Anda di halaman 1dari 3

Tugas Imunoserologi Lanjut

Nama : Trinida Nurhamida


NPM : EF23011
Alih Jenjang D-IV Teknologi Laboratorium Medik
Kelas Cirebon

Pertanyaan:
Apabila pasien seorang wanita HIV positif, kemudian mempunyai anak. Apakah anaknya
positif HIV juga?

Tidak semua wanita yang positif HIV akan melahirkan anak yang positif HIV.

Transmisi HIV dari ibu dengan HIV positif ke bayi disebut transmisi vertikal
dapat terjadi melalui plasenta pada waktu hamil (intrauterin), waktu bersalin (intrapartum)
dan pasca natal melalui air susu ibu (ASI). Tidak semua ibu pengidap HIV
akan menularkannya kepada bayi yang dikandungnya. HIV tidak melalui barier plasenta.
Lebih dari 90 % penularan HIV pada anak secara vertikal akibat transmisi dari ibu ke
bayi. Mayoritas ditemukan pada anak di bawah 5 tahun. Risiko penularan HIV dari ibu ke
bayi 5-10% yang terjadi pada masa kehamilan, pada proses persalinan 10-15%, dan pasca-
persalinan 5-20 %. HIV ditularkan melalui kontak seksual, transfusi darah, penggunaan jarum
suntik yang terinfeksi HIV, transplantasi organ, dan penularan dari ibu ke janin. HIV
terdeteksi dalam darah dan cairan vagina. Penularan perinatal dapat terjadi sebelum, selama,
atau setelah kelahiran.
Risiko penularan HIV dari ibu ke bayi berkisar 24-25% namun risiko ini dapat
diturunkan menjadi 1-2% dengan tindakan intervensi bagi ibu hamil HIV positif, yaitu
melalui layanan konseling dan tes HIV, pemberian obat anti retroviral, persalinan Section
Casesaria serta pemberian susu formula untuk bayi.
Transmisi vertikal terjadi sekitar 15-40%, sebelum penggunaan obat antiretrovirus.
Perbedaan ini terjadi karena perbedaan insidens pemberian ASI. Diperkirakan
risiko transmisi melalui ASI adalah 15%. Apabila ibu terinfeksi pada saat hamil tua atau pada
saat menyusui maka risiko tersebut meningkat sampai 25%. HIV, virus penyebab AIDS,
dapat menular dari ibu yang terinfeksi HIV ke bayinya yang baru lahir. Bila ibu baru tertular
HIV pada akhir masa kehamilan, viral loadnya akan sangat tinggi waktu melahirkan anak,
yang berarti risiko bayi terinfeksi HIV waktu lahir paling tinggi
Risiko transmisi vertikal bergantung pada beberapa faktor :

 Usia kehamilan. Transmisi vertikal jarang terjadi pada waktu ibu hamil muda, karena
plasenta merupakan barier yang dapat melindungi janin dari infeksi pada ibu.
Transmisi terbesar terjadi pada waktu hamil tua dan waktu persalinan.
 Beban virus di dalam darah.
 Kondisi kesehatan ibu . Stadium dan progresivitas penyaklit ibu, ada
tidaknya komplikasi, kebiasaan merokok, penggunaan obat-obat terlarang
dan defisiensi vitamin A.
 Faktor yang berhubungan dengan persalinan; seperti masa kehamilan, lamanya
ketuban pecah, dan cara persalinan bayi baru lahir.
 Pemberian profilaksis obat antiretroviral
 Pemberian ASI

Virus ini ditularkan dari ibu ke anak melalui berbagai mekanisme. Penularan vertikal
lebih mungkin terjadi pada ibu dengan tandatanda klinis dan imunologi lanjut dan beban
virus yang lebih besar. Viral load berdampak pada transmisi vertikal ke neonatus. Cooper
menemukan bahwa 30.000 kopi/mL RNA virus menyebabkan infeksi neonatus pada subjek.
Tidak ada penularan vertikal pada ibu dengan viral load di antara 2.615 bayi yang lahir dari
ibu yang menggunakan ARV sebelum melahirkan, menurut penelitian Mandelbrot . Untuk
mencegah penularan, viral load harus ditekan selama kehamilan, kecuali saat melahirkan
(ketika bayi baru lahir bersentuhan langsung dengan darah dan cairan vagina ibu). Jika
plasenta terganggu, penularan dapat terjadi di dalam rahim karena bayi tidak lagi terlindungi
dari infeksi HIV oleh sawar darah plasenta. Selain itu, karakteristik bayi seperti prematur dan
nutrisi prenatal yang tidak memadai tampaknya mempengaruhi risiko penularan vertikal.
HIV adalah salah satu virus RNA rantai tunggal milik keluarga lentivirus. Masa
inkubasi yang panjang dan penyakit yang berkepanjangan adalah ciri khas virus ini. HIV
memasuki sel target melalui pengikatan pada reseptor glikoprotein pada permukaan sel
makrofag dan sel T CD4+. Kapsid HIV kemudian dilepaskan ke dalam sel ketika envelope
virus dan membran sel telah menyatu. Virus ini membuat salinan DNA yang dimasukkan ke
dalam DNA sel inang dan direkam menggunakan virally-encoded enzim reverse
transcriptase. Tindakan ini menghasilkan pelepasan virus baru dan penghancuran sel CD4.
HIV dapat menginfeksi sel kekebalan dan mengurangi sel T CD4+ melalui 3 mekanisme:
membunuh virus langsung dari sel yang terinfeksi, meningkatkan apoptosis sel yang
terinfeksi, dan limfosit CD8 membunuh sel T CD4+ sitotoksik. Ketika sel T CD4+ rendah,
tubuh lebih rentan terhadap infeksi oportunistik, yang mengarah ke AIDS.
Daftar Pustaka

KEMENKES RI. (2020). Infodatin HIV AIDS. Kesehatan, 1–8.


http://www.depkes.go.id/resources/do wnload/pusdatin/infodatin/Infodatin AIDS.pdf

Hartanto, & Marianto. (2019). Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dalam
Kehamilan. Cdk-276, 46(5), 346–350.

Allain & Kautsar. (2022). BAYI LAHIR DARI IBU TERINFEKSI HIV. Surakarta.
Continuing Medical Education

Novita Agustina, Ns, M.Kep, Sp.Kep. A. 2022. Apakah Orang tua HIV Bisa Mempunyai
Anak yang Tidak HIV ?. https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/757/apakah-orang-tua-hiv-
bisa-. 15 Oktober 2023 11:30

Anda mungkin juga menyukai