Anda di halaman 1dari 11

STIKES MAJAPAHIT COMPETITION

“LIFE WITH HIV/AIDS: APLIKASI LAYANAN KESEHATAN


GUNA MENINGKATKAN PENCEGAHAN PENULARAN HIV
DALAM MENDUKUNG PROGRAM GENERASI
BERENCANA (GENRE) PADA REMAJA”
KESEHATAN

Disusun Oleh:

(Elsi Sopiyatul Fuadah 201905026)

STIKes MITRA KELUARGA

BEKASI

2021
“LIFE WITH HIV/AIDS: APLIKASI LAYANAN KESEHATAN GUNA
MENINGKATKAN PENCEGAHAN PENULARAN HIV DALAM
MENDUKUNG PROGRAM GENERASI BERENCANA (GENRE) PADA
REMAJA”

Latar Belakang
Kesehatan reproduksi adalah keadaan di mana secara fisik, mental dan
sosial yang utuh tetap sehat, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan
yang berkaitan dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi (WHO, 2019). Ruang
lingkup kesehatan reproduksi menurut International Conference Population and
Development (ICPD) tahun 1994 di Kairo terdiri dari kesehatan ibu dan anak,
keluarga berencana, pencegahan dan penanganan infeksi menular seksual termasuk
HIV/AIDS, kesehatan reproduksi remaja, pencegahan dan penanganan komplikasi
aborsi, pencegahan dan penanganan infertilitas, kesehatan reproduksi usia lanjut,
deteksi dini kanker saluran reproduksi serta kesehatan reproduksi lainnya, seperti
kekerasan seksual, sunat perempuan dan sebagainya (Ellysa, 2017).

Salah satu penyakit yang menjadi permasalahan terkait dengan kesehatan


reproduksi adalah HIV/AIDS. Human Immunudeficiency Virus (HIV) merupakan
jenis virus yang menyerang sel darah putih menyebabkan turunnya kekebalan tubuh
manusia. Acquired Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala yang
timbul karena turunnya kekebalan tubuh yang diakibatkan oleh virus HIV (WHO,
2019). Penularannya dapat melalui Air Susu Ibu (ASI), darah, cairan tubuh orang
yang terinfeksi oleh HIV, semen dan cairan vagina. Dapat ditularkan dari seorang
ibu ke anaknya selama kehamilan dan persalinan. Penularannya tidak melalui
kontak sehari-hari seperti mencium, berpelukan, berjabat tangan, atau berbagai
benda pribadi, makanan, atau air (Kemenkes RI, 2020).

Saat ini, prevelensi penyebaran penyakit HIV terbesar di dunia ada di Benua
Afrika, yaitu sebanyak 25,7 juta. Selanjutnya, prevalensi HIV di Asia Tenggara
sebesar 3,8 juta dan di Amerika sebesar 3,5 juta. Sementara itu, jumlah kasus infeksi
HIV di Indonesia tertinggi di lima provinsi yaitu Provinsi Jawa Timur 8.935 kasus,
DKI Jakarta 6.701 kasus, Jawa Barat 6.066 kasus, Jawa tengah 5.630 kasus dan
Papua 3.753 kasus. Presentase HIV berdasarkan jenis kelamin yaitu pada laki-laki
(64,50%) lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan (35,50%). Selain itu,
persentase AIDS pada laki-laki adalah sebesar 68,60% dan pada perempuan adalah
sebesar 31,40%. Persentase remaja yang terkena infeksi HIV rentang di usia 20-24
tahun adalah sekitar 15,3% dan pada usia 15-19 tahun adalah sekitar 3% (Kemenkes
RI, 2020).

Jika dilihat dari penyebab penularan HIV, dapat disebabkan oleh beberapa
faktor. Penularan HIV dapat disebabkan oleh masih kurangnya pengetahuan
masyarakat terkait dengan kesehatan reproduksi, terutama dalam upaya pencegahan
HIV. Kualitas kesehatan reproduksi menjadi indikator Millenium Development
Goals (MDGs) untuk menjamin kehidupan yang sehat dan meningkatkan
kesejahteraan penduduk di segala usia, sehingga dapat terus produktif dan
berkesinambungan. Dengan adanya indikator tersebut, maka diharapkan kualitas
kesehatan reproduksi masyarakat menjadi meningkat (Janah et al., 2019). Saat ini,
pemerintah Indonesia telah menerapan program Generasi Berencana (GenRe), yang
bertujuan untuk pencegahan seks bebas pranikah pada remaja. Dalam menata
kehidupan masa depan generasi muda, maka perlunya perilaku hidup sehat dan
berakhlak untuk mencapai ketahanan remaja sebagai dasar mewujudkan keluarga
kecil bahagia dan sejahtera sehingga remaja dapat mempraktikan pola hidup
berketahanan dan menjadi Generasi Berencana (GenRe) Indonesia yang berkualitas
(Sisilia & Rindu, 2020).

Selama pandemi COVID-19, pelayanan kesehatan semakin terbatas dari


sebelumnya dikarenakan social distancing yang menyebabkan pembatasan
kunjungan ke pelayanan kesehatan tersebut. Hal ini berdampak pada melambatnya
layanan pencegahan, pemeriksaan HIV, konseling dan pengobatan tertunda.
Banyak remaja secara pribadi memilih untuk melewatkan pemeriksaan kesehatan
reproduksi karena takut tertular COVID-19. Berkurangnya akses dalam pemberian
pelayanan kesehatan reproduksi pada remaja dapat meningkatkan penyakit
reproduksi yang sebenarnya dapat terhindarkan apabila promosi kesehatan sesuai
sasaran dan di implementasikan dengan benar (Rusman, 2021).
Faktor yang menyebabkan meningkatnya jumlah kasus HIV/AIDS adalah
pengetahuan remaja tentang seksualitas dan kesehatan reproduksi masih rendah,
kurangnya pendidikan seksualitas dapat berbahaya dan beresiko seks pranikah yang
menyebabkan skrining mengenai kesehatan reproduksi tidak dilaksanakan dengan
semestinya. Remaja masih beranggapan bahwa membicarakan kesehatan
reproduksi adalah hal yang tabu, penularan HIV berasal dari meningkatnya
penggunaan napza suntik, perilaku berisiko penggunaan jarum suntik bersamaan,
tingginya penyakit seksual menular pada anak jalanan, keengganan pelanggan seks
pria untuk menggunakan kondom, tingginya angka migrasi dan perpindahan
penduduk (Widjojo, Prasetijono, Syahrial Loetan, 2004).

Program Generasi Berencana (GenRe) diselenggarakan oleh Badan


Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) yang dilaksanakan melalui
pendekatan kepada remaja melalui pengembangan Pusat Informasi dan Konseling
Remaja/Mahasiswa (PIK R/M). Remaja sebagai sasaran dari program tersebut
berkisar usia 10-24 tahun yang belum menikah. Kegiatan yang dilakukan antara
lain Pemilihan Duta Mahasiswa, seminar remaja, gelar seni budaya, pentas komedi,
penyebaran poster dan Temu Kader BKR ( Bina Ketahanan Remaja) (Ellysa, 2017).
Oleh karena itu komunikasi diperlukan untuk memberikan perubahan signifikan
terhadap pengetahuan remaja. Dalam memberikan promotif dan preventif tenaga
kesehatan kepada remaja dapat melakukan intervensi berupa pemanfaatan
teknologi android sebagai salah satunya mendukung program pemerintah.
Memberikan promotif dengan mengakses informasi pada aplikasi Life With
HIV/AIDS sebagai upaya keefektifan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)
mengenai kesehatan reproduksi yang dialami oleh remaja maupun masyarakat pada
saat ini. Kemudahan pendidikan kesehatan dapat dimanfaatkan sebaik mungkin
dengan teknologi sehingga program pemerintah yang telah direncanakan dapat
direalisasikan dengan baik (Susanti, 2020).

Urgensi Pemanfaatan Teknlogi di Masa Pandemi COVID-19

Kondisi pandemi COVID-19 memberikan dampak yang signifikan terhadap


sosial terutama akses pada fasilitas kesehatan karena pembatasan aktivitas serta
interaksi sosial secara langsung. Permasalahan yang kita hadapi pada saat ini
menjadi kebiasaan dan perilaku adaptasi baru. Sekarang, pelayanan kesehatan
banyak dilakukan dengan layanan aplikasi dimana aplikasi berbasis android sudah
menawarkan kemudahan untuk melakukan skrining dan konsultasi dari tenaga
kesehatan. Sebelum pandemi sebagian remaja masih terbiasa untuk datang
langsung ke tempat pelayanan kesehatan. Namun, pada saat ini adanya pembatasan
sosial secara besar mendorong solusi aplikasi pelayanan kesehatan online sebagai
salah satu alternatif remaja untuk mendapatkan langsung pelayanan kesehatan dari
jarak jauh. Hal ini remaja dapat memanfaatkan teknologi sehingga meningkatkan
kesadaran terhadap pentingnya kecerdasan dan kesuksesaan dalam penggunaan
aplikasi berbasis android di masa pandemi COVID-19 (Kurniawan & Andiyan,
2021).

Aplikasi android memudahkan remaja dalam mendapatkan informasi


seputar HIV/AIDS serta dapat melakukan skrining secara dini pada permasalahan
yang dialami. Edukasi dengan menggunakan aplikasi tentang penyakit Infeksi
Menular Seksual (IMS) sangat popular dikalangan remaja karena dapat menjaga
kerahasian remaja sehingga remaja dapat berkonsultasi tidak dengan tatap muka
langsung serta kerahasiaan pengujian infeksi menular seksual memiliki tingkat
privasi yang tinggi. Di masa pandemi COVID-19 perlunya mhealth dalam
meningkatkan kesehatan reproduksi dan memungkinkan remaja untuk mengakses
aplikasi dimanapun dan kapanpun. Didukung juga dengan usia remaja yang senang
menggunakan android serta lebih sering mengakses informasi dengan
menggunakan teknologi digital (Hari et al., 2020).

Pada aplikasi Life With HIV/AIDS remaja dapat terhubung langsung dengan
tenaga kesehatan untuk berkonsultasi mengenai kesehatan reproduksinya. Dilihat
dari sisi ekonomi, aplikasi android berpotensi menurunkan biaya, sehingga remaja
dapat meningkat pengetahuan dimasa pandemi saat ini. Penggunaan aplikasi
berbasis android dengan cara apabila terdeteksi positif maupun negatif HIV/AIDS
dari tanda dan gejala yang dialaminya tenaga kesahatan yang memberikan arahan
kepada remaja melihat hasil skrining dan dapat melakukan pendidikan kesehatan
sesuai dari hasil pertanyaan yang dijawab oleh remaja. Oleh sebab itu dibutuhkan
kejujuran pada saat pengisian pertanyaan. Hal ini tentu memberikan kenyaman
kepada remaja dan tidak malu jika pemeriksaan hasil positif (Aicken et al., 2016).
Gambar 1. Fitur Aplikasi Life With HIV/AIDS

Deskripsi Produk/Alat/Model Aplikasi

Pada tampilan pertama pangakses disajikan dengan penjelasan mengenai


HIV/AIDS karena pada halaman ini dirasakan perlu oleh remaja yang masih banyak
belum mengerti perbedaan antara HIV dengan AIDS. Kemudian pada daftar menu
terdapat beberapa pilihan berupa informasi mengenai HIV/AIDS, skrining, video,
dan dapat menghubungi langsung dengan tenaga kesehatan yang melayani
konsultasi permasalahan (Soepomo, 2014). Skrining pribadi bermanfaat untuk
melakukan deteksi secara dini resiko kesehatan reproduksi berupa penyakit
HIV/AIDS. Pada fitur menu informasi disajikan beberapa artikel terkait tentang
penyakit HIV/AIDS agar remaja dapat mengetahui informasi terkait penyakit
tersebut sesuai dengan Evidence Best Practice guna meningkatkan pengetahuan
dan penambahan informasi. Video edukasi juga terdapat pada layanan aplikasi Life
With HIV/AIDS agar remaja lebih tertarik terhadap pengetahuan dan informasi
mengenai kesehatan reproduksi serta bahaya apabila remaja tidak memperhatikan
keehatan reproduksinya yang mengakibatkan penyakit HIV/AIDS karena dampak
dari pergaulan yang bebas dan tingkat pengetahuan yang masih rendah.
Media promosi kesehatan pengenalan HIV/AIDS berbasis android dengan
memberikan pelayanan berupa video edukasi memudahkan informasi kepada
remaja agar menambah pengetahuan dari promosi kesehatan lebih jelas yang telah
disajikan. Di aplikasi banyak video edukasi dan beberapa artikel mengenai penyakit
HIV/AIDS sehingga pengakses dapat mendapatkan informasi dengan cepat dan
tepat sesuai dengan pendapat para ahli (Tresnawati et al., 2021).

Aplikasi berbasis android ini remaja dapat mengakses tanpa berbayar serta
terhubung langsung dengan petugas kesehatan secara intensif. Di masa pandemi
sekarang untuk mengurangi penyebaran virus COVID-19 remaja dapat melakukan
telemedicine tanpa harus mengunjungi langsung ke pelayanan kesehatan. Era yang
serba digital memudahkan manusia untuk mendapatkan informasi secara cepat dan
tepat dalam menangani permasalahan kesehatan pada diriya. Keterbatasan bertemu
secara langsung tidak menjadi kendala bagi remaja untuk tetap menjaga dan
mendapatkan promosi kesehatan reproduksi (Portnoy et al., 2020).

Kesimpulan dan Saran

Aplikasi Life With HIV/AIDS sangat bermanfaat pada masa pandemi


COVID-19 untuk dikembangkan sebagai upaya edukasi, promotif dan preventif
dalam mengurangi penyakit HIV/AIDS dan menjalankan program Generasi
Berencana (GenRe) bagi remaja serta sebagai indikator dari Sustainable
Development Goals (SDGs). Penggunaan aplikasi dengan pendekatan berbasis
android jauh lebih mudah dijangkau oleh remaja karena usia remaja lebih tertarik
mendapatkan informasi dari teknologi digital. Oleh sebab itu, aplikasi ini
diharapkan bisa diterima dan diterapkan oleh remaja dimasa pandemi COVID-19
dalam memberikan informasi mengenai kesehatan reproduksi.
DAFTAR PUSTAKA

Aicken, C. R. H., Fuller, S. S., Sutcliffe, L. J., Estcourt, C. S., Gkatzidou, V.,
Oakeshott, P., Hone, K., Sadiq, S. T., Sonnenberg, P., & Shahmanesh, M.
(2016). Young people’s perceptions of smartphone-enabled self-testing and
online care for sexually transmitted infections: Qualitative interview study.
BMC Public Health, 16(1), 1–11. https://doi.org/10.1186/s12889-016-3648-y

Ellysa. (2017). Situasi Kesehatan Reproduksi Remaja. In Situasi Kesehatan


Reproduksi Remaja.

Hari, P., Nasional, P., & Internasional, H. K. (2020). DOI:


http://dx.doi.org/10.33846/sf11nk201 Penggunaan. 11(April), 1–9.

Janah, E. N., Zakiudin, A., & Lestari, A. M. (2019). Pencegahan Hiv/Aids Melalui
Penyuluhan Kesehatan Reproduksi Dan Pembentukan Kader Kesehatan
Remaja. Hasil Penelitian Dan Pengabdian Pada Masyarakat IV, 54–60.

Kemenkes RI. (2020). Infodatin HIV AIDS. Kesehatan, 1–8.


http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/Infodatin
AIDS.pdf

Kurniawan, M. A., & Andiyan, A. (2021). Disrupsi Teknologi Pada Konsep Smart
City: Analisa Smart Society Dengan Konstruksi Konsep Society 5.0. Jurnal
Arsitektur Archicentre, 4(2), 103–110.

Portnoy, J., Waller, M., & Elliott, T. (2020). Telemedicine in the era of COVID-
19. The Journal of Allergy and Clinical Immunology: In Practice, 8(5), 1489–
1491.

Rusman, A. D. P. (2021). PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI DI


MASA PANDEMI COVID-19. OPTIMISME MENGHADAPI TANTANGAN
PANDEMI COVID-19: Gagasan Dan Pemikiran Dosen Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Parepare, 110.

Sisilia, S., & Rindu, R. (2020). Pengaruh Peran Orang Tua, Peran Program Generasi
Berencana, Pertahanan Diri dan Sumber Informasi terhadap Perilaku
Pencegahan Seks Pranikah pada Remaja. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 19(02),
64–72. https://doi.org/10.33221/jikes.v19i02.551

Soepomo, P. (2014). Aplikasi Pengetahuan Dasar HIV dan AIDS Berbasis Android.
Jurnal Sarjana Teknik Informatika, 2(2), 354–362.
https://doi.org/10.12928/jstie.v2i2.2723

Susanti, A. I. (2020). Literasi Informasi Tentang Pendidikan Kesehatan Reproduksi


Remaja (KRR). Jurnal Menara Medika, 2(2), 119–127.

Tresnawati, D., Fitriani, L., & Mubarok, H. (2021). Pendekatan MDLC untuk
Media Pembelajaran Pengenalan HIV/AIDS Berbasis Android. Jurnal
Algoritma, 17(2), 354–360. https://doi.org/10.33364/algoritma/v.17-2.354

WHO. (2019). WHO-CDS-HIV-19.7-eng. World Health Organization, 1–48,


2016–2021.

Widjojo, Prasetijono, Syahrial Loetan, D. S. S. (2004). Memerangi HIV / AIDS ,


Malaria , dan Penyakit Menular Lainnya Tujuan 6 : Memerangi HIV / AIDS ,
Malaria , dan Penyakit Menular Lainnya. Laporan Perkembangan Pencapaian
Tujuan Pembangunan Milenium (Millennium Development Goals) Indonesia,
63–78.
LAMPIRAN 2 FORMAT BIODATA PESERTA

BIODATA PESERTA STIKMA COMPETITION

Nama : Elsi Sopiyatul Fuadah


NIM : 201905026
Asal Instansi : STIKes Mitra Keluarga
Jurusan/Fakultas : S1 Keperawatan
Angkatan : 2019
Alamat : Villa Nusa Indah 2 blok Z 9/46 Bojongkulur,
Gunungputri, Kabupaten Bogor, Jawa Barat
No. Hp : 081389007317
E-mail : elsisopiyatulfuadah27@gmail.com

Bekasi, 23 September 2021

Elsi Sopiyatul Fuadah


NIM : 201905026
LAMPIRAN 3 FORMAT SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS


KARYA STIKMA COMPETITION

Saya yang bertanda tangan dibawah ini


Nama Lengkap : Elsi Sopiyatul Fuadah
Judul Esai : “LIFE WITH HIV/AIDS: APLIKASI LAYANAN KESEHATAN
GUNA MENINGKATKAN PENCEGAHAN PENULARAN
HIV DALAM MENDUKUNG PROGRAM GENERASI
BERENCANA (GENRE) PADA REMAJA”

Dengan ini menyatakan bahwa benar naskah yang saya sertakan dalam
lomba “Stikes Majapahit Competition 2021” merupakan hasil karya orisinil dan
bukan jiplakan atau terjemahan dari karya orang lain, serta belum pernah diikutkan
dalam segala bentuk perlombaan dan belum dimuat dalam media apapun.

Demikian pernyataan ini kami buat dengan sebenarnya. Dan apabila


terbukti terdapat pelanggaran di dalamnya maka kami siap untuk didiskualifikasi
dari kompetisi ini sebagai bentuk pertanggungjawaban kami.

Bekasi, 23 September 2021

(Elsi Sopiyatul Fuadah)

Anda mungkin juga menyukai