Anda di halaman 1dari 11

TREND & ISSUE KEPERAWATAN

HIV AIDS PADA ANAK

KELOMPOK 1:
1.Ayunda Muthia P
2.Fanti Arsad
3.Feriyaman Harefa
4.Puteri Sadhat
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Pengertian HIV Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah
virus yang menyebabkan penyakit AIDS yang termasuk kelompok
retrovirus. Seseorang yang terinfeksi HIV, akan mengalami infeksi
seumur hidup. AIDS adalah singkatan dari Acquired Immune
Deficiency Syndrome. “Acquired” artinya tidak diturunkan, tetapi
didapat; “Immune” adalah sistem daya tangkal atau kekebalan
tubuh terhadap penyakit; “Deficiency” artinya tidak cukup atau
kurang; dan “Syndrome” adalah kumpulan tanda dan gejala
penyakit. Infeksi HIV berjalan sangat progresif merusak sistem
kekebalan tubuh, sehingga penderita tidak dapat menahan serangan
infeksi jamur, bakteri atau virus.
AIDS pada anak pertamakali dilaporkan oleh Oleske, Rubbinstein
dan Amman pada tahun 1983 di Amerika Serikat. Sejak itu
laporan jumlah AIDS pada anak di Amerika makin lama makin
meningkat
Kejadian HIV 3,2 juta anak hidup dengan HIV 240 ribu anak
terinfeksi baru, 190 ribu anak meninggal karena AIDS, 660
anak terinfeksi HIV setiap harinya, 530 anak meninggal
karena AIDS setiap harinya dan baru 24% anak dengan HIV
yang mendapatkan terapi ARV. Sedangkan di Indonesia,
Jumlah anak yang terinfeksi pada tahun 2010 sebanyak 795
anak, kemudian pada tahun 2013 mencapai 1.075 anak dan
pada tahun 2014 mencapai hingga 1.388 anak.Perkembangan
epidemi HIV-AIDS di dunia telah menyebabkan HIV-AIDS
menjadi masalah global dan merupakan salah satu masalah
Kesehatan masyarakat Indonesia. Transmisi penularan HIV
pada anak disominasi.
2. Cara Menular HIV Kepada Anak

Seorang yang dinyatakan positif HIV/AIDS dapat menularkan virus


tersebut pada bayinya selama kehamilan, persalinan, atau menyusui.
HIV/AIDS paling mudah ditularkan melalui darah. Sementara itu, janin
dalam kandungan ibunya mendapatkan asupan makanan dari darah melalui
tali plasenta.
3. Infeksi HIV dan AIDS pada Anak
1) Penularan dari Ibu ke Anak. Cara penularan HIV yang
paling umum pada bayi dan anak-anak adalah melalui
ibu (mother-to-child transmission).
2) Tertular Akibat Jarum yang Terkontaminasi
3) Transfusi Darah.
4. Penegakkan Diagnosis HIV Kepada Anak

Diagnosis infeksi HIV dapat ditegakkan secara pasti melalui


pemeriksaan laboratorium yaitu pemeriksaan antibodi anti-HIV pada
anak-anak yang berusia 18 bulan ke atas atau pemeriksaan jumlah virus
HIV dalam darah pada anak –anak yang berusia di bawah 18 bulan

5. Pemeriksaan untuk Deteksi HIV?


1) Tes Antigen / Antibodi. Tes-tes ini biasanya melibatkan
pengambilan darah dari vena.
2) Tes Antibodi. Tes-tes ini mencari antibodi terhadap HIV
dalam darah atau air liur
3) Tes Asam Nukleat (NATs) Tes-tes ini mencari virus yang
sebenarnya dalam darah (viral load)
4. Kebutuhan Nutrisi Kepada Anak yang terinfeksi HIV

Tujuan penanganan gizi pada anak dengan HIV/AIDS yaitu


mempertahankan kesehatan, meningkatkan status gizi dan
meningkatkan kekebalan tubuh sehingga kualitas hidup pasien
HIV/AIDS lebih baik. Anak – anak dengan penurunan berat badan
drastis adalah salah satu gejala yang mengarah kepada HIV/AIDS
dan jika tidak ditangani akan memperburuk kondisi anak. Hal ini
disebabkan karena status gizi yang buruk dapat mempengaruhi
sistem kekebalan anak sehingga anak mudah terkena infeksi
oportunistik (Fitriana, 2016). Infeksi oportunistik adalah infeksi
yang disebabkan karena menurunnya daya tahan tubuh seseorang
akibat persebaran virus HIV di dalam tubuh (Jusuf et al., 2016).
Selain itu hal-hal yang harus diperhatikan dalam penanganan nutrisi pada anak dengan HIV/AIDS
diantaranya :
1) Selalu ajarkan pada anak untuk mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir sebelum
dan sesudah makan.
2) Menghindari makanan yang diawetkan atau mengandung bahan pengawet.
3) Mengonsumsi kebutuhan makronutrien seperti makanan tinggi karbohidrat, lemak dan tinggi
protein hewani maupun nabati penting bagi anak dengan HIV/AIDS.
4) Makanan tinggi karbohidrat diantaranya nasi, roti, kentang, ubi, sereal dan umbi-umbian.
5) Makanan yang tinggi protein nabati diantaranya tahu, tempe, kacang kedelai dan kacang-
kacangan lainnya seperti kacang merah, kacang hijau dan kacang polong.
6) Makanan yang tinggi protein hewani diantaranya telur, susu dan produk turunannya seperti ikan
air tawar, ikan laut, berbagai macam sea food, daging ayam dan daging merah (daging sapi,
daging kerbau atau daging kambing).
7) Makanan yang merupakan sumber lemak diantaranya telur, ikan, margarin, mentega atau butter,
buah alpukat, minyak kelapa dan minyak jagung.
Makanan yang tinggi vitamin dan mineral diantaranya berbagai macam sayuran, buah-buahan, susu, telur dan
beberapa jenis ikan laut.
1) Kebutuhan air juga perlu diperhatikan dan dianjurkan untuk mengonsumsi paling sedikit 8 gelas cairan sehari
untuk memperlancar metabolisme terutama pada penderita yang demam. Dianjurkan untuk tidak
mengkonsumsi minuman atau makanan yang mengandung kafein, pengawet dan alkohol serta zat lainnya
yang dapat meningkatkan pengeluaran air kencing.
2) Selalu mengecek tanggal kadaluwarsa pada makanan kemasan misalnya makanan kaleng.
3) Mencuci sayur dan buah menggunakan air mengalir sebelum di konsumsi. Buah yang dianjurkan misalnya
alpukat dan pisang sedangkan untuk sayurannya bisa wortel, sayuran hijau dan kacang-kacangan.
4) Suplemen zat gizi mikro terutama yang mengandung vitamin B12, B6, A, E, dan mineral seperti tablet zat
besi (Fe) sangat diperlukan karena anak-anak yang memulai terapi antiretroviral (ART). Pemberian suplemen
Fe (zat besi) dianjurkan pada anak HIV/AIDS yang mengalami anemia. Pada anak dengan HIV/AIDS yang
mengalami infeksi, pemberian suplemen Fe dilakukan 2 minggu setelah pengobatan infeksi. Mereka juga
dianjurkan mengonsumsi 1 tablet multivitamin dan mineral setiap hari dengan tetap berkonsultasi dengan
dokter karena ditakutkan dapat menurunan kekebalan tubuh (UNAIDS, 2014).
5) Menghindari konsumsi daging, ikan, telur, ayam dan daging unggas lainnya dalam keadaan mentah atau
setengah matang.
6) Selalu melakukan pemeriksaan rutin ke dokter untuk memantau status gizi anak dan melakukan konsultasi
gizi. Pemeriksaan rutin dan konsultasi gizi perlu dilakukan karena pemberian makanan yang berlebihan dan
tidak memperhatikan kandungan gizi bisa menurunkan daya tahan tubuh anak (UNAIDS, 2014).
Penanganan Dan Pencegahan Hiv Aids

Pengertian PMTC (Prevention Mother to Children Transmission)


atau di Indonesia disebut juga PPIA (Pecegaham Penularan dari
Ibu ke Anak) merupakan sebuah program pencegahan penularan
infeksi HIV dari Ibu kepada anak. Penularan HIV dari ibu ke
anak pada umumnya terjadi pada saat persalinan dan pada saat
menyusui. Risiko penularan HIV pada ibu yang tidak
mendapatkan penanganan PPIA saat hamil diperkirakan sekitar
15-45%. Risiko penularan 15-30% terjadi pada saat hamil dan
bersalin, sedangkan peningkatan risiko transmisi HIV sebesar
10-20% dapat terjadi pada masa nifas dan menyusui (Kemenkes
RI, 2012).Prinsip PencegahanKemenkes RI (2016)
menyebutkan pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak
dilaksanakan melalui kegiatan komprehensif yang meliputi tiga
pilar, yaitu:
a. Pencegahan penularan HIV pada perempuan usia reproduksi
(15-49 tahun)
b. Pencegahan kehamilan yang tidak direncanakan pada
perempuan HIV positif
c. Pencegahan penularan HIV dari ibu hamil ke bayi yang
dikandungnya
Analisa Situasi Terkini Anak dengan HIV/AIDS

Ban Ki Moon dalam UNAIDS (2016) menyatakan bahwa dunia telah berkomitmen untuk menghentikan epidemi
AIDS. Sekarang kita harus berkomitmen untuk mengakhirinya pada tahun 2030 sebagai bagian dari Sustainable Goal
Development(SDG’s). Menurut UNAIDS (2016), walaupun kita sedang berproses sejak beberapa program telah
diluncurkan pada tahun-tahun sebelumnya, ada beberapa fakta yang tidak bisa dihindari bahkan sampai tahun 2016
ini.
1) Masih banyak orang dengan HIV yang tidak mengetahui status HIV merekaDiagnosis ini sangat penting untuk
anak-anak sebagai kemajuan HIV ke AIDS sangat cepat pada masa bayi. Diagnosis awal pada minggu pertama
kehidupan dan inisiasi segera pengobatan dapat menjadi perbedaan antara hidup dan mati. Tidak berhenti sampai
di situ, pelayanan kesehatan secara teratur harus lebih proaktif dalam pencarian kasus HIV di lapangan.
2) Proporsi anak yang menerima pengobatan tetap rendahTelah ada peningkatan dramatis dari akses pengobatan
untuk anak-anak (0-14) yang hidup dengan HIV dari hampir tidak ada pada tahun 2000 dan meningkat
setengahnya pada tahun 2015. Tapi kita harus bekerja lebih cepat untuk mencapai semua anak-anak yang
membutuhkan pengobatan.
Kesimpulan

Trend & issue keperawatan hiv aids pada anak merupakan sebagai salah satu
tanggungjawab tenaga Kesehatan dalam hal memutus penularan kepada masyarakat
terkhusus untuk penularan kepada anak dengan berbagai cara program kerja salah
satunya edukasi, sosialisasi, promosi Kesehatan

Anda mungkin juga menyukai