Anda di halaman 1dari 21

HIV(Human Immunodeficiency Virus)

Pada Kehamilan
Oleh: dr. Abd Harris Pane, Sp. OG
Human immunodeficiency virus (HIV) adalah infeksi virus yang fokus
menyerang sistem imun (kekebalan) tubuh. Risiko tertular HIV dipengaruhi
oleh jumlah dan virulensi virus serta respon imun penjamu.

Transmisi virus melalui:


▫ Darah
▫ Sekret vagina
▫ ASI
▫ Semen
Terdapat 2 jenis infeksi HIV:
 HIV-1: menyebar secara global dan merupakan jenis HIV yang paling
umum dengan hampir 95% orang yang terkena HIV menderita jenis
ini.
 HIV-2: terutama ditemukan di Afrika Barat tetapi mulai muncul di
Eropa, AS, dan India. Dibandingkan dengan HIV-1, penularan virus
HIV-2 dari ibu yang terinfeksi ke anaknya lebih jarang terjadi.
Faktor potensial yang mempengaruhi
penularan HIV perinatal
Faktor Maternal

• Kadar HIV / Viral load ibu yang tinggi


• Infeksi HIV yang lanjut (HIV/AIDS)
• Partus pervaginam; Prosedur invasif (mis: ekstraksi vakum, forsep)
• Terapi antiretroviral yang tidak efektif
• Koinfeksi dengan Infeksi Menular Seksual (IMS)
• Menyusui
• dll

Faktor Bayi

• Prematur
• Korioamnionitis
• BBLR
Penularan Perinatal
Viral load plasma ibu adalah prediktor terkuat dari risiko penularan HIV
perinatal.

Intrauterin
VIRAL LOAD ⬆
Saat partus
 Pervaginam

Postpartum RISIKO PENULARAN ⬆


 Melalui ASI
saat menyusui
Penularan Perinatal
Pada sebagian besar kasus, penularan perinatal
diperkirakan terjadi di dekat atau selama terjadinya
persalinan

Wanita dengan penyakit HIV yang lebih lanjut dan jumlah


CD4+ yang lebih rendah dan jumlah sel T CD8+ yang
lebih tinggi berisiko lebih besar untuk menularkan HIV
secara perinatal.
Penularan Perinatal Pada
Kehamilan Kembar
Data International Registry of HIV-
Exposed Twins :

 Risiko infeksi pada kembar yang lahir


pertama adalah 2 kali lipat dari kembar
kedua (masing-masing 26% & 13%).
 Tingkat infeksi yang lebih besar pada
anak kembar pertama mungkin
berkaitan dengan peningkatan kontak
dengan sekresi ibu selama persalinan.
Alur Tes HIV Untuk
Diagnosis
(dengan strategi tiga serial)
Penggunaan Terapi Antiretroviral
(ART) Saat Kehamilan

Tujuan pemberian terapi obat antiretroviral


dalam kehamilan adalah:
 Mengoptimalkan kesehatan ibu
 Memberikan supresi maksimal pada viral load
 Mencegah penularan HIV perinatal
 Mencegah penularan HIV horizontal ke
pasangan seksual
 Menghindari potensi toksisitas ibu atau janin

10
Penggunaan Terapi Antiretroviral
(ART) Saat Kehamilan

 Secara umum, rekomendasi untuk ibu hamil positif HIV


adalah terapi menggunakan kombinasi 3 obat (2 NRTI +
1 NNRTI).
 Ibu yang status HIV-nya diketahui sebelum kehamilan
& sudah mendapatkan ARV: ARV diteruskan dengan
paduan obat yang sama seperti saat sebelum hamil.
 Ibu hamil yang status HIV diketahui saat kehamilan:
segera diberikan ARV tanpa melihat umur kehamilan,
berapapun nilai CD4+ dan stadium klinisnya.
 Ibu hamil yang status HIV-nya diketahui dalam
persalinan: segera diberikan ARV.

11
Penggunaan Terapi Antiretroviral
(ART) Saat Kehamilan

 Wanita yang telah menerima ART untuk


infeksi HIV umumnya harus melanjutkan
pengobatannya selama kehamilan.
 Penghentian ART dapat menyebabkan
konsekuensi buruk bagi janin maupun ibu
karena dapat menyebabkan peningkatan
viral load, perkembangan penyakit
penurunan status imun serta meningkatkan
risiko penularan perinatal.

12
Dampak Penggunaan Terapi
Antiretroviral (ART) Pada
Kehamilan

Wanita hamil yang menggunakan ART


memungkinkan untuk berisiko lebih tinggi
mengalami:
 Kelahiran prematur
 BBLR (<2.500 gr): Dari 15 penelitian yang membahas
efek ART pada berat badan lahir, 5 menunjukkan adanya
hubungan antara penggunaan ART dan BBLR.

16
Penelitian yang membuktikan
penggunaan ART dapat
meningkatkan risiko kelahiran
prematur
 Kourtis AP, Schmid CH, Jamieson DJ, et al.
Use of antiretroviral therapy in pregnant HIV-
infected women and the risk of premature
delivery: a meta-analysis. AIDS.
2007;21:607–615.
 Fowler MG, Qin M, Fiscus SA, et al. Benefits
and risks of antiretroviral therapy for
perinatal HIV prevention. N Engl J Med.
2016;375:1726–1737.
 Chen JY, Ribaudo HJ, Souda S, et al. Highly
active antiretroviral therapy and adverse
birth outcomes among HIV-infected women
in Botswana. J Infect Dis. 2012;206:1695–
1705.
Monitoring Saat Kehamilan

 Kadar RNA HIV (viral load) plasma ibu hamil dengan


HIV perlu dipantau saat kunjungan awal dan
setidaknya setiap 3 bulan selama kehamilan.
 Pemantauan viral load ini dibutuhkan dengan
tujuan:
- Membantu progress terapi sehingga dapat
menurunkan viral load secepat mungkin untuk
mengurangi risiko penularan.
- Untuk mengambil keputusan tentang cara
persalinan dan perawatan bayi saat lahir
Persiapan perempuan dengan HIV
yang ingin hamil
 Pemeriksaan kadar CD4+ dan Viral Load (VL) , untuk
mengetahui apakah sudah layak untuk hamil.
 Bila VL tidak terdeteksi atau kadar CD4+ > 350
sel/mm3, sanggama tanpa kontrasepsi dapat
dilakukan, terutama pada masa subur.
 Bila kadar CD4+ masih < 350 sel/mm3, minum ARV
secara teratur dan disiplin minimal selama 6 bulan
dan tetap menggunakan kondom selama
sanggama.
Persiapan pasangan dari perempuan
dengan HIV yang ingin hamil
 Bila dipastikan serologis HIV non-reaktif (negatif), maka
kapan pun boleh sanggama tanpa kondom, setelah pihak
perempuan dipastikan layak untuk hamil.
 Apabila serologis reaktif (positif), perlu dilakukan
pemeriksaan viral load, untuk mengetahui risiko penularan.
 Apabila VL tidak terdeteksi sanggama tanpa kontrasepsi
dapat dilakukan pada masa subur pasangan.
 Apabila VL masih terdeteksi atau kadar CD4+ < 350
sel/mm3, maka sebaiknya rencana kehamilan ditunda dulu.
1. Kementerian Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu
dan Anak. (2015) Pedoman Pelaksanaan Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis
dari Ibu ke Anak bagi Tenaga Kesehatan. Jakarta, Indonesia: Kementerian
Kesehatan RI.
2. Cohn, S.E., Chappell , C.A. and Gandhi, M. (2020) “Human Immunodeficiency
Virus Infection in Women,” in Mandell, Douglas, and Bennett's Principles and
Practice of Infectious Diseases. 6th ed. Philadelphia, USA: Elsevier, pp. 1707–
1731.

Anda mungkin juga menyukai