Disusun oleh :
A. Latar belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia tertinggi bila dibandingkan
dengan Negara ASEAN lainnya. Perempuan yang meninggal karena
komplikasi selama kehamilan dan persalinan mengalami penurunan pada
tahun 2013 sebesar 289.000 orang. Target penurunan angka kematian ibu
sebesar 75% antara tahun 1990 dan 2015 (WHO, 2015). Jika perempuan
mengalami anemia akan sangat berbahaya pada waktu hamil dan melahirkan.
Perempuan yang menderita anemia akan berpotensi melahirkan bayi dengan
berat badan rendah (kurang dari 2,5 kg). Selain itu, anemia dapat
mengakibatkan kematian baik pada ibu maupun bayi pada waktu proses
persalinan (Rajab, 2009).
Berdasarkan hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI)
pada tahun 2015, AKI di Indonesia mengalami kenaikan dari 228 pada tahun
2007 menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015. (Kemenkes,
2015). Jumlah kasus kematian ibu di Provinsi Jawa Tengah pada tahun
2017 sebanyak 475 kasus, mengalami penurunan dibandingkan jumlah kasus
kematian ibu tahun 2016 yang sebanyak 602 kasus (Dinkes Jateng, 2017)
Jumlah kematian ibu di Sukoharjo pada tahun 2018 sebanyak 4 kasus,
mengalami peningkatan pada tahun 2019 yaitu sebanyak 4 kasus (data primer,
2019). Jumlah kematian ibu di Puskesmas Gatak pada tahun 2018 sebanyak 0
kasus, mengalami peningkatan pada tahun 2019 yaitu sebanyak 3 kasus (data
primer, 2018).
Anemia merupakan salah satu faktor penyebab tidak langsung
kematian ibu hamil. Jika perempuan mengalami anemia akan sangat
berbahaya pada waktu hamil dan melahirkan. Perempuan yang menderita
anemia akan berpotensi melahirkan bayi dengan berat badan rendah (kurang
dari 2,5 kg). Selain itu, anemia dapat mengakibatkan kematian baik pada ibu
maupun bayi pada waktu proses persalinan (Rajab, 2009).
Data hasil Riskesdas tahun 2013, prevalensi anemia di Indonesia yaitu
21,7% dengan penderita anemia berumur 5-14 tahun sebesar 26,4% dan
18,4% penderita berumur 15-24 tahun (Kemenkes RI, 2014). Data Survei
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2012 menyatakan bahwa prevalensi
anemia pada balita sebesar 40,5%, ibu hamil sebesar 50,5%, ibu nifas sebesar
45,1%, remaja putri usia 10-18 tahun sebesar 57,1% dan usia 19-45 tahun
sebesar 39,5%. Wanita mempunyai risiko terkena anemia paling tinggi
terutama pada remaja putri (Kemenkes RI, 2013).
Angka kejadian anemia di Jawa Tengah pada tahun 2013 mencapai
57,1%. Anemia pada remaja putri di Kabupaten Sukoharjo masih merupakan
masalah kesehatan masyarakat karena prevalensinya lebih dari 15%, Wanita
Usia Subur (WUS) sebesar 39,5%, pada ibu hamil sebesar 43,5% (Dinkes
Prov. Jateng, 2014).
Salah satu peyebab teradinya anemia yaitu dikarenakan kurangnya
asupan gizi pada remaja. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), Bappenas
dan UNFPA tahun 2010, sebagian dari 63 juta jiwa remaja di indonesia rentan
berperilaku tidak sehat. Dampak yang terjadi akibat kurangnya pengelolaan
kesehatan masalah remaja seperti adanya kegagalan dalam proses pengenalan
diri, kurangnya aktivitas fisik serta kurangya asupan gizi dikarenakan adanya
pola diet, kurangya konsumsi gizi seimbang serta mengkonsumsi makanan
berpenyedap maka akan meningkatkan resiko anemia dan Kekurangan Energi
Kronik (KEK pada remaja ). Dengan adanya edukasi kesehatan secara dini
pada remaja dapat megurangi resiko anemia dan KEK yang merupakan salah
satu faktor penyebab kematian ibu di Indonesia.
Studi Diet Total (SDT) 2014 mendata tingkat kecukupan energi pada
kelompok umur 13-18 tahun adalah sebesar 72,3 % dengan proporsi yang
mengkosumsi <70% Angka Kecukupan Energi (AKE) sebesar 52,5% dengan
kesimpulan tingkat kecukupan energi remaja Indonesia berdasarkan AKE
adalah kurang
Untuk menghasilkan kehamilan yang sehat perlu persiapan sejak usia
remaja, status gizi remaja harus sehat dan baik sehingga saat wanita
menginjak usia 20 tahun kebutuhan gizinya sudah mendukung untuk
kehamilan.
Berdasarkan keterangan diatas maka mahasiswa tertarik untuk
megembangkan inovasi Gerakan Bersama Atasi Kesehatan Remaja
(GEBRAK REMAJA) untuk meningkatkan kesehatan remaja, serta
mencegah anemia dan KEK pada remaja dengan tujuan untuk mengurangi
Angka Kematian Ibu (AKI).
Inovasi GEBRAK REMAJA merupakan salah satu pengembangan
program Puskesmas Gatak yaitu DASIAT (Pemuda Siaga Sehat). Strategi ini
bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman sejak dini
dimulai dari remaja. Pengetahuan ini tentang pentingnya kesehatan remaja.
Cara yang digunakan adalah meningkatkan kualitas promotif dan deteksi dini.
Inovasi ini mendorong setiap remaja mengetahui bahwa kesehatan remaja itu
penting untuk menunjang kehamilan di kemudian hari setelah menikah.
Selain itu remaja juga paham dengan kesehatan dirinya, sehingga dapat lebih
perduli dengan dirinya sendiri.
Pelaksana
Ketua Pelaksana : Dinda Mega Annisa
Wakil Ketua Pelaksana : Oktavia Nur Ilmi
Sekretaris : Aisa Karima
Bendahara : Zahra Ainul Shahifah
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
BAB III
TINJAUAN INOVASI DAN PEMBAHASAN
2) Pengeluaran
a) Kesekretariatan (Perbanyak leaflet, dll) Rp. 100.000,00
b) Perlengkapan
Stik Hb 2 kotak Rp. 250.000,00
Lancet Rp. 15.000,00
Kapas Rp. 4.000,00
Tempat kapas Rp. 4.000,00
c) Sie Konsumsi
Peserta @8500 x 35 Rp. 297.500,00
Pembicara @8500 x 5 Rp. 42.500,00
d) Dana lain-lain Rp. 287.000,00 +
Total Pengeluaran Rp. 1.000.000,00
d) Penyuluhan Remaja
Pemberian penyuluhan ini dilakukan untuk
memberikan informasi mengenai kesehatan remaja
terutama masalah anemia dan KEK agar remaja
tersebut mengetahui dan mampu untuk melakukan
pencegahan dini.
e) Post Test
Mengevaluasi sejauh mana remaja tersebut paham atas
materi yang telah disampaikan.
2) Tahap Evaluasi
Evaluasi kegiatan dilakukan secara bertahap dan berkala.
Hasil kegiatan akan diukur dengan indikator proses dan
indikator keberhasilan yang telah ditentukan.
3) Tahap Follow Up
Tahap follow up ini dilakukan sesuai dengan evaluasi yang
dihasilkan. Follow up dalam kegiatan ini dengan pembetukan
TIM DASIAT untuk melakukan rencana tindak lanjut berupa
menggerakkan TIM DASIAT sebagai pelopor penggerak
kegiatan Gebrak Remaja kedepannya untuk memutus rantai
anemia dan KEK di kalangan remaja. Contohnya dengan
melakukan 1 kegiatan di desa dengan memfasilitasi TIM
DASIAT sebagai pembicara atau penyuluh kesehatan dalam
kegiatan itu.
d. Materials (Bahan)
Bahan-bahan yang digunakan untuk menujang kegiatan ini antara
lain :
1) Leaflet Anemia
2) Leaflet Gizi Seimbag
3) Leaflet KEK
4) Materi Anemia da KEK dalam bentuk power point
5) Kartu GEBRAK REMAJA
6) Tablet Fe
e. Machines (Fasilitas/Alat)
1) Alat Cek Hb
2) Stick Hb
3) Lancet
4) LILA
5) Timbangan
6) Stetoskop
7) Spyghmomanometer
8) LCD
9) Proyektor
BAB IV
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
1. Memotivasi pembentukan sikap peduli dan sikap aktif terhadap
kesehatan remaja
2. Menghindari penyakit yang tidak diharapkan
3. Terciptanya remaja sehat dengan melakukan deteksi secara dini untuk
mempersiapkan kehamilan yang sehat sehingga dapat menurunkan AKI
(Angka Kematian Ibu)
4. Terciptaya pelopor yang diharapkan dapat menjadi penggerak kegiatan
Gebrak Remaja kedepannya untuk memutus rantai anemia dan KEK di
kalangan remaja sehingga dapat mempersiapkan kehamilan yag sehat dan
menurunkan AKI (Angka Kematian Ibu)
B. Rekomendasi
Diharapkan dari pihak puskesmas dapat memfasilitasi kegiatan tim
dasiat dalam pemenuhan perbaharuan ilmu, sehingga GEBRAK REMAJA
dapat berlangsung dan memberikan manfaat dalam jangka panjang