Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan permasalahan penyakit menular seksual termasuk Human
Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan kualitatif.
HIV merupakan virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan menimbulkan
AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome). Perjalanan penyakit ini lambat dan
gejala-gejalanya rata-rata baru timbul 10 tahun sesudah terjadinya infeksi, bahkan dapat
lebih lama lagi (Noviana, 2013). Jumlah kasus HIV dari tahun ke tahun di seluruh bagian
dunia terus meningkat meskipun berbagai upaya preventif terus dilakukan. Tidak ada
negara yang tidak terkena dampak penyakit ini. Dalam kurun waktu 20 tahun terakhir
jumlah penderita HIV dan AIDS mencapai lebih dari 60 juta orang dan sekitar 20 juta di
antaranya meninggal. Tidak mengherankan apabila permasalahan HIV dan AIDS menjadi
epidemi hampir di 190 negara di dunia (Yayasan Spiritia, 2014).
Tahun 2012 menunjukkan bahwa terdapat 34 juta orang dengan HIV di seluruh
dunia. Sebanyak 50% di antaranya adalah perempuan dan 2,1 juta anak berusia kurang
dari 15 tahun. Wilayah Asia Tenggara memiliki kurang lebih 4 juta orang dengan HIV.
Menurut Laporan Perkembangan HIV-AIDS WHO-SEARO 2011, sekitar 1,3 juta orang
(37%) perempuan terinfeksi HIV (Kemenkes RI, 2013).
Indonesia, secara kumulatif dari tahun 2005 sampai dengan Juni 2013 terdata kasus
HIV mencapai 787 kasus dan AIDS mencapai 45.650 kasus (Kemenkes RI,2013). Dengan
angka kematian 8.340 jiwa dan angka kejadian tertinggi pada jenis kelamin laki-laki
24.177 kasus, perempuan 12.593 kasus, tidak diketahui jeniskelaminnya sejumlah 6.897
kasus. Data terbaru tahun 2014, persentase pada laki-lakisebanyak 53,4%, perempuan
28,8% dan 17,8% tidak melaporkan jenis kelamin.Faktor risiko penularan HIV-terbanyak
melalui heteroseksual (60,8%), penasun(15,5%), diikuti penularan melalui perinatal
(2,7%) dan homoseksual (2,4%)(Anonim, 2015

1 Makalah Pelayanan PPIA


Seiring dengan meningkatnya proporsi HIV pada perempuan, di Indonesiaterjadi
peningkatan jumlah kumulatif AIDS pada ibu rumah tangga dari 172 orangpada tahun
2004 menjadi 3.368 orang sampai bulan Juni 2012. Begitu juga jumlah kumulatif anak
dengan AIDS yang tertular HIV dari ibunya meningkat dari 48 orang pada tahun 2004
menjadi 912 sampai bulan Juni 2012 (data Ditjen P2PL tahun 2012). Lebih dari 90% kasus
anak terinfeksi HIV, ditularkan melalui proses ibu ke anak atau other to Child HIV
Transmission (MTCT). Menurut data Kemenkes RI (2012), persentase penularan HIV dari
ibu ke anak tahun 1987-2013 sebesar 2,8%.HIV dapat ditularkan dari ibu yang terinfeksi
HIV kepada anaknya selama kehamilan, saat persalinan dan saat menyusui. Kondisi yang
mempercepat penularan adalah wanita yang menikah dengan pria risiko tinggi yaitu pria
dewasa pembeli sex dari wanita penjaja seks. Data estimasi populasi rawan tertular HIV
menurut Kemenkes RI (2012), dari jumlah populasi penduduk Indonesia sebanyak 240
juta,terdapat 6,7 juta pria dewasa yang membeli sex dari 230.000 wanita penjaja sex dan
terdapat 4,9 juta wanita menikah dengan pria risiko tinggi yang bisa tertular
danmenularkan HIV ke anak (janin yang dikandungnya)
Wanita hamil yang hidup dengan HIV berisiko meneruskan virus yang di idapnya
kepada bayi ketika masih di dalam kandungan, selama proses persalinan,dan saat
menyusui. Namun risiko ini dapat dikurangi dengan menjalani pengobatan. Pengobatan
dimaksud yaitu terapi kombinasi atau terapi antiretroviral (highly active antiretroviral
therapy/HAART) selama masa kehamilan. Sekitar 1 dari 4 bayi yang lahir dari ibu yang
positif mengidap HIV dan tidak menjalani terapi ini akanmengidap HIV (Asmauryanah,
2014). Hingga 30% bayi lahir dari ibu terinfeksi HIVakan tertular HIV jika ibu tidak
menggunakan terapi antiretroviral (ARV). Jika ibumenderita HIV menyusui bayi, risiko
keseluruhan naik menjadi 30-50%.
Dengan penggunaan ARV akan didapat dampak potensial yaitu dapat
menghasilkan pengurangan umlah infeksi baru HIV, biaya pengobatan tambahan untuk
mencegah satu infeksi HIV baru apat ditekan. Hal ini berarti dengan memperluas program
pengobatan dengan ARV tidak hanya akan mengendalikan epidemi HIV tetapi juga akan
menghemat biaya dalam jangka panjang Kemenkes,2012)

2 Makalah Pelayanan PPIA


Ada 4 tindakan yang dianjurkan oleh WHO untuk mencegah terjadinyapenularan
HIV dari ibu ke anak yaitu: (1) penguatan tindakan pencegahan primer HIV untuk
memastikan bahwa perempuan usia reproduksi dan pasangannya terhindardari Infeksi
HIV; (2) menyediakan kontrasepsi dan konseling agar dapat mencapai sasaran/cakupan
keluarga berencana di kalangan ODHA perempuan; (3) menyediakan tes HIV, konseling
dan obat antiretroviral pada waktu yang tepat untuk ibu hamil.
HIV untuk mencegah penularan kepada anak-anak mereka dan (4)
memastikanbahwa perawatan, engobatan dan dukungan bagi perempuan dengan HIV,
anak-anakdan keluarganya telah diberikan dengan benar dan tepat waktu (Kemenkes RI,
2014). Berkaitan anjuran ketiga dari WHO yaitu menyediakan tes HIV, konselingdan obat
antiretroviral pada waktu yang tepat untuk ibu hamil.
HIV untuk mencegahpenularan kepada anak-anak mereka, pemerintah Indonesia
telah mengeluarkan program Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak (PPIA) yang
telah terbukti sebagai intervensi yang sangat efektif untuk mencegah penularan HIV dari
ibu keanak. Data WHO tahun 2012, di negara maju risiko anak tertular HIV dari ibu
dapatditekan hingga kurang dari 2% karena tersedianya intervensi PPIA dengan
layananoptimal. Namun di negara rkembang atau negara miskin, dengan minimnya
aksesintervensi, risiko penularan masih berkisar antara 20% dan 50% (Kemenkes RI,
2012).
Tes HIV merupakan pemeriksaan rutin yang ditawarkan kepada ibu hamil.Pada ibu
hamil dengan hasil pemeriksaan HIV reaktif, ditawari pemeriksaan infeksimenular seksual
lainnya terutama sifilis. Layanan Pencegahan Penularan HIV dariIbu ke Bayi
diintegrasikan dengan paket pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak sertalayanan Keluarga
Berencana di tiap jenjang pelayanan kesehatan. Semua perempuanyang datang ke
pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak dan layanan Keluarga Berencanadi tiap jenjang
pelayanan kesehatan mendapatkan informasi pencegahan penularanHIV selama masa
kehamilan dan menyusui. Untuk mencegah terjadinya penularanHIV dari ibu ke bayi,
dilaksanakan secara komprehensif dengan menggunakan empatprong, yaitu: Prong 1:
Pencegahan Penularan HIV pada Perempuan Usia Reproduksi

3 Makalah Pelayanan PPIA


Prong 2: Pencegahan Kehamilan yang Tidak Direncanakan pada Perempuan
HIVPositif; Prong 3: pencegahan Penularan HIV dari Ibu Hamil HIV Positif ke Bayi;
danProng 4: Pemberian Dukungan Psikologis, Sosial dan Perawatan kepada Ibu HIV
Positif Beserta Bayi dan Keluarganya (Kemenkes, 2013).
Layanan ANC yang sangat luas di Indonesia dan cakupannya tinggi
selamabeberapa tahun terakhir ini merupakan modal dasar utama untuk melakukan
program PPIA. Untuk itu, peran petugas kesehatan selaku pelaksana program PPIA
yangberhadapan langsung dengan para ibu hamil sangat dibutuhkan. Data Riset
KesehatanDasar tahun 2013, cakupan pelayanan antenatal K1 95,4% dan frekuensi
pemeriksaankehamilan minimal 4 kali selama masa kehamilannya 83,5%. Cakupan
pemeriksaankehamilan pertama pada trimester pertama 81,6%dan frekuensi ANC 1-1-2
atau K4(minimal 1 kali pada trimester pertama, minimal 1 kali pada trimester kedua
danminimal 2 kali pada trimester 3) sebesar 70,4 persen. Tenaga yang paling
banyakmemberikan pelayanan ANC adalah bidan (88%) dan tempat pelayanan ANC
palingbanyak diberikan di praktek bidan (52,5%) (Kemenkes RI, 2014).
Sejauh ini, fasilitas pelayanan PPIA di Indonesia masih jauh dari memadai.Data
Kementerian esehatan (2012) menunjukkan dari 43.624 ibu hamil angmenjalani test HIV,
sebanyak 1.329 (3,01%) ibu hamil dinyatakan positif HIV. Hasilpemodelan atematika
epidemi HIV tahun 2012 menunjukkan revalensi HIV pada ibu hamil diperkirakan akan
meningkat dari 0,38% (2012) menjadi 0,49% (2016)sehingga kebutuhan terhadap layanan
PPIA meningkat dari 12.189 (tahun 2012) menjadi 16.191 (tahun 2016).
Saat tahun 2014, layanan PPIA tersedia di 31 provinsi di Indonesia dengan jumlah
fasilitas pelayanan kesehatan PPIA sebanyak 92 RS dan 13 Puskemas.Cakupan
pelayanannya juga masih rendah, hanya 28.314 ibu hamil yang dilakukan konseling dan
tes HIV dimana 812 diantaranya positif HIV. Ibu hamil yang mendapatkan ARV 685
orang dan bayi yang mendapatkan ARV profilaksis 752orang. Data terbaru akumulasi ibu
hamil yang mendapat pelayanan PPIA secaranasional dalam rentang waktu lima tahun
(2010-2014) sebanyak 12.796 orang.Provinsi Sumatera Utara menyumbang sebanyak
3.542 jiwa. Khusus pada tahun2014, ibu hamil yang mendapat pelayanan PPIA di Provinsi

4 Makalah Pelayanan PPIA


Sumatera Utara sebanyak 125 orang. Pelayanan PPIA di Kabupaten Deli Serdang pada
tahun 2015 dari 47.910 sasaran ibu hamil, yang ditawari tes HIV sebanyak 16.500 ibu
hamil. Dari jumlah ini dan sudah baru ibu hamil yang sudah menjalani tes HIV sebanyak
668 orang dengan temuan 4 orang positif terinfeksi HIV. Status HIV pada ibu hamil
tersebut diketahuidari konseling test sukarela (KTS) sebesar 432 (31,4%) dan sisanya
dengan Test atas Inisiatif Petugas Kesehatan (TIPK) sebanyak 943 orang (68,58%).

1.2 Tujuan
Mencegah penularan HIV/AIDS dan atau sefilis dari ibu ke anak dan
meningkatkan kualitas hidup ibu dan anak yaitu terinfeksi HIV dan Sefilis dalam rangka
menurunkan kejadian kasus baru HIV pada bayi dan kejadian sefilis kongenital .

5 Makalah Pelayanan PPIA


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Informasi Dasar IMS, HIV dan AIDS


2.1. IMS
Infeksi Menular seksual (IMS) adalah infeksi yang salah satu penularannya
melalui hubungan seksual. Hubungan seksual tidak terbatas pada genito-genital
tetapi juga anogenital.
Mikroorganisme penyebab IMS bermacam-macam,bisa dari jamur (candida
albican),parasit (trichomonas vaginalis),bakteri (Neisseria gonorhoe,Chlamidya
trachomatis,treponema pallidum (sifilis),Bakterial Vaginosis, Haemophylus ducreii
(ulkus molle), virus :herpes simplex(herpes genitalis), human papilloma virus
(kondiloma akuminata, Hiv (HIV dan AIDS).

2.2. HIV dan AIDS


HIV merupakan singkatan dari Human Immunodefeciency Virus. Virus ini
jika menginfeksi manusia menyebabkan penurunan system kekebalan tubuh karena
penurunan CD4 sehingga tubuh menjadi jauh lebih rentan terhadap infeksi-infeksi
yang pada orang normal tidak menimbulkan gejala.
AIDS (Aqcuired Immunodeficiency Syndrom) merupakan kumpulan gejala
yang timbul akibat menurunnya system kekebalan tubuh oleh HIV yang di dapat.
Strategi Pencegahan HIV yaitu tidak melakukan hubungan seksual,bersikap saling
setia pada pasangan,bila berisiko gunakan kondom dan tidak menggunakan
narkoba suntik.

2.3. Perjalanan infeksi HIV


HIV menyerang limfosit yang di sebut ‘sel T-4 atau T-helper atau disebut
juga CD-4.HIV tergolong kelompok retrovirus yangmemiliki kemampuan
“mengkopi-cetak”. Maksudnya virus HIV menggunakan sel T-4 untuk
mereplikasi/memperbanyak dirinya.Ada saatny dimana kadar antibody tubuh

6 Makalah Pelayanan PPIA


belum bisa terdeteksi, yang di sebut window periode. Seiring dengan makin
bertambahny jumlah virus, maka jumlah sel CD-4 menjadi berkurang dan penyakit
menjadi progresif. Kerusakan progresif pada system kekebalan tubuh
menyebabkan pengidap HIV (ODHA) amat rentan dan mudah terjangkit macam-
macam penyakit sehingga kita menyebutnya AIDS

1.4. Hubungan IMS dan HIV


 IMS merupakan ko-faktor penularanHIV
 Penderita IMS lebih rentan terhadap HIV
 Penderita IMS serta HIV akan lebih mudah menularkan ke orang lain
 Pengidap HIV menjadi rentan terhadap berbagai penyakit termasuk IMS
 Pengidap HIV yang juga IMS akan lebih cepat menjadi AIDS

B. Pengendalian IMS dan HIV

Empat pilar pengendalian IMS adalah : Perubahan perilaku berisiko menjadi


tidakberisiko,promosi penggunaan kondom secara terus menerus, keterlibatan sector
terkait untuk menciptakan lingkungan yang kondusif,Layanan IMS dan HIV-AIDS
yang memadai, baik untuk kelompok berperilaku risti maupun non-risti.

1.1. Penularan IMS dan HIV

Perilaku berisiko terjadinya penularan diantaranya : penjaja seks wanita


ataupun pria yang melakukannya tidak sehat,narkoba dengan pola hidup yang tidak
sehat dan factor yang mendukung pola hidup tidak sehat. Beberapa perilaku yang
mempermudah penularan IMS:
 Berhubungan seks yang tidak aman dengan penderita IMS (tanpa
menggunakan pelindung/kondom)
 Memiliki pasangan seksual yang lebih dari Satu
 Melakukan hubungan seks secara anal, karena hubungan ini lebih mudah
menimbulkan luka atau lecet karena pada anus tidak ada pelumasnya.

7 Makalah Pelayanan PPIA


1.2. Penularan HIV-AIDS
HIV-AIDS dapat tertular melalui:
 Hubungan seksual dengan seseorang yang sudah terinfeksi HIV
 Pertukaran darah: transfuse, IDU dan kegiatan medis dengan alat tusuk dan
iris tercemar HIV
 Dari ibu ke janin/bayi nya selama kehamilan, persalinan atau menyusui

1.3. Pencegahan IMS dan HIV


a. Hubungan seksual
 Abstinensia (tidak melakukan hubungan seksual
 Melakukan hubungan seksual dengan cara yang aman(pakai kondom)
 Promosi kondom
 Mengobati pasangan seksual
b. Pertukaran darah dan cairan
 Penggunaan jarum suntik yang steril
 Penggunaan kondom
 Menghindari terkena nya darah dan cairan pasien HIV pada bagian
tubuh yang ada luka(bagi petugas kesehatan)
c. Dari ibu ke janin
Dengan pemberian profilaksis ARV melalui program pencegahan dari ibu
ke anak

C. Cara mendeteksi IMS dan HIV

Cara mendeteksi IMS dan HIV pada tahap awal adalah dengan menentukan
apakah orang tersebut termasuk risiko tinggi tertular IMS dan HIV. Selanjutny dijajaki
tentang perilaku seksualnya. Setiap orang yang terdeteksi harus dilakukan anamnesis
dan pemeriksaan lanjutan untuk menentukan diagnosis.

8 Makalah Pelayanan PPIA


1.1. Pengobatan IMS dan HIV-AIDS

Pengobatan di lakukan oleh dokter berdasarkan hasil diagnosis. Setiap


pasien mendapatkan pengobatan sesuai dengan jenis IMS yang dideritanya. Untuk
pasien HIV pengobatan dilakukan setelah pasien dinyatakan HIV positif dan
memenuhi kriteria pengobatan.

1.2. Konseling dan Tes HIV

Terdapat dua macam pendekatan untuk tes HIV:

a. Konseling dan Tes HIV sukarela (KTS-VCT= Voluntary Counseling &


Testing)
b. Tes HIV dan konseling atas inisiatif petugas kesehatan (KTIP-
PITC=Provider-Initiated Testing and Counseling)

KTIP merupakan kebijakan pemerintah untuk dilaksanakan di layanan


kesehatan yang berarti semua petugas kesehatan harus menganjurkan tes HIV
setidaknya pada ibu hamil,pasien TB ,pasien yang menunjukkan gejala dan tanda
klinis diduga terinfeksi HIV,pasien dari kelompok berisiko,pasien IMS dan
seluruh pasangan seksualnya. Kegiatan memberikan anjuran dan pemeriksaan tes
HIV perlu disesuaikan dengan prinsip bahwa pasien sudah mendapatkan
informasi yang cukup dan menyetujui untuk tes HIV dan semua pihak menjaga
kerahasiaan (prinsip 3C-Counseling,consent,confidentiality).

D. Pemeriksaan Laboratorium untuk tes HIV

Prosedur pemeriksaan laboratorium untuk HIV sesuai dengan panduan


nasional yang berlaku pada saat ini,yaitu dengan menggunakan strategi 3 dan selalu
di dahului dengan konseling pra tes atau informasi singkat.Ketiga tes tersebut dapat
menggunakan reagen tes cepat atau ELISA. Untuk pemeriksaan pertama(A1) harus
di gunakan tes dengan sensitifitas yang tinggi ( > 99% ), sedang untuk pemeriksaan
selanjutnya (A2 dan A3) menggunakan tes dengan spesifitas yang tinggi ( > 99% ).

9 Makalah Pelayanan PPIA


Antibodi biasanya baru terdeteksi dalam waktu 2 minggu hingga 3bulan
setelah terinfeksi HIV yang disebut masa jendela. Btes HIV yang dilakukan dalam
masa jendela menunjukkan hasil ‘negatif’, maka perlu dilakukan tes ulang, terutama
bila masih terdapat perilaku yang berisiko.

E. Jejaring Kerja dan Partisipasi masyarakat

Pengendalian HIV-AIDS dan IMS didasari 3 pilar yaitu pemerintah,civil society


organization dan masyarakat .Jejaring kerja pengendalian HIV-AIDS dan IMS di
arahkan untuk melibatkan berbagai sektor,kelompok masyarakat, lembaga pemerintah,
baik di tingkat local, nasional, regional maupun internasional untuk bekerjasama
berdasarkan atas kesepakatan,prinsip dan peranan masing-masing dalam pengendalian
HIV-AIDS dan IMS. Tujuan dari jejaring kerja ini adalah :

a. Meningkatkan komitmen pemerintah,berbagai mitra potensial di masyarakat terkait


dalam upaya pengendalianHIV-AIDS dan IMS

b. Adanya sinergi dan keterpaduan dalam berbagai kegiatan pengendalian HIV-AIDS


dan IMS

c. Meningkatkan kemandirian masyarakat dalam pengendalian HIV-AIDS dan IMS

10 Makalah Pelayanan PPIA


BAB III
GAMBARAN PUSKESMAS DAN PELAKSANAAN KEGIATAN
PELAYANAN IMS DAN HIV-AIDS (VCT) DI KLINIK MITRA BERSERI
PUSKESMAS RAWASARI KOTA JAMBI

3.1. Gambaran Puskesmas Rawasari

Puskesmas Rawasari pada awalnya berdiri sebagai Puskesmas Pembantu dari


Puskesmas induk Pal V berdiri pada tahun 1980. Kemudian pada tahun 1994
dikembangkan menjadi Puskesmas Induk dengan nama Puskesmas Rawasari,
pengembangan Puskesmas ini merupakan tuntutan dari pelayanan kesehatan yang
semangkin dibutuhkan masyarakat , terutama bagi penduduk yang sulit menjangkau
Puskesmas induk. Disamping itu pertambahan penduduk yang semangkin tinggi dan
padat serta kunjungan Puskesmas semakin meningkat,maka maka pada tahun 2016 ini
Puskesmas Rawasari mengalami perubahan wilayah kerja dengan adanya pemekaran
dari kecamatan KOTA BARU ke Kecamatan AlALAM BARAJO, Perubahan ini
sangat di butuhkan demi tercapainya pelayanan Prima untuk untuk Masyarakat yang
ada di Wilayah kerja Puskesmas Rawasari ini juga mengalami perubahan menjadi
UPTD PUSKESMAS RAWASARI membawahi 3 Unit Puskesmas Pembantu yaitu
Puskesmas Puskemas Pembantu Simpang III Sipin, Puskesmas pembantu Villa Kenali
dan Puskesmas Pembantu Kampung Hidayat. Tanah tempat berdirinya Gedung
Puskesmas Rawasari merupakan hibah warga Kelurahan Rawasari.

3.2. Geografi dan Demografi

Puskesmas Rawasari terletak di Kelurahan Beliung Kecamatan Kota Baru Kota


Jambi, wilayah kerja Puskesmas mencakup 3 kelurahan yaitu Kelurahan Rawasari,
Kelurahan Beliung dan Kelurahan Mayang Mengurai, dengan luas wilayah 12,9 km².
Adapun batas–batas wilayah Puskesmas Rawasari adalah : Sebelah Timur berbatas
dengan Kelurahan Selamat Sebelah Barat berbatas dengan Kelurahan Kenali Besar

11 Makalah Pelayanan PPIA


dan Bagan Pete. Sebelah Utara berbatas dengan Kelurahan Simpang IV Sipin. Sebelah
Selatan berbatas dengan Kelurahan Suka Karya dan Kenali Asam Bawah.

12 Makalah Pelayanan PPIA


Jumlah penduduk, jumlah kepala keluarga dan jumlah RT tahun 2018 di
banding tahun 2019 serta Keadaan Demografi wilayah kerja Puskesmas Rawasari
dapat dilihat pada table berikut ;

Jumlah Jumlah
Jumlah RT
No. Kelurahan Penduduk Kepala Keluarga
2018 2019 2018 2019 2018 2019

1. Rawasari 21.151 16.061 3.616 3.616 32 32

3. Beliung 9.871 8.223 1.778 1.778 17 17

4. Mayang Mangurai 27.644 21.689 5.121 5.121 49 49

Puskesmas 58.666 45.969 10.515 10.515 98 98

3.3. Sosial Budaya, Agama, Politik dan Ekonomi


Mayoritas penduduk beragama Islam (82,1%), Kristen(13%), Budha/Hindhu
(3,4%) dan lain – lain (3%). Perilaku Masyarakat berobat ke Puskesmas Rawasari dan
3 Puskesmas Pembantu , yaitu Pustu Simpang III Sipin, Pustu Villa dan Pustu
Kampung Hidayat. Dan sebagian ke Puskesmas sekitar atau praktek swasta.

Otonomi daerah dengan dukungan Pemerintah Daerah cukup baik, mata pencarian
penduduk mayoritas petani dan pegawai negeri, dan yang lainnya pedagang, buruh dan
pensiunan pegawai negeri.

3.4. Pendidikan

Sebagian besar pendidikan SD sederajat , SMP sederajat, SMA sederajat dan


Perguruan Tinggi. Fasilitas pendidikan yang ada diwilayah kerja Puskesmas Rawasari
adalah : TK 22 , SD/ MI 14, SLTP/MTS 5 dan SLTA 6.

3.5. Fasilitas Pelayanan Kesehatan Puskesmas Rawasari

Puskesmas Rawasari mempunyai fasilitas pelayanan kesehatan dalam gedung


berupa: Pelayanan loket, pelayanan Gawat Darurat sederhana, Poli umum, Poli gigi,

13 Makalah Pelayanan PPIA


Poli Anak Imunisasi, KIA, KB,Polo Imunisasa/ Tumbang Pojok Kesling, Pojok Gizi,
Pojok laktasi dan Klinik IMS VCTdan IVA Tes, Pelayanan UBM Laboratorium,
Pelayanan Apotik.

Pelayanan luar gedung berupa : Puskesmas Pembantu 3 buah, posyandu 23


Pos, Posyandu usila 3 Pos dan UKS Strata Optimal (1) di SD 150/IV kota jambi,klinik
IMS dan VCT mobile

KETENAGAAN
No. TENAGA JUMLAH KETERANGAN
1. Dokter Umum 3 orang 1 Kepala Puskesmas
2. Dokter gigi 2 orang
3. Sarjana Kesehatan 1 orang
4. Bidan D.III 9 orang
5. Bidan D.I 4 orang
6. Sarjana Keperawatan 4 orang
7. Perawat D.III 11 orang
8. Perawat 6 orang
9. Perawat Gigi D.III 2 orang
10. Perawat Gigi 1 orang
11. Analis Kesehatan 2 orang
12. Sanitarian D.III 3 orang
13. Sanitarian D.I 1 orang
14. Gizi 1 orang
15. Apoteker S.I Farmasi 1 orang
16. Asisten Apoteker D.III 1 orang
17. Asisten Apoteker 2 orang
18. Crash Program (PCPPM) 1 orang
19. LCPK 3 orang

14 Makalah Pelayanan PPIA


1.2. Gambaran Pelaksanaan Pelayanan IMS dan HIV-AIDS di Klinik Mitra
BerseriPuskesmas Rawasari Kota Jambi (layanan komprehensif LKB HIV)

Pelaksanaan pelayanan IMS dan HIV dilaksanakan di klinik Mitra Berseri


Puskesmas Rawasari Kota jambi, klinik ini terbentuk pada bulan Agustus 2011.
Pelayanan klinik ims di mulai sejak agustus 2011,dan VCT sejak Desember 2012.
Pelayanan dilakukan oleh tim IMS yang terdiri dari satu orang dokter,satu orang
perawat,satu orang admin dan satu orang labor yang telah mengikuti pelatihan IMS di
Jakarta pada bulan Juni 2011, untuk pelayanan VCT di laksanakan oleh 3 orang
konselor dan satu orang tenaga labor yang telah mengikuti pelatihan di Bapelkes
Pijoan Jambi pada bulan desember 2012. Pelayanan klinik buka setiap hari
selasa,kamis dan sabtu pukul 09.00 s.d. 12.00 WIB. Kegiatan klinik di lakukan di
puskesmas sendiri dan mobile ke populasi kunci yang bekerjasama dengan kader
kesehatan dan LSM serta KPA kota Jambi.Sejak januari 2013 puskesmas Rawasari
telah melaksanakan Layanan Komprehensif HIV-IMS Berkesinambungan,layanan ini
dibawah satu atap dan terintegrasi dengan layanan lain yang dibutuhkan, mulai dari:
- Anamnesis
- Pemeriksaan fisik dan pengambilan sampel
- Pemeriksaaan laboratorium
- Diagnosis dan pengobatan yang tepat dan benar
- Konseling tentang penyakit IMS dan pengobatannya
- Demonstrasi cara pemakaian kondom dan melepasnya
- Pencatatan dan pelaporan

Untuk pelayanan VCT, pelayanan dimulai dari


- Anamnesis
- Konseling pre test
- Pengambilan sample darah
- Konseling pasca test
- Rujuk LSM dan CST bila ada hasil pemeriksaan reaktif untuk penanganan lebih
lanjut

15 Makalah Pelayanan PPIA


-

ALUR PELAYANAN PITC UPTD PUSKESMAS RAWASARI

16 Makalah Pelayanan PPIA


Jumlah Ibu Hamil Yang ditawarkan Tes HIV Bulan Januari s/d Juli 2019
300
256
250
Jumlah Ibu Hamil

200

150

100 70

50
5
0
15-19 20-24 25-49

Umur Ibu Hamil

Jumlah Ibu Hamil Yang Dites HIV Bulan Januari s/d Juli 2019

5
70

Umur Ibu Hamil


15-19
256
20-24
25-49

17 Makalah Pelayanan PPIA


Jumlah Ibu Hamil Yang Menerima Hasil HIV Bulan Januari s/d Juli 2019

256
300
250
200
150 70
100 5
50
0
15-19 20-24 25-49 Jumlah Bumil

Umur Ibu Hamil

Pencapaian program kesehatan ibu dan anak selama tahun 2018 dibandingkan tahun 2017
dapat dilihat pada tabel berikut :

K1 K4
Kelurahan
2018 2017 2018 2017

Target Cakup % Target cakup % Target Cakup % Target Cakup %

Rawasari 309 305 98.7 415 415 100 309 304 415
98.4 398 95,9

Beliung 150 149 99.3 186 186 100 150 143 186
95.3 175 94,1

MM 391 516 391 367 516


394 100.8 513 99,4 93.3 491 95,2

Puskesmas 850 1.117 850 814 1.117


848 99.8 1.114 99,7 95.8 1.064 95,3

18 Makalah Pelayanan PPIA


BAB IV
IDENTIFIKASI DAN PEMECAHAN MASALAH

4.1. Identifikasi Masalah

a. Masih kurangnya kunjungan masyarakat khususnya ibu hamil yang secara sukarela
datang ke poli kesehatan ibu untuk pemeriksaan IMS dan HIV.
b. Masih banyaknya (kelompok resti) yang belum terjangkau untuk pemeriksaan IMS
and HIV-AIDS.
c. Khusus untuk ibu hamil yang ada di wilayah Puskesmas Rawasari, masih belum ada
kesadaran sendiri untuk datang ke puskesmas khususnya untuk pemeriksaan HIV.
d. Masih sangat minimnya kesadaran para ibu hamil tentang pemeriksaan HIV.
e. Adanya kasus HIV positif yang tidak mau untuk di rujuk CST

4.2. Upaya Pemecahan Masalah


a. Terus mensosialisasikan tentang keberadaan klinik IMS dan VCT guna pemeriksaan
IMS dan HIV agar masyarakat luas mengetahui dan dapat mengajak masyarakat
lain yang beresiko untuk datang ke klinik IMS dan VCT Mitra Berseri.
b. Meningkatkan kerjasama dengan dengan lintas sektor terkait guna menjangkau
Ibu hamil bila tidak bias datang ke Puskesmas dengan memberikan penyuluhan di
kelas ibu hamil.
c. Terus mengadakan penyuluhan akan pentingny penggunaan kondom yang dapat
mencegah penularan penyakit infeksi menular seksual dan HIV-AIDS.
d. Bekerjasama dengan pendukung sebaya untuk dapat meyakinkan klien yang positif
untuk dapat datang ke klinik CST agar dapat penatalaksaan selanjutnya

19 Makalah Pelayanan PPIA


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

a. Banyaknya kelompok-kelompok resti di wilayah Puskesmas Rawasari


menyebabkan perlunya peningkatan aksesibilitas dan kualitas pengendalian IMS
dan HIV-AIDS.
b. Klinik IMS dan VCT adalah salah satu bentuk upaya pengendalian IMS dan HIV-
AIDS dengan pengutamaan pada upaya promotif dan preventif.
c. Pemberdayaan kader kesehatan sangat membantu dalam upaya penjangkauan
pelayanan pada kelompok kelas ibu hamil
d. Puskesmas bekerjasama dengan lintas sector terkait untuk meningkatkan
kemandirian masyarakat dalam pengendalian IMS dan HIV-AIDS

5.2. Saran

a. Perlunya perhatian yang serius dan dukungan dari semua stake holder terkait untuk
meningkatkan pengendalian IMS dan HIV-AIDS semua ibu hamil yang yang
melaksanakan ANC di Puskesmas Rawasari
b. Adanya dukungan politik dari pengambil keputusan(seperti instruksi,surat edaran,
surat keputusan dan himbauan) yang berkaitan dengan pengendalian IMS dan
HIV-AIDS pada ibu hamil
c. Tersedianya anggaran dari pemerintah,lintas program, lintas sektor dalam
pelaksaanprogram pengendalian IMS dan HIV-AIDS

20 Makalah Pelayanan PPIA


21 Makalah Pelayanan PPIA
22 Makalah Pelayanan PPIA
23 Makalah Pelayanan PPIA

Anda mungkin juga menyukai