Anda di halaman 1dari 3

RESUME

HIV-AIDS

A. HIV/AIDS pada Anak


a. Proses Penularan HIV pada Anak
Penularan HIV ke Bayi dan Anak, bisa dari ibu ke anak, penularan melalui
darah, penularan melalui hubungan seksual (pelecehan seksual pada anak). Penularan
dari ibu ke anak terjadi karena wanita yang menderita HIV/AIDS sebagian besar
(85%) berusia subur (15-44 tahun), sehingga terdapat risiko penularan infeksi yang
bisa terjadi saat kehamilan (in uteri). Bila ibu baru terinfeksi HIV dan belum ada
gejala AIDS, kemungkinan bayi terinfeksi sebanyak 20% SAMPAI 35%, sedangkan
jika sudah ada gejala pada ibu kemungkinan mencapai 50%.penularan juga terjadi
selama proses persalinan melalui transfusi fetomaternal atau kontak antara kulit atau
membran mucosa bayi dengan darah atau sekresi maternal saat melahirkan . semakin
lama proses kelahiran, semakin besar pula risiko penularan, sehingga lama
persalinanbisa dicegah dengan operasi sectio caecaria. Transmisi lain juga terjadi
selama periode postpartum melalui ASI, risiko bayi tertular melaui ASI dari ibu yang
positif sekitar 10% (Nurs dan Kurniawan, 2013:161)
b. Diagnosis HIV/AIDS pada Anak
Gejala umum yang ditemukan pada bayi dengan infeksi HIV adalah gangguan
tumbuh kembang, kandidiasis oral, diare kronis, atau hepatosplenomegali
(pembesaran pada hepar dan lien). Tes paling spesifik untuk mengidentifikasi adalah
PCR untuk DNA HIV. Kultur HIV yang positif juga mennjukkan pasien terinfeksi
HIV. Untuk pemeriksaan PCR, bayi harus dilakukan pengambilan sampel darah untuk
dilakukan tes PCR pada dua waktu yang berlainan. DNA PCR pertama diambil saat
berusia 1 bulankarena tes ini kurang sensitif selama 1 bulan setelah lahir
c. Pencegahan HIV/AIDS pada Anak
Penularan HIV dari dari ibu ke bayi bisa dicegah melalui 4 cara, mulai saat hamil,
saat melahirkan dan setelah lahir yaitu: penggunaan antiretroviral selama kehamilan,
penggunaan antiretroviral saat persalinan dan bayi yang baru dilahirkan, penggunaan
obstetrik selama selama persalinan, penatalksanaan selama menyusui.
d. Penatalaksanaan HIV/AIDS pada Anak
1. Pengobatan pada Anak dengan HIV/AIDS
Pedoman pengobatan HIV/AIDS pada Anak menurut (Departemen Kesehatan
Indonesia: Direktotat Jendran Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan,
2008:35) yaitu Rejimen Lini pertama yang direkomendasikan adalah 2 Nucleosida
Reverse Transkriptase Inhibitor (NRTI) + 1 Non Nucleosida Reverse
Transkriptase Inhibitor (NNRTI):
2. Perawatan pada Anak dengan HIV/AIDS
a. Nutrisi pada Anak dengan HIV/AIDS
Pemberian Nutrisi pada bayi dan anakdengan HIV/AIDS tidak berbeda dengan
anak yang sehat, hanya saja asupan kalori dan proteinnya perlu ditingkatkan
b. Dukungan sosial spiritual pada Anak dengan HIV/AIDS
Memberi dukungan dengan memperbolehkan pasien dan keluarga untuk
membicarakan hal-hal tertentu dan mengungkapkan perasaan keluarga,
membangkitkan harga diri anak serta keluarganya dengan melihat
keberhasilan hidupnya atau mengenang masa lalu yang indah, menerima
perasaan marah, sedih, atau emosi dan reaksi lainnya, mengajarkan pada
keluarga untuk mengambil hikmah, dapat mengendalikan diri dan tidak
menyalahkan diri atau orang lain (Nurs dan Kurniawan, 2013:169).

B. Implementasi Kebijakan Penanggulangan HIV/AIDS


Penyakit HIV/AIDS merupakan suatu penyakit yang terus berkembang dan
menjadi masalah global yang melanda dunia. Menurut data WHO (World Health
Organization) tahun 2012, penemuan kasus HIV(Human Immunodeficiency Virus) di
dunia pada tahun 2012 mencapai 2,3 juta kasus, dimana sebanyak 1,6 juta penderita
meninggal karena AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) dan 210.000 penderita
berusia di bawah 15 tahun [3]. HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah sebuah
retrovirus yang dapat menyebabkan AIDS (Acquired Immuno-Deficiency Syndrome).
Virus ini ditularkan melalui kontak darah, kontak seksual, dan dapat ditularkan dari ibu
kepada janin yang dikandungnya. HIV bersifat carrier dalam perjalanannya menjadi
AIDS selama 5-15 tahun. HIV juga menyebabkan rendahnya daya imunitas tubuh,
sehingga timbul berbagai penyakit penyerta HIV yang menyebabkan kematian, seperti
tuberculosis (TBC), diare, kandidiasis, dan lain-lain. Pada dasarnya ada lima ketepatan
yang perlu dipahami dalam hal keefektifan implementasi suatu kebijakan, sehingga kita
dapat menilai nantinya apakah kebijakan tersebut sudah tepat dan efektif. Kelima
ketepatan itu adalah ketetapan kebijakan, ketepatan pelaksana, ketepatan target,
ketepatan lingkungan dan ketetapan proses

C. PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG HIV/AIDS DAN UPAYA


PENCEGAHAN HIV/AIDS

Menurut WHO (2015) jumlah orang yang menderita HIV/AIDS terus meningkat.
Sejak tahun 2002, infeksi HIV turun 35%. Sementara kasus kematian akibat AIDS di
dunia tercatat mengalami penurunan 24%. Jumlah penderita HIV dan AIDS (ODHA) di
dunia sebesar 36,9 juta orang Pada tahun 2013 sebanyak 37,2 juta orang dan mengalami
penurunan pada tahun 2014 sebanyak 34 juta orang di antaranya terdapat 230.000 anak-
anak yang meninggal dan hampir 75 juta orang telah terinfeksi HIV. Sehingga
diperkirakan 0,8% dari kelompok umur 15-49 tahun hidup dengan HIV.

Tahun 2018 sebanyak 640.443 jiwa) dan paling banyak ditemukan pada
kelompok umur 25-49 tahun dan 20-24 tahun. Adapun provinsi dengan jumlah infeksi
HIV tertinggi adalah DKI Jakarta sebanyak (55.099), diikuti di Jawa Timur (43.399),
Jawa Barat (31.293), Papua (30.699) dan Jawa Tengah (24.757). Data Kementerian
Kesehatan pada tahun 2017 mencatat dari 48.300 kasus HIV positif yang ditemukan
tercatat sebanyak 9280 kasus AIDS. Sementara pada data triwulan II tahun 2018
mencatat dari 21.336 kasus HIV positif, tercatat sebanyak 6.162 kasus AIDS. Adapun
jumlah kumulatif kasus AIDS sejak pertama kali dilaporkan pada tahun 1987 sampai
dengan 2018 tercatat sebanyak 108.829 kasus. Setyoadi dan Endang (2012) mengatakan
pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya
tindakan seseorang. Menurut hasil penelitian Triana Arisdiani (2019) sikap
mempengaruhi perilaku seseorang melalui proses pengambilan keputusan yang teliti dan
beralasan dan berdampak sebagai berikut : pertama, sikap spesifik terhadap sesuatu yang
akan menentukan perilaku, kedua, yang mempengaruhi perilaku tidak hanya sebatas
sikap namun ada norma-norma subjektif yaitu keyakinan kita mengenai apa yang orang
lain inginkan agar kita perbuat, ketiga, sikap terhadap perilaku bersama norma-norma
subjektif membentuk suatu intensi untuk berperilaku tertentu. Sikap spesifik yang
mempengaruhi perilaku merupakan sikap sosial yang yang dinyatakan dengan cara
berulang-ulang pada kegiatan yang sama yang lazim disebut kebiasaan.

Anda mungkin juga menyukai