Anda di halaman 1dari 21

LEMBAR PENATALAKSANAAN:

KASUS DIABETES MELLITUS TIPE 2 DENGAN PENDEKATAN KEDOKTERAN


KELUARGA DI PUSKESMAS MARADEKAYA

DISUSUN OLEH:

A.Muh. Islamul Habibi C014182183


Nurdiana Sari C014182073
Andi Alanis Nurulizah C014182226
Supiana Sastra Hadi Putra XC061201130

SUPERVISOR:
Dr. dr. Sri Ramadhany, M.Kes
drg. Adriana Zadaruddin, M.Kes

BAGIAN KEDOKTERAN KOMUNITAS DAN KEDOKTERAN PENCEGAHAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
JUNI 2021
LEMBAR PENATALAKSANAAN
KASUS KEDOKTERAN KELUARGA
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. K
Usia : 60 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan : SLTA
Agama : Kristen
Suku : Toraja
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Tanggal pemeriksaan : 29 Juni 2021
Tanggal home visit : 29 Juni 2021

B. ANAMNESIS PENYAKIT (DISEASE)

1. Keluhan Utama: Tidak ada keluhan spesifik

2. Riwayat Penyakit Sekarang:


Pasien telah didiagnosis menderita diabetes melitus (DM) sejak 22 tahun yang lalu.
Pasien pertama kali mengetahui mengenai penyakitnya ketika melahirkan anak keenam karena
anaknya lahir dengan berat lebih dari 4 Kg. Dari pemeriksaan glukosa darah (HbA1c) pasien
didapatkan hasil 9,5% sehingga pasien kemudian didiagnosis sebagai DM tipe 2 dan
diberikan obat oleh dokter, yaitu Insulin Lantus,Insulin Afidra, Diovan 8mg, dan Vitamin B
complex.
Pola pengobatan pasien ini bersifat kuratif, dimana pasien berupaya untuk mencegah
terjadinya komplikasi akibat penyakitnya dengan mengkonsumsi obat yang diberikan secara
teratur. Selain itu, pasien juga sering melakukan kontrol rutin ke puskesmas untuk
memeriksakan kondisi dan kadar glukosa darahnya. Menurut keterangan pasien, keluarga
pasien mengetahui dan mendukung pengobatan pasien.

3. Riwayat Penyakit Dahulu (beserta Pengobatan)


Riwayat Diabetes Melitus ada sejak 22 tahun terakhir. Riwayat hipertensi ada. Riwayat
penyakit lain tidak ada. Riwayat amputasi ± 3 tahun lalu pada ibu jari kaki kanan akibat
komplikasi DM.

4. Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat penyakit yang sama dalam keluarga ada yaitu Ibu pasien meninggal akibat
penyakit DM. Riwayat penyakit yang sama juga ada pada keenam saudara pasien
menderita DM

5. Riwayat Personal Sosial (Hubungan/Interaksi Pasien dan keluarga dengan


lingkungan tempat tinggal)
Pasien perempuan berusia 60 tahun (lahir 15 September 1961), merupakan anak pertama
dari 6 bersaudara. Pasien sudah menikah dan suami pasien juga menderita penyakit DM sejak ±
4 tahun yang lalu. Pasien merupakan ibu rumah tangga dan kadang-kadang menjual makanan
jadi. Pasien memiliki enam orang anak, 4 orang laki-laki dan 2 orang perempuan. Saat ini
pasien tinggal bersama suami,anak kandung (anak ke 5 dan ke 6), menantu, cucunya dan
keponakan di Makassar. Rumah berukuran 15x17 m 2 berlantai satu. Sinar matahari dapat masuk
ke dalam rumah dengan baik (memiliki 2 jendela sebagai sumber pencahayaan). Terdapat 3
kamar, fasilitas dapur ada dan memiliki 1 kamar mandi. Memiliki halaman dibelakang rumah
untuk memelihara anjing dan ayam. Pasien memiliki BPJS. Akses ke Puskesmas dekat rumah
kira-kira 2 menit dengan berjalan kaki.

6. Review Sistem
Sistem Repirologi : Tidak ada kelainan
Sistem Kardiovaskuler : Tidak ada kelainan
Sistem Genitourinary : Tidak ada kelainan
Sistem Gastrointestinal : Tidak ada kelainan
Sistem Reproduksi : Tidak ada kelainan
Sistem Neurologi : Tidak ada kelainan

C. ANAMNESIS PENGALAMAN SAKIT (ILLNESS)

Pengalaman Sakit Pasien


Pasien mengaku sudah menerima kondisi penyakitnya dan mengikuti anjuran dokter
untuk meminum obat secara rutin (Patient’s explanatory model)
Pasien mengaku keluarganya sangat suportif dalam tata laksana penyakit yang
dialaminya. Pasien memiliki 1 orang anak yang tinggal bersama pasien, sehingga
beban mengurus rumah tangga dilakukan oleh anaknya (Meaning of illness –
family members)

D. INSTRUMEN PENILAIAN KELUARGA (FAMILY ASSESMENT TOOLS)

1. Genogram Keluarga (Family Genogram)

Keluarga Ny.K

Tanggal : 29 Juni 2021


2. Bentuk Keluarga (Family Structure)

Berdasarkan Goldenberg, bentuk keluarga pasien merupakan keluarga inti karena


keluarga pasien terdiri dari suami, isteri serta anak-anak kandung.
Berdasarkan Sussman, bentuk keluarga pasien merupakan Traditional family (keluarga
tiga generasi) karena keluarga tersebut pembentukannya sesuai atau tidak melanggar norma-
norma kehidupan masyarakat yang secara tradisional dihormati bersama dan terdiri hingga
tiga generasi.

3. Tahapan Siklus Kehidupan Keluarga (Family Life Cycle)

PASIEN

Anak
Suami Perempuan

Anak
Laki-Laki Menantu

Cucu
Laki-Laki
Menurut Duvall dan Miller, keluarga Ny. K berada dalam tahapan keenam dimana
pada tahapan ini keluarga dengan anak yang telah dewasa (Pelepasan Anak).

4. Peta Keluarga (Family Map)

 Hubungan antar pasien dan suami baik dan tidak ada konflik dalam keluarga
 Tidak ada hubungan Disengagement, Triangulation, dan Coalition dalam keluarga

Harmonis

5. APGAR Keluarga (Family APGAR)


[Adaptability-Partnership-Growth-Affection-Resolve]

Hampir Kadang- Hampir


APGAR Keluarga selalu kadang tidak
(2) (1) pernah (0)
1.Saya merasa  puas  karena  saya  dapat  meminta
pertolongan kepada keluarga saya ketika saya √
menghadapi permasalahan
2.Saya merasa puas dengan cara keluarga
membahas berbagai hal dengan sayadan berbagi √
masalah dengan saya.
3.Saya merasa puas karena keluarga saya menerima
dan mendukung keinginan-keinginan saya untuk √
memulai kegiatan atau tujuan baru dalam hidup saya
4. Saya merasa puas dengan cara keluarga saya
mengungkapkan kasih saying dan menanggapi

perasaan-perasaan saya, seperti kemarahan, kesedihan
dan cinta
5. Saya merasa puas dengan cara keluarga

saya dan saya berbagi waktu bersama.
Skor Total 10

Skala pengukuran: Skor: Contoh:


Hampir selalu = 2 8-10 = Sangat fungsional Jumlah = 7 poin.
Keluarga disfungsional 
Kadang-kadang = 1 4-7  = Disfungsional sedang
sedang
Hampir tidak pernah = 0 0-3  = Disfungsional berat
6. SCREEM Keluarga (Family SCREEM)
(Social-Cultural-Religious-Educational-Economic-Medical)

Aspek
Kelebihan Kekurangan
SCREAM
Pasien dapat bersosialisasi dan menjaga hubungan
baik dengan keluarga dan tetangga. Keluhan yang
Social -
dirasakan pasien tidak mengganggu fungsi
sosialisasi.
Pasien dan keluarga bersuku Bugis (tidak
Cultural -
memengaruhi status kesehatan pasien saat ini)
Pasien dan keluarga beragama Islam dan taat dalam
Religious beribadah. Saat ini tidak ada keluhan saat pasien -
menjalankan ibadah shalat
Pasien mengaku pendapatannya cukup untuk kebutuh
Educational an -
sehari-hari.
Pendidikan terakhir pasien adalah SLTA. Pasien
paham akan penyakit kronis yang dialami oleh pasien
Economic -
dan taat dalam menjalani pengobatan dan control
rutin
Pasien  memiliki  BPJS  dan  akses  ke  Puskesmas
Medical -
dekat rumahnya kira- kira 20 menit jalan kaki.

7. Perjalanan Hidup Keluarga (Family Life Line)

Usia
Tahun Life Events/ Crisis Severity of Illness
(Tahun)
Didiagnosis Diabetes
Pasien melahirkan anak
2001 40 gestasional dan
keenam
hipertensi
Penyakit memberat dan
2018 65 - jempol kaki kanan
pasien diamputasi
8. Langkah preventif dalam pandemi COVID-19

E. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Compos Mentis
3. Tanda vital :
Tekanan Darah : 130/80 mmHg
Nadi : 70x/menit
Pernapasan : 18 x/menit
Suhu : 36,8 C

4. Antropometri : Indeks Massa Tubuh (IMT) : 25,78 kg/m2 [TB


Tinggi Badan : 150 cm (meter)/ BB (kg)2
Berat Badan : 58 kg
Lingkar pinggang : - cm
Lingkar Panggul : - cm
Lingkar Lengan Atas : - cm
Status Gizi : Overweight

5. Pemeriksaan Umum :
a. Kepala :
Mata : konjungtiva tidak dilakukan pemeriksaan, Sklera tidak dilakukan pemeriksaan
Hidung : tidak dilakukan pemeriksaan
Telinga : tidak dilakukan pemeriksaan
Mulut : tidak dilakukan pemeriksaan
b. Leher : tidak dilakukan pemeriksaan
c. Thoraks :
Pulmo : tidak dilakukan pemeriksaan
Cor : tidak dilakukan pemeriksaan
d. Abdomen : tidak dilakukan pemeriksaan
e. Anogenital : tidak dilakukan pemeriksaan
Ekstremitas : Riwayat amputasi pada jari jempol pedis dextra dengan luka diabetik.

F. PEMERIKSAAN KHUSUS

PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
Tanda rangsang meningen dan iritasi radikal spinal
Kaku kuduk : tidak dilakukan pemeriksaan
Brudzinsky I/II/III/IV : tidak dilakukan pemeriksaan
Test Laseque : tidak dilakukan pemeriksaan
Test Kernig : tidak dilakukan pemeriksaan
Patrick/Contra-Patrick : tidak dilakukan pemeriksaan
Koordinasi :
Cara Bicara : tidak dilakukan pemeriksaan
Tes Telunjuk Hidung : tidak dilakukan pemeriksaan
Tes Tumit Lutut : tidak dilakukan pemeriksaan
Tes Romberg : tidak dilakukan pemeriksaan
Sistem Motorik :
Anggota badan atas: Kekuatan otot, tonus, atrofi , fasikulasi (tidak dilakukan
pemeriksaan)
Anggota badan bawah: Kekuatan otot, tonus, atrofi , fasikulasi (tidak dilakukan
pemeriksaan)
Gerakan involunter: tidak dilakukan pemeriksaan
Sistem Sensorik :
Anggota badan Atas
Eksteroseptif : tidak dilakukan pemeriksaan
Proprioseptif : tidak dilakukan pemeriksaan
Anggota Badan Bawah
Eksteroseptif : tidak dilakukan pemeriksaan
Proprioseptif : tidak dilakukan pemeriksaan
Refleks:
Fisiologis:
Biceps : tidak dilakukan pemeriksaan
Triceps : tidak dilakukan pemeriksaan
Radius : tidak dilakukan pemeriksaan
Patella : tidak dilakukan pemeriksaan
Achilles : tidak dilakukan pemeriksaan
Patologis: tidak dilakukan pemeriksaan

Pemeriksaan saraf otak: tidak dilakukan

G. PEMERIKSAA STATUS NUTRISI

1. Skrining gizi (Malnutrition Screening Tool): skor 0


2. Riwayat penyakit sekarang yang berhubungan dengan gizi: -
3. Riwayat penyakit dahulu yang berhubungan dengan gizi : -
4. Riwayat pengobatan: Antasida dan parasetamol
5. Riwayat penyakit di keluarga yang terkait nutrisi: -
6. Penurunan BB dalam 6 bulan terakhir: -
7. Penurunan BB dalam 2 minggu terakhir: -
8. Keluhan pencernaan yang menetap selama lebih dari 2 minggu: -
9. Riwayat perubahan asupan makan: -
10. Jenis aktivitas fisik: ringan
11. Kapasitas fungsional: tidak ada disfungsi
12. BB: 58 kg ; TB: 150 cm IMT: 25,78 kg/m² (overweight)

24-HOUR FOOD RECAL


Waktu Makanan URT Total Carb Protein Fat
Kalori (gr) (gr) (gr)
(kkal)
08.00 Bubur ayam 1 porsi 372 36,12 27,56 12,39

Nasi putih ½ centong 67,5 14,65 1,395 0,145

Ayam goreng 1 potong 391 16,15 32,9 21,82


12.00
Sayur Tauge 1 porsi 114 0 34 0

Semangka 1 mangkok 46 11,48 0,93 0,23

Pisang 1 buah 90 23,07 1,1 0,33


16.00
Nasi putih ½ centong 67,5 14,65 1,395 0,145

Ikan mujair
19.30
goreng 1 porsi 253 3,32 36,82 10.38
Kangkung 1 porsi 20 3,18 2,51 0,34

Pisang 1 buah 90 23,07 1,1 0,33

Total 1376 145,69 139,71 35,07

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG (Jika ada)

1. Laboratorium :
(20 Mei 2021)
HbA1c : 9.6%

Profil lipid :
- Kolesterol total : 203 mg/dL
- LDL : 140 mg/dL
- HDL : 42 mg/dL
- Trigliserida : 225 mg/dL

Fungsi Ginjal :
- Ureum : 39 mg/dL
- Kreatinin : 1.1 mg/dL

2. Radiologi : Tidak dilakukan pemeriksaan

3. Lainnya : Tidak ada

I. DIAGNOSIS BANDING

Tidak ada

J. DIAGNOSIS HOLISTIK

1. Aspek Klinis:
- Alasan datang: Pasien rutin mengontrol kadar gula darah dan tekanan darah
pasien setelah didiagnosis DM yang harus bergantung pada pengobatan
insulin.
- Harapan: Penyakit yang diderita pasien dapat terkontrol dan tidak
menimbulkan komplikasi yang lebih berat.
- Kekhawatiran: Keadaannya menjadi bertambah buruk dan dapat menganggu
aktivitas sehari-harinya.
2. Aspek Personal: Diabetes Melitus tipe 2 (ICD-10 E11.8: Type 2 diabetes mellitus
with unspecified complications)
3. Aspek Risiko Internal
- Sering mengkonsumsi makanan manis dan berlemak
- Jarang melakukan aktivitas fisik seperti olahraga
4. Aspek Risiko Eksternal
- Biaya pengobatan ditanggung oleh BPJS
- Jarang beraktivitas di luar rumah sejak pandemi
5. Aspek Derajat Fungsional : 2

Uraian Holistik: Seorang perempuan berusia 60 tahun dengan : Diabetes Melitus tipe 2
memiliki faktor risiko berupa jarang melakukan aktivitas fisik seperti olahraga dan
sering mengkonsumsi makanan manis dan berlemak.

K. PENGELOLAAN KOMPREHENSIF
(Meliputi Lima Tahap Pencegahan)

1. Patient-Centered
Preventif dan promotif
 Edukasi terkait penyakit Diabetes Melitus Tipe 2 dan hipertensi yang diderita
pasien serta komplikasinya.
 Konseling untuk rutin mengambil obat dan kontrol di puskesmas. Juga segera ke
Puskesmas apabila ada keluhan lain yang dirasakan.
 Anjuran kepada pasien untuk melakukan pemantauan glukosa darah mandiri
karena penggunaan obat oral golongan insulin.
 Edukasi kepada pasien tentang obat-obatan yang dikonsumsi, tentang : dosis,
waktu mengkonsumsi, efek samping obat yang timbul, agar pasien tidak merasa
khawatir dan tetap mengonsumsi obatnya secara teratur.
 Konseling kepada pasien untuk melakukan pemeriksaan profil lipid sedikitnya
setahun sekali.
 Konseling kepada pasien untuk tetap melakukan pemeriksaan tekanan darah setiap
kali kunjungan ke poliklinik atau puskesmas
 Edukasi kepada pasien mengenai tanda gejala hipoglikemik dan bagaimana
pencegahan dan penanganannya
 Edukasi kepada pasien untuk melakukan modifikasi gaya hidup berupa penurunan
berat badan untuk memperbaiki profil lipid dan mengurangi risiko terjadinya
penyakit kardiovaskuler aterosklerotik pada pasien dengan cara mengurangi
asupan lemak jenuh dan lemak trans, meningkatkan asupan asam lemak omega-3,
serat dan tumbuhan stanol/sterol tumbuhan dan meningkatkan aktivitas fisik.

Kuratif (sesuai tatalaksana dari dokter umum)


 Lantus 18 Unit (Setiap malam)
 Apidra 16 Unit (Setiap sebelum makan)
 Diovan 8 mg (Setiap malam)
 Vitamin B Kompleks 1 tablet per hari

Rehabilitatif
-
Intervensi Gizi
Berat Badan Ideal (BBI) (The Broca Index) = (TB – 100) – (15% x (TB – 100)) (150 –
100) - (15% x (150 – 100))
= range 42,5, 36,5 - 50,5 kg
BB pasien adalah 58 kg maka termasuk overweight. Pasien perlu menurunkan berat
sebesar 8 kg.

Kebutuhan Kalori
Kebutuhan kalori basal (KKB) perempuan (Harris Benedict Equation): 655 + (9,6 x 67) +
(1,85 x 158) – (4,7 x 45) = 1.283 kkal Kebutuhan kalori harian (aktifitas ringan): 20% x
KKB = 228 kkal Kebutuhan energi total: 1.283 + 228 = 1.511 kkal

Komposisi: Karbohidrat (55-65%), Protein (15-20%), Lemak (20-30%)


Karbohidrat: 55% x 1511 = 831,05 kkal ~ 207,76 gr
Protein: 20% x 1511 = 302.2 kkal ~ 75,5 gr
Lemak: 25% x 1511 = 377,75 kkal ~ 42 gr

Jenis nutrisi spesifik: vitamin dan mineral


Konsistensi yang dianjurkan : biasa (padat)
Pengolahan yang dianjurkan : direbus, dikukus, dipanggang
Cara pemberian : oral
Frekuensi yang dianjurkan : 3 x makan berat dan 2 x selingan

Jenis makanan yang tidak
Jenis makanan yang dianjurkan dianjurkan
1. Karbohidrat kompleks seperti nasi,
kentang rebus, ubi rebus dan lainnya 1. Makanan yang mengandung
2. Protein lemak seperti daging
- Protein nabati seperti tahu, berlemak, jeroan, opor, bakso
tempe dan kacang-kacangan dan lainnya
dioleh tanpa digoreng 2. Penggunaan minyak untuk
- Protein hewani (rendah menggoreng
kolesterol) seperti ikan dan 3. Minuman yang mengandung
putih telur kafein seperti kopi
3. Sayuran dengan energi rendah 4. Makanan yang mengandung
seperti bayam terlalu banyak penyedap
4. Buah-buahan terutama yang seperti garam, MSG.
mengandung serat seperti apel,
melon dan jeruk

Menu makan :

Total
Makanan URT Carb(g Protein Fatgr
Waktu Kalori
r) (gr) )
(kkal)
Nasi putih 1 centong 175 35,8 3,42 3,38
07.00 Telur rebus 1 butir 77 0,56 6,26 5,28
sup bayam 1 mangkok 74 7.28 2.65 0.8
10.00 Pisang 1 buah 90 23,07 1,1 0,33
Nasi putih 1 centong 175 35,8 3,42 3,38
1 potong/85
13.00 Ikan lele goreng 204 7,26 14,39 12,35
gr
Tumis buncis 1 mangkok 59 7,35 3,82 3,1
15.30 Apel 1 buah 72 19,06 0,36 0,23
Nasi putih 1 centong 175 35,8 3,42 3,38
Dada ayam 1 potong/
212 0 31.67 6.5
18.00 goreng 100gr
Tempe 2 potong 68 3,58 3,99 4,56
Tumis kangkung 1 mangkok 50 7,35 3,82 2,6
182,91 78.83 45,89
Total 1.435 kkal (731,64 (315,32k (413,01
kkal) kal) kkal)

326.04
Aktifitas fisik
1 Frekuensi : 3-5x/minggu
2 Intensitas : ringan-sedang
3 Waktu : minimal 30 menit
4 Tipe : aerobic, memperkuat otot batang tubuh

Jenis olahraga : jalan santai, renang, senam lansia

2. Family-Focused (Family Wellness Plan)

 Edukasi kepada keluarga terkait penyakit DM Tipe 2 yang diderita pasien,


komplikasi serta rencana dan tatalaksana

 Edukasi kepada keluarga yang tinggal dengan pasien untuk mengambil peran
dalam pengawasan pola makan, gaya hidup, rutinitas meminum obat dan
kontrol rutin di Puskesmas.
 Edukasi dan motivasi mengenai perlunya perhatian dukungan dari semua
anggota keluarga terhadap perbaikan penyakit pasien
 Edukasi kepada keluarga mengenai pentingnya pengendalian kadar glukosa
sesuai target terapi serta pengendalian faktor risiko penyulit yang lain dengan
pemberian pengobatan optimal
 Edukasi kepada keluarga mengenai faktor risiko diabetes melitus sebagai
pencegahan primer buat mereka yang belum terkena tetapi berpotensi untuk
menderita diabetes melitus tipe 2 dan intoleransi glukosa serta pentingnya
deteksi dini DM Tipe 2 pada keluarga pasien.

3. Community-Oriented:

 Melakukan penyuluhan kepada masyarakat terkait penyakit diabetes melitus tipe 2


dan hipertensi.
 Mengajak masyarakat yang memiliki faktor risiko untuk kontrol rutin kesehatan di
Puskesmas sebagai deteksi dini Diabetes Melitus Tipe 2.
 Mengajak masyarakat yang memiliki faktor risiko yang dapat dimodifikasi untuk
melakukan modifikasi gaya hidup agar mencegah dan mengkontrol diabetes
melitus tipe 2.
 Mengajak masyarakat yang sudah terdiagnosis diabetes melitus untuk tetap
melakukan kontrol rutin di puskesmas agar gula darah terkontrol dan mencegah
komplikasi penyakit
Mengajak masyarakat lansia untuk mengikuti program lansia seperti senam rutin
bersama di puskesmas sebagai pola hidup sehat untuk mencegah DM dan
hipertensi.

L. DATA ANGGOTA KELUARGA INTI (KELUARGA ASAL)

Tgl Lahir
No. Nama Jenis Kelamin Pekerjaan No.HP Status Kesehatan
Umur

Pedagang ( Jual
1. Ny. K Perempuan 60 Tahun
makanan)
Diabetes Melitus

2. Tn. PP Laki-Laki 66 Tahun Pensiun - Diabetes Melitus

3. Tn. IP Laki-Laki 26 Tahun Pendeta - Sehat

Ibu Rumah
4. Ny. IP Perempuan 22 Tahun
Tangga
- Sehat

M. LINGKUNGAN RUMAH
1. Kondisi Rumah
 Kepemilikan rumah : milik sendiri
 Daerah Perumahan : Padat bersih
Karakteristik Sanitasi Rumah dan Tempat Tinggal
Lantai rumah Keramik
Atap rumah Genteng
Dinding rumah Kayu
Cat dinding rumah Cat
Luas tanah 255 m²
Luas bangunan 245 m² (1 lantai)
Jumlah kamar 3 kamar, 1 kamar mandi
Dapur Ada
Cerobong asap Tidak ada
Jendela terbuka Ada
Jendela sebagai ventilasi Ada, 2 jendela
Jendela sebagai pencahayaan Ada, 2  jendela
Sumber air bersih Ada, ( Air sumur dan PDAM)
Sumber pencemaran dekat (<10m) dari sumber air Tidak ada
Kemudahan mendapatkan air bersih Ya (mudah)
Kualitas fisik air minum Baik
Pengolahan air minum sebelum diminum Dimasak
Tempat penampungan air sebelum dimasak Wadah tertutup
Tempat  penampungan  air  limbah  dari  kamar Penampungan terbuka di depan
mandi/tempat cuci/dapur rumah
Saluran  pembuangan  air  limbah  dari Saluran terbuka
kamar  mandi/tempat cuci/dapur
Tempat pembuangan sampah di luar rumah Ada, tempat sampah terbuka
Bahan bakar untuk memasak sehari – hari Gas/LPG dan kayu bakar
Memelihara ternak di rumah Ya, (ayam) 

2. Lingkungan Sekitar Rumah


Karakteristik Akses dan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan
Sarana pelayanan kesehatan yang Puskesmas
digunakan
Jarak dan waktu yang harus ditempuh 100 m
2 menit dengan jalan kaki
Angkutan umum ke fasyankes terdekat Ada
Tarif pelayanan kesehatan Terjangkau
Pelayanan kesehatan yang diberikan Memuaskan

3. Lingkungan Pekerjaan
Anggota keluarga yang bekerja : Pasien merupakan ibu rumah tangga yang sesekali
membuat pesanan makanan catering dibantu oleh suaminya yang sudah pension. Anak
kelima bekerja sebagai pw dan anak keenam berkeja sebagai ibu rumah tangga.

Faktor risiko Kesimpulan


Tn. PR Ny. K Tn IP 26 Ny. IP,
66 60 Tahun Tahun 22
Tahun Tahun
Faktor fisik Cedera Cedera Cedera -
akibat akibat akibat
kerja di kerja di kerja
dapur dapur
Faktor kimia - - - -
Faktor - - - -
biologis
Ergonomis Bekerja Bekerja Bekerja -
dengan dengan dengan
posisi posisi mengangk
duduk duduk at barang
yang yang di bahu
salah salah
Faktor - - - -
psikologis
 Interpretasi hasil kunjungan rumah:
o Ukuran rumah cukup untuk ditempati oleh 4 orang
o Rumah berada di lingkungan padat namun hewan ternak tidak diberi
kendang. Hewan peliharaan ( anjing ) bebas berinteraksi dengan orang
rumah. Ventilasi udara kurang cukup.

N. INDIKATOR PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS)

Jawaban
No Indikator PHBS
Ya Tidak

1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan √
2. Pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0 - 6 bulan √
3. Menimbang berat badan balita setiap bulan √
Menggunakan air bersih yang memenuhi syarat
4. √
kesehatan
5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun √

6. Menggunakan jamban sehat √
Melakukan pemberantasan sarang nyamuk
7. di rumah dan √
lingkungannya sekali seminggu
8. Mengkonsumsi sayuran dan atau buah setiap hari √
9. Melakukan aktivitas fisik atau olahraga √
10 Tidak merokok di dalam rumah √
KESIMPULAN APLIKASI KEDOKTERAN KELUARGA PADA KASUS

1. Prinsip Kedokteran Keluarga

Prinsip Pelaksanaan Kekurangan


1. Dokter keluarga Sudah dilakukan -
berkomitmen kepada individu dengan menangani
bukan semata - mata pada individu tidak hanya
penyakit yang diderita dari keluhan tetapi
juga pada persepsi
sakit.

2. Dokter keluarga mencoba Sudah dilaksanakan -


untuk mengerti mengapa dengan menanyakan
seseorang terkena suatu dan menganalisis
penyakit faktor risiko yang ada
pada individu,
keluarga, masyarakat.
(Anamnesis dan
perangkat penilaian
keluarga)

3. Dokter keluarga menggunakan Sudah dilaksanakan Keluarga pasien tidak


kesempatan bertemu dengan karena telah dilakukan dirumah saat dilakukan
pasien untuk melakukan home visit dan Home visit.
pencegahan penyakit dan mengedukasi secara
promosi kesehatan umum tentang
penyakit

4. Dokter keluarga memandang Sudah dilaksanakan Belum dibuat rencana


bahwa pasiennya sebagai dengan menilai faktor pemeliharaan
population at risk risiko seperti kesehatan bagi
keluarga pasien.
kebiasaan makan,
aktivitas fisik &
olahraga pasien serta
risiko dari keluarga
dan lingkungan.
Edukasi mengenai
pentingnya partisipasi
keluarga dalam
membantu pasien
sangat penting

5. Dokter keluarga memandang Memberikan edukasi -


dirinya sebagai pusat informasi dan sarana untuk
dan koordinasi berkomunikasi.
Melakukan kolaborasi
dengan tenaga
kesehatan lain.
6. Dokter keluarga sebaiknya Informasi belum -
tinggal di lingkungan yang sama didapatkan
dengan pasiennya

7. Dokter keluarga menemui Pasien berkonsultasi -


pasiennya di tempat tinggal dengan dokter melalui
pasien telepon dan ke
puskesmas jika perlu

8. Dokter keluarga memandang Berkomunikasi yang -


penting aspek subjektif dari ilmu baik, serta
kedokteran menanyakan persepsi
pasien terhadap
penyakitnya, alasan,
harapan, dan
kekhawatiran pasien
penyakitnya.

9. Dokter keluarga seorang Sudah dilaksanakan -


manajer dari berbagai sumber dimana dokter
daya mempertimbangkan
keterbatasan sumber
daya dokter dan pasien
melalui penilaian
SCREEM

2. Pendekatan dokter berdasarkan siklus perkembangan keluarga, perkembangan


tanggung jawab, dan trauma keluarga

Pertanyaan Pelaksanaan Kekurangan


Riwayat penyakit atau Riwayat penyakit sudah -
perilaku yang sama dalam ditanyakan dalam
keluarga anamnesis

Pendapat keluarga tentang Keluarga pasien Informasi dari keluarga


penyebab penyakit yang membantu pasien lain belum didapatkan.
diderita pasien dan bagaimana dalam menjalani
mengobatinya
pengobatan dan
aktivitas sehari-hari
namun belum
memahami urgensi DM

Anggota keluarga yang paling Semua anggota keluarga -


peduli dan khawatir terhadap pasien memahami kondisi
penyakit pasien pasien.
Adanya keluhan/ perubahan/ Ditanyakan dan tidak ada -
stress bersamaan dengan faktor presipitasi penyakit
timbulnya penyakit yang diderita pasien, pasien menerima
pasien kondisinya
Peran keterlibatan keluarga Keterlibatan keluarga -
dalam pengelolaan penyakit dalam mengambil
pasien keputusan mengenai
pola pengobatan yang
dijalani pasien. Pasien
dan keluarga sudah
memliki kesadaran
untuk mendukung
pengobatan

3. Perangkat penilaian keluarga

Penilaian Pelaksanaan Kekurangan


Fungsi keluarga Analisis APGAR sudah -
dilakukan.
Interaksi/dinamika keluarga Sudah dilaksanakan dengan -
menilai psikodinamika
keluarga.
Sumber daya keluarga Analisis SCREEM -
sudah dilakukan.

Struktur keluarga Sudah dilaksanakan -


dengan membuat
genogram.
Riwayat penyakit keluarga Sudah ditanyakan -
melalui anamnesis.

4. Pendekatan biopsikososial, diagnosis holistik dan penatalaksanaan komprehensif

Pendekatan Pelaksanaan Kekurangan


Biopsikososial Sudah dilaksanakan melalui -
anamnesis riwayat di keluarga dan
riwayat kesehatan pasien (faktor
biologis), kebiasaan pasien sendiri
(faktor psikologis) serta kebiasaan
di lingkungan pasien, akses
pelayanan kesehatan (faktor
sosial).
Diagnosis holistik Sudah menuliskan aspek -
individu, aspek klinis, aspek
risiko internal, aspek resiko
eksterna, dan derajat fungsional.

Penatalaksanaan Sudah diberikan penatalaksanaan -


komprehensif dengan memperhatikan patient
centered, family focused dan
community oriented

Anda mungkin juga menyukai