Anda di halaman 1dari 6

PERMASALAHAN HIV/AIDS PADA REMAJA

Oleh:

Sang Ayu Intan Indra Dewi

1420025066

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2017
I. Pengertian HIV/AIDS
Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan sejenis virus. Virus adalah
jasad renik yang terkecil yang dapat mengakibatkan penyakit. Virus dapat
berkembang biak hanya di dalam sel – sel tumbuh-tumbuhan atau hewan/manusia
(Ronald Hutape, 1995: 6). AIDS merupakan suatu sindrom atau kumpulan gejala
penyakit dengan karakteristik defisiensi kekebalan tubuh yang berat dan merupakan
manifestasi stadium akhir infeksi virus HIV (Titi Parwati, 1996 (Kumalasari 2013)).
Penularan HIV dapat terjadi melalui hubungan seksual dengan pengidap HIV/AIDS,
ibu pada bayinya, darah dan produk darah yang tercemar HIV/AIDS, pemakaian alat-
alat yang tidak steril (Djuanda, 2007 di dalam (Handayani 2008)).

II. Penularan HIV/AIDS


a) Hubungan Seksual
Hubungan seksual, baik secara vaginal, oral, maupun anal dengan seorang
pengidap. Ini adalah cara yang paling umum terjadi, meliputi 80-90% dari total
kasus sedunia. Penularan mudah terjadi apabila terdapat lesi penyalit kelamin
dengan ulkus atau peradangan jaringan seperti herpes genetalis, sifilis, gonorea,
klamidia, kankroid, dan trikomoniasis. Risiko pada seks anal lebih besar
dibandingkan seks vagina, dan risiko lebih besar pada reseptif daripada insertif
(Soekidjo Notoatmodjo, 2007: 315 di dalam (Kumalasari 2013)).
b) Kontak Langsung dengan Darah, Produk Darah, atau Jarum Suntik
Transfusi darah atau produk darah yang tercemar mempunyai risiko sampai
>90%, ditemukan 3-5% total kasus sedunia. Pemakaian jarum suntik tidak steril
atau pemakaian bersama jarum suntik dan spuitnya pada pecandu narkotik
berisiko 0,5-1%, ditemukan 5-10% total kasus sedunia. Penularan melalui
kecelakaan tertusuk jarum pada petugas kesehatan mempunyai risiko 0,5%, dan
mencakup (Kumalasari 2013).
c) Lewat Air Susu Ibu (ASI)
Penularan ini dimungkinkan dari seorang ibu hamil yang HIV positif, dan
melahirkan lewat vagina, kemudian menyusui bayinya dengan ASI. Kemungkinan
penularan dari ibu ke bayi (mother-to-child transmission) berkisar antara 30%,
artinya dari setiap 10 kehamilan ibu HIV positif kemungkinan ada 3 bayi yang
lahir dengan HIV positif (Komisi Penanggulangan AIDS, 2010 di dalam
(Kumalasari 2013)).
III. Permasalahan HIV/AIDS Pada Remaja
Masa remaja adalah merupakan masa peralihan baik secara fisik, psikis
maupun sosial dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Masalah yang berkaitan
dengan perilaku dan reproduksi remaja seperti bertambahnya kasus penyakit menular
seksual terutama HIV/ AIDS, kematian ibu muda yang masih sangat tinggi,
merebaknya praktik aborsi karena kehamilan yang tidak diinginkan dan
kecenderungan remaja masa kini untuk melakukan seks pranikah (Pratiwi, Basuki,
Hari 2010).
Berdasarkan laporan WHO (World Health Organitation) tahun 2013 tercatat
ada sekitar 35.0 juta orang di dunia yang hidup dengan HIV dan sekitar 2,1 juta orang
ditemukan kasus baru terinfeksi HIV. Sub- Sahara Afrika merupakan wilayah yang
memiliki kasus HIV tertinggi sekitar 70% dari global yakni 24,7 juta orang.
Sedangkan di Asia tercatat sebanyak 3,4 juta kasus infeksi HIV dengan kasus
terbanyak di negara India yakni 2,1 juta kasus, sedangkan Indonesia merupakan
urutan ke-3 terbanyak di Asia yaitu sebanyak 610.000 kasus. Menurut laporan dari
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (Ditjen PP &
PL) Kemenkes RI (2014) sampai dengan September 2014, jumlah total kasus HIV
mencapai 150.296 orang dan AIDS sebanyak 55.799 kasus. Insiden terbanyak
ditemukan pada usia produktif yaitu usia 20 - 29 tahun yaitu sebanyak 18.352. Data
yang didapat dari UNAIDS (United Nation For AIDS) pada akhir tahun 2007 bahwa
remaja dunia dewasa ini hidup berdampingan dengan HIV-AIDS karena sebagian
kasus baru HIV-AIDS menyerang remaja usia 15-24 tahun (Lybella Meyrisa Sofni,
Yulia Irvani Dewi 2015). Berdasarkan jenis kelamin, jumlah kumulatif penderita laki
– laki lebih banyak yakni sebanyak 30.001 kasus sedangkan perempuan sebanyak
16.148 kasus. Provinsi Papua merupakan provinsi dengan kasus HIV/AIDS terbanyak
yakni 26.235 (Kemenkes RI, 2014 di dalam (Lybella Meyrisa Sofni, Yulia Irvani
Dewi 2015)).
Adapun permasalahan HIV/AIDS pada remaja yang ditemui di Indonesia
salah satunya yakni di Provinsi Papua, HIV/AIDS hampir sepenuhnya disebabkan
oleh hubungan seksual yang tidak aman. Penyebab dasar dan struktural meliputi
kemiskinan yang parah di tengah-tengah perbedaan pola-pola pembangunan yang
cepat dan eksploitasi sumberdaya alam, ketidakadilan etnis dan bahasa, rendahnya
tingkat pendidikan dan pengetahuan tentang HIV, diskriminasi gender, inisiasi
seksual pada usia muda dan norma-norma sosial dan budaya lainnya (Indonesia
2012).
Pada kasus HIV baru di tahun 2011, 18 persen di dalamnya merupakan anak
pada kelompok usia 15-24 tahun. Remaja menempati proporsi sekitar 30 persen dari
populasi beresiko, dengan prevalensi HIV lebih tinggi yaitu 13 persen remaja yang
bersekolah dan 19 persen remaja yang tidak bersekolah (usia 16-18 tahun) dinyatakan
aktif secara seksual . Dalam hal ini, remaja memiliki akses terbatas terhadap informasi
dan pelayanan kesehatan seksual dan reproduksi. Seks masih dianggap sebagai
sesuatu yang tabu yang tidak dibicarakan secara terbuka dengan para orang tua, guru,
dan bahkan dengan penyedia pelayanan kesehatan. Ketentuan-ketentuan hukum
mempersulit remaja yang belum menikah untuk mengakses pelayanan kesehatan
seksual dan reproduksi. Beberapa ketentuan hukum lainnya membuat penyebaran
informasi tentang pendidikan seksi dapat disalahartikan sebagai tindakan kriminal.
Promosi penggunaan kondom masih merupakan persoalan di Indonesia. Daerah-
daerah tertentu menentang promosi ini atas dasar agama atau moral.
Pada tahun 2011, di antara siswa Sekolah Menengah Atas yang mengaku telah
melakukan hubungan seksual, 49 persen menyatakan bahwa mereka tidak
menggunakan kondom saat melakukan hubungan seksual terakhir mereka. Hal ini
dikarenakan tingkat pengetahuan mengenai HIV dan AIDS di antara penduduk
kebanyakan di usia 15 tahun ke atas masih rendah. Survei Riskesdas 2010
menunjukkan bahwa kira-kira 42 persen dari jumlah penduduk usia di atas 15 tahun
belum pernah mendengar tentang HIV/AIDS.
Selain itu, ketakutan, stigma dan diskriminasi terhadap ODHA (orang yang
hidup dengan HIV/AIDS) masih menjadi hambatan utama. Keluarga dan anak-anak
yang hidup dengan HIV/AIDS rentan terhadap stigma dan diskriminasi, yang dapat
dilihat dari berkurangnya akses ke layanan, kehilangan martabat dan meningkatnya
kemiskinan dan deprivasi. Ketakutan menimbulkan resistansi terhadap tes HIV, rasa
malu untuk memulai pengobatan, dan dalam beberapa hal, keengganan untuk
menerima pendidikan tentang HIV(Indonesia 2012).

IV. Pencegahan HIV/AIDS Pada Remaja


Kementerian Nasional Pemberdayaan Perempuan RI tahun 2008 menyatakan
bentuk upaya pencegahan HIV/AIDS adalah dengan KIE (Komunikasi, Informasi dan
Edukasi). Pencegahan lainnya adalah mengurangi kerentanan, meningkatkan sediaan
darah yang aman (safe blood), meningkatkan upaya untuk menurunkan prevalensi
Infeksi Menular Seksual (IMS) serta meningkatkan tindakan pencegahan penularan
HIV dari ibu ke bayi (Lybella Meyrisa Sofni, Yulia Irvani Dewi 2015).
Upaya untuk menurunkan kejadian HIV/AIDS diantara remaja membutuhkan
penanganan yang terintegrasi dan menyeluruh. Beberapa kegiatan untuk mengurangi
HIV/AIDS diantaranya dengan pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan pada
anak sekolah dapat dilakukan dengan memasukkan materi kesehatan ke dalam
kurikulum pembelajaran. Sekolah sebagai institusi pendidikan mempunyai
kesempatan yang luas sebagai tempat penyebaran informasi sehingga dapat
meningkatkan sikap para remaja berkaitan dengan pencegahan dan penularan
HIV/AIDS (Rahayuwati, 2008 di dalam (Handayani 2008)).
DAFTAR PUSTAKA

Handayani, S., 2008. PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SMA TENTANG HIV/AIDS
DI SMU NEGERI 1 WEDI KLATEN. Available at:
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=130842&val=5478.

Indonesia, U., 2012. Respon terhadap HIV & AIDS. Available at:
https://www.unicef.org/indonesia/id/A4_-_B_Ringkasan_Kajian_HIV.pdf.

Kumalasari, I.K.A.Y., 2013. PERILAKU BERISIKO PENYEBAB HUMAN


IMMUNODEFICIENCY VIRUS ( HIV ) POSITIF ( Studi Kasus di Rumah Damai
Kelurahan Cepoko Kecamatan Gunungpati Kota Semarang ), Available at:
http://lib.unnes.ac.id/18775/1/6450408073.pdf.

Lybella Meyrisa Sofni, Yulia Irvani Dewi, R.N., 2015. PERBANDINGAN


PENGETAHUAN DAN SIKAP ANTARA REMAJA PUTRA DAN REMAJA PUTRI
TENTANGTINDAKAN PENCEGAHAN HIV/AIDS. , 2(2). Available at:
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=385136&val=6447&title=PERBA
NDINGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP ANTARA REMAJA PUTRA DAN
REMAJA PUTRI TENTANG TINDAKAN PENCEGAHAN HIV/AIDS.

Pratiwi, Basuki, Hari, N.L., 2010. Analisis hubungan perilaku seks pertamakali tidak aman
pada remaja usia 15–24 tahun dan kesehatan reproduksi. , (September), pp.309–320.
Available at: http://ejournal.litbang.kemkes.go.id/index.php/hsr/article/view/2764/1498.

Anda mungkin juga menyukai