Anda di halaman 1dari 8

Essai Individu Hari : Senin

MK. PGM Tanggal : 4 Maret


2024

PROGRAM TABLET TAMBAH DARAH REMAJA PUTRI


DI KOTA PEKANBARU TAHUN 2019

Penyusun :
Tria Latifah Hani
P032213411119
2C Gizi

Dosen Pengajar:
Dewi Erowati, S.Gz.,M.P.H.

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES RIAU
JURUSAN GIZI
2024

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia tengah berhadapan dengan masalah gizi yang berat. Indonesia memiliki
tiga beban masalah gizi (triple burden) yaitu gizi kurang yang berisiko pada kejadian
stunting dan wasting, gizi lebih yang meningkatkan risiko obesitas dan meningkatkan
kerentanan terhadap penyakit tidak menular, dan tingginya kekurangan zat gizi mikro
yang kemudian dapat meningkatkan risiko terjadinya anemia.
Anemia merupakan suatu keadaan rendahnya kadar hemoglobin (Hb) dalam darah.
Beberapa penelitian menjelaskan kejadian anemia disebabkan oleh beberapa faktor,
namun faktor yang paling sering terjadi aalah akibat kekurangan zat gizi mikro yaitu zat
besi. Salah satu kelompok usia yang rentan mengalami anemia adalah remaja dan
khususnya remaja putri yang kemudian dapat menyebabkan daya tahan tubuh menurun
dan menurunkan prestasi belajar serta produktivitas kerja.
Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), prevalensi kejadian
anemia di dunia mencapai 40-88% dan kejadian anemia paling tinggi terjadi di Asia
Selatan serta Afrika Tengah. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar dari tahun 2007
sampai 2018, prevalensi kejadian anemia mengalami peningkatan dari 18,4% menjadi
32% pada usia 15- 24 tahun. Masalah gizi yang terjadi pada usia remaja akan
mempengaruhi status kesehatan saar dewasa serta berisiko melahirkan generasi yang turut
bermasalah pada gizi.
WHO merekomendasikan pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) melalui Program
Penanggulangan Anemia Gizi Besi (PPAGB) sebagai salah satu bentuk upaya. Program
tersebut merupakan program yang ditetapkan untuk diberikan kepada kelompok ibu hamil
dan remaja putri. Pada tahun 2014, Kementerian Kesehatan mengeluarkan peraturan yang
kemudian ditindatklanjuti dengan dikeluarkannya surat edaran Direktur Jenderal
Kesehatan Masyarakat Nomor HK.03.03/V/0595/2016 tentang pemberian TTD pada
remaja putri dan Wanita Usia Subur. Berdasarkan hal tersebut, pada peringatan Hari Gizi
Nasional tahun 2021, Kementerian Kesehatan mengusung tema “Remaja Sehat, Bebas
Anemia” sebagai momentum untuk meningkatkan komitmen dalam membangun
kesehatan dan gizi menuju bangsa yang sehat dan berprestasi.

1.2 Tujuan
1.2.1 Sebagai upaya penanggulangan anemia berdasarkan rekomendasi WHO.
1.2.2 Menurunkan kejadian anemia pada remaja putri dan meningkatkan kepatuhan
konsumsi TTD.
1.3 Sasaran Program
Remaja putri
2

TAHAPAN PENYELENGGARAAN PROGRAM

2.1 Perencanaan
Pelaksanaan program penanggulangan anemia melalui program TTD berlandaskan
kepada kemitraan dan pendekatan keluarga. Hal ini berkaitan dengan upaya dari berbagai
sektor selain sektor kesehatan dan mengimplementasikan pemberdayaan masyarakat.
Pemerintah menetapkan dosis pemberian TTD pada remaja putri adalah 1 tablet setiap
minggunya sepanjang tahun. Pencegahan kejadian anemia dapat dilakukan dengan adanya
pemberian TTD ini dimana sasarannya adalah anak usia sekolah dengan tingkatan Sekolah
Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA).
Penelitian Diana menyatakan bahwa pemerintah Indonesia melakukan intensifikasi
program pencegahan dan penanggulangan anemia pada remaja putri dan wanita usia subur
(WUS) dengan memprioritaskan pemberian TTD 1 tablet setiap minggu untuk mengurangi
50% prevalensi anemia pada remaja putri dan WUS di tahun 2025.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi Riau dari tahun
2015-2017 mengalami peningkatan menjadi 27% 10. Provinsi Riau sendiri memulai program
pemberian tablet tambah darah remaja putri pada tahun 2018. Berdasarkan data dari Dinas
Kesehatan Provinsi Riau bahwa cakupan remaja putri yang mendapat TTD di tahun 2018
sebesar 13,57% dan cakupan remaja putri yang mendapat TTD di 2019 sebesar 18,07% 11.
Target pencapaian ini mengacu pada harapan target RPJMN 2015-2019 dimana untuk
pelayanan kesehatan remaja pada tahun 2018 sebesar 20% dan tahun 2019 sebesar 25%.
Dilihat dari pencapaiannya, Provinsi Riau belum mencapai target harapan untuk program
TTD Rematri. Rendahnya angka capaian ini dikarenakan belum semua wilayah kabupaten
dan kota di Provinsi Riau yang maksimal dalam menjalankan program TTD Rematri ini, dan
juga belum semua dari puskesmas menyanggupi untuk menjalankan program ini dikarenakan
masih kurangnya tenaga kesehatan gizi dan masih sulitnya menjalin kerjasama lintas sektor
dan juga kepada pihak sekolah.

2.2 Persiapan dan Pelaksanaan Program


Pemberian Tablet Tambah Darah pada Remaja Putri dan Wanita Usia Subur di
distribusikan oleh Dinas Kesehatan Provinsi melakukan distribusi Tablet Tambah Darah ke
Dinas Kesehatan di Kabupaten/Kota, kemudian Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
mendistribusikan TTD ini ke Puskesmas dan Puskesmas meneruskan distribusi ke sekolah
melalui kegiatan UKS/M. Berdasarkan Surat Edaran Walikota Pekanbaru No.440/DINKES-
KESMAS/1926/2019 tentang Dukungan Pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) pada
Remaja Putri di Sekolah disebutkan bahwa tenaga pelaksana dalam program tablet tambah
darah ini adalah tenaga pelaksana di lapangan yaitu tenaga gizi puskesmas dan Pembina
Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) dibantu perwakilan siswi (OSIS,PMR, Kader Kesehatan
Remaja) yang ada di sekolah.
Sumber daya manusia dalam pelaksanaan program tablet tambah darah di Kota
Pekanbaru dapat dikatakan memenuhi dengan satu orang tenaga gizi di setiap bidangnya.
Namun, sebagian besar tenaga gizi berharap untuk adanya penambahan sumber daya manusia
untuk pelaksanaan program TTD ini agar semakin optimal.
Pelaksanaan program tablet tambah darah di Kota Pekanbaru sudah sesuai dengan
pemberian pada remaja usia 12 hingga 18 tahun yang berada pada tingkat pendidikan kelas 1
Sekolah Menengah Pertama (SMP) hingga kelas 3 Sekolah Menengah Atas (SMA). Untuk
pemberian TTD sepanjang tahun masih menjadi kendala di Kota Pekanbaru, karena
pelaksanaan di Kota Pekanbaru hanya baru berjalan 8 bulan dari 12 bulan sepanjang tahun
dimulai dari bulan Februari atau Maret dan selesai di bulan September atau bulan Oktober.
Tablet tambah darah diberikan kepada remaja putri dengan usia 12-18 tahun di
sekolah sebanyak 1 tablet setiap minggu sepanjang tahun. Pemberian tablet tambah darah
pada remaja putri di sekolah dapat dilakukan dengan menentukan hari minum TTD bersama
setiap minggunya sesuai kesepakatan masing-masing sekolah.
Kemudian untuk langkah-langkah dalam pelaksanaannya adalah sebagai berikut :
a. Dinas Kesehatan Provinsi dan Kota melakukan pemantauan ketersediaan TTD di
instalasi farmasi.
b. Dinas Kesehatan Provinsi melakukan distribusi TTD ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota
c. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota mendistribusikan ke Puskesmas
d. Puskesmas melakukan distribusi ke sekolah dan secara bertahap melakukan
pemeriksaan Hb dan sebagai bagian dari kegiatan penjaringan kesehatan anak sekolah
di wilayahnya
e. Tim pelaksana UKS/M melakukan pemantauan kepatuhan remaja putri yang
mengkonsumsi TTD dan memberikan laporan secara berjenjang atas kegiatan yang
dilaksanakan dengar prosedur yang berlaku.
f. Dinas Pendidikan dan Kantor Kementerian Agama Kota Pekanbaru agar dapat
mensosialisasikan program pemberian TTD kepada remaja putri di institusi pendidik
se Kota Pekanbaru.
Pelaksanaan pendistribusian tablet tambah darah di Kota Pekanbaru dilakukan dengan
cara blanket approach yang dibagikan oleh tim setiap bulannya sebanyak 4 tablet per siswi
dengan jumlah minum tablet TTD sebanyak 1 tablet untuk 1 minggu. Hal ini sejalan dengan
penelitian Hasanah yang melakukan pendistribusian dengan pendekatan blanket approach.
Pendistribusian dilakukan berjenjang dari Dinas Kesehatan Provinsi, kemudian melalui Dinas
Kesehatan Kota yang mendistribusikan tablet tambah darahnya ke Puskesmas dan Puskesmas
mendistribusikan ke sekolah-sekolah. Dalam pelaksanaannya, pihak pelaksana seperti
Puskesmas di Kota Pekanbaru belum melakukan pemeriksaan kadar Hb sebelum pemberian
tablet tambah darahnya. Hal ini dikarenakan belum adanya tersedia alat pengukuran kadar Hb
sehingga pengukuran tidak dapat dilakukan. Pihak pelaksana yaitu puskesmas menyatakan
melakukan sosialisasi sebelum pemberian tablet tambah darah, namun dari pihak penerima
yaitu remaja putri mengatakan bahwa sebagian besar puskesmas tidak melakukan sosialisasi
secara detail sehingga informasi mengenai tablet tambah darah ini tidak tersampaikan dengan
baik kepada remaja putri.

2.3 Pencatatan dan Pelaporan


Pemantauan merupakan kegiatan untuk memonitor pendistribusian TTD. Pencatatan
dan pelaporan kemudian pembinaan lapangan dilakukan pada tahapan ini. Pembina UKS
didapatkan belum secara rutin melakukan pemantauan dan mengingatkan peserta didik remaja
putri terhadap konsumsi TTD. Proses pemantauan yang dilakukan masih kurang efektif
karena proses pencatatan dilakukan tidak dengan ketat sehingga memungkinkan remaja putri
tidak jujur dalam mengonsumsi TTD yang diberikan.
Berdasarkan hasil telaah dokumen dari dari Pedoman Pencegahan dan
Penanggulangan Anemia pada Remaja Putri dan Wanita Usia Subur didapatkan bahwa pada
tahap pencatatan remaja putri akan melakukan pencatatan melalui Usaha Kesehatan Sekolah
(UKS). Pencatatan dilakukan oleh tim pelaksana UKS di sekolah sesuai dengan tugas
tambahan. Pemberian TTD ini dicatat pada Kartu Suplementasi Gizi dan Buku Rapor
Kesehatanku. Dalam pelaksanannya masih banyak remaja putri yang belum rutin mencatat
konsumsi tablet tambah darahnya dan hal tersebut tidak ditinjau kembali oleh Pembina UKS.
Dan juga seringkali pencatatan ini tidak lengkap atau tidak sesuai dengan yang
dipedomankan. Hal ini sejalan dengan penelitian Fitriana yang menyatakan bahwa pencatatan
dan pelaporan TTD dilaksanakan setiap bulannya dan dilaporkan kepada tim administrasi
manajemen dan Dinas Kesehatan Kota.
Pada program Pencegahan dan Penanggulangan Anemia pada Remaja Putri dan
Wanita Usia Subur didapatkan bahwa pada tahap pelaporan, rekapitulasi pencatatan di
sekolah akan dilaporkan ke puskesmas dan puskesmas akan melaporkan ke Dinas Kesehatan.
Frekuensi pelaporan untuk semua tingkatan dilakukan setiap 3 bulan sekali. Hal ini sesuai
dengan yang didapatkan, dimana mulai dari tingkatan sekolah melaporkan hasil
rekapitulasinya setiap bulannya kepada puskesmas. Kemudian puskesmas juga melaporkan
rekapitulasi setiap bulannya kepada Dinas Kesehatan Kota. Untuk tingkatan Dinas Kesehatan
Kota kepada Dinas Kesehatan Provinsi dilakukan per tiga bulan. Pelaporan yang dilaporkan
hanya berupa nama remaja putri dan jumlah dia mengkonsumsi tablet tambah darah selama 1
bulan.
Pada tahap proses dari Program Tablet Tambah Darah Remaja Putri di Kota
Pekanbaru masih terdapat beberapa hambatan dan ketidaksesuaian dengan pedoman dan
peraturan dari telaah dokumen seperti pengadaan tablet yang terlambat sehingga
menyebabkan pada saat didistribusikan expired date sudah dekat dan terjadi penumpukan
tablet, masih adanya ketidaktepatan dan ketidaksesuaian pencatatan dan pelaporan dari
sekolah, masih kurangnya koordinasi lintas sektor dan pemantauan pelaksanaan program dan
masih banyaknya remaja putri yang tidak mau mengonsumsi tablet tambah darah ini dengan
alasan tidak suka minum obat dan merasa tidak butuh untuk konsumsi tablet tambah darah.
DAFTAR PUSTAKA

Maulida, F., Setiarini, A., Alhamda, S., Kesehatan, F. I., Gizi, S., Mohammad, U., & Bukittinggi, N. (2023).
Nomor 2 Halaman 75-81 Juli. 4, 2797–5894. https://doi.org/10.37887/jgki.v2i4

Anda mungkin juga menyukai