Anda di halaman 1dari 3

Nama : Kadek Cristina Cahya Wardani

NIM : 2115201033
No Absen : 09

PRANIKAH & PRAKONSEPSI


1. Bagaimana seharusnya menjadi tenaga kesehatan dalam bersikap jika menemukan ibu hamil
dengan HIV Reaktif sedangkan suami negatif?

Menurut saya, apabila kita sebagai bidan menemukan kasus seorang ibu hamil dengan HIV
Reaktif dan suami non reaktif adalah dengan memberikan edukasi dan pengertian mengenai
HIV. Memberikan KIE cara penularan dan pencegahan HIV, serta memberikan dukungan
moral kepada ibu tersebut sehingga ibu hamil mau berobat dengan melakukan pemeriksaan
kehamilan secara rutin di tenaga kesehatan untuk memantau kondisi janin dan kelainan.
Mendukung ibu untuk rajin meminum ART. Pengobatan HIV secara umum dilakukan lewat
terapi obat antiretroviral (ART). Kombinasi obat ini dapat mengendalikan atau bahkan
menurunkan jumlah viral load HIV pada darah ibu hamil. Seiring waktu, kerutinan menjalani
pengobatan HIV dapat meningkatkan daya tahan tubuh untuk melawan infeksi. Patuh
terhadap terapi ART juga memungkinkan ibu hamil mencegah penularan infeksi HIV pada
bayi dan pasangannya.
Memberitahukan ibu tersebut untuk terbuka kepada suami dan tidak saling menyalahkan satu
sama lain tetapi saling mendukung untuk melakukan pengobatan, selain itu pula dengan
melakukan pemeriksaan darah HIV secara rutin untuk melakukan deteksi dini penularan dan
apabila berhubungan seksual dapat menggunakan kondom. Serta melakukan persalinan di
Rumah sakit agar bayi dapat terhindar dari Virus HIV.

2. Apakah kadar viraload ibu bisa mempengaruhi seberapa besar resiko bayi terpapar virus
HIV?
Ibu hamil yang terdiagnosis positif HIV juga dapat menularkan infeksinya pada bayi di
dalam kandungan lewat plasenta. Tanpa pengobatan, seorang ibu hamil yang positif HIV

berisiko sekitar 25-30% untuk menularkan virus pada anaknya selama kehamilan. Resiko
penularan HIV dari ibu ke bayinya bisa ditekan hingga 1 % apabila rutin melakukan
pengobatan. Ibu dengan viral load HIV yang tinggi lebih mungkin menularkan infeksi pada
bayinya. Kebanyakan ahli menganggap bahwa risiko penularan pada bayi sangat amat rendah
bila viral load ibu di bawah 1000 waktu melahirkan. Walaupun janin dalam kandungan dapat
terinfeksi, sebagian besar penularan terjadi dalam proses melahirkan. Bayi lebih mungkin
tertular jika persalinan berlanjut lama. Selama persalinan, bayi dalam keadaan berisiko
tertular oleh darah ibunya. Risiko penularan sangat rendah bila ART dipakai oleh ibu waktu
hamil dan melahirkan. Angka penularan hanya 1–2% bila ibu memakai ART. Pedoman
terbaru di Indonesia mengusulkan semua ibu hamil memakai ART. Bayi diberi satu AZT pas
setelah lahir, dengan AZT diteruskan dua kali sehari selama enam minggu. Dengan cara ini,
angka penularan dapat ditekan menjadi di bawah 2%. Menjaga proses kelahiran tetap singkat
waktunya: Semakin lama proses kelahiran, semakin besar risiko penularan. Bila ibu memakai
ART dan mempunyai viral load di bawah 1000, risiko hampir nol. Ibu dengan viral load
tinggi dapat mengurangi risiko dengan melahirkan melalui bedah Sesar.
3. Sebagai seorang bidan asuhan yang bagaimana yang bisa kita berikan bagi ibu hamil dengan
HIV Reaktif ?

Asuhan Kebidanan yang dapat diberikan bagi ibu hamil dengan HIV

1. Melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin dan memantau kondisi ibu dan bayi.
Peran bidan dalam memberikan pelayanan antenatal care untuk mendeteksi secara dini
adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil dan
mencegah transmisi vertikal dari ibu ke bayi. Mengingat tugas bidan yang merupakan
ujung tombak dalam pelayanan ante natal care khususnya pada ibu hamil dengan
HIV/AIDS.
2. Memberikan KIE cara penularan dan pencegahan HIV. Pencegahan HIV, baik melalaui
pencegahan seksual, seperti tidak melakukan seks bebas, setia terhadap pasangan, dan
menggunakan kondom bila memiliki perilaku buruk gonta-ganti pasangan. Dalam
pencegahan HIV secara non seksual, tidak menggunakan naroba suntik, serta
menghindari transfusi darah agar dirinya tidak menjadi penyebab penularan HIV kepada
orang lain. pencegahan melalui transmisi ibu ke anak dalam pencegahan HIV yang lebih
dikenal dengan program PMTCT atau PPIA. Dan memberikan KIE apabila berhubungan
untuk menggunakan kondom.
3. Peran bidan merupakan peran yang dilakukan oleh bidan. dalam memberikan informasi
tentang pemeriksaan VCT, peran bidan dalam menganjurkan atau mengajak ibu hamil
untuk melakukan pemeriksaan VCT dan peran bidan dalam melakukan evaluasi
kepatuhan ibu hamil dalam melakukan pemeriksaan VCT
4. Melakukan pemantauan kepada ibu hamil tersebut agar rutin minum ARV.
penaggulangannya yaitu dengan program pemerintah yaitu ARV (Anti Retroviral). Terapi
ARV ini sangat penting bagi orang dengan HIV positif
5. Memberikan dukungan moral dan emosional terhadap ibu hamil dengan HIV,
mengedukasi suami dan keluarga untuk memberikan dukungan.
6. Melakukan persalinan di Rumah sakit, dengan melakukan Tindakan SC untuk
mengurangi penularan virus HIV ke bayi

Anda mungkin juga menyukai