ,
n. medianus dextra, n.
popliteal lateralis dextra
dan sinistra, n. tibialis
posterior dextra

Pada Teori :
Bercak
hipopigmentasi/eritematus,
macula, atau plak. Anestesi total,
atau sebagian saja terhadap rasa
raba, suhu, dan rasa nyeri.
kerusakan saraf :
N. ulnaris, N. medianus, N. radialis ,
N. popliteal lateralis , N. tibialis
posterior , N. fasialis, N. trigeminus

RENCANA PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pada kasus :
Tes bakterioskopik dan tes histopatologis

Pada teori :
Pemeriksaan bakterioskopik
kerokan mukosa hidung, pewarnaan Ziehl Neelsen.
Jumlah tempat minimal 4-6 tempat; kedua cuping telinga bagian bawah
dan 2-4 lesi lain yang paling aktif; paling eritematosa dan paling infiltratif.

Indeks bakteri(IB) dengan menurut Ridley:


0 bila tidak ada BTA dalam 100 lapang pandang (LP),
1+ bila 1-10 BTA dalam 100 LP,
2+ bila 1-10 dalam 10 LP,
3+ 1-10 BTA rata-rata dalam 1 LP,
4+ bila 11-100 BTAA rata-rata dalam 1 LP,
5+ bila 101-1000 BTA rata-rata dalam 1 LP,
6+ bila >1000 BTA rata-rata dalam 1 LP.
Pemeriksaan dengan menggunakan mikroskop cahaya dengan
minyak emersi pada pembesaran lensa obyektif 100x

Pemeriksaan Histopatologis

Bilamana diagnosis meragukan


Pemeriksaan serologis

Terbentuknya antibody pada tubuh seseorang yang terinfeksi


oleh M.leprae. Uji MLPA (M. leprae Particle Aglutination)
Uji ELISA
ML dipstick

DIAGNOSA KERJA
Pada kasus : Morbus Hansen tipe MB
Pada teori :

PB

MB

Lesi kulit (macula yang datar,

1-5 lesi

>5 lesi

papul yang meninggi,

hipopigmentasi/eritema

infiltrate, plak eritema, nodus) distribusi tidak simetris

distribusi lebih simetris

Kerusakan saraf

Hilangnya sensasi yang

Hilangnya sensasi kurang

(menyebabkan hilangnya

jelas

jelas

sensasi/kelemahan otot yang

Hanya satu cabang saraf

Banyak cabang saraf

dipersarafi oleh saraf yang


terkena)

GAMBARAN KLINIS TIPE PB


Karakteristik

Tuberkuloid (TT)

Borderine tuberkuloid

Indeterminate (I)

(BT)
Lesi
Tipe
Jumlah
Distribusi
Permukaan
Sensibilitas
BTA
Pada lesi

Makula atau makula

Makula dibatasi infiltrate makula

dibatasi infiltrat

infiltrate saja

Satu atau beberapa

Beberapa atau satu

Satu atau beberapa

dengan satelit

bervariasi

asimetris
Kering bersisik
Hilang

Masih asimetris
Kering bersisik
Hilang

Variasi
Halus, agak berkilat
Agak terganggu

Negative

Negative atau 1+

Biasanya negatif

Positif kuat (3+)

Positif lemah

Dapat positif lemah

kulit
Tes lepromin

atau negatif

GAMBARAN KLINIS TIPE MB


Karakteristik

Lepromatosa (LL)

Borderine lepromatosa

Mid Borderline (BB)

(BL)
Lesi
Tipe

Makula, infiltrate difus,

Jumlah

Distribusi
Permukaan
Sensibilitas
BTA
Pada lesi kulit
Hembusan
hidung
Tes lepromin

Makula, plak, papul

Plak, lesi bentuk kubah,

papul, nodus
Banyak, distribusi luas,

Banyak, tapi kulit sehat

lesi punched out


Beberapa, kulit sehat (+)

praktis tidak ada kulit

masih ada

sehat
simetris
Halus dan berkilap

cenderung simetris
Halus, berkilap

asimetris
Sedikit berkilap, beberapa

Sedikit berkurang

lesi kering
berkurang

Banyak (ada globus)


Banyak (ada globus)

Banyak
Biasanya tidak ada

Agak banyak
Tidak ada

(-)

(-)

Biasanya (-), dapat juga

Tidak terganggu

(+)

AGNOSA BANDING
Pytiriasis Rosea
penyakit eritoskuamosa akut, idipatik. 70% didahului lesi eritem, tunggal,
oval, skuama halus, dibagian tepi tersusun papul milier. Keluhan dapat
berupa gatal ringan sampai tidak terasa gatal
Tinea Versicolor
Penyakit jamur superficial kronik. Hipopigmentasi atau hiperpigmentasi
pada daerah predileksi yaitu badan, dada, punggung atas, abdomen,
anggota gerak atas. Skuama halus seperti debu.


Efloresensi

Gejala
klinis

Predileksi

MH
Makula
hipopigmentasi/
eritematus,
macula, atau plak.
Tidak gatal,
hipostesi/anestesi,
kulit kering, retak,
edema,
pertumbuhan
rambut terganggu
Bisa mengenai
seluruh tubuh

Pemeriksaa BTA
n
penunjang

Pytiriasis rosea
Macula
hipopigmentasi,
eritem-coklat hitam
berskuama halus,
Gatal ringan

Ketiak, lipat paha,


lengan, tungkai atas,
leher, wajah, kulit,
kepala
KOH 10-20%, Lampu
wood

Tinea
versikolor
Macula eritema,
skuama halus,
Herald patch
(+)
Gatal ringan

Badan, lengan
atas proksimal,
tungkai atas
Tidak ada

PENATALAKSANAAN MH
Pada kasus, terapi yang diberikan :
Rifampisin 600 mg/ bulan
Clofazimin 300 mg/bulan
Dapson 100 mg/hari
Clofazimin 50 mg/hari

Skema rejimen MDT-WHO


Rifampisin 600 mg sebulan sekali,
dibawah pengawasan. Dapson 100 mg/
Klasifikasi kusta untuk kepentingan
rejimen
MDT
oleh6WHO
hari (1-2
mg/kgBB)
selama
bulan

(1997) terbagi dalam 3 grup:

Rejimen PB dengan lesi kulit 2-5 buah


Rejimen MB dengan lesi kulit lebih dari 5
Rejimen PB dengan lesi tunggalKombinasi rifampisin 600 mg/ bulan
dibawah pengawasan, dapson 100
Rifampisin 600 mg + ofloksasin 400 mg/hari, ditambah klofazimin 300
mg/ bulan diawasi dan 50 mg/hari.
mg dan minoksiklin 100 mg dosis
tunggal

Dapson
Bakteriostatik : hambat enzim dihidrofolat sintetase. Anti metabolit
PABA. Indeks morfologi kuman penderita LL yang diobati dengan
Dapson biasanya menjadi nol setelah 5 sampai 6 bulan.
Dosis
tunggal 50-100 mg/hari dewasa atau 2 mg/kgbb untuk anak
Efek samping :
erupsi obat, anemia hemolitik, leukopenisa, insomnia, neuropatia, NET,
hepatitis, dan methemoglobinemua. Jarang dijumpai pada dosis lazim.

Rifampisin
Bakterisidal kuat, menghambat enzim polymerase RNA yang
berikatan secara irreversibel.
Dosis :
dosis tunggal 600 mg/ hari (atau 5-15 mg/kgBB) mampu
membunuh kuman kira-kira 99.9% dalam waktu beberapa hari.
Efek samping:
hepatotoksik, nefrotoksik, gejala GI, dan erupsi kulit

Klofazimin
Bakteriostatik setara dapson. Bekerjanya diduga melalui gangguan
metabolism radikal oksigen. Efek anti inflamasi sehingga berguna
untuk pengobatan reaksi kusta.
Dosis :
50 mg/hari atau 100 mg tiga kali seminggu dan atau untuk anakanak 1 mg/kgbb/hari. Dosis bulanan 300 mg untuk mengurangi
reaksi tipe 1 dan 2.
Efek samping
dosis tinggi gangguan GI (nyeri abdomen, diare, anoreksia, dan
vomitus)

PROGNOSIS

Prognosis pada kasus adalah:


Quo ad vitam

: ad bonam

Quo ad functionam

: dubia ad bonam

Quo ad sanationam

: dubia ad bonam

Berdasarkan teori :
Sembuh tanpa pengobatan adalah tipe TT atau BT yang berubah menjadi TT
Dengan adanya obat-obat kombinasi, pengobatan menjadi lebih sederhana
dan lebih singkat, serta prognosis menjadi lebih baik. Jika sudah ada kontrakur
dan ulkus kronik, prognosis kurang baik

DAFTAR PUSTAKA
Kartowigno, Soenarto. 2012. Sepuluh Besar Kelompok Penyakit Kulit.
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. Hal 181-190.
Menaldi, Sri Linuwih. Bramono, kusmarinah. Indriatmi, Wresti. 2016. Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Ketujuh. Jakarta : Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Hal 87, 89-95
Daili, Emmy S Sjamsoe. Menaldi, Sri Linuwih. Ismiarto, Srie Prihianti.
Nilasari, hanny. 2003. KUSTA. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Hal 1,15,27-29,68
Siregar, R.S. 2004. Kusta (lepra). Dalam: Saripati Penyakit Kulit Edisi ke-2.
Jakarta: EGC. Hal 141-142

World Health Organization. 1998. WHO model prescribing information


Drug Used In Leprosy. Geneva: WHO. Hal 45-67
Goldsmith, Lowell A. Katz, Stephen I. et all. 2012. Fitzpatricks
Dermatology In General Medicine 8th edition. McGraw Hill Companies. Hal
2261-2262
Buxton, Paul K. 2003. ABC Of Dermatology 4th edition. London : BMJ
Publishing Group. Hal 110
Daili, Emmy S Sjamsoe. Menaldi, Sri Linuwih. Wisnu, I Made. 2005.
Penyakit Kulit Yang Umum Di Indonesia. Jakarta: PT Medical Multimedia
Indonesia. Hal 54

Anda mungkin juga menyukai