Anda di halaman 1dari 9

PROJECT INOVASI “MBA-MIA” SOLUSI SCREENING DINI

ANEMIA BAGI REMAJA

"Ditujukan sebagai tugas dalam mata kuliah Keperawatan Komunitas Lanjut II”

Disusun Oleh:

Chandra Tri Wahyudi 1906337721

Ni Made Candra Citra Sari 1906338043

Nurma Zela Gustina 1906338075

Program Studi Magister Ilmu Keperawatan

Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

Semester Genap 2019/2020

Depok, Februari 2020


Masalah Kesehatan Remaja saat ini.
Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat global yang
memerlukan perhatian khusus. Pada tahun 2011, menurut WHO prevalensi anemia
pada wanita usia produktif antara 15-49 tahun secara global mencapai 29.4% (kadar
Hb <120 g/L wanita tidak hamil) dan mencapai 20.2% untuk severe anemia (<80 g/L
pada wanita tidak hamil) (WHO, 2015). Prevalensi anemia di Indonesia tidak begitu
jauh dengan angka prevalensi anemia global tersebut yaitu sebesar 21,7%. Di Indonesia
prevalensi kurang energi kronis pada wanita usia subur terjadi paling tinggi pada wanita
tidak hamil usia 15-19 tahun sebanyak 46.6% tahun 2013, kemudian tahun 2018 mulai
menurun diangka 36.3% (Riskesdas, 2018).
Anemia bukanlah suatu kondisi spesifik suatu penyakit melainkan suatu tanda dan
gejala adanya gangguan hematologi. Anemia merupakan kondisi dimana konsentrasi
haemoglobin lebih rendah dari nilai normal, hal tersebut merefleksikan jumlah sel
darah merah dalam sirkulasi yang lebih sedikit. Anemia terdiri dari beberapa jenis
tetapi dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu anemia dikarenakan hilangnya jumlah
sel darah merah, penurunan produksi sel darah merah dan terjadinya kerusakan pada
sel darah merah. Sel darah merah hilang bersama dengan terjadinya perdarahan yang
berasal dari saluran gastrointestinal, uterus, hidung maupun luka. Berkurangnya
produksi sel darah dapat disebabkan oleh berkurangnya jumlah iron, vitamin B12, dan
asam folat yang dibutuhkan dalam erythropoiesis, atau dapat juga terjadi dikarenakan
penekananan sum sum tulang yang disebabkan oleh tumor, obat-obatan maupun toxin.
Kerusakan pada sel darah merah terjadi karena hypersplenism atau karena sum-sum
tulang memproduksi sel darah yang abnormal (Smeltzer et al, 2009).
Anemia berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan, daya tahan terhadap
penyakit infeksi, aktivitas, konsentrasi dan kecerdasan serta daya tangkap. Beberapa
faktor yang berpengaruh terhadap tingginya remaja putri berisiko mengalami anemia
diantaranya yaitu buruknya kebiasaan makan (kurang mengonsumsi sayur, buah, dan
makanan yang mengandung protein dan zat besi), kurang kebiasaan sarapan, kurang
pengetahuan, kurang dukungan keluarga, dan kurangnya peran serta petugas kesehatan
(Akib & Sumarmi, 2017; Arisnawati & Zakiudin, 2018; Azzahroh & Rozalia, 2018;
Martini, 2015; Sari, Dardjito, & Anandari, 2016; Sriningrat, Yuliyatni, & Ani, 2019).
Sebagai calon ibu, kebutuhan zat besi remaja putri sebaiknya lebih banyak agar tidak
terjadi defisiensi sebelum hamil. Bila kebutuhan tersebut tidak terpenuhi, maka akan
berdampak pada kelahiran bayi antara lain lahir prematur, abnormal, berat badan lahir
rendah, bahkan kematian ibu.
Prevalensi kejadian anemia dan kurang energi kronis merupakan salah satu
masalah kesehatan masyarakat yang perlu mendapat perhatian khusus. Salah satu
sasaran pokok Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-
2019 adalah meningkatnya status kesehatan gizi dan anak. Sebagai penjabarannya,
Kementrian Kesehatan telah menyusun Rencana Strategis (Renstra) tahun 2015-2019,
tercantum di dalamnya sasaran Program Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak antara lain
meningkatnya ketersediaan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang bermutu
bagi seluruh masyarakat. Indikator pembinaan perbaikan gizi masyarakat salah satunya
adalah pemberian tablet tambah darah (TTD) bagi remaja putri dengan target sebesar
30% pada tahun 2019.
Kemenkes membuat program khusus untuk mengatasi masalah anemia khususnya
pada remaja. Intervensi Kemenkes dalam upaya perbaikan gizi dibagi menjadi
intervensi gizi spesifik dan intervensi gizi sensitif. Untuk intervensi gizi spesifik
dilakukan melalui pemberian tablet tambah darah (TTD) dan promosi serta suplemen
gizi makro dan mikro. Implementasi ini sesuai peraturan Menteri Kesehatan Nomor
88 tahun 2014 tentang standar tablet tambah darah bagi wanita usia subur dan ibu hamil
serta surat edaran Dirjen Kesehatan masyarakat Kemenkes RI Nomor
HK.03.03/V/0595/2016 tentang pemberian TTD. Hingga tahun 2018 sudah 76.2%
remaja putri mendapatkan tablet tambah darah. Selain dengan program TTD masih ada
beberapa intervensi lain yang dapat diimplementasikan kepada remaja putri. Intervensi
yang diberikan tergantung dari tingkat kebutuhan personal.
Dengan perkembangan teknologi Internet of Things (IoT) yang menawarkan
kemudahan bagi manusia dengan menghubungkan berbagai alat dan sistem yang dapat
digunakan sehari-hari seperti sensor, aplikasi, komputer dan telepon seluler, yang
kemudian dapat mendistribusikan sistem komunikasi intelegen dengan berbagai alat,
media dan disesuaikan dengan kebutuhan manusia (Majumder et al., 2017). Menurut
Thomson & Laing (2003), anak dan remaja memanfaatkan internet sebagai sumber
informasi utama dan mereka dapat lebih cepat mengadopsi teknologi internet lebih
cepat daripada orang tuanya, bahkan anak dan remaja merupakan ahli dalam
pemanfaatan teknologi hingga sanggup memengaruhi anggota keluarga lain untuk
memanfaatkan teknologi (Torkia, Fakhri, & Najeh, 2015). Maka pemanfaatan
teknologi IoT berupa aplikasi dapat menjadi sarana penyampaian informasi dan
intervensi mengenai anemia serta kurang energi kronis pada remaja. Melihat uraian
fenomena yang telah dijelaskan tersebut, maka kelompok mencetuskan ide/gagasan
untuk membuat website screening risiko anemia pada remaja dengan judul Mba-Mia
(Pemberantas Anemia). Gagasan ini merupakan inovasi teknologi website yang dapat
dikembangkan menjadi sebuah alat yang dapat dipergunakan untuk mendeteksi anemia
secara dini agar angka kejadian anemia pada remaja tidak meningkat.

Gap yang ada dalam masyarakat tekait program tersebut.

Upaya untuk mengantisipasi tingginya laju anemia pada remaja putri di Indonesia
yaitu dengan program screening sedari dini dengan tepat. Namun screening yang
sering dilakukan oleh tenaga kesehatan biasanya langsung pada pemeriksaan
Hemoglobin (Hb) di sekolah yang bermitra dengan UKS (Saimin, Hafizah, Wicaksono,
Ashaeryanto, & Jamaluddin, 2018). Screening langsung seperti ini dinilai kurang
menerapkan prinsip promotif dan preventif, karena sifatnya yang langsung penegakkan
diagnosis dan langsung ada upaya pemberian tablet Fe paska screening. Terlebih,
screening pemeriksaan kadar Hb tersebut tidak menjangkau seluruh remaja putri yang
ada dalam sistem komunitas. Sejatinya, Pemerintah RI sudah mengultimatum bahwa
di zaman milenial seperti sekarang, upaya kesehatan yang harus diperbanyak adalah
upaya-upaya yang bersifat promotif dan preventif, menyeluruh, dan menerapkan
inovasi teknologi tepat guna (Kementerian Sekretariat Negara RI, 2019).
Dari pembahasan-pembahasan di atas, jika disubstitusikan ke dalam konsep
“Aplikasi Screening Risiko Anemia pada Remaja Putri” yang kelompok usung maka
sebetulnya aplikasi ini yang diberi nama “mba-mia” sangat berpotensi membantu
upaya promotif dan preventif dalam promosi kesehatan. Aplikasi ini tidak hanya untuk
remaja putri yang sudah memiliki status riwayat anemia sebelumnya, namun juga dapat
membantu mengidentifikasi remaja putri lainnya di tatanan komunitas yang belum
terdeteksi. Perlu ditegaskan bahwa Aplikasi Screening Risiko Anemia bukan untuk
menegakkan diagnosa anemia (karena penegakkan diagnosa hanya melalui
pengambilan sampel darah) namun untuk memberikan gambaran dari perilaku remaja
putri sehari-hari apakah berisiko atau tidak mengalami anemia.
Berkaca pada perilaku tersebut, selesai screening jika seorang remaja putri tidak
berisiko setidaknya hasil yang akan muncul dapat bermanfaat sebagai obat kecemasan
serta saran untuk mempertahankan kehidupan sehatnya (tips akan muncul di akhir
screening bersamaan dengan munculnya hasil) sehingga inilah yang disebut sebagai
upaya promotifnya. Namun jika remaja putri itu terindikasi berisiko anemia (karena
hasil screening menunjukkan perilaku kesehatan cenderung buruk) maka akan muncul
tampilan rekomendasi tips hidup lebih sehat (edukasi) dan saran untuk segera ke
pelayanan kesehatan terdekat guna validasi dan pemeriksaan lebih lanjut agar
mencegah perburukan jika tidak segera ditangani (inilah yang disebut upaya preventif).
Diharapkan apapun hasilnya, remaja putri termotivasi untuk hidup lebih sehat agar
terhindar dari anemia. Di dalam upaya promotif dan preventif tersebut secara tidak
langsung juga menjadikan aplikasi ini sebagai Decision Support System bagi remaja
putri.
Demand, Supply, dan Market

Dalam hal ini demand dari inovasi kami adalah tingginya prevalensi kejadian
anemia pada remaja, kami berusaha untuk membantu pemerintah dalam menekan
angka kejadian ini dengan menciptakan alat untuk mendeteksi dini anemia. Supply
dalam inovasi ini adalah kami perawat komunitas akan membuat alat tersebut berbasis
aplikasi dan melatih para kader-kader UKS dan juga guru-guru yang berwenang agar
dapat menggunakan alat dan melakukan deteksi dini pada siswa-siswa di
sekolahnya.Selain guru dan kader kami sebagai perawat komunitas juga akan ikut
dalam deteksi anemia di sekolah-sekolah tersebut. Sasaran atau market dari inovasi
kami adalah sekolah-sekolah menengah atas dan siswa-siswi yang ada di dalamnya.
Skema Anggaran Berdasarkan Operasional, Investasi, dan Pengembangan

Pemasok anggaran

Anggaran dipakai
Pihak pemerintahan yang
terlibat: Pengalokasian dana: Optimalisasi pendayagunaan
1. Dinas Kesehatan  Bersumber pembiayaan perawat komunitas dan perawat
2. Dinas Pendidikan dan kesehatan remaja (Kemenkes UKS untuk pelaksanaan Program
Kebudayaan dan BKKBN-PIK Remaja) Pembasmi Anemia (Mba-Mia)
3. BKKBN – PIK Remaja

Anggaran dipakai
Pihak swasta yang terlibat:
1. Perusahaan penyedia alat
pemeriksaan hemoglobin  Penyediaan kebutuhan
2. Perusahaan perlengkapan pemeriksaan Hb dan alat
medis lainnya medis lainnya Pelaksanaan Program Mba Mia
3. Penyedia jasa information  Pembuatan program aplikasi
technology Output yang diharapkan
4. Penyuplai tablet Fe
Status anemia teratasi
Potensi pengembangan ke arah yang lebih luas:
1. Pengembangan aplikasi tidak hanya berfokus pada remaja di
sekolah  kerjasama dengan Posyandu Remaja
2. Menarik minat investor lain: pasar swalayan yang 1. Produktivitas remaja tidak
menyediakan bahan makanan mengandung Fe (zat besi).
terganggu
Investor tersebut dipromosikan melalui edukasi kesehatan
dalam media website atau konsultasi langsung.
2. Mencegah risiko buruk pada
kehamilan di kemudian hari
Pertimbangan biaya akomodasi
dan biaya terduga lainnya
Generasi berkualitas

Nilai ekonomi produktivitas


Penghematan anggaran pemerintah untuk mengatasi dampak anemia meningkat
Daftar Pustaka

Akib, A., & Sumarmi, S. (2017). Kebiasaan Makan Remaja Putri yang Berhubungan
dengan Anemia : Kajian Positive Deviance. Amerta Nutrition, 1(2), 105–116.
https://doi.org/10.20473/amnt.v1.i2.2017.105-116
Badan Pusat Statistik. (2018). Proyeksi Penduduk Indonesia 2015-2045. In
Subdirektorat Statistik Demografi BPS & Kementerian PPN/Bappenas (Eds.),
Badan Pusat Statistik. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI. (2018). Profil
Anak Indonesia 2018. Jakarta: Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak (KPPPA).
Kementerian Sekretariat Negara RI. (2019). Presiden Jokowi Tekankan Aspek
Promotif dan Preventif pada Penanganan Kesehatan. Retrieved December 6,
2019, from Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia website:
https://setneg.go.id/baca/index/presiden_jokowi_tekankan_aspek_promotif_dan
_preventif_pada_penanganan_kesehatan
Majumder, S., Aghayi, E., Noferesti, M., Memarzadeh-Tehran, H., Mondal, T., Pang,
Z., & Deen, M. J. (2017). Smart homes for elderly healthcare—Recent advances and
research challenges. Sensors (Switzerland), 17(11).
https://doi.org/10.3390/s17112496

Smeltzer, S.C., Bare, B.G., Hinkle, J.L., Cheever, K.H. (2009). Brunner & Suddarth’s
: Textbook of Medical-Surgical Nursing. Lippincott Williams & Wilkins.

Riset Kesehatan Dasar. 2018. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan


Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
Torkia, B., Fakhri, I., & Najeh, D. C. (2015). The Influence of Teenagers as Internet
Experts on Online Purchase, with Specific Reference to Booking of Tourist
Nights. IUP Journal of Marketing Management, 14(3), 38–55. Retrieved from
http://search.ebscohost.com/login.aspx?direct=true&db=buh&AN=108934929&
lang=es&site=ehost-live

World Health Organization. (2015). The Global Prevalence of Anemia in 2011. Geneva
: WHO

Anda mungkin juga menyukai