Anda di halaman 1dari 1

Eris Wibiana Herawati (195070201111003)

Reguler 3

TANDA GEJALA DAN TATA LAKSANA HIV PADA IBU HAMIL DAN MENYUSUI

HIV atau Human Immunodeficiensy Virus adalah virus yang menyerang sistem kekebalan
tubuh manusia. Sedangkan AIDS atau Acquired Immune Deficiency Sindrom merupakan
kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh secara simtomatis atau
asimtomatis yang disebabkan oleh retrovirus yaitu HIV. Penularan virus HIV dapat ditularkan
dari ibu yang terinfeksi HIV kepada anaknya selama kehamilan, saat persalinan dan saat
menyusui. Penularan HIV dari ibu yang terinfeksi HIV ke bayinya juga cenderung meningkat
seiring dengan meningkatnya jumlah perempuan positif HIV yang tertular baik dari pasangan
maupun akibat perilaku yang berisiko. Untuk memutus rantai penularan HIV dari ibu ke anak,
pada tahun 2013 pemerintah memberlakukan program Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke
Anak (PPIA).

Pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak (PPIA) atau Prevention of Mother to Child
HIV Transmission (PMTCT) merupakan intervensi yang sangat efektif untuk mencegah
penularan tersebut. Pelayanan PMTCT terdiri dari tes HIV dan konseling ibu hamil selama
perawatan antenatal (ANC), persalinan dan menyusui dan memberikan obat antiretroviral
(ARV) kepada ibu yang positif HIV dan bayi yang terpajan HIV. Kebijakan Program Nasional
Penanggulangan HIV dan AIDS untuk mencegah penularan HIV dari ibu ke anak meliputi
pencegahan penularan HIV dengan upaya promotif dan preventif, memproritaskan pada daerah
dengan epidemi, memaksimalkan kesempatan tes HIV dan IMS, pendekatan intervensi
struktural, serta melibatkan berbagai pihak dalam upaya PPIA. Terdapat faktor yang
mempengaruhi penularan HIV dari ibu ke anak yang bisa berasal dari ibu, anak maupun dari
proses persalinan.

Jumlah virus HIV dalam darah ibu saat menjelang atau saat persalinan dan ketika ibu
menyusui sangat mempengaruhi penularannya. Risiko penularan HIV menjadi sangat kecil jika
kadar HIV rendah. Sedangkan risiko penularan sangat tinggi disebabkan karena sedikitnya sel
CD4, berat badan rendah, kekurangan vitamin dan mineral, adanya penyakit infeksi dan
gangguan pada payudara ibu. Kegiatan pencegahan dimulai secara menyeluruh dengan upaya
promotif dan mengadakan layanan tes HIV. Sedangkan pencegahan kehamilan pada perempuan
yang positif dapat dengan menunda kehamilan. Disamping itu penting untuk memberikan
dukungan psikologis, sosial, dan perawatan kepada ibu HIV positif beserta bayi dan
keluarganya. Kemudian cara mencegah penularan pada ibu dengan HIV dengan memberikan
edukasi dan konseling terkait HIV/AIDS dan perilaku seks aman.

Pemberian antiretroviral juga dapat dilakukan pada ibu hamil. Pemberian dapat dimulai
pada usia kehamilan ≥ 14 minggu. Sebelum diberikan ARV, perlu dilakukan pengkajian status
HIV, indikasi diberikan ARV, dan riwayat pemberian ARV. Disamping itu konseling pilihan
persalinan juga dapat diberikan beserta penjelasan ketentuan yang harus dipenuhi dan efek
sampingnya. Dalam pemberian nutrisi pada bayi ketika makanan pengganti dapat diterima,
layak, terjangkau, berkelanjutan dan aman maka dianjurkan untuk menghindari semua
pemberian ASI oleh ibu yang terinfeksi HIV. Jika tidak, pemberian ASI eksklusif dianjurkan
selama bulan-bulan pertama kehidupan. Hal tersebut dalam meminimalkan risiko penularan
HIV, menyusui harus dihentikan sesegera mungkin, dengan mempertimbangkan keadaan
setempat, situasi masing-masing wanita, dan risiko pemberian makanan pengganti (termasuk
infeksi selain HIV dan malnutrisi).

Anda mungkin juga menyukai