Anda di halaman 1dari 3

B20 : HIV

PENCEGAHAN

Transmisi HIV dari ibu ke anak melalui

 Intrauterine (5 – 10%)  terjadi melalui penyebaran hematogen melewati plasenta ke


cairan dan membran amnion
 Persalinan (10 – 20%)  terjadi melalui konta mukokutan antara bayi dengan darah ibu,
cairan amnion, dan sekret servikovaginal saat melewati jalan lahir.
 Menyusui (5 – 20 %)

Ada 4 pendekatan pencegahan vertikal HIV

1) Pemberian ARV secara profilaksis


- Pemberian ARV lebih dini dapat menurunkan penularan HIV sebesar 93% pada pasangan
suksual non-HIV (pasangan serodiskordan)
- Terapi ARV harus diikuti dengan pengurangan perilaku berisiko (penggunaan kondom
yang konsisten, perilaku seks, dan NAPZA yang aman, pengobatan infeksi menular seks
yang konsisten dengan panduan yg tepat) dalam upaya pencegahan transmisi HIV
2) Pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak
a. Pemberian terapi ARV bagi ODHA hamil
o Metode paling efektif untuk mencegah transmisi vertikal HIV adalah dengan
menurunkan jumlah virus HIV dalam darah ibu.
o Terapi ARV kombinasi terbukti merupakan terapi yang paling efektif untuk
mencegah transmisi infeksi HIV dari ibu ke anak [efektivitas pada usia 12
bulan sebesar 42,1% (IK 95% 0,6 – 83,5%]).
o Seluruh ibu hamil dengan infeksi HIV harus diberi terapi ARV, tanpa melihat
jumlah CD4.
oWorld Health Organization mengeluarkan rekomendasi penggunaan EFV
pada ibu hamil sejak tahun 2012.
o Terapi ARV dapat segera dimulai setelah ibu didiagnosis HIV.
o Ibu yang sudah mendapat terapi ARV sebelum kehamilan dapat diteruskan
tanpa perlu menyesuaikan paduan.
o Terapi ARV tetap diteruskan sampai seumur hidup.
b. ckjsx

PROGNOSIS

KOMPLIKASI

1) Tuberculosis (TB)
2) Meningitis
3) Hepatitis C

Selanjutnya, untuk mencegah transmisi vertikal infreksi HIV dari ibu ke anak, terdapat 4
pendekatan :

1. Pencegahan terhadap wanita yang belum hamil atau wanita dengan usia reproduksi, yaitu
bisa dengan
- Konseling kesehatan reproduksi yang aman
- Edukasi tentang HIV/AID
- Layanan tes HIV
2. Pencegahan terhadap kehamilan yang tidak diinginkan pada wanita yang terinfeksi HIV, yaitu
dengan
- Akses terhadap Anti Retroviral Terapi
- Konseling & tes HIV kepada pasangan
- Konseling perencanaan keluarga
3. Pencegahan penularan infeksi HIV dari ibu ke anak (PPIA), yaitu dengan
- Akses terhadap anti retroviral terapi
- Perawatan antenatal
- Penanganan bayi lahir dari ibu HIV
- Dukungan psikososial
4. Penyediaan terapi, perawatan & dukungan bagi ibu dengan HIV, serta anak dan keluarganya
- Anti retroviral terapi jangka panjang
- Dukungan psikososial

Penanganan bayi lahir dari ibu hiv

1. Penanganan bayi saat persalinan


Prosedur bedah sesar menjadi pilihan yang baik untuk menurunkan risiko transmisi vertikal
HIV.
Pilihan bedah sesar pada usia gestasi 38 minggu untuk mengurangi risiko transmisi vertikal
infeksi HIV dilakukan pada ODHA (Orang Dengan HIV AIDS) hamil dengan viral load >= 1000
kopi/ml atau yang viral load tidak diketahui pada trimester ketiga kehamilan.
Bedah sesar tidak dilakukan pada ODHA hamil dengan viral load <1000, kecuali atas indikasi
obstetri
2. Pemberian profilaksis ARV untuk bayi lahir dari ibu hamil
3. Nutrisi
Nutrisi menjadi hal terpenting untuk mewujudkan pertumbuhan dan perkembangan bayi
yang optimal.
Nutrisi terbaik untuk bayi yaitu ASI. Namun pada ibu yang terinfeksi HIV, transmisi HIV ke
anak bisa melalui pemberian ASI.
Sehingga nutrisi yang diberikan yaitu pengganti ASI untuk menghindari transmisi HIV lebih
lanjut.
Namun jika ibu tidak bisa memenuhi pengganti ASI, misal ibu tidak bisa untuk membeli susu
formula, ASI dapat diberikan dengan memenuhi syarat AFASS

Lalu ASI diberikan ekslusif selama 6 bulan dengan syarat ibu harus mendapatkan Anti
Retrovirus Terapi (ARV) kombinasi dan anak mendapatkan ARV profilaksis

4. Profilaksis kotrimoksazol
5. Imunisasi

Kompilkasi

Pada orang penderita HIV, Jumlah CD4 nya rendah sehingga dapat menyebabkan pasien HIV berisiko
untuk menderita infeksi oportunistik dan infeksi penyulit HIV.

Anda mungkin juga menyukai