“PNEUMONIA”
Oleh :
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2023/2024
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN PNEUMONIA
MATA KULIAH : PRAKTIK PROFESI KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
Oleh:
Eris Wibiana Herawati 230170100111043
Kelompok 3D
Menyetujui,
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena anugerahnya kami
dapat menyusun makalah ini dengan baik. Makalah ini berisi tentang uraian mengenai laporan
pendahuluan tentang Struma.
Kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh tim pengajar mata kuliah Profesi
Keperawatan Medikal Bedah yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah laporan pendahuluan ini.
Kami menyadari, makalah laporan pendahuluan yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini. Akhir kata semoga makalah laporan pendahuluan ini dapat
memberikan manfaat untuk kita semua dan masyarakat Indonesia umumnya.
Penyusun
1.1 DEFINISI
Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi yang mengenai saluran pernapasan
bawah dengan tanda dan gejala seperti batuk dan sesak napas. Hal ini diakibatkan oleh
adanya agen infeksius seperti virus, bakteri, mycoplasma (fungi), dan aspirasi substansi
asing yang berupa eksudat (cairan) dan konsolidasi (bercak berawan) pada paru-paru
(Chebib et al., 2021). Pneumonia adalah penyakit infeksi akut yang mengenai jaringan
(paru-paru) tepatnya di alveoli yang disebabkan oleh beberapa mikroorganisme seperti
virus, bakteri, jamur, maupun mikroorganisme lainnya (Kemenkes RI, 2019). Pneumonia
adalah inflamasi akut jaringan paru yang diakibatkan oleh pathogen infeksius dan
merupakan infeksi yang mengancam jiwa bagi sebagian besar populasi terutama mereka
yang berusia lanjut, mengalami penyakit kronis, dan mengalami imunosupresi (Asih
Effendy, 2020).
Secara umum pneumonia dapat diklasifikasikan sebagai hospital-acquired (yang
didapat ketika pasien dirawat di rumah sakit) atau community-acquired (yang didapat di
lingkungan komunitas). Pneumonia disebut sebagai hospital-acquired jika awitan terjadi
48 jam atau lebih setelah individu dirawat di rumah sakit. Tanda dan gejala pneumonia
bergantung pada lokasi dan keluasan paru yang terkena (mis. segmen atau lobus),
penyebab pneumonia, dan kondisi klien secara keseluruhan (Asih & Effendy, 2020). Pada
penyakit pneumonia, dapat terjadi komplikasi seperti dehidrasi, bacteremia (sepsis), abses
paru, efusi pleura, dan kesulitan bernapas (Abdjul & Herlina, 2020). Bacteremia (sepsis)
dapat terjadi pada pasien jika bakteri yang menginfeksi paru masuk ke dalam aliran darah
dan menyebarkan infeksi ke organ lain, yang berpotensi menyebabkan kegagalan organ.
Selain itu, pneumonia juga dapat menyebabkan akumulasi cairan pada rongga pleura yang
disebut dengan efusi pleura. Beberapa faktor risiko pneumonia antara lain yaitu
(Misnadiarly, 2018):
1. Peminum alkohol
2. Perokok
3. Penderita diabetes mellitus
4. Penderita gagal jantung
5. Penderita penyakit paru obstruktif menahun (PPOK)
6. Gangguan sistem kekebalan karena obat tertentu (penderita kanker menerima
organ cangkokan)
7. Gangguan sistem kekebalan karena penyakit tertentu (misalnya penerima
organ cangkokan)
8. Gangguan sistem kekebalan karena penyakitnya (misalnya penderita AIDS)
1.2 ETIOLOGI
Menurut Misnadiarly (2018), pneumonia yang ada di kalangan masyarakat umumnya
disebabkan oleh bakteri, virus atau mikoplasma (bentuk peralihan antara bakteri dan virus)
1. Pneumonia Disebabkan oleh Bakteri
Bakteri yang pada umumnya muncul, antara lain:
• Streptococcus pneumoniae
• Staphylococcus Aureus
• Klebsiella Sp
• Pseudomonas sp
• Virus misalnya virus influenza
Pneumonia yang dipicu bakteri bisa menyerang siapa saja, dari bayi sampai usia
lanjut. Bakteri penyebab pneumonia paling umum adalah Streptococcus
pneumoniae sudah ada di kerongkongan manusia yang sehat.
Pada kelompok usia ini dikenal juga pneumonia sangat berat dengan gejala batuk
dan kesukaran bernapas karena tidak ada ruang tersisa untuk oksigen di paru-
paru.
2. Anak di bawah umur 2 bulan, terjadinya Pneumonia berat ditandai antara lain:
• Frekuensi pernapasan sebanyak 60 kali per menit atau lebih
• Penarikan kuat pada dinding dada sebelah bawah ke dalam
Jika bayi bernapas dengan bantuan ventilator akan tampak bahwa jumlah lendir
meningkat. Kadang-kadang bayi tiba-tiba menjadi sakit yang disertai turun
naiknya suhu tubuh.
Menurut artikel jurnal terjadinya gejala seperti demam menggigil merupakan sebuah
tanda adanya peradangan atau inflamasi yang terjadi didalam tubuh sehingga hipotalamus
bekerja dengan memberi respon dengan menaikan suhu tubuh. Gejala mual dan tidak nafsu
makan disebabkan oleh peningkatan produksi secret dan timbulnya batuk, sehingga
dengan adanya batuk berdahak menimbulkan penekanan pada intra abdomen dan saraf
pusat menyebabkan timbulnya gejala tersebut (Abdjul & Herlina, 2020).
Selain itu, gejala pneumonia lainnya adalah batuk. Batuk merupakan gejala dari suatu
penyakit yang menyerang saluran pernapasan. Hal ini disebabkan adanya mikroorganisme
atau non-mikroorganisme yang masuk ke saluran pernapasan sehingga diteruskan ke paru-
paru dan bagian bronkus maupun alveoli. Dengan masuknya mikroorganisme
menyebabkan terganggunya kinerja makrofag sehingga terjadilah proses infeksi, jika
infeksi tidak ditangani sejak dini akan menimbulkan peradangan atau inflamasi sehingga
timbulnya odema pada paru dan menghasilkan secret yang banyak (Abdjul & Herlina,
2020).
Selain itu, adanya gejala sesak nafas pada pasien pneumonia dapat terjadi karena
penumpukan sekret/dahak pada saluran pernapasan sehingga udara yang masuk dan keluar
pada paru-paru mengalami hambatan. Kemudian gejala lemas/ kelelahan juga merupakan
tanda dari Pneumonia. Hal ini disebabkan karena adanya sesak yang dialami seorang klien
sehingga kapasitas paru-paru untuk bekerja lebih dari batas normal dan kebutuhan energy
yang juga terkuras akibat usaha dalam bernapas. Lalu gejala orthopnea juga dapat terjadi
pada klien dengan Pneumonia. Orthopnea sendiri merupakan suatu gejala kesulitan
bernapas saat tidur dengan posisi terlentang (Abdjul & Herlina, 2020).
1.4 PATOGENESIS
Proses patogenenis pneumonia terkait dengan tiga faktor yaitu keadaan (imunitas)
pasien, mikroorganisme yang menyerang pasien dan lingkungan yang berinteraksi satu
sama lain. Dalam keadaan sehat, paru-paru tidak akan terjadi pertumbuhan
mikroorganisme, keadaan ini disebabkan oleh adanya mekanisme pertahanan paru.
Adanya bakteri di paru merupakan akibat ketidakseimbangan antara daya tahan tubuh,
mikroorganisme dan lingkungan. Sehingga mikroorganisme dapat berkembang biak dan
berakibat timbulnya sakit (Askar, 2020).
Ada beberapa cara mikroorganisme mencapai permukaan, yaitu:
1. Inokulasi langsung
2. Penyebaran melalui darah
3. Inhalasi bahan aerosol
4. Kolonisasi di permukaan mukosa
Dari keempat cara tersebut, cara terbanyak adalah dengan kolonisasi. Secara inhalasi
terjadi pada virus, mikroorganisme atipikal, mikrobakteria atau jamur. Kebanyakan
bakteria dengan ukuran 0,5 – 0,2 mikron melalui udara dapat mencapai bronkus terminal
atau alveoli dan selanjutnya terjadi proses infeksi (Askar, 2020).
Apabila terjadi kolonisasi pada saluran napas atas (hidung, orofaring) kemudian
terjadi aspirasi ke saluran napas bawah dan terjadi inokulasi mikroorganisme, hal ini
merupakan permulaan infeksi dari sebagian besar infeksi paru. Aspirasi dari sebagian kecil
sekret orofaring terjadi pada orang normal waktu tidur (50%) juga keadaan penurunan
kesadaran, peminum alkohol, dan pemakai obat (drug abuse). Sekresi orofaring
mengandung konsentrasi bakteri yang sangat tinggi 108 – 10/ml. sehingga aspirasi dari
sebagian kecil sekret (0,001 – 1,1 ml) dapat memberikan titer inoculum bakteri yang tinggi
dan terjadi pneumonia (Askar, 2020).
Basil yang masuk bersama sekret bronkus ke dalam alveoli menyebabkan reaksi
radang berupa edema seluruh alveoli disusul dengan infiltrasi sel-sel PMN (bagian sel
darah putih dari kelompok granulosit) dan diapedesis eritrosit sehingga terjadi permulaan
fagositosis sebelum terbentuk antibodi. Sel – sel PNM mendesak bakteri ke permukaan
alveoli dan dengan bantuan leukosit yang lain melalui psedopodosis sistoplasmik
mengelilingi bakteri tersebut kemudian terjadi proses fagositosis (Askar, 2020). Pada
waktu terjadi perlawanan antara host dan bakteri maka akan tampak 4 (empat) zona pada
daerah pasitik parasitik terset yaitu:
1. Zona luar (edema): alveoli yang terisi dengan bakteri dan cairan edema
2. Zona permulaan konsolidasi (red hepatization): terdiri dari PMN dan
beberapa eksudasi sel darah merah
3. Zona konsolidasi yang luas (grey hepatization): daerah tempat terjadi
fagositosis yang aktif dengan jumlah PMN yang banyak
4. Zona resolusi E: daerah tempat terjadi resolusi dengan banyak bakteri yang
mati, leukosit dan alveolar makrofag.
PATHWAY
Pe↑ suhu tubuh
Jamur,virus, protozoa
Metabolisme me↑ Keringat >>
Terhirup
Resti kekurangan
volume cairan
Masuk alveoli
Infeksi
Proses peradangan
Kerja sel
goblet me↑
Eksudat & serous masuk Pe↑ konsentrasi protein
Produksi sputum Tertelan ke dalam alveoli cairan alveoli
me↑ lambung
Intoleransi
aktivitas
1.5 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang menurut Abdjul dan Herlina (2020), yang dilakukan pada klien
dengan pneumonia yaitu :
1. Rontgen thorax
2. Pemeriksaan laboratorium lengkap (adanya peningkatan leukosit dan LED)
3. Pemeriksaan mikrobiologi (biakan sputum dan kultur darah)
4. Pemeriksaan analisa gas darah
5. Tindakan pungsi untuk dilakukan pemeriksaan pada cairan paru-paru
Pemeriksaan diagnostik pneumonia antara lain yaitu (Wahyuni, Neherta dan Sari, 2023):
1. Chest X-ray: teirdentifikasi adanya penyebaran (misal: lobus dan bronchial) dapat
juga menunjukkan multiple abses/infiltrate, empyema, Staphylococcus,
penyebaran atau lokasi infiltrate (bacterial), atau penyebaran/extensive nodul
infiltrate, pada pneumonia mycoplasma chest x-ray mungkin bersih.
2. Analisis gas darah (Analysis Blood Gases-ABGs) dan pulse oximetri: abnormalitas
mungkin timbul tergantung dari luasnya kerusakan paru-paru.
3. Pewarnaan Gram/Culture Sputum dan Darah: didapatkan dengan needle biopsy,
aspirasi transtrakeal, fiberoptic bronchoscopy, atau biopsy paru-paru terbuka untuk
mengeluarkan organisme penyebab. Lebih dari satu tipe organism yang dapat
ditemukan seperti Diplococcus pneumonia, Staphylococcus aureus, A.
hemolyticstreptococcus, dan Hemophilus influenza.
4. Perwarnaan Darah Lengkap (Complete Blood Count-CBC): leukositosis biasanya
timbul, meskipun nilai pemeriksaan darah putih (white blood count-WBC) rendah
pada infeksi virus.
5. Tes Serologi: membantu dalam membedakan diagnosis pada organisme secara
spesifik.
6. LED: meningkat
7. Pemeriksaan Fungsi Paru-Paru: volume mungkin menurun (kongesti dan kolaps
alveolar): tekanan saluran udara meningkat dan kapasitas pemenuhan udara
menurun, hipoksemia.
1.6 PENATALAKSANAAN
Karena penyebab pneumonia bervariasi membuat penanganannya pun akan
disesuaikan dengan penyebab tersebut. Selain itu, penanganan dan pengobatan pada pasien
pneumonia tergantung dari tinggkat keparahan gejala yang timbul dari infeksi pneumonia
itu sendiri. (Wahyudi, 2020)
1. Bagi pneumonia yang disebabkan oleh bakteri Maka pemberian antibiotik adalah
yang paling tepat. Pengobatan haruslah benar-benar komplit sampai benar-benar
tidak lagi adanya gejala pada pasien. Selain itu, hasil pemeriksaan X-Ray dan sputum
harus tidak lagi menampakkan adanya bakteri pneumonia. Jika pengobatan ini tidak
dilakukan secara komplit maka suatu saat pneumonia akan kembali mendera si
pasien. (Wahyudi, 2020)
a. Untuk bakteri Streptococus Pneumoniae Bisa diatasi dengan pemberian
vaksin dan antibiotik. Ada dua vaksin tersedia, yaitu pneumococcal
conjugate vaccine dan pneumococcal polysacharide vaccine. Pneumococcal
conjugate vaccine adalah vaksin yang menjadi bagian dari imunisasi bayi dan
direkomendasikan untuk semua anak dibawah usia 2 tahun dan anak-anak
yang berumur 2-4 tahun. Sementara itu pneumococcal polysacharide vaccine
direkomendasikan bagi orang dewasa. Sedangkan antibiotik yang sering
digunakan dalam perawatan tipe pneumonia ini termasuk penicillin,
amoxcillin, dan clavulanic acid, serta macrolide antibiotics, termasuk
erythromycin. (Wahyudi, 2020)
b. Untuk bakteri Hemophilus Influenzae Antibiotik yang bermanfaat dalam
kasus ini adalah generasi cephalosporins kedua dan ketiga, amoxillin dan
clavulanic acid, fluoroquinolones (lefofloxacin), maxifloxacin oral,
gatifloxacin oral, serta sulfamethoxazole dan trimethoprim. (Wahyudi, 2020)
c. Untuk bakteri Mycoplasma Dengan cara memberikan antibiotik macrolides
(erythromycin, clarithomycin, azithromicin dan fluoroquinolones), antibiotik
ini umum diresepkan untuk merawat mycoplasma pneumonia. (Wahyudi,
2020).
2. Bagi pneumonia yang disebabkan oleh virus Pengobatannya hampir sama dengan
pengobatan pada pasien flu. Namun yang lebih ditekankan dalam menangani
penyakit pneumonia ini adalah banyak beristirahat dan pemberian nutrisi yang baik
untuk membantu pemulihan daya tahan tubuh. Sebab bagaimana pun juga virus akan
dikalahkan jika daya tahan tubuh sangat baik. (Wahyudi, 2020)
3. Bagi pneumonia yang disebabkan oleh jamur Cara pengobatannya akan sama
dengan cara mengobati panyakit jamur lainnya. Hal yang paling penting adalah
pemberian obat anti jamur agar bisa mengatasi pneumonia. (Wahyudi, 2020)
DAFTAR PUSTAKA
Abdjul, R. L. and Herlina, S. (2020) ‘Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dewasa Dengan
Pneumonia : Study Kasus’, Indonesian Jurnal of Health Development, 2(2), pp. 102–
107.
Asih, N. G. Y. and Effendy, C. (2020) Keperawatan Medikal Bedah: Klien dengan Gangguan
Sistem Pernapasan. I. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran ECG.
Askar, M. (2020) Patofisiologi Untuk Teknologi Laboratorium Medis Buku Ajar. Makassar:
Unit Penelitian Politeknik Kesehatan Makassar.
Chebib, N. et al. (2021) ‘Pneumonia prevention in the elderly patients: the other sides’, Aging
Clinical and Experimental Research, 33(4), pp. 1091–1100. doi: 10.1007/s40520-019-
01437-7.
Misnadiarly (2018) Penyakit Infeksi Saluran Napas Pneumonia Pada Anak Balita, Orang
Dewasa, Usia Lanjut. I. Jakarta: Pustaka Obor Populer.
Wahyuni, E., Neherta, M. and Sari, I. M. (2023) Kolaborasi Keluarga & Perawat (Perawatan
Anak Dengan Pneumonia). I. Indramayu: Penerbit Adab.