Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH LAPORAN PENDAHULUAN

MATA KULIAH : KEPERAWATAN ANAK (PROFESI)

“BERAT BADAN LAHIR RENDAH PADA BAYI”

Oleh :

Eris Wibiana Herawati 230170100111043

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

DEPARTEMEN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2023
A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi dan Klasifikasi
Berat bayi lahir rendah (BBLR) adalah mereka yang lahir dengan berat
kurang dari 2500 gram tanpa memandang usia kehamilan. Berat lahir adalah
berat badan yang diukur 1 (satu) jam setelah lahir (Manik et al., 2023). Dua
jenis berat badan lahir rendah (BBLR) adalah BBLR yang disebabkan oleh
preterm birth (PTB, yaitu persalinan pada usia kehamilan 37 minggu) dan
BBLR yang disebabkan oleh intrauterine growth restriction (IUGR, atau
bayi yang dilhirkan pada usia kehamilan > 37 minggu tetapi dengan berat
lahir < 2500 gram) (Manik et al., 2023). Teori lain adalah bahwa anak-anak
BBLR berisiko tumbuh dan berkembang lebih lambat daripada bayi yang
lahir dengan berat lahir normal, namun pada beberapa kasus bayi dengan
berat lahir rendah dapat meninggal saat lahir.
a) Klasifikasi BBLR berdasarkan umur kehamilan
• Bayi premature/kurang bulan (usia kehamilan < 37 minggu)
sebagian bayi kurang bulan belum siap hidup di luar kandungan
dan mendapatkan kesulitan untuk mulai bernapas, menghisap,
melawan infeksi dan menjaga tubuh tetap hangat
• Bayi cukup bulan (usia kehamilan 38-42 minggu)
• Bayi lebih bulan (usia kehamilan > 42 minggu)
b) Klasifikasi BBLR berdasarkan berat badan
• Bayi berat badan lahir amat sangat rendah/ekstrim rendah (bayi
lahir berat badan < 1000 gram)
• Bayi berat badan lahir sangat rendah (bayi lahir berat badan <
1500 gram)
• Bayi berat badan lahir cukup rendah (bayi berat badan 1501 –
2500 gram)

(Sari et al., 2023)

2. Etiologi dan Faktor Risiko


Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran premature.
Faktor ibu yang lain adalah umur, paritas, dan lain-lain. Faktor plasenta
seperti penyakit vaskuler, kehamilan kembar/ganda, serta faktor janin juga
merupakan penyebab terjadinya BBLR (Sembiring, 2019).
a) Faktor Ibu
• Penyakit
Seperti malaria, anemia, sifilis, infeksi TORCH, dan lain-lain
• Komplikasi pada kehamilan
Komplikasi yang terjadi pada kehamilan ibu seperti perdarahan
antepartum, preeklamsia berat, eklamsia, dan kelahiran preterm
• Usia ibu dan paritas
Angka kejadian BBLR tertinggi ditemukan pada bayi yang
dilahirkan oleh ibu-ibu dengan usia di bawah 18 tahun
b) Faktor Kebiasaan Ibu
Faktor kebiasaan ibu juga berpengaruh seperti ibu perokok, ibu
pecandu alkohol, dan ibu pengguna narkotika,
c) Faktor Janin
Prematur, hidramion, kehamilan kembar/ganda (gemelli), kelainan
kromosom
d) Faktor Lingkungan
Yang dapat berpengaruh antara lain: tempat tinggal di dataran tinggi,
radiasi, sosio-ekonomi, dan paparan zat-zat racun.
(Sembiring, 2019)
3. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala berat badan lahir rendah menurut (Sari et al., 2023) yaitu:
a) Berat kurang atau sama dengan 2500 gram
b) Panjang kurang dari 45 cm, lingkar dada kurang dari 30 cm, lingkar
kepala kurang dari 33 cm, kepala lebih besar
c) Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang
d) Kepala tidak mampu tegak, pernapasan 40 -5-x/menit, pernapasan
tidak teratur, nadi 100-140x/menit
e) Genitalia belum sempurna, labia minora belum tertutup oleh labia
mayora, klitoris menonjol (bayi perempuan) dan testis belum turun ke
dalam skrotum, pigmentasi pada skrotum kurang (bayi laki-laki)
f) Tonus otot lemah sehingga bayi kurang aktif dan pergerakan lemah,
fungsi syaraf yang belum atau tidak efektif dan tangisnya lemah
4. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain (Sembiring,
2019):
a) Pemeriksaan skor ballad
b) Tes kocok (shake test), dianjurkan untuk bayi kurang bulan
c) Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas diperiksa
kadar elektrolit dan Analisa gas darah
d) Foto dada ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahir dengan
umur kehamilan kurang bulan dimulai pada umur 8 jam atau
didapat/diperkirakan akan terjadi sindrom gawat nafas
e) USG kepala
5. Patofisiologi
Semakin kecil dan semakin premature bayi itu maka akan semakin
tinggi resiko gizinya. Beberapa faktor yang memberikan efek pada masalah
gizi.
a. Menurunnya simpanan zat gizi padahal cadangan makanan di
dalam tubuh sedikit, hamper semua lemak, glikogen dan mineral
seperti zat besi, kalsium, fosfor dan seng di deposit selama 8
minggu terakhir kehamilan. Dengan demikian bayi preterm
mempunyai potensi terhadap peningkatan hipoglikemia, anemia
dan lain-lain. Hipoglikemia menyebabkan bayi kejang terutama
pada bayi BBLR Prematur.
b. Kurangnya kemampuan untuk mencerna makanan. Bayi preterm
mempunyai lebih sedikit simpanan garam empedu, yang
diperlukan untuk mencerna dan mengabsorpsi lemak dibandingkan
dengan bayi aterm.
c. Belum matangnya fungsi mekanis dari saluran pencernaan,
koordinasi antara refleks hisap dan menelan belum berkembang
dengan baik sampai kehamilan 32-34 minggu, padahal bayi BBLR
kebutuhan nutrisinya lebih tinggi karena target pencapaian BB nya
lebih besar. Penundaan pengosongan lambung dan buruknya
motilitas usus terjadi pada bayi preterm.
d. Paru yang belum matang dengan peningkatan kerja napas dan
kebutuhan kalori yang meningkat.
e. Potensial untuk kehilangan panas akibat luas permukaan tubuh
tidak sebanding dengan BB dan sedikitnya lemak pada jaringan di
bawah kulit. Kehilangan panas ini akan meningkatkan kebutuhan
kalori.
PATHWAY BBLR
6. Penatalaksanaan Medis
(Sembiring, 2019)
a) Medikamentosa
Injeksi 1 mg IM sekali pemberian, atau per oral 2 mg sekali pemberian
atau 1 mg 3 kali pemberian (saat lahir, umur 3-10 hari, dan umur 4-6
minggu)
b) Diatetik
Bayi premature atau BBLR mempunyai masalah menyusui
karena refleks menghisapnya masih lemah. Untuk bayi demikian
sebaiknya ASI dikeluarkan dengan pompa atau diperas dan diberikan
pada bayi dengan pipa lambung atau pipet. Dengan memegang kepala
dan menahan bawah dagu, bayi dapat dilatih untuk menghisap
sementara ASI yang telah dikeluarkan yang diberikan dengan pipet
atau selang kecil yang menempel pada putting. ASI merupakan
pilihan utama:
• Apabila bayi mendapat ASI, pastikan bayi menerima jumlah
yang cukup dengan cara apapun, perhatikan cara pemberian
ASI dan nilai kemampuan bayi menghisap paling kurang
sehari sekali.
• Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan beratnya
naik 20 g/hari selama 3 hari berturut-turut, timbang bayi 2 kali
seminggu.

Pemberian minum bayi berat badan lahir rendah (BBLR) menurut


berat badan lahir dan keadaan bayi adalah sebagai berikut:

1) Berat lahir 1750 – 2500 gram


• Bayi sehat
− Biarkan bayi menyusu pada ibu semau bayi. Ingat
bahwa bayi kecil lebih mudah merasa letih dan
malas minum, anjurkan bayi menyusu lebih sering
(contoh: setiap 2 jam) bila perlu
− Pantau pemberian minum dan kenaikan berat badan
untuk menilai efektivitas menyusui. Apabila bayi
kurang dapat menghisap, tambahkan ASI peras
dengan menggunakan salah satu alternatif cara
pemberian minum
• Bayi sakit
− Apabila bayi dapat minum per oral dan tidak
memerlukan cairan IV, berikan minum seperti pada
bayi sehat
− Apabila bayi memerlukan cairan intravena:
o Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam
pertama
o Mulai berikan minum per oral pada hari ke-2
atau segera setelah bayi stabil. Anjurkan
pemberian ASI apabila ibu ada dan bayi
menunjukkan tanda-tanda siap untuk menyusu
o Apabila masalah sakitnya menghalangi proses
mnyusui (contoh: gangguan napas, kejang),
berikan ASI peras melalui pipa lambung:
▪ Berikan cairan IV dan ASI menurut
umur
▪ Berikan minum 8 kali dalam 24 jam
(contoh: 3 jam sekali). Apabila bayi
telah mendapat minum 160 ml/kgBB
per hari tetapi masih tampak lapar
berikan tambahan ASI setiap kali
minum. Biarkan bayi menyusu apabila
keadaan bayi sudah stabil dan bayi
menunjukkan keinginan untuk menyusu
dan dapat menyusu tanpa terbatuk atau
tersedak.
2) Berat lahir 1500 – 1749 gram
• Bayi sehat
− Berikan ASI peras dengan cangkir/sendok. Bila
jumlah yang dibutuhkan tidak dapat diberikan
menggunakan cangkir/sendok atau ada risiko terjadi
aspirasi ke dalam paru (batuk atau tersedak), berikan
minum dengan pipa lambung. Lanjutkan dengan
pemberian menggunakan cangkir/sendok apabila
bayi dapat menelan tanpa batuk atau tersedak (ini
dapat berlangsung setelah 1-2 hari namun ada
kalanya memakan waktu lebih dari 1 minggu)
− Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (misal setiap 3
jam). Apabila bayi telah mendapatkan minum
160/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri
tambahan ASI setiap kali minum.
− Apabila bayi telah mendapatkan minum baik
menggunakan cangkir/sendok, coba untuk
menyusui langsung.
• Bayi sakit
− Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam
pertama
− Beri ASI peras dengan pipa lambung mulai hari ke-
2 dan kurangi jumlah cairan IV secara perlahan
− Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh: tiap 3
jam). Apabila bayi telah mendapatkan minum
160/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri
tambahan ASI setiap kali minum
− Lanjutkan pemberian minum menggunakan
cangkir/sendok apabila kondisi bayi sudah stabil
dan bayi dapat menelan tanpa batuk atau tersedak
− Apabila bayi telah mendapatkan minum baik
menggunakan cangkir/sendok, coba untuk
menyusui langsung.
3) Berat lahir 1250 – 1499 gram
• Bayi sehat
− Beri ASI peras melalui pipa lambung
− Beri minum 8 kali dalam 24 jam (contoh: setiap 3
jam). Apabila bayi telah mendapatkan minum
160ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar,
beri tambahan ASI setiap kali minum
− Lanjutkan pemberian minum menggunakan
cangkir/sendok
− Apabila bayi telah mendapatkan minum baik
menggunakan cangkir/sendok, coba untuk
menyusui langsung.
• Bayi sakit
− Beri cairan intravena hanya selama 24 jam
pertama
− Beri ASI peas melalui pipa lambung mulai hari
ke-2 dan kurangi jumlah ciran intravena secara
perlahan
− Beri minum 8 kali dalam 24 jam (setiap 3 jam).
Apabila bayi telah mendapatkan minum
160ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar,
beri tambahan ASI setiap kali minum
− Lanjutkan pemberian minum menggunakan
cangkir/sendok
− Apabila bayi telah mendapatkan minum baik
menggunakan cangkir/sendok, coba untuk
menyusui langsung
4) Berat lahir tergantung kondisi
• Berikan cairan intravena hanya selama 48 jam pertama
• Berikan ASI melalui pipa lambung mulai pada hari ke-3
dan kurangi pemberian cairan intravena secara perlahan
• Berikan minum 12 kali dalam 24 jam (setiap 2 jam).
Apabila bayi telah mendapatkan minum 160ml/kgBB
per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI
setiap kali minum
• Lanjutkan pemberian minum menggunakan
cangkir/sendok
• Apabila bayi telah mendapatkan minum baik
menggunakan cangkir/sendok, coba menyusui langsung
c) Suportif
Hal utama yang perlu dilakukan adalah mempertahankan suhu tubuh
normal:
• Gunakan salah satu cara menghangatkan dan mempertahankan
suhu tubuh bayi, seperti kontak kulit ke kulit, kangaroo mother
care, pemancar panas, incubator atau ruangan hangat yang
tersedia di tempat fasilitas kesehatan setempat sesuai petunjuk
• Jangan memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan dingin
• Ukur suhu tubuh dengan berkala

Yang juga harus diperhatikan untuk penatalaksanaan suportif ini


adalah:

• Jaga dan pantau kepatenan jalan napas


• Pantau kecukupan nutrisi, cairan, dan elektrolit
• Bila terjadi penyulit, harus dikoreksi dengan segera (contoh:
hipotermia, kejang, gangguan napas, hyperbilirubinemia)
• Berikan dukungan emosional pada ibu dan anggota keluarga
lainnya
• Anjurkan ibu untuk tetap bersama bayi. Bila tidak
memungkinkan, biarkan ibu berkunjung setiap saat dan siapkan
kamar untuk menyusui
7. Komplikasi
Komplikasi langsung yang dapat terjadi pada bayi berat lahir rendah
antara lain:
a) Hipotermia
b) Hipoglikemia
c) Gangguan cairan dan elektrolit
d) Hyperbilirubinemia
e) Sindroma gawat nafas
f) Paten ductus arteriosus
g) Infeksi
h) Perdarahan intraventrikuler
i) Apnea of prematurity
j) Anemia

Masalah jangka panjang yang mungkin timbul pada bayi-bayi dengan


berat lahir rendah (BBLR) antara lain:

a) Gangguan perkembangan
b) Gangguan pertumbuhan
c) Gangguan penglihatan (Retinopati)
d) Gangguan pendengaran
e) Penyakit paru kronis
f) Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit
g) Kenaikan frekuensi kelainan bawaan
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Umum

a. Biodata
Terjadi pada bayi prematur yang dalam pertumbuhan di dalam kandungan
terganggu
b. Keluhan utama
Menangis lemah, reflek menghisap lemah, bayi kedinginan atau
suhu tubuh rendah
c. Riwayat penyakit sekarang
d. Lahir spontan, SC umur kehamilan antara 24 sampai 37 minnggu
,berat badan kurang atau sama dengan 2.500 gram, apgar pada 1
sampai 5 menit, 0 sampai 3 menunjukkan kegawatan yang parah, 4 sampai 6
kegawatan sedang, dan 7-10 normal
e. Riwayat penyakit dahulu
Ibu memliki riwayat kelahiran prematur,kehamilan ganda,hidramnion
f. Riwayat penyakit keluarga
Adanya penyakit tertentu yang menyertai kehamilan seperti
DM,TB Paru, tumor kandungan, kista, hipertensi
g. ADL
1) Pola Nutrisi : reflek sucking lemah, volume lambung kurang,
daya absorbsi kurang atau lemah sehingga kebutuhan nutrisi
terganggu
2) Pola Istirahat tidur: terganggu oleh karena hipotermia
3) Pola Personal hygiene: tahap awal tidak dimandikan
4) Pola Aktivitas : gerakan kaki dan tangan lemas
5) Pola Eliminasi: BAB yang pertama kali keluar adalah
mekonium, produksi urin rendah
h. Pemeriksaan
1) Pemeriksaan Umum
a) Kesadaran compos mentis
b) Nadi : 180X/menit pada menit, kemudian menurun
sampai 120-140X/menit
c) RR : 80X/menit pada menit, kemudian menurun sampai
40X/menit
d) Suhu : kurang dari 36,5 C

2) Pemeriksaan Fisik
a) Sistem sirkulasi/kardiovaskular : Frekuensi dan irama
jantung rata-rata 120 sampai 160x/menit, bunyi jantung
(murmur/gallop), warna kulit bayi sianosis atau pucat,
pengisisan capilary refill (kurang dari 2-3 detik).
b) Sistem pernapasan : Bentuk dada barel atau cembung,
penggunaan otot aksesoris, cuping hidung, interkostal;
frekuensi dan keteraturan pernapasan rata-rata antara 40-
60x/menit, bunyi pernapasan adalah stridor, wheezing
atau ronkhi.
c) Sistem gastrointestinal : Distensi abdomen (lingkar perut
bertambah, kulit mengkilat), peristaltik usus, muntah
(jumlah, warna, konsistensi dan bau), BAB (jumlah,
warna, karakteristik, konsistensi dan bau), refleks
menelan dan mengisap yang lemah.
d) Sistem genitourinaria : Abnormalitas genitalia,
hipospadia, urin (jumlah, warna, berat jenis, dan PH).
e) Sistem neurologis dan musculoskeletal : Gerakan bayi,
refleks moro, menghisap, mengenggam, plantar, posisi
atau sikap bayi fleksi, ekstensi, ukuran lingkar kepala
kurang dari 33 cm, respon pupil, tulang kartilago telinga
belum tumbuh dengan sempurna, lembut dan lunak.
f) Sistem thermogulasi (suhu) : Suhu kulit dan aksila, suhu
lingkungan.
g) Sistem kulit : Keadaan kulit (warna, tanda iritasi, tanda
lahir, lesi, pemasangan infus), tekstur dan turgor kulit
kering, halus, terkelupas.
h) Pemeriksaan fisik : Berat badan sama dengan atau kurang
dari 2500 gram, panjang badan sama dengan atau kurang
dari 46 cm, lingkar kepala sama dengan atau kurang dari
33 cm, lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30cm,
lingkar lengan atas, lingkar perut, keadaan rambut tipis,
halus, lanugo pada punggung dan wajah, pada wanita
klitoris menonjol, sedangkan pada laki-laki skrotum
belum berkembang, tidak menggantung dan testis belum
turun., nilai APGAR pada menit 1 dan ke 5, kulit keriput.
2. Diagnosis Keperawatan yang Mungkin Timbul
Menurut Proverawati (2018), diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
pada BBLR adalah:
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan maturitas pusat
pernafasan, keterbatasan perkembangan otot, penurunan
energi/kelelahan, ketidakseimbangan metabolik.
b. Hipotermi berhubungan dengan kontrol suhu yang imatur dan
penurunan lemak tubuh subkutan.
c. Resiko gangguan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidak mampuan mencerna nutrisi karena
imaturitas.
d. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan imunologis yang
kurang
3. Rencana Asuhan Keperawatan
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan maturitas pusat
pernafasan, keterbatasan perkembangan otot, penurunan
energi/kelelahan, ketidakseimbangan metabolik.
1) Tujuan: pola napas menjadi efektif
2) Kriteria hasil:
- RR 30-60 x/mnt
- Sianosis (-)
- Sesak (-)
- Ronchi (-)
- Whezing (-)
3) Rencana tindakan:
- Observasi pola Nafas.
- Observasi frekuensi dan bunyi nafas
- Observasi adanya sianosis.
- Monitor dengan teliti hasil pemeriksaan gas darah.
- Tempatkan kepala pada posisi hiperekstensi.
- Beri O2 sesuai program dokter
- Observasi respon bayi terhadap ventilator dan terapi O2.
- Atur ventilasi ruangan tempat perawatan klien.
- Kolaborasi dengan tenaga medis lainnya
b. Hipotermi berhubungan dengan kontrol suhu yang imatur dan
penurunan lemak tubuh subkutan.
1) Tujuan: suhu tubuh dalam rentang normal
2) Kriteria hasil:
- Suhu 36-37C.
- Kulit hangat.
- Sianosis (-)
- Ekstremitas hangat
3) Tindakan keperawatan:
- Observasi tanda-tanda vital.
- Tempatkan bayi pada incubator.
- Awasi dan atur control temperature dalam incubator sesuai
kebutuhan.
- Monitor tanda-tanda Hipertermi.
- Hindari bayi dari pengaruh yang dapat menurunkan suhu
tubuh.
- Ganti pakaian setiap basah
- Observasi adanya sianosis.
c. Gangguan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidak mampuan mencerna nutrisi karena
imaturitas.
1) Tujuan : Nutrisi dapat terpenuhi
2) Kriteria hasil:
- Reflek hisap dan menelan baik
- Muntah (-)
- Kembung (-)
- BAB lancar
- Berat badan meningkat 15 gr/hr
- Turgor elastis
3) Tindakan keperawatan:
- Observasi intake dan output.
- Observasi reflek hisap dan menelan.
- Beri minum sesuai program
- Pasang NGT bila reflek menghisap dan menelan tidak ada.
- Monitor tanda-tanda intoleransi terhadap nutrisi parenteral.
- Kaji kesiapan untuk pemberian nutrisi enteral
- Kaji kesiapan ibu untuk menyusu.
- Timbang BB setiap hari.
d. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan imunologis yang
kurang.
1) Tujuan: tidak terjadi infeksi
2) Kriteria hasil:
- Suhu 36-37C
- Tidak ada tanda-tanda infeksi.
- Leukosit 5.000-10.000
3) Tindakan keperawatan:
- Kaji tanda-tanda infeksi.
- Isolasi bayi dengan bayi lain.
- Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan bayi.
- Gunakan masker setiap kontak dengan bayi.
- Cegah kontak dengan orang yang terinfeksi.
- Pastikan semua perawatan yang kontak dengan bayi dalam
keadaan bersih/steril.
- Kolaborasi dengan dokter.
- Berikan antibiotic sesuai program.
DAFTAR PUSTAKA
Manik, R. et al. (2023) Bunga Rampai Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal.
I. Cilacap: PT Media Pustaka Indo.
Proverawati, A., Ismawati, C. 2018. Berat Badan Lahir Rendah. Yogyakarta: Nuha
Medika
Sari, M. T. et al. (2023) Bunga Rampai Keperawatan Anak. I. Cilacap: PT Media
Pustaka Indo.
Sembiring, J. B. (2019) Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, Anak Pra Sekolah. I.
Sleman: Deepublish Publisher.

Anda mungkin juga menyukai