PENDAHDULUAN
1
2
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 HIV/AIDS
2.1.1 Definisi
Transmisi dapat pula melalui suntikan darah yang terinfeksi atau produk
darah.8 Diperkirakan bahwa 90 sampai 100% orang yang mendapat transfusi
darah yang tercemar HIV akan mengalami infeksi. Suatu penelitian di Amerika
Serikat melaporkan risiko infeksi HIV-1 melalui transfusi darah dari donor
yang terinfeksi HIV berkisar antara 1 per 750.000 hingga 1 per 835.000.9
Pemeriksaan antibodi HIV pada donor darah sangat mengurangi transmisi
melalui transfusi darah dan produk darah (contoh, konsentrasi faktor VIII yang
digunakan untuk perawatan hemofolia).10
Tabel 1. Faktor yang berperan dalam penularan HIV dari ibu ke bayi12
4. Prong IV: Pemberian dukungan psikologis, sosial, dan perawatan kepada ibu
dengan HIV beserta anak dan keluarganya
6
Prong I
Mencegah kehamilan yang tidak direncanakan pada ibu HIV positif. Pemberian
alat kontrasepsi yang aman dan efektif serta konseling yang berkualitas akan
membantu ODHA dalam melakukan seks yang aman, mempertimbangkan jumlah
anak yang dilahirkannya, serta menghindari lahirnya anak yang terinfeksi HIV.
Untuk mencegah kehamilan alat kontrasepsi yang dianjurkan adalah kondom,
karena bersifat proteksi ganda. Kontrasepsi oral dan kontrasepsi hormon jangka
panjang (suntik dan implan) bukan kontraindikasi pada ODHA.11 Pemakaian
AKDR tidak dianjurkan karena bisa menyebabkan infeksi asenderen. Jika ibu
HIV positif tetap ingin memiliki anak, WHO menganjurkan jarak antar kelahiran
minimal 2 tahun.11
Prong III
Mencegah terjadinya penularan HIV dari ibu HIV positif kepada bayi yang
dikandungnya. Bentuk intervensi berupa:11
9
Prong IV
BAB III
PROFIL PMTCT GRIYA ASA
regulasi. Saat ini PKBI Semarang telah memiliki 2 program Griya ASA dan Griya
PMTCT. Visi dan Misi PKBI Semarang
Visi :
Dengan jiwa kerelawanan, kepoloporan, berkemampuan dan kemandirian kita,
tingkatkan derajat kesehatan reproduksi setiap insan dari lahir sampai meninggal.
Misi:
1. Mengupayakan kemandirian penderita orang dengan HIV/AIDS
2. Meningkatkan patnership dengan lembaga swadaya masyarakat, KPA,
Pemerintah Daerah, lembaga pendidikan.
3. Networking efektif dan efesiensi.
4. Mengembangkan kompentesi dan kapasitas Griya ASA PKBI Semarang
dalam Kesehatan Reproduksi.
5. Mengupayakan sharing kost kegiatan forum kesehatan reproduksi dengan
pemerintah daerah, lembaga swadaya masyarakat, dan donor agency.
Kepengurusan PKBI Kota Semarang
1. Ketua
2. Wakil ketua
3. Sekretaris
4. Bendahara
5. Anggota
Lima kegiatan pokok yang dilakukan PKBI Kota Semarang s/d 2016:
1. Pelayanan kesehatan : Klinik umum, KB-KIA, Periksa hamil, pertolongan
persalinan, IMS HIV/AIDS, konseling : VCT, Pranikah, Remaja,
Menopause.
2. Litbang : Pengetahuan Sikap dan Perilaku, Pemberdayaan masyarakat, alih
profesi khusus WPS, Kespro, child survival, publikasi
3. Pengembangan jejaring, pengembangan donor agensi, pengembangan
kemandirian PKBI Kota Semarang.
4. Humas / Advokasi.
5. Informasi teknologi
Griya Asa PKBI Kota Semarang
Kegiatan PMTCT rutin diadakan tiap bulan dengan frekuensi 1-3 kali
per bulan. Kegiatan PMTCT dilaksanakan dengan metode statis VCT dan
mobile VCT. Statis VCT adalah pusat konseling dan testing HIV/AIDS
sukarela terintegrasi dalam sarana kesehatan dan sarana kesehatan lainnya,
artinya bertempat dan menjadi bagian dari layanan kesehatan yang telah ada.
Sedangkan mobile VCT adalah layangan konseling dan testing HIV/AIDS
sukarela model penjangkauan dan keliling yang dilaksanakan oleh LSM atau
layanan kesehatan yang langsung mengunjungi sasaran kelompok masyarakat
yang memiliki perilaku berisiko atau berisiko tertular HIV/AIDS di wilayah
tertentu. Sejak tahun 2006 telah dibentuk beberapa kegiatan yang termasuk
dalam program PMTCT. Kegiatan tersebut antara lain penyuluhan HIV/AIDS
bagi wanita usia reproduktif, pertemuan kader PMTCT, tes CD4, serta
pertemuan berkala ibu hamil dengan HIV positif. Dari hasil kegiatan, apabila
terdapat ibu hamil dengan HIV positif, akan diberikan ARV selama kehamilan
dan persalinan, serta bantuan nutrisi sampai umur kehamilan cukup bulan
kemudian dirujuk ke spesialis Obstetri dan Ginekologi untuk dilakukan
13
persalinan secara sectio caesaria. Program dikatakan berhasil bila ibu hamil
dengan HIV positif melahirkan bayi dengan HIV negatif. Setelah itu akan
diberikan bantuan susu formula sampai usia 11 bulan. Pemeriksaan untuk bayi
berupa pemeriksaan PCR, yang dilakukan sesegera mungkin untuk
mengetahui status infeksi HIV.
Griya Asa PKBI Kota Semarang merupakan suatu program dari
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) PKBI Kota Semarang, yang bergerak
di bidang Keluarga Berencana (KB), pencegahan Infeksi Menular Seksual
(IMS) dan HIV/AIDS di Kota Semarang. PKBI Semarang telah mendampingi
wanita yang dikategorikan kelompok risiko tinggi (Risti) di wilayah kota
Semarang. Adapun tujuan dari program PMTCT adalah membantu pemerintah
dalam program KB, pencegahan penularan IMS dan HIV/AIDS yang setiap
tahun jumlahnya semakin meningkat. Data Penyusun Respon bulan Desember
2006 terdapat 1574 wanita yang dikategorikan kelompok risiko tinggi baik di
dalam resosialisasi maupun non resosialisasi. Sehubungan dengan hal tersebut
mulai tahun 2007 Griya ASA PKBI Kota Semarang memperluas cakupan
untuk menjangkau seluruh wanita kelompok risiko tinggi dan Kliennya di
Kota Semarang yang terdiri dari wanita penjaja seksual di Resosialisasi
(Sunan Kuning dan Gang Bilangu-Semarang) panggilan, pramusada Panti
Pijat, Bar Karaoke dan 53.000 Klien WPS di tingkat hot spot.
Program Program Griya ASA
1. Klinik Griya ASA PKBI SMG mempunyai 2 klinik :
Semarang.
Klinik Satelit yang beralamatkan di Jl. Kedung Mundu Raya 200 KB.
2. Outreach
3. VCT
4. Kabar Griya
14
bumil risti sebanyak 100 orang dalam sebulan, dan terlaksananya VCT bumil risti
30 orang dalam sebulan.
3.2.5 Target
1. Semua ibu hamil yang tidak, sedang atau pernah menderita IMS harus
menjalani VCT.
2. Semua ibu hamil dengan suami yang menderita IMS harus menjalani VCT.
3.2.6 Kendala
Sulitnya menjangkau bumil pada kelompok yang dianggap risiko rendah dengan
kondisi ekonomi menengah ke atas. Selain itu, ibu hamil dengan HIV positif
terkadang masih menyangkal keadaannya.
Indikator Target
16
2011 2015
konsisten
Jumlah anak yang terekspos HIV dan anak yang 50% 85%
lahir dari ibu positif yang menerima profilaksis
CTX
3.2.8 Strategi
1. Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan prosedur PMTCT.
2. Kerjasama dengan PKBI Kota Semarang, Global Fund, Dinas Kesehatan
Kota Semarang, Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah, Ikatan Bidan
Indonesia (IBI). Menjalin kerjasama dengan Klinik VCT di Semarang
(RSUP dr. Karyadi, RSUD Kota Semarang, RS Panti Wilasa, RSU
Tugurejo).
18
3.2.9 Kegiatan
1. Penyuluhan perempuan usia reproduktif.
2. Pertemuan kader PMTCT.
3. Mobile VCT PMTCT.
4. Pendampingan terhadap bumil dan ibu dengan HIV positif.
5. Pertemuan perempuan HIV positif.
6. Layanan Tes PCR bagi bayi dari ibu HIV positif.
`
20
BAB IV
HASIL KEGIATAN
4.1 Aktivitas
Pertemuan : 30 November 2017 di klinik bidan Yohana
Jalan Kebonharjo RT 05 RW 03, Semarang
Pelaksana : Mahasiswa kepaniteraan klinik IKM FK UNDIP Semarang
Tabel 2. Identitas Responden.
No Nama Nama Alamat Status Resiko Rekomendasi
Bumil Suami HIV
gejalanya, cara penularannya, namun ibu belum mengetahui apa dampak yang
bisa ditimbulkan dari infeksi tersebut yaitu penularannya ke bayi saat melahirkan
dan menyusui. Ibu juga belum mengetahui jenis-jenis infeksi menular seksual
selain HIV/AIDS seperti GO, Lues, Ulkus mole, Kondiloma, dll. Keluarga selalu
memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan apabila sakit. Ibu berencana
memeriksakan diri ke Sp.OG untuk dilakukan USG. Selain itu, ibu berencana
melakukan tes VCT, Hb, HbsAg, VDRL dan Urin di Puskesmas. Ibu belum
menentukan tempat persalinan dan belum menentukan jenis KB yang akan
digunakan setelah persalinan.
Responden 2
Identitas Pasien
Nama : Ny. L
Umur : 26 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Status pernikahan : Menikah
Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa
Pendidikan terakhir : Sarjana
Pekerjaan : Pegawai swasta
Alamat : Jl. Kebonharjo RT 01 RW 08 ,Semarang
cara penularan HIV/AIDS ini hanya melalui hubungan sex. Ibu juga belum
mengetahui jenis-jenis infeksi menular seksual selain HIV/AIDS seperti GO,
Lues, Ulkus mole, Kondiloma, dll. Keluarga selalu memeriksakan diri ke
pelayanan kesehatan apabila sakit. Ibu berencana akan melakukan pemeriksaan
VCT, Hb, HbsAg, VDRL dan Urin di puskesmas.
26
BAB V
PEMBAHASAN
sudah diterapkan di tempat praktiknya. Bila ada ibu hamil yang datang
memeriksakan diri, ibu bidan akan memberikan edukasi tentang HIV/AIDS dan
menyarankan untuk tes VCT, namun karena tidak bidan dilakukan di tempat
prktik bidan maka biasannya ibu hamil dianjurkan atau dirujuk untuk pemeriksaan
di puskesmas. Jika ada ibu hamil yang HIV (+), ibu bidan akan memberikan
konseling tentang apa yang harus dilakukan selama kehamilan, persalinan, dan
menyusui, serta memberikan dukungan psikologis dan sosial. Penerapan PMTCT
di wilayah Kebonharjo belum optimal karena sulitnya mencakup semua ibu hamil,
wanita yang HIV(+), dan wanita usia subur di wilayah tersebut. Prong PMTCT
yang dilakukan saat ini hanya yang mencakup ibu hamil untuk skrining HIV.
Prong PMTCT yang lain belum dilakukan karena keterbatasan tenaga dan waktu
untuk mengedukasi wanita usia subur melakukan Abstinence Be faithful Condom
no Drugs, dan wanita HIV(+) untuk merencanakan kehamilannya dengan KB
ataupun penggunaan kondom. Tantangan yang lain adalah sulitnya mengubah
perilaku masyarakat yang berisiko menularkan HIV/AIDS. Kemungkinan ini
disebabkan oleh kurangnya edukasi kepada pasien mengenai HIV/AIDS dan
pentingnya skrining HIV pada ibu hamil. Hal ini tampak dari hasil perbincangan
dengan kedua ibu hamil yang menunjukkan masih kurangnya pemahaman tentang
bahaya HIV/AIDS sehingga dibutuhkan skrining dini HIV/AIDS dan cara
penularan lewat apa saja. Cara untuk mengatasi hal ini adalah dengan
menerjunkan petugas outreach ke lapangan yang bertugas mencakup ibu hamil di
wilayah Kebonharjo. Tujuannya adalah memberi edukasi dan konseling tentang
infeksi menular seksual, terutama HIV/AIDS, menghindari perilaku berisiko, serta
menyarankan ibu hamil untuk melakukan tes VCT.
28
BAB VI
6.1 Kesimpulan
2. Dilakukan edukasi mengenai HIV/AIDS dan pentingnya skrining HIV pada ibu
hamil yang belum pernah melakukan skrining HIV, dan edukasi mengenai
pentingny melakukan skrining HIV secara rutin setiap 3 bulan pada ibu hamil
yang sudah pernah melakukan skrining HIV.
3. Deteksi dini HIV pada ibu hamil belum semuanya dilakukan pada trisemester I
kehamilan.
4. Belum semua ibu hamil yang rutin melakukan skrining HIV setiap 3 bulan
terutama pada kelompok risiko tinggi.
6.2 Saran
1. Diperlukan edukasi yang lebih masif dari Puskesmas, bidan, dan stake holder
ke masyarakat wilayah Kebonharjo di dalam hal program pelayanan PMTCT
sebagai salah satu program untuk menanggulangi transimisi HIV dari ibu hamil ke
bayinya.
2. Diperlukan kerja sama pihak Puskesmas, bidan, stake holder, dan kader
kesehatan untuk mengingatkan ibu hamil untuk melakukan deteksi dini HIV pada
29
ibu hamil di Trisemester I kehamilan dan rutin melakukan tes HIV setiap 3 bulan
terutama pada ibu hamil risiko tinggi.
30
DAFTAR PUSTAKA
13. Landers DV, Duarte G. The mode of delivery and the risk of
vertical transmission of Human Immunodeficiency Virus type 1.
The New England Journal of Medicine 1999.