Anda di halaman 1dari 1

Eris Wibiana Herawati (195070201111003)

Reguler 3

UNIVERSAL PRECAUTION DAN INFEKSI OPORTUNITIS PASIEN HIV AIDS

Penularan HIV bersumber dari pelayanan kesehatan karena di tempat tersebut merupakan
sumber dari risiko bersentuhan dengan darah ataupun cairan tubuh pasien dengan luka terbuka atau
jarum. Cara pencegahannya mulai kewaspadaan diri, pengelolaan lingkungan kerja seperti pendidikan
berkelanjutan dari tenaga kesehatan kepada pasien maupun sebaliknya. Disamping itu juga dilakukan
pasien dengan pasien lainnya serta dengan mensterilkan peralatan yang terkontaminasi.
Hal tersebut dimasukkan dalam pencegahan universal yang diartikan dengan praktik klinis yang
aman secara universal dalam merawat seluruh pasien sebagai upaya mengurangi dan menghindari
paparan infeksi. Pencegahan universal dapat dilakukan melalui penggunaan APD, pengelolaan
lingkungan kerja (termasuk dekontaminasi peralatan yang aman), praktik kerja aman, dan Pendidikan
dalam pencegahan infeksi. Salah satu yang harus diperhatikan yaitu mengelola paparan infeksi HIV.
Durasi HIV di udara terbuka tergantung pada jumlah HIV yang ada dalam cairan tubuh dan
kondisinya. HIV dinyatakan bahwa dapat bertahan hidup pada suhu kamar selama 6 hari bahkan bisa
lebih lama jika tidak terpapar sinar UV. Jika seseorang telah terkena paparan HIV maka dapat
diberikan ARV jangka pendek, memberikan konseling, dan mendidik tenaga kesehatan. Profilaksis
pasca paparan (PEP) dilakukan dalam 2 jam setelah terpapar. Apabila sumber pasien negatif HIV
maka PEP dihentikan dan dilakukan tes ulang. Jika hasil positif maka diberikan penatalaksanaan
lanjut seperti pemberian obat HIV. Selain itu profilaksis pra pajanan (PrEP) adalah ketika orang yang
tidak memiliki HIV tetapi berisiko tinggi tertular HIV minum obat HIV setiap hari untuk mengurangi
kemungkinan infeksi HIV.
Infeksi oportunistik merupakan infeksi yang lebih sering terjadi atau lebih parah pada seseorang
yang memiliki sistem imun lemah termasuk orang dengan HIV. Seseorang dengan HIV mudah sekali
terinfeksi mulai dari infeksi pernapasan yaitu pneumonia terjadi pada 20-30% pasien AIDS.
Penatalaksanaannya dengan memberikan profilaksis primer maupun sekunder tergantung jumlah sel
CD4. Selain itu juga bisa diberikan trimethoprim. Kemudian TB juga dikatakan penyebab kematian
paling umum pada pasien HIV. Mikrobakteri selain TB yaitu Myobacterium Avium (MAC) yang
dapat menyebabkan gejala mengancam jiwa dengan gangguan kekebalan. Diagnosis bisa ditegakkan
dengan kultur organisme dari sampel darah.
Infeksi gastrointestinal yang menyertai pasien HIV seperti Oral Hairy Leukoplakia (OHL).
OHL biasanya tidak menunjukkan gejala dan ditemukan selama pemeriksaan klinis rutin. Kemudian
infeksi bakteri enterik yaitu penyakit diare juga sering dialami oleh pasien dengan HIV. Tingkat
infeksi yang dialami yaitu 10 kali lipat pada pasien HIV disbanding pada umumnya. Diare juga
merupakan gejala umum pada 90% pasien AIDS. Gangguan neurologis juga dapat menjadi penyerta
pasien HIV pada sekitar 10-20%. Sedangkan pada pasien AIDS akan memiliki kelainan patologis
sistem saraf.
Gangguan lainnya yaitu penyakit dermatologis yang mana mungkin lebih parah terhadap
pengobatan HIV. Pasien AIDS sangat rentan terhadap infeksi herpesvirus yang parah dan progresif.
Sehingga hal-hal tersebut bisa dicegah dengan memperhatikan makanan dan minuman yang dapat
terkontaminasi penyebab infeksi oportunistik, menghindari kontak dengan kumam penyebab, serta
membiasakan menjaga kebersihan dengan mencuci tangan.

Anda mungkin juga menyukai