PPG Program Individu
PPG Program Individu
Disusun oleh:
NIM 8882200025
FAKULTAS KEDOKTERAN
2021
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan jasmani dan
rohani sehingga kita masih diberi kesehatan dan dapat melakukan aktivitas sehari-hari. Sholawat
serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada bimbingan Rasulullah SAW yang telah
membimbing umatnya dari kehidupan jahiliyah hingga jalan yang terang-benderang ini.
Tugas ini ditujukan untuk memenuhi tugas harian mata kuliah Perencanaan Pangan dan
Gizi, dan juga saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ratu Diah Koerniawati S.Gz., M.Si.,
selaku dosen mata kuliah Perencanaan Pangan dan Gizi. Saya menyadari bahwa makalah ini masih
banyak kekurangannya, baik dalam isi maupun sistematikanya. Hal ini disebabkan oleh
keterbatasan pengetahuan dan wawasan. Oleh karena itu, saya berharap kepada pembaca
memberikan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk menyempurnakan makalah ini.
Akhir kata, saya mengharapkan semoga makalah ini dapat memberikan manfaat khususnya
bagi saya dan umumnya bagi pembaca.
Penulis
PROGRAM UPAYA PERBAIKAN GIZI
Anemia sendiri menurut WHO (dikutip dari Nurbadriyah 2019) adalah suatu
kondisi dimana jumlah sel darah merah yang befungsi untuk membawa oksigen mengalami
penurunan untuk memenuhi kebutuhan fisiologis tubuh. Kebutuhan fisiologis spesifik
bervariari pada manusia dan bergantung pada usia jenis kelamin, kebiasaan merokok, dan
tahap kehamilan.
Data Dinas Kesehatan Provinsi Banten (dikutip dari Damayanti, dkk 2021)
populasi remaja pada umur 10-14 tahun sebanyak 1,068,424 juta jiwa dan umur 15-19
tahun sebanyak 1,011,938 juta jiwa. Berdasarkan data tersebut, kasus anemia masih banyak
terjadi khususnya di Provinsi Banten. Anemia sendiri merupakan masalah gizi yang banyak
terjadi pada wanita, dan salah satu golongan paling rawan yang mengalami anemia adalah
remaja perempuan, dimana menurut WHO, usia remaja berada di rentang usia 10-19 tahun,
sedangkan menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014, remaja adalah
penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun.
Anemia pada remaja putri di Indonesia mengalami peningkatan yaitu dari 37.1%
pada Riskesdas 2013 menjadi 48.9% pada Riskesdas 2018. Berdasarkan data tersebut,
kasus anemia masih terus meningkat bahkan naik lebih dari 10%, hal tersebut menunjukkan
urgensi pentingnya untuk segera mengatasi masalah anemia ini.
Berdasarkan Riset Kominfo dan UNICEF Mengenai Perilaku Anak dan Remaja
dalam Menggunakan Internet, didapatkan kesimpulan bahwa penggunaan media sosial dan
digital menjadi bagian yang menyatu dalam kehidupan sehari-hari anak muda Indonesia.
Studi ini menemukan bahwa 98% dari anak-anak dan remaja yang disurvei tahu tentang
internet dan bahwa 79,5% diantaranya adalah pengguna internet.
Maka dari itu, dibuatlah program Remaja Putri Sehat Anti Anemia (RETRISETIA)
dalam bentuk aplikasi yang dimana isinya mengenai informasi-informasi penting bagi
remaja perempuan mengenai bahayanya penyakit anemia ini, dan tidak lupa juga aplikasi
ini memberikan pengingat waktu kapan remaja perempuan harus minum TTD yang dimana
Pemerintah akan memfasilitasi pengiriman TTD dengan aplikasi ini ke setiap pengguna
aplikasi yaitu remaja perempuan.
2. Tujuan
3. Program
Remaja Putri Sehat Anti Anemia (RETRISETIA) merupakan suatu program yang
berbasis internet atau aplikasi yang bisa diakses dimana saja dan kapan saja, yang ditujukan
bagi remaja putri yang berisikan mengenai informasi penting mengenai anemia yang
disajikan dalam bentuk komik atau media infografis lainnya yang menarik peminat
pembaca, penjadwalan kapan minum TTD yang tepat, dan juga fasilitas dalam kemudahan
akses untuk menerima TTD dari Pemerintah yang dikirimkan secara langsung ke rumah
masing-masing remaja putri atau pengguna aplikasi, serta terdapat hasil laporan remaja
putri melalui catatan kepatuhan minum TTD dalam bentuk buku online kepatuhan minum
TTD dalam aplikasi. Dimana nanti aplikasi RETRISETIA ini akan tersedia di berbagai
platform perangkat seperti Playstore dan App Store, sehingga memudahkan pengguna
khususnya remaja putri dalam mengakses aplikasi ini. Kemudian, sasaran utama yang
ditargetkan dalam keberhasilan program aplikasi RETRISETIA ini yaitu di SMP, SMA,
MTS, Pesantren, dan tempat pendidikan lainnya yang dimana terdapat remaja putri.
Dengan sasaran yang lebih khusus ini akan memudahkan promosi program aplikasi
RETRISETIA dan juga pemantauan, serta evaluasi. Pada aplikasi RETRISETIA ini juga
karena sasarannya pada remaja putri yang ada di sekolah-sekolah, maka pihak
penyelenggara aplikasi ini akan bekerja sama dengan pihak kesehatan sekolah dan juga
orang tua dari masing-masing remaja putri itu sendiri. Tak lupa juga, perencanaan program
aplikasi RETRISETIA ini akan berada langsung di bawah kewenangan dari Kementerian
Kesehatan RI, sehingga dengan melibatkan pihak Pemerintah, pihak sasaran pun akan
semakin percaya dan mendukung berjalannya program aplikasi RETRISETIA ini.
4. Strategi
5. Cara Monitoring : Setelah ketiga strategi tersebut berjalan kemudian, selama proses
berjalannya aplikasi RETRISETIA selama 6 bulan, maka dilakukan juga monitoring
atau pemantauan selama 2 bulan sekali, baik pemantauan mengenai kadar hb dan
kondisi remaja putri dan juga akan dilakukan test mengenai pengetahuan tentang
anemia. Pemeriksaan kondisi kadar hb, dan test pengetahuan akan dilakukan secara
offline di sekolah masing-masing dengan prokes yang ketat, karena mengingat untuk
menghindari proses penyebaran covid-19. Pemeriksaan kadar hb dan test pengetahuan
akan dimonitoring oleh pihak kesehatan dan guru di sekolah, sedangkan peran orang
tua terhadap berjalannya aplikasi RETRISETIA ini yaitu pemantauan peminuman TTD
oleh remaja putrinya di rumah masing-masing, dengan menggunakan akses khusus
orang tua di aplikasi RETRISETIA apabila anak mendapat jadwal minum dan
kemudian anak minum lalu dipantau juga dilihat oleh orang tua maka orang tua pun
akan mencentang bagian penjadwalan minum anak, sehingga dapat diketahui remaja
perempuannya benar-benar sudah minum TTD yang telah diterima.
● Bisa saja apabila remaja putri atau pengguna aplikasi berbohong bahwa ia
sudah mengonsumsi TTDnya, walaupun memang akan terpantau oleh orang
tua, ada juga anaknya bisa memanipulasi akses khusus orang tua
● Ada juga orang tua nya yang kekeuh seperti tidak percaya mengenai
konsumsi TTD ini karena pengetahuannya masih kurang
● Kemudian, kendala pada pengiriman TTD ke rumah pengguna aplikasi,
sehingga remaja putri atau pengguna aplikasi RETRISETIA tidak
menerima TTD atau terlambat sehingga dapat memengaruhi jadwal
peminuman obat TTD
● Kemudian monitoring secara offline oleh pihak sekolah yang sulit karena
masih pandemi, sehingga bisa saja kegiatan monitoring secara offline ini
akan terhambat, walaupun pada test pengetahuan mengenai anemia bisa
dilaksanakan secara online, namun tetap saja tidak bisa memantau apakah
anaknya mengerjakan dengan jujur atau tidak.
DAFTAR PUSTAKA
Nurbadriyah, W. D. (2019). Anemia Defisiensi Besi. Jakarta : Deepublish
Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. Situasi Kesehatan Reproduksi Indonesia.
Jakarta Selatan : Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI.
Kasumawati, F., Holidah, H., & Novia, A. J. (2020). Hubungan Pengetahuan dan Sikap Remaja
Putri Serta Paparan Media informasi Terhadap Perilaku Pencegahan Anemia di SMA
Muhammadiyah 04 Kota Depok. Jurnal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, 04 (01). DOI:
http://dx.doi.org/10.52031/edj.v4i1.36
Damayanti, Y., Eneng E. S., & Febi, R. (2021). Gambaran Tingkat Pengetahuan Remaja Putri
Tentang Anemia di SMA Babus Salam Kota Tangerang. Nusantara Hasana Journal, 1(03), 48-
53.
Kominfo. (2014). Riset Kominfo dan UNICEF Mengenai Perilaku Anak dan Remaja Dalam
Menggunakan Internet. https://kominfo.go.id/content/detail/3834/siaran-pers-no-
17pihkominfo22014-tentang-riset-kominfo-dan-unicef-mengenai-perilaku-anak-dan-remaja-
dalam-menggunakan-internet/0/siaran_pers Diakses pada tanggal 27 November 2021.