Anda di halaman 1dari 16

KARYA INOVASI :

GEBRAK REMAJA (Gerakan Bersama Atasi Kesehatan Remaja) : Solusi


Deteksi Dini Kurangi Angka Kematian Ibu

Disusun oleh :

Aisa Karima NIM. P27224018282


Dinda Mega Annisa NIM. P27224018294
Oktavia Nur Ilmi NIM. P27224018313
Zahra Ainul Shahifah NIM. P27224018327

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA
JURUSAN PROFESI KEBIDANAN
TAHUN 2019/2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia tertinggi bila dibandingkan
dengan Negara ASEAN lainnya. Perempuan yang meninggal karena
komplikasi selama kehamilan dan persalinan mengalami penurunan pada
tahun 2013 sebesar 289.000 orang. Target penurunan angka kematian ibu
sebesar 75% antara tahun 1990 dan 2015 (WHO, 2015). Jika perempuan
mengalami anemia akan sangat berbahaya pada waktu hamil dan melahirkan.
Perempuan yang menderita anemia akan berpotensi melahirkan bayi dengan
berat badan rendah (kurang dari 2,5 kg). Selain itu, anemia dapat
mengakibatkan kematian baik pada ibu maupun bayi pada waktu proses
persalinan (Rajab, 2009).
Berdasarkan hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI)
pada tahun 2015, AKI di Indonesia mengalami kenaikan dari 228 pada tahun
2007 menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015. (Kemenkes,
2015). Jumlah kasus kematian ibu di Provinsi Jawa Tengah pada tahun
2017 sebanyak 475 kasus, mengalami penurunan dibandingkan jumlah kasus
kematian ibu tahun 2016 yang sebanyak 602 kasus (Dinkes Jateng, 2017)
Jumlah kematian ibu di Sukoharjo pada tahun 2018 sebanyak 4 kasus,
mengalami peningkatan pada tahun 2019 yaitu sebanyak 4 kasus (data primer,
2019). Jumlah kematian ibu di Puskesmas Gatak pada tahun 2018 sebanyak 0
kasus, mengalami peningkatan pada tahun 2019 yaitu sebanyak 3 kasus (data
primer, 2018).
Anemia merupakan salah satu faktor penyebab tidak langsung
kematian ibu hamil. Jika perempuan mengalami anemia akan sangat
berbahaya pada waktu hamil dan melahirkan. Perempuan yang menderita
anemia akan berpotensi melahirkan bayi dengan berat badan rendah (kurang
dari 2,5 kg). Selain itu, anemia dapat mengakibatkan kematian baik pada ibu
maupun bayi pada waktu proses persalinan (Rajab, 2009).
Data hasil Riskesdas tahun 2013, prevalensi anemia di Indonesia yaitu
21,7% dengan penderita anemia berumur 5-14 tahun sebesar 26,4% dan
18,4% penderita berumur 15-24 tahun (Kemenkes RI, 2014). Data Survei
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2012 menyatakan bahwa prevalensi
anemia pada balita sebesar 40,5%, ibu hamil sebesar 50,5%, ibu nifas sebesar
45,1%, remaja putri usia 10-18 tahun sebesar 57,1% dan usia 19-45 tahun
sebesar 39,5%. Wanita mempunyai risiko terkena anemia paling tinggi
terutama pada remaja putri (Kemenkes RI, 2013).
Angka kejadian anemia di Jawa Tengah pada tahun 2013 mencapai
57,1%. Anemia pada remaja putri di Kabupaten Sukoharjo masih merupakan
masalah kesehatan masyarakat karena prevalensinya lebih dari 15%, Wanita
Usia Subur (WUS) sebesar 39,5%, pada ibu hamil sebesar 43,5% (Dinkes
Prov. Jateng, 2014).
Salah satu peyebab teradinya anemia yaitu dikarenakan kurangnya
asupan gizi pada remaja. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), Bappenas
dan UNFPA tahun 2010, sebagian dari 63 juta jiwa remaja di indonesia rentan
berperilaku tidak sehat. Dampak yang terjadi akibat kurangnya pengelolaan
kesehatan masalah remaja seperti adanya kegagalan dalam proses pengenalan
diri, kurangnya aktivitas fisik serta kurangya asupan gizi dikarenakan adanya
pola diet, kurangya konsumsi gizi seimbang serta mengkonsumsi makanan
berpenyedap maka akan meningkatkan resiko anemia dan Kekurangan Energi
Kronik (KEK pada remaja ). Dengan adanya edukasi kesehatan secara dini
pada remaja dapat megurangi resiko anemia dan KEK yang merupakan salah
satu faktor penyebab kematian ibu di Indonesia.
Studi Diet Total (SDT) 2014 mendata tingkat kecukupan energi pada
kelompok umur 13-18 tahun adalah sebesar 72,3 % dengan proporsi yang
mengkosumsi <70% Angka Kecukupan Energi (AKE) sebesar 52,5% dengan
kesimpulan tingkat kecukupan energi remaja Indonesia berdasarkan AKE
adalah kurang
Untuk menghasilkan kehamilan yang sehat perlu persiapan sejak usia
remaja, status gizi remaja harus sehat dan baik sehingga saat wanita
menginjak usia 20 tahun kebutuhan gizinya sudah mendukung untuk
kehamilan.
Berdasarkan keterangan diatas maka mahasiswa tertarik untuk
megembangkan inovasi Gerakan Bersama Atasi Kesehatan Remaja
(GEBRAK REMAJA) untuk meningkatkan kesehatan remaja, serta
mencegah anemia dan KEK pada remaja dengan tujuan untuk mengurangi
Angka Kematian Ibu (AKI).
Inovasi GEBRAK REMAJA merupakan salah satu pengembangan
program Puskesmas Gatak yaitu DASIAT (Pemuda Siaga Sehat). Strategi ini
bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman sejak dini
dimulai dari remaja. Pengetahuan ini tentang pentingnya kesehatan remaja.
Cara yang digunakan adalah meningkatkan kualitas promotif dan deteksi dini.
Inovasi ini mendorong setiap remaja mengetahui bahwa kesehatan remaja itu
penting untuk menunjang kehamilan di kemudian hari setelah menikah.
Selain itu remaja juga paham dengan kesehatan dirinya, sehingga dapat lebih
perduli dengan dirinya sendiri.

B. Sususnan Tim Inovasi


Inovasi ini diinisiasi oleh mahasiswa yang masuk serta
mengembangkan program Puskesmas Gatak yaitu DASIAT (Pemuda Siaga
Sehat) untuk menurunkan permasalahan AKI yang ada di wilayah Puskesmas
Gatak. Dimulai dari deteksi dini saat remaja yang bertujuan memutus rantai
anemia dan KEK demi mempersiapkan kehamilan dan persalinan yang aman.
Susunan tim inovasi GEBRAK REMAJA terdiri dari :
Pelindung : drg. Tri Prasetyo Nugroho, MM
Penasehat : drg. Tri Prasetyo Nugroho, MM
Pendamping : Meirdian Eva Yosianti, Amd. Keb
Penanggung Jawab : Sigit Abdullah H, Am. Kg

Pelaksana
Ketua Pelaksana        : Dinda Mega Annisa
Wakil Ketua Pelaksana : Oktavia Nur Ilmi
Sekretaris                  : Aisa Karima
Bendahara : Zahra Ainul Shahifah

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Hasil inovasi terhadap masalah yang dihadapi


1. Jangka Pendek
a. Terdeteksinya angka kejadian anemia sejumlah 18 remaja dari 30
remaja dan KEK sejumlah 12 remaja.
b. Meningkatnya pengetahuan remaja yang dibuktikan dari peningkatan
nilai pre test dan post test
c. Terbentukya TIM DASIAT sebagai pelopor kegiatan selanjutnya
2. Jangka Panjang
a. Terciptanya remaja yang sehat
b. Remaja faham dan mengerti tentang pentingnya kesehatan remaja

B. Aspek kreatif dan inovatif dari inovasi ini


Inisiatif ini kreatif karena dengan cara yang sederhana dapat
meningkatkan pemahaman kesehatan remaja dan menumbuhkan rasa perduli
terhadap diri sendiri.
Dengan penggunaan Kartu, maka remaja dapat mengetahui
perkembangan kesehatannya. Pada Kartu tersebut berisi kolom hasil
pemeriksaan remaja antara lain : berat badan, tekanan darah, LILA dan kadar
haemoglobin. Melalui Kartu Gebrak Remaja ini petugas kesehatan dapat
memonitor dan mengevaluasi perkembangan kesehatan remaja di wilayah
kerja Puskesmas Gatak. Keterlibatan dan peran aktif lintas sektor, seperti
misalnya sektor pendidikan dalam solusi ini mendorong keberhasilan Gebrak
Remaja ini.

BAB III
TINJAUAN INOVASI DAN PEMBAHASAN

A. Langkah-langkah pelaksanaan inovasi ini


Langkah-langkah dalam pelaksanaan inovasi ini antara lain :
1. Mengadakan pertemuan dengan bidan, tenaga promkes, da teaga gizi
untuk mengadakan diskusi tentang masalah AKI yang berkaitan dengan
remaja. Remaja merupakan salah satu ujung tombak penurunan AKI,
karena remaja yang sehat bertujuan untuk mempersiapkan kehamilan dan
persalinan yang aman dan selamat. Masalah masalah tersebut dibahas
bersama untuk mencari solusi yang bisa dilakukan di wilayah kerja
puskesmas. Salah satunya yaitu Gebrak Remaja.
2. Membentuk Tim DASIAT yang bertugas untuk melanjutkan program
Gebrak remaja serta melakukan evaluasi untuk perbaikan.
3. Mengadakan Kegiatan Gebrak Remaja antara lain deteksi dini dan
sosialisasi kepada pemuda-pemudia siaga sehat yang domisili di wilayah
Gatak. Deteksi dini dan sosialisi ini sebagai upaya mendorong
kepedulian remaja serta pemahaman tentang pentingnya kesehatan
remaja untuk mempersiapkan kehamilan dan persalinan yang aman dan
selamat.
4. Inovasi ini menggunakan media sederhana, yang dikenal dengan Kartu
Gebrak Remaja. Kartu ini memiliki dua fungsi. Yang pertama fungsi
untuk petugas kesehatan yaitu mendeteksi secara dini dan mengetahui
riwayat kesehatan remaja. Fungsi yang kedua untuk remaja, untuk
mengetahui jenis pemeriksaan yang telah diterima dan perkembangan
kesehatan dirinya. Dengan cara ini remaja dapat mengetahu kesehatan
dirinya.
5. Dengan deteksi dini dan penggunaan kartu, perkembangan kesehatan
remaja dapat dipantau sejak awal sehingga dapat mempersiapkan
kehamilan dan persalinan yang aman dan selamat nantinya.
6. Pendekatan yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan seperti
lintas sektoral serta menjalin komunikasi dan hubungan yang baik sangat
mendukung keberhasilan program inovasi ini.
B. Pemangku kepentingan yang terlibat dalam pelaksanaan inovasi
Pemangku kepentingan yang terlibat dalam pelaksanaan inovasi ini
adalah :
a. Mahasiswa
b. Bidan
c. Petugas Promkes
d. Petugas Gizi
e. Lintas Sektoral

C. Peggunaan dan mobilisasi sumber daya untuk melaksanakan inovasi ini


Untuk melaksanakan inovasi ini, sumber daya yang digunakan yaitu :
a. Man (Sumber Daya Manusia)
SDM yang terlibat dalam pelayanan langsung inovasi Gebrak Remaja ini,
adalah:
1) Mahasiswa
2) Bidan
3) Petugas Promkes
4) Petugas Gizi
5) Anggota Dasiat
b. Money (Anggaran dana)
Rincian anggaran dana yang digunakan adalah :
1) Pemasukan
Dana Dasiat Rp. 200.000,00
Iuran Mahasiswa Rp. 800.000,00
Total Pemasukan Rp. 1.000.000,00

2) Pengeluaran
a) Kesekretariatan (Perbanyak leaflet, dll) Rp. 100.000,00
b) Perlengkapan
Stik Hb 2 kotak Rp. 250.000,00
Lancet Rp. 15.000,00
Kapas Rp. 4.000,00
Tempat kapas Rp. 4.000,00
c) Sie Konsumsi
Peserta @8500 x 35 Rp. 297.500,00
Pembicara @8500 x 5 Rp. 42.500,00
d) Dana lain-lain Rp. 287.000,00 +
Total Pengeluaran Rp. 1.000.000,00

c. Method (Prosedur Pelaksanaan Inovasi)


Prosedur pelaksanaan inovasi dibagi menjadi 3 bentuk kegiatan
yaitu :
1) Tahap Pelaksanaan
Dalam tahap pelaksaan ini, kami mengembangkan program
yang sudah ada yaitu DASIAT, yang mana kedepannya
diharapkan pemuda-pemudi mampu menjalankan dan
melanjutkan program ini sehingga remaja di masyarakat
mampu untuk lebih aktif dan lebih peduli terhadap
kesehatannya sendiri. Kegiatan yang dilakukan antara lain:
a) Pre Test
Bertujuan untuk mengukur sejauh mana pengetahuan
remaja mengenai kesehatan terutama tentang anemia
dan KEK (Kurang Energi Kronik).
b) Deteksi Dini Remaja
Deteksi dini dilakukan untuk mengetahui secara dini
masalah yang dialami oleh remaja, sehingga dapat
diatasi sejak dini.
c) Pemberian Kartu
Kartu ini sebagai alat untuk mengetahui riwayat
kesehatan remaja tersebut, dan dapat dipergunakan
untuk mengetahui perkembangan kesehatan remaja
tersebut.

d) Penyuluhan Remaja
Pemberian penyuluhan ini dilakukan untuk
memberikan informasi mengenai kesehatan remaja
terutama masalah anemia dan KEK agar remaja
tersebut mengetahui dan mampu untuk melakukan
pencegahan dini.
e) Post Test
Mengevaluasi sejauh mana remaja tersebut paham atas
materi yang telah disampaikan.
2) Tahap Evaluasi
Evaluasi kegiatan dilakukan secara bertahap dan berkala.
Hasil kegiatan akan diukur dengan indikator proses dan
indikator keberhasilan yang telah ditentukan.
3) Tahap Follow Up
Tahap follow up ini dilakukan sesuai dengan evaluasi yang
dihasilkan. Follow up dalam kegiatan ini dengan pembetukan
TIM DASIAT untuk melakukan rencana tindak lanjut berupa
menggerakkan TIM DASIAT sebagai pelopor penggerak
kegiatan Gebrak Remaja kedepannya untuk memutus rantai
anemia dan KEK di kalangan remaja. Contohnya dengan
melakukan 1 kegiatan di desa dengan memfasilitasi TIM
DASIAT sebagai pembicara atau penyuluh kesehatan dalam
kegiatan itu.
d. Materials (Bahan)
Bahan-bahan yang digunakan untuk menujang kegiatan ini antara
lain :
1) Leaflet Anemia
2) Leaflet Gizi Seimbag
3) Leaflet KEK
4) Materi Anemia da KEK dalam bentuk power point
5) Kartu GEBRAK REMAJA
6) Tablet Fe

e. Machines (Fasilitas/Alat)
1) Alat Cek Hb
2) Stick Hb
3) Lancet
4) LILA
5) Timbangan
6) Stetoskop
7) Spyghmomanometer
8) LCD
9) Proyektor

D. Output/keluaran yang dihasilkan oleh inovasi ini


Keluaran konkret yang berhasil dicapai dari inisiatif ini adalah:
a. Adanya peningkatan kualitas pengetahuan remaja untuk mempersiapkan
kehamilan di masa mendatang yang diukur melalui hasil pre-test dari 30
responden yang mendapatkan nilai 10 sebanyak 3 responden dan setelah
dilakukan post-test mengalami peningkatan yang mendapatkan nilai 10
sebanyak 9 responden.
b. Deteksi dini kasus resiko remaja lebih cepat ditemukan sehingga dapat
diatasi dengan terencana yang dibuktika dengan ditemukan 18 remaja
mengalami anemia dari 30 remaja dan 11 remaja mengalami KEK dari
30 remaja.
c. Penggunaan Kartu Kontrol deteksi dini sebagai sarana monitoring remaja
yang dilakukan petugas setiap 6 bulan sekali.
d. Mencetak generasi penerus pada remaja yang sadar akan pentingnya
kesehatan

E. Sistem yang diterapkan untuk memantau kemajuan dan mengevaluasi


kegiatan dalam inovasi ini
Untuk memantau dan mengevaluasi kemajuan yang dicapai secara
teratur maka dilakukan melalui:
a. Evaluasi kartu kontrol yang diisi dilakukan minimal setiap enam bulan
sekali.
b. Adanya update ilmu pengetahuan disetiap pertemuan yang dilakukan
setiap enam bulan sekali.
f. Evaluasi pelaksanaan dilakukan sekaligus menganalisa pelaksaanan
inovasi Gebrak Remaja. Hasil evaluasi ditindak lanjuti secara bersama
dan bertahap sesuai dengan kemampuan serta kapasitas Puskesmas
sebagai pemberi layanan.
g. Monitoring dan evaluasi juga dilaksanakan secara berkala untuk
memantau pelaksanaan inovasi, serta membantu memfasilitasi sekaligus
menjembatani setiap upaya penyelesaian masalah.

F. Kendala utama yang dihadapi dalam pelaksanaan inovasi dan cara


mengatasi
Komunikasi yang sulit dikarenakan peserta yang tergabung dalam
gebrak remaja mempunyai kesibukan dan melanjutkan pendidikan atau kerja
di luar wilayah gatak sehingga menyebabkan sulitnya koordinasi untuk
pemantauan program kedepannya.
Cara mengatasi kendala ini adalah dengan membuat grup online untuk
memudahkan komunikasi antar personal sehingga program dapat terus
berlanjut.
Pelaksanaan Gerakan Bersama Atasi Kesehatan Remaja memerlukan
waktu yang relative lama yaitu sekitar 120 menit. Waktu tersebut digunakan
untuk memberikan pemeriksaan kesehatan serta pemberian edukasi. Hal ini
yang sering dikeluhkan oleh remaja karena dianggap terlalu lama dan rumit
Untuk mengatasi masalah ini tenaga medis memberikan informasi
maupun edukasi yang cukup tentang jenis-jenis layanan yang diberikan,
manfaat dari layanan itu sendiri sehingga remaja paham dengan proses
pelaksanaan GEBRAK REMAJA.
Sarana prasarana juga menjadi masalah tersendiri, tentang
ketersediaan sarana prasarana ini diselesaikan dengan pengadaan melalui
dana operasional daerah untuk Puskesmas.

G. Manfaat utama yang dihasilkan dari inovasi ini


Bukti atau data yang ditemukan selama evaluasi maupun monitoring
evaluasi pelaksanaan inisiatif ini menyingkapkan data-data berikut :
a. Dampak terhadap kualitas layanan :
1) Perbaikan layanan turut membantu mencegah kematian ibu di
wilayah Puskesmas dengan mempersiapkan kesehatan yang baik
secara dini sejak remaja sehingga dapat mempersiapkan kehamilan
dengan baik.
2) Deteksi dini dan penanganan komplikasi maupun penyulit pada
remaja dapat dilakukan sedini mungkin. Demikian pula rujukan
dapat dilakukan dengan lebih terencana untuk menurunkan resiko
atau komplikasi yang membahayakan bagi remaja
3) Meningkatnya kepercayaan bidan jejaring pada Puskesmas,
kerjasama antara tenaga medis bidan khususnya semakin solid,
demikian juga kerjasama lintas program.
4) Adanya komitmen kuat dari masing-masing petugas untuk
melaksanakan inisiatif ini

b. Dampak terhadap akses ke Pelayanan Kesehatan


1) GEBRAK REMAJA terbukti sangat penting dalam mendorong
remaja untuk menjalani pemeriksaan secara berkualitas, terpadu
dan berkelanjutan di puskesmas.
2) Dengan GEBRAK REMAJA, setiap remaja sekarang dapat
mengakses pelayanan kesehatan yang lebih profesional dan
berkualitas dan mendapatkan informasi tentang kesehatan remaja
lebih maksimal karena GEBRAK REMAJA ini juga
mengedepankan sisi edukasi dan promosi bagi remaja
c. Dampak terhadap Publik
1) Melalui evaluasi maupun pemantauan, diskusi kelompok fokus,
inovasi ini telah meningkatkan kesadaran dan pemahaman remaja
di wilayah kerja Puskesmas yang turut mengikuti program
GEBRAK REMAJA
2) GEBRAK REMAJA menciptakan peluang bagi desa yang belum
berpartisipasi mewujudkan pelaksanaan GEBRAK REMAJA
dalam bentuk dukungan regulasi di tingkat desa yang dituangkan
dalam suatu Peraturan Desa / Perdes.

H. Perbedaan sebelum dan sesudah inovasi


Beberapa perubahan yang berhasil dicapai adalah :
a. Sebelum ada inovasi remaja belum mengetahui tentang anemia dan
KEK, setelah diberikan pengetahuan dengan penyuluhan remaja
menjadi tahu
b. Sebelum dilaksakan pemeriksaan kesehatan seperti cek Hb, LILA
remaja belum mengetahui keadaan kesehatanya dan setelah
dilakukan cek kesehatan remaja lebih memperhatikan kesehatanya
dengan rajin konsumsi makanan bergizi seimbang
c. Sebelumnya belum pernah dilakukan penyuluhan dan deteksi
kesehatan dalam program dasiat namun setelah adanya GEBRAK
REMAJA program Dasiat dapat dikembangkan
I. Pembelajaran yang dapat dipetik dari penerapan inovasi ini?
Inisiatif ini berhasil berkat adanya komitmen yang kuat dari Kepala
Puskesmas beserta seluruh staf yang bersinergi dengan masyarakat dan
pemangku kebijakan. Tanpa kerjasama dari mereka, inisiatif ini tidak akan
diterima oleh masyarakat dan timbul konsistensi yang luar biasa untuk
pelaksanaan inisiatif ini. Pendekatan yang menerapkan partisipasi publik
untuk meningkatkan rasa memiliki dan akuntabilitas atas hasil terbukti sangat
diperlukan.
Pembelajaran yang dipetik dari Inovasi Hamil Pinter antara lain :
a. Partisipasi publik sangat penting untuk keberhasilan. Komitmen yang
kuat dari para pemangku kepentingan termasuk dinas kesehatan,
Puskesmas, Bidan, merupakan kunci keberhasilan dalam pelaksanaan
inisiatif ini. Tanpa adanya partisipasi aktif masyarakat, kesadaran dan
komitmen tidak akan terwujud.
b. Melalui GEBRAK REMAJA, upaya promotif dan preventif lebih tajam
menyasar pada tujuan penurunan AKI AKB melalui upaya dini yang
komprehensif dan melibatkan publik dalam pelaksanaannya kemitraan.
c. Peraturan yang jelas, yang menjelaskan dan melindungi peranan setiap
pihak merupakan pendorong yang besar bagi keberhasilan program ini,
sekaligus mampu merubah perilaku masyarakat dalam tataran
pemahaman.
d. Komunikasi yang terus – menerus dibutuhkan untuk menjaga hubungan
kerjasama. Kunjungan ke kelompok remaja setiap 6 bulan oleh staf
puskesmas dan adanya grup online membantu jalur komunikasi tetap
terbuka, yang menjadi kunci dalam mengidentifikasi dan menyediakan
kendala yang timbul
e. Dalam GEBRAK REMAJA, penguatan regulasi merupakan strategi yang
tepat untuk mengupayakan perubahan peranan strategi mereka di tingkat
desa. Struktur budaya masyrakat memainkan peranan penting dalam
mempengaruhi perilaku dan mempromosikan kesehatan dalam cakupan
yang lebih luas
J. Kelanjutan dari inovasi
Kelanjutan dari inovasi ini yaitu pada pertemuan pertama
memfasilitasi tim dasiat untuk melakukan kegiatan GEBRAK REMAJA di
karangtaruna tingkat desa dan dilanjutkan ke karangtaruna tingkat dukuh,
sehingga bisa menciptaka remaja yang sehat.

BAB IV
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan
1. Memotivasi pembentukan sikap peduli dan sikap aktif terhadap
kesehatan remaja
2. Menghindari penyakit yang tidak diharapkan
3. Terciptanya remaja sehat dengan melakukan deteksi secara dini untuk
mempersiapkan kehamilan yang sehat sehingga dapat menurunkan AKI
(Angka Kematian Ibu)
4. Terciptaya pelopor yang diharapkan dapat menjadi penggerak kegiatan
Gebrak Remaja kedepannya untuk memutus rantai anemia dan KEK di
kalangan remaja sehingga dapat mempersiapkan kehamilan yag sehat dan
menurunkan AKI (Angka Kematian Ibu)

B. Rekomendasi
Diharapkan dari pihak puskesmas dapat memfasilitasi kegiatan tim
dasiat dalam pemenuhan perbaharuan ilmu, sehingga GEBRAK REMAJA
dapat berlangsung dan memberikan manfaat dalam jangka panjang

Anda mungkin juga menyukai