DISUSUN OLEH:
Supervisor I: Dr. dr. Sri Ramadhani, M.Kes (Bagian IKK & IKP)
Andi Alanis Nurulizah 1*, Supiana Sastra 1*, Sri Ramadhani 1*, Adrina zadaruddin 2*,
1) Bagian Kedokteran Komunitas dan Kedokteran Pencegahan
2) Puskesmas Maradekaya, Makassar, Sulawesi Selatan
*Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Makassar, Indonesia
ABSTRAK
Latar Belakang : Pada masa pandemi COVID-19 pemerintah melakukan beberapa perubahan berupa
PSBB, refocusing dan realokasi anggaran yang berdampak pada banyak hal. Pelayanan yang ada di layanan
primer menjadi terhambat sehingga terjadi penurunan angka pencapaian program yang ada di puskesmas
dan membuat puskesmas harus mengubah langkah dalam menjalani pelayanan, termasuk upaya
peningkatan gizi. Sebelum pandemi, pembinaan banyak dilakukan melalui posyandu, Namun selama
pandemi, posyandu tidak dapat lagi diadakan.
Metode : Penelitian bersifat deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Data diperoleh dari Puskesmas
Maradekaya kurun waktu Januari 2019 hingga Desember 2020. Subjek penelitian adalah seluruh
masyarakat Maradekaya yang menjadi sasaran target program. Data dikelola menggunakan program
Microsoft Excel.
Hasil : Dari Januari 2019 hingga Desember 2020 program upaya peningkatan gizi untuk pemberian tablet
tambah darah pada remaja puteri,pemberian kapsul vitamin A, pemberian MT balita kurang gizi dan rumah
tangga konsumsi yodium telah mencapai 100%. Untuk penimbangan balita tahun 2019 sebesar 89,1% dan
tahun 2020 79%, balita berat badan tahun 2019 sebesar 69,6% dan tahun 2020 67,3%. Sedangkan untuk
balita stunting pada tahun 2019 sebesar 3,0% dan tahun 2020 3,4%.
Kesimpulan :. Capaian upaya peningkatan gizi di Puskesmas Maradekaya Januari 2019 hingga Desember
2020 beberapa mengalami penurunan diakibatkan oleh pengurangan kegiatan di puskesmas sebagai
program pandemic COVID-19.
Andi Alanis Nurulizah 1*, Supiana Sastra 1*, Sri Ramadhani 1*, Adrina zadaruddin 2*
1) Department of Community and Preventive Medicine
2) Maradekaya Primary Health Care, Makassar, Sulawesi Selatan
*Faculty of Medicine Hasanuddin University, Makassar, Indonesia
ABSTRACT
Background: in this COVID pandemic the government made some changes in the form of PSBB,
refocusing and budget reallocation have an impact on many things including nutrition. The
existence of the COVID-19 pandemic has hampered services in primary services resulting in a
decrease in the number of program achievements at the primary health center and make it have to
change its steps in services programs, including the nutrition improvement program.
Method: This research is descriptive with cross sectional approach. The data were obtained from
the Maradekaya Community Health Center from January 2019 to December 2020. The research
subjects were all Maradekaya people who were the target of the program. Data is managed using
Microsoft Excel program
Result: From January 2019 to December 2020, the nutrition improvement program for given
blood-added tablets to young girls, giving vitamin A capsules, giving MT for malnourish toddlers
and household consumption of iodine has reached 100%. For weighing toddlers in 201 amounted
to 89.1% and in 2020 79%, weight toddlers in 2019 amounted to 69.6% and in 202 67.3%.
Meanwhile, for children under five with stunting in2019 it was 3.0% and in 2020 it was 3.4%
Latar Belakang
Pada masa pandemi, Pemerintah harus mencegah penyebaran COVID-19, di sisi lain harus
tetap memperhatikan upaya-upaya peningkatan gizi. Penerapan physical distancing maupun
kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang membatasi mobilitas penduduk,
berdampak membatasi aksesibilitas pelayanan kesehatan. Hal ini dapat menimbulkan risiko
gangguan kelangsungan pelayanan kesehatan termasuk pada balita, yang berpotensi meningkatkan
kesakitan dan kematian. Sehingga perlu diambil langkah-langkah untuk menyeimbangkan
kebutuhan penanganan COVID-19 dan tetap memastikan kelangsungan pelayanan kesehatan
esensial tetap berjalan.
Pelayanan gizi yang bertujuan untuk meningkatkan mutu gizi perseorangan dan
masyarakat dengan prioritas pada kelompok rawan, yaitu bayi dan balita, remaja putri, ibu hamil
dan ibu menyusui pada situasi pandemi COVID-19 diharapkan dapat tetap berjalan dengan
melakukan beberapa penyesuaian terkait dengan kebijakan pembatasan sosial yang diatur oleh
pemerintah daerah setempat untuk mencegah terjadinya penularan COVID-19.
Sebelum terjadi pandemi Covid-19, tahun 2019, Dalam rangka upaya penanggulangan gizi
buruk dan gizi kurang, selain pendampingan surveilans gizi, pelaksanaan program prioritas lainnya
yaitu Gerakan perbaikan gizi 1000 hari pertama kehidupan anak atau gerakan 1000 Hari Pertama
Kelahiran (HPK), merupakan upaya dalam memperkuat komitmen rencana aksi percepatan
perbaikan gizi sejak 1000 hari dari masa kehamilan hingga usia dua tahun. Melihat permasalahan
gizi cukup tinggi pada tiga tahun terakhir baik itu permasalahan stunting, wasting, Berat Bayi Lahir
Rendah (BBLR) dan anemia ibu hamil. Upaya penanganan gizi kurang dan Stunting ini dimulai
dari usia kehamilan (usia janin 370 hari dalam kandungan) dan Balita 2 tahun (730 hari setelah
lahir). Dampak intervensi tersebut telah dapat menurunkan angka stunting di Provinsi Sulawesi
Selatan dari 35.6% pada tahun 2018 menjadi 30,09% di tahun 2019.
Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2018, Prevalensi balita kurus (wasting) di Sulawesi
Selatan sebesar 5.70% dan sudah mencapai target tahun 2019 (dibawah 8%). Capaian kinerja
Prevalensi Balita Kekurangan Gizi (Underweight) tahun 2019 sebesar 11%, telah melebehi target
yang ditetapkan (22%) dan menurun (kinerja meningkat) bila dibandingkan dengan tahun 2018
(18,10%). Capaian tahun 2019 bila dibandingkan dengan capaian nasional masih dibawah
prevalensi nasional yaitu 17,7% (Kinerja lebih tinggi dari capaian nasional). Namun walaupun
Sulawesi Selatan telah berhasil menurunkan angka prevalensi secara berkesinambungan masih
tetap perlu ditingkatkan upaya-upaya yang lebih optimal dalam meningkatkan status gizi
masyarakat khususnya pada kelompok balita.
Pembinaan gizi sebelum dan setelah adanya pandemi COVID-19 mengalami beberapa
perubahan. Sebelum pandemi, pembinaan banyak dilakukan melalui posyandu. Namun selama
pandemi, posyandu tidak dapat lagi diadakan, dikarenakan kebijakan pemerintah untuk
penanganan COVID-19 berupa pembatasan sosial berskala besar, refocusing dan realokasi
anggaran program juga berdampak pada layanan gizi. Laporan ini memperlihatkan bagaimana
upaya peningkatan gizi yang dilakukan puskesmas Maradekaya berdasarkan pencapaian target
sebelum dan selama pandemi yakni periode Januari 2019 – Desember 2020 di Puskesmas
Maradekaya.
METODE
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Data diperoleh dari laporan
kegiatan di Puskesmas Maradekaya selama kurun waktu 2 tahun dari Januari 2019 hingga
Desember 2020 dan dikelola dengan menggunakan program Microsoft Excel. Data
dikelompokkan berdasarkan program upaya peningkatan gizi berupa penimbangan balita (D/S),
balita naik berat badan (N/D), balita stunting, pemberian kapsul vitamin A (merah dan biru),
pemberian tablet tambah darah pada remaja putri, pemberian makanan tambahan balita kurang
gizi, dan rumah tangga konsumsi yodium.
HASIL
Terdapat 7 program upaya peningkatan gizi di Puskesmas Maradekaya berupa; Penimbangan
Balita, Balita Naik Berat Badan, Balita Stunting, Pemberian Kapsul Vitamin A Merah dan Biru,
Pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) pada Remaja Putri, Pemberian MakananTambahan (MT)
Balita Gizi Kurang, dan Rumah Tangga Konsumsi Yodium. Semua kegiatan Puskesmas yang
berpacu door to door atau pelayanan langsung ke masyarakat diubah menjadi pelayanan yang
berbasis pemanfaatan kader kesehatan tiap wilayah. Peran kader menjadi sangat penting di tengah
masa pandemik ini. Kader bertugas dalam melaporkan data di lapangan serta mendistribusikan
pelyanan gizi ke rumah warga sesuai dengan target pelayanan yang ada.
2019 2020
Program Upaya
No
Peningkatan Gizi
Sasaran Capaian % Sasaran Capaian %
Penimbangan
1 balita (D/S) 1270 1132 1257 997 79
Balita Naik Berat
2 Badan 1132 788 69,6 997 671 67,3
Balita Stunting
3 1132 34 3 997 34 3,4
Pemberian
Kapsul Vit. A
Merah 1115 1029 92,2 1105 1029 93,1
4
Pemberian
Kapsul Vit. A
Biru 93 93 100 89 89 100
Pemberian
Tablet Tambah
Darah pada
5 Remaja Putri 248 248 100 390 390 100
Pemberian MT
Balita Gizi
6 Kurang 51 51 100 88 88 100
Rumah Tangga
Konsumsi
7 Yodium 50 50 100 50 50 100
Tabel 1.1 Program Upaya Peningkatan Gizi di Puskesmas Maradekaya periode 2019-2020
1. Penimbangan Balita (D/S)
1200
1000
800
Sasaran
600 Capaian
400
200
0
2019 2020
1000
800
600 Sasaran
Capaian
400
200
0
2019 2020
Diagram 1.2 Sasaran dan capaian program Balita Naik Berat Badan di Puskesmas
Maradekaya periode 2019-2020
Berdasarkan diagram diatas pencapaian target untuk balita naik berat badan di puskesmas
Maradekaya antara tahun 2019 dan 2020 mengalami penurunan dimana tahun 2019
didapatkan hasil 788 balita dari 1132 balita (69,6%) dan tahun 2020 didapatkan 671 balita
dari 997 balita (67,3 %).
3. Balita Stunting
Balita Stunting
1200
1000
800
600 Sasaran
Capaian
400
200
0
2019 2020
Diagram 1.3 Sasaran dan capaian program Balita Stunting di Puskesmas Maradekaya
periode 2019-2020
Berdasarkan diagram diatas pencapaian target untuk balita stunting di Puskesmas
Maradekaya antara tahun 2019 dan tahun 2020 mengalami peningkatan dimana pada tahun
2019 hasil yang didapatkan 34 balita dari 1132 balita (3.0%) dan tahun 2020 34 balita dari
997 balita (3.4%).
4. Pemberian Kapsul Vitamin A
1000
800
600
Sasaran
400 Capaian
200
0
Vit. A Merah Vit. A Biru Vit. A Merah Vit. A Biru
2019 2020
Diagram 1.4 Sasaran dan capaian program Pemberian Kapsul Vitamin A di Puskesmas
Maradekaya periode 2019-2020
Diagram 1.5 Sasaran dan capaian program Pemberian Tablet Tambah Darah pada Remaja
Putri di Puskesmas Maradekaya periode 2019-2020
50
40
30 Sasaran
Capaian
20
10
0
2019 2020
Diagram 1.7 Sasaran dan capaian program Rumah Tangga Konsumsi Yodium di
Puskesmas Maradekaya periode 2019-2020
Penimbangan Balita
Data program kesehatan Penimbangan Balita (D/S) pada puskesmas maradekaya
mengalami penurunan dari jumlah target atau pencapaian. Pada tahun 2019, dilakukan
penimbangan balita sebanyak 89% dari target, sedangkan pada tahun 2020 hanya 79% dari target.
Kegiatan penimbangan balita biasanya dilakukan di posyandu, namun dikarenakan adanya
pandemi Covid-19 terdapat perubahan kegiatan yaitu dilakukannya penimbangan door to door oleh
kader posyandu dengan mendatangi masing-masing rumah warga dan dilakukan pengukuran berat
badan ditempat.
Pemantauan pertumbuhan balita sangat penting dilakukan untuk mengetahui adanya
gangguan pertumbuhan secara dini. Untuk mengetahui pertumbuhan tersebut, penimbangan balita
setiap bulan sangat diperlukan. Idealnya dalam enam bulan anak balita ditimbang minimal enam
kali. Kegiatan penimbangan balita door to door yang dilakukan Puskesmas Maradekaya mengikuti
Pedoman Pelayanan Gizi pada Masa Tanggap Darurat Pandemi Covid-19. Pedoman yang
diterbitkan oleh Kementrian Kesehatan RI tahun 2019 menganjurkan untuk Menunda kegiatan
yang mengumpulkan massa, termasuk pelayanan balita di Posyandu, dan diaplikasikan oleh
Puskesmas Maradekaya dengan mengganti kegiatannya dengan door to door. Penurunan
penimbangan balita dari target kemungkinan dikarenakan masa pandemi Covid-19 yang
menyebabkan orang tua balita takut untuk memeriksakan anaknya seperti pada artikel yang
diberitakan oleh BBC pada februari 2021 bahwa salah satu kader posyandu mengakui bahwa tidak
semua ibu dan anak bisa terpantau saat kunjungan door-to-door.
Balita Stunting
Berdasarkan data dari program Balita Stunting pada muskesmas maradekaya, didapatkan
hasil pada tahun 2019 sebanyak 3% dari sedangkan pada tahun 2020 sebanyak 3,4%. Stunting
merupakan salah satu target Sustainable Development Goals (SDGs) yang termasuk pada tujuan
pembangunan berkelanjutan ke-2 yaitu menghilangkan kelaparan dan segala bentuk malnutrisi
pada tahun 2030 serta mencapai ketahanan pangan. Target yang ditetapkan adalah menurunkan
angka stunting hingga 40% pada tahun 2025. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
39 Tahun 2016 tentang Pedoman Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan
Keluarga, upaya yang dilakukan untuk menurunkan prevalensi stunting pada balita yaitu;
Pemantauan pertumbuhan balita
Menyelenggarakan kegiatan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) untuk balita
Menyelenggarakan stimulasi dini perkembangan anak
Memberikan pelayanan kesehatan yang optimal.
Keseriusan Pemerintah Sulsel dalam menekan angka stunting dibuktikan dengan penurunan
persentase stunting dari tahun 2013-2019. Pada 2013, angka stunting di Sulsel mencapai 35,49
persen. Angka tersebut menurun 5,1 persen di tahun 2019 dengan persentase 30,6 persen. Tetapi
dengan adanya Covid-19, terkait dengan pencegahan stunting, dampak COVID-19 yang paling
terasa karena tidak dapat dilakukan pemantauan pada bayi, balita dan ibu hamil. Terhentinya
kegiatan di puskesmas dan posyandu berarti terhenti juga pencatatan status gizi bayi dan balita
yang dikhawatirkan akan bertambah selama pandemi COVID-19.
Pemberian kapsul vitamin A merah pada puskesmas maradekaya mengalamai peningkatan, pada
tahun 2019 target pencapaian sebanyak 92,2% dan tahun 2020 sebanyak 93,1%. Sedangkan
pemberian kapsul vitamin A biru stagnan dengan pencapaian pada tahun 2019 dan 2020 sebesar
100%. Pada masa pandemi COVID-19, vitamin A merupakan hal yang penting untuk
meningkatkan imunitas tubuh, Vitamin A harus dipastikan tetap diberikan dan dikonsumsi balita
2 kali dalam setahun dibulan Vitamin A (Februari dan Agustus).
Anjuran dari Pedoman dari Kementrian Kesehatan RI, Pelayanan imunisasi, vitamin A
dilakukan di fasilitas kesehatan dengan janji temu, dan Membatasi jenis pelayanan Kesehatan
dengan Pemberian Vitamin A pada bulan Februari dan Agustus yaitu untuk umur 6 – 11 bulan : 1
kapsul 100.000 IU (biru) dan umur 12 – 59 bulan : 1 kapsul 200.000 IU (merah).
Pada masa pandemic covid 19, anemia sangat berpotensi untuk menurunkan daya tahan tubuh dan
berisiko terkena infeksi. Dengan demikian remaja putri harus diberikan tablet tambah darah untuk
dikonsumsi upaya peningkatan daya tahan tubuh. Pemberian TTD di puskesmas maradekaya
dilakukan oleh kader yang melakukan kunjungan door to door pada rumah remaja putri di wilayah
kerja puskesmas maradekaya. (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2020).
Agrina, Erika, Hasneli, Y. 2020. Peningkatan Peran Kelompok Pendukung Gizi Balita
Dimasyarakat Di Masa Pandemi COVID-19. Unri Conference Series. Vol 2. P403
Anugerah, Pijar (2021). 'Ibu-ibu takut memeriksakan anaknya' - Dampak pandemi pada
Posyandu dan generasi masa depan. BBC News Indonesia.
Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan (2019). Laporan Kinerja (Lkj) Organisasi
Perangkat Daerah Tahun 2019.
Gustina E. 2019. Gizi Seimbang, Prestasi Gemilang. Kementerian Kesehatan RI: Warta
Kesmas Edisi 01 hal. 5.
Hartini D, Sartono A, Mufnaetty. (2019). Kualitas dan cara Pengelolaan Garam Iodium
Keluarga. Jurnal Gizi. Vol 8 (1). P19.
Chahyanto, B.A., Purba, D.D., et.all. 2017. Penggunaan Garam Beriodium Tingkat Rumah
Tangga di Kecamatan Sibolga Utara. Sibolga: Dinas Kesehatan Kota Sibolga
Irianti S, Sahiroh. (2019). Gambaran Faktor KOnsumsi Tablet Tambah Darah Pada
Remaja Putri. Jurnal Ilmiah Kebidanan. Vol 6 (2). P93
Sugihantono A. 2016. Upaya Peningkatan Kesehatan dan Gizi dengan Fokus pada Periode
1000 HPK. Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Seminar PDGMI. P28.
Sutarjo, Untung S., Budijanto, Didik (2018). Situasi Balita (Pendek) Stunting di Indonesia.
Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan. Kementerian Kesehatan RI.
Soewondo , P. dkk. 2020. Potret Adaptasi dan Inovasi Layanan Gizi Masa Pandemi COVID-
19 : Studi Kaisus di 8 Kabupaten/Kota di Indonesia. Prosiding Forum IlmiahTahunan
IAKMI. P2.
Putri A, Mahmudiono T. (2019). Efektivitas Pemberian Makanan Tambahan (PMT)
Pemulihan Pada Status Gizi Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Simomulyo, Sidoarjo.
P58