Anda di halaman 1dari 95

PENANGANAN TRIPLE ELIMINASI

HIV, SIFILIS DAN HEPATITIS B


PADA BAYI
Dwiyanti Puspitasari
Leny Kartina

DIVISI INFEKSI DAN PENYAKIT TROPIK ANAK


DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK RSUD DR SOETOMO/FK UNIVERSITAS AIRLANGGA

Murnajati Lawang, 26 Oktober 2022

1
OUTLINE
• EPIDEMIOLOGI HIV, HEPATITIS B DAN SIFILIS DI INDONESIA
• STRATEGI PENANGGULANGAN
• TATALAKSANA BAYI YANG LAHIR DARI IBU HIV, HEPATITIS B DAN SIFILIS
KONGENITAL

2
SITUASI HIV DI INDONESIA

3
Penemuan Kasus AIDS s.d Maret 2021

4
5
6
JUMLAH KASUS DI RSUD DR
SOETOMO SAMPAI 2004 - 2019
• BIHA :523 BAYI
• HIV/AIDS : 215 ANAK
• PINDAH LINI KE 2 : 16 ANAK
• KASUS BARU PER BULAN : 2-3 KASUS
• Pasien rutin s/d sekarang on ARV : 160 anak
• Kasus LFU : 30 anak

7
Congenital Sifilis di RSUD Dr Soetomo
• Sejak program PPIA/triple eliminasi

• jumlah kasus CS ditemukan 17 bayi sejak 2018

8
EPIDEMIOLOGI HEPATITIS B DI
INDONESIA
• Prevalensi hepatitis B > 8 % termasuk dalam tingkat endemisitas
tinggi
• Sampai saat ini diperkirakan 30 juta penderita hepatitis B dan C
• Riskesdas 2013, prevalensi meningkat 1,2 % yaitu 2x lebih tinggi
dibandingkan tahun 2007

9
DATA IBU
HAMIL HBsAG
REAKTIF 2017
• Jawa Timur 2, 77 %
persentase ibu hamil
yang terdiagnosa Hep
B pada tahun 2017
• Persentase ibu hamil
HBsAg reaktif tertinggi
yaitu Nusa Tenggara
Barat (6,15%), Nusa
Tenggara Timur
(5,26%) dan Papua
(3,92%)

10
STRATEGI PENANGGULANGAN ???

11
12
BAGAIMANA KEBERHASILAN
PROGRAM TRIPLE ELIMINASI

13
TC T
Thailand menjadi negara
N M
Asia pertama yang
TI O
mengumumkan tidak
IN A
mempunyai kasus baru HIV
LI M
pada anak, dan mencapaiE
target WHO mengurangi
penularan dari 40% mjd
1,9%

14
THAILAND

15
KEMUDIAN
MALAYSIA
16
17
18
TATALAKSANA BAYI DARI
IBU HIV

19
PATOFISIOLOGI
INFEKSI DARI
IBU KE BAYI

20
Hypothetical model of vertical transmission in
children

Shearer and Hanson: Medical Management of AIDS in Children, 2003 21


Penularan HIV pada Anak
• Transmisi vertikal >90%
• Sebagian besar infeksi HIV pada anak didapat pada periode
perinatal lewat transmisi dari ibu HIV+ ke bayinya.
• Epidemiologi infeksi HIV anak yang didapat pada periode perinatal
berkaitan erat dengan epidemiologi infeksi HIV pada perempuan
• Transmisi horizontal
• Transfusi darah
• Jarum suntik – remaja pengguna narkoba
• Hubungan seks (perkosaan, dll)

22
Transmisi HIV dari Ibu ke Anak

Setelah
Intrauterin Saat Persalinan
melahirkan (ASI)
5-10% 10-20%
5-20%
< 2%
ARV ibu ARV ibu ARV bayi
Pilihan persalinan aman Susu formula
Keseluruhan risiko tanpa pemberian ASI : 15-30%
Risiko dengan pemberian ASI 6 bulan : 25-35 %
Risiko dengan pemberian ASI 18-24 bulan : 30-45% JAMA 2000;283:1175–82
WHO, 2006

23
FAKTOR RISIKO PENULARAN HIV
DARI IBU KE ANAK
Maternal Obstetrik
- Viral load yang tinggi - Kelahiran per vaginam vs SC
(>5.000 copies/mL misal - KPD yang terbengkalai
saat terjadi serokonversi) - Pendarahan intrapartum (Kala
- Karateristik Virus II)
- CD4<200/ T limfosit - Chorioamnionitis
- Prosedur invasif (misal epis,
count)
EF/EV
- Defisiensi imun
- Infeksi virus, bakteri, Bayi
parasit - Preterm (BBLR) < 34 mg
- Defisiensi vitamin A - ASI/Mastitis
- IDUs - Luka di mulut bayi
- Banyak pasangan seksual 24
Kunci Intervensi PMTCT/PPIA
• Mengurangi jumlah virus ibu dengan ARV ibu

• Persalinan aman

• Terapi ARV profilaksis bayi nya

• Pemberian makan pada bayi yang aman

25
Waktu pemberian ARV pada ibu hamil dan
hubungannya dengan risiko infeksi

Pemberian ARV < 4 minggu untuk ibu


hamil terinfeksi HIV mempunyai risiko 5,5
kali lebih tinggi dibandingkan dengan ibu
yang mendapatkan ARV > 13 minggu

Chibwesa CJ, et al. JAIDS 2011;58:224-8.

26
Pilihan Persalinan dan Risiko Penularan
HIV
Persalinan Per vaginam Persalinan Perabdominam
Syarat: Syarat:

• Pemberian ART mulai pada < • Ada indikasi obstetrik


14 minggu (ART > 6 bulan) atau dan
• VL >1.000 kopi/µL atau

• VL <1.000 kopi/µL • Pemberian ART dimulai pada


usia kehamilan > 36 minggu
Risiko transmisi 2%-4%

BILA SYARAT TIDAK TERPENUHI, RISIKO 10%-20%


27
Pedoman nasional pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak. Kemenkes 2012
Tata Laksana Bayi Lahir dari Ibu Terinfeksi
HIV

Penanganan
bayi saat Pilihan nutrisi ARV profilaksis
persalinan

Diagnosis dini
Profilaksis
bayi (Early infant Imunisasi
kotrimoksazol
diagnosis/EID)
28
Penanganan bayi saat persalinan
• Universal precaution
• Gunakan sarung tangan saat terpapar dengan darah atau cairan
tubuh
• Jepit dan potong tali pusat dengan hati-hati untuk mengurangi
kontaminasi percikan darah
• Keringkan dan bersihkan kulit bayi dengan kain hangat untuk
mengurangi kontaminasi darah atau cairan tubuh ibu sebelum
pindah ke ruang perawatan
• Hindari penggunaan gastric tube yang tidak perlu untuk
mencegah trauma mukosa
• Berikan vitamin K dan vaksinasi rutin
29
PROFILAKSIS ARV UNTUK BAYI

Profilaksis profilaksis ARV untuk bayi lahir dari ibu terinfeksi HIV:
• Bayi dengan susu formula: zidovudin selama 6 minggu
• Bayi dengan ASI: zidovudin DAN nevirapin selama 6 minggu (dan
ibu harus mendapatkan terapi ARV)
Level of evidence 1a, recommendation A

30
Dosis Profilaksis ARV
  Dosis Lama
pemberian
Usia gestasi ≥35 minggu: 4 mg/kg/kali, 2 kali sehari, dapat dimulai pada
usia 6-12 jam.
Zidovudin Usia gestasi ≥30 sampai <35 minggu: 2 mg/kg/kali, setiap 12 jam, lalu 3 Lahir sampai
  mg/kg/dosis setiap 12 jam pada usia 15 hari usia 6 minggu
Usia gestasi <30 minggu: 2 mg/kg/kali, setiap 12 jam, lalu 3 mg/kg/kali
setiap 12 jam setelah usia 4 minggu
Nevirapin Berat lahir 1500–2000 gram: 8 mg/dosis
(untuk bayi Berat lahir 2000-2499 gram: 10 mg/dosis Lahir sampai
dengan ASI) Berat lahir > 2500 gram: 15 mg/dosis usia 6 minggu
 

HARUS DIBERIKAN DALAM 6-12 JAM PERTAMA


Waktu paling lambat pemberian ARV profilaksis adalah usia 72 jam
31
Profilaksis Kotrimoksasol

• Diberikan pada semua bayi terekspos HIV (bayi lahir dari ibu HIV)
dari usia 6 minggu (termasuk atau tidak dalam program PMTCT)
• Diberikan sampai infeksi HIV sudah disingkirkan DAN ibu sudah
tidak memberikan lagi ASI
• Mencegah pneumonia Pneumocystis Jirovecii dan juga efektif
mencegah toxoplasmosis dan beberapa infeksi bakteri seperti
Salmonella, Haemophilus, Staphylococcus

JOINT WHO/UNAIDS/UNICEF STATEMENT ON USE OF COTRIMOXAZOLE AS


PROPHYLAXIS IN HIV EXPOSED AND HIV INFECTED CHILDREN

32
Profilaksis Kotrimoksasol

• Dosis: 4-6 mg TMP/kg BB, 1x/hari, setiap hari


• Sediaan: Sirup 40 mg (TMP) tiap 5 mL, tablet 80 mg (TMP)
dan 160 mg (TMP)
• Efek samping: reaksi berat seperti Sindrom Stevens Johnson,
atau toksisitas hematologi berat  jarang pada bayi

33
KOTRIMOKSASOL SAMPAI KAPAN ??

34
Pilihan Nutrisi

ASI
Susu formula

Keuntungan vs Kerugian
35
36
Faktor Risiko Penularan HIV melalui ASI

• Jumlah virus dalam darah (> 1000 kopi)

Ibu dan ASI


• Jumlah CD4
• Masalah payudara

• Integritas usus
Bayi • Pilihan nutrisi

37
Konsekuensi Pemberian ASI dari Ibu Terinfeksi
HIV

Kesehatan Ibu dan Anak


Penelitian MASHI (Afrika):
Resistensi ARV
Transmisi HIV • Mortalitas di usia 7 bulan:
anak dengan sufor > anak
dengan ASI • Bayi yang terpajan
Angka transmisi HIV
• Mortalitas di usia 18 bulan: dengan ARV saat masa
melalui ASI masih
tidak ada perbedaan PPIA mempunyai risiko
sekitar 5-10% RSCM: resistensi ARV (30-
walaupun ibu dan • Tidak ada perbedaan
80%), terutama
bayi mendapatkan bermakna antara
morbiditas dan mortalitas terhadap nevirapin.
profilaksis ARV.
bayi lahir dari ibu terinfeksi
HIV yang mendapatkan
formula dengan bayi Chikhungu , et al (meta-analysis)
JAMA. 2006;296:794-805
normal. Zeh C, et al. PLoS Med. 2011; 8: e1000430.
Nelson JA, et al. AIDS. 2015;29:2131-8. 38
Fogel JM, et al. Pediatr Infect Dis J. 2013; 32: 10.
Transmisi HIV setelah ASI
pada ibu HIV dengan ART: systematic review

A. Overall pooled transmission rates at 6 months for breastfed infants with mothers on antiretroviral treatment
(ART) was 3.54% and at 12 months 4.23%
B. Postnatal transmission rates were 1.08 at six and 2.93 at 12 months. ART was mostly provided for PMTCT only
and did not continue beyond six months postpartum 39
Prinsip AFASS dalam Pemberian Susu
Formula

Acceptable Feasible Affordable


Bila syarat AFASS tidak terpenuhi, maka bayi dapat
diberikan ASI eksklusif selama 6 bulan.
LAKUKAN
KONSELING Safe Sustainable
SEBELUM
MELAHIRKAN

Pentingnya konseling!! 40
41
Infant feeding practice counselling
A cceptable Acceptable (Dapat diterima)
Feasible (Layak penyajiannya),
WHO criterias’ for F easible Affordable (Terjangkau)
infant formula A ffordable Sustainable (Berkelanjutan)
S ustainable Safe (Aman)
S afe

• Perlu pendampingan konseling menyusui


• Jika mastitis : jangan langsung menyusu di putting yang luka

JANGAN MEMBERI SUSU CAMPURAN:


ASI DAN FORMULA !!!!
42
Risiko Transmisi Berdasarkan Pilihan
Nutrisi
40
35 Mixed feeding
30 ASI eksklusif
25 Susu formula

20
15
10
5
0
r
ah
i g u a n a n a n hs h s
L in
g
b ul b ul b ul o n t
o nt
m 3 6 9 m m
6 1 15 AIDS. 2001;15:379-87 43
Early Infant Diagnosis (EID)
• Diagnosis dini penting untuk memberikan inisiasi terapi ARV dini
• Inisiasi terapi ARV dini memberi prognosis klinis lebih baik
• Kendala:
–Teknik pemeriksaan
–Biaya
–Pemberian ASI  diperiksa setelah 6 minggu penghentian ASI

Jika bayi terpapar dalam 12 minggu pertama usia nya 75% lbh
rendah untuk meningga karena AIDS
44
Waktu Pemeriksaan

4-6 minggu: 4-6 bulan:


18 bulan:
PCR HIV PCR HIV
Antibodi HIV
DNA DNA

HIV task force, Indonesia Pediatric Society


45
Diagnosis pasti infeksi:
• Dua kali uji virologi positif, usia berapa saja ATAU
• Usia >18 bulan dengan hasil uji positif atau uji serologi
positif
Diagnosis pasti tidak ada infeksi pada bayi tanpa ASI:
• Tidak ada bukti klinis ataupun laboratoris dari adanya
infeksi HIV DAN
• Dua kali hasil uji virologi negatif, keduanya dilakukan
pada usia >1 bulan dan salah satunya pada usia >4
bulan, dan tidak pernah positif ATAU
• Dua kali atau lebih hasil uji serologi HIV negatif pada
usia >6 bulan

46
Ringkasan • Jika PCR tidak bisa dilakukan,
profilaksis kotrimoksasol
• Jika antibodi 9 bulan negatif: bayi
tidak terinfeksi (kecuali masih ASI):
diteruskan, lakukan pemeriksaan stop kotrimoksasol
antibodi pada usia 9 bulan
Bayi sehat dari Ibu HIV+ • Jika antibodi 9 bulan positif: ulangi
antibodi di 12-18 bulan

USIA 6 USIA 4-6 USIA 9 USIA 18


LAHIR
MINGGU BULAN BULAN BULAN

PROFILAKSIS ARV: PROFILAKSIS KOTRIMOKSASOL


• AZT – SF
• AZT + NVP – ASI EKS

EID (PCR DNA EID (PCR DNA ANTIBODI ANTIBODI


HIV) I HIV) II (KONFIRMASI)
• Profilaksis ARV dihentikan, berikan • Jika hasil PCR II negatif, profilaksis
profilaksis kotrimoksasol kotrimoksasol dihentikan
• Jika hasil PCR I atau II positif  terapi ARV
(3 obat), konfirmasi ulang PCR
47
Imunisasi
• Bayi yang terpapar HIV harus mendapat imunisasi sesuai
dengan jadwal Kemkes RI atau IDAI untuk melindungi dari
berbagai penyakit
• Prinsip umum: tidak memberi vaksin hidup bila sudah
terdapat gejala infeksi HIV
• Perhatian khusus untuk BCG yang dapat diberikan apabila
infeksi HIV sudah dapat disingkirkan  MENGHINDARI
DISEMINATA BCG-ITIS

48
49
50
Jadwal PPIA
Lahir 10 hari 4 6 2 3 4 6 9 18
minggu minggu bulan bulan bulan bulan bulan bulan

Berat badan/panjang
badan
Nutrisi* SF SF SF SF SF SF SF SF-MP SF-MP SF-MP
Profilaksis ARV
Zidovudin 4 mg/kg/kali,
Tiap 12 jam**
Kotrimoksazol
4-6 mg TMP/kg/kali

Imunisasi Sesuai jadwal imunisasi Kemenkes


Perhatian khusus” BCG
Hb/Ht *dengan indikasi

PCR RNA/DNA
1 2 AB

SF: susu formula; MP: makanan padat; Hb: Hemoglobin; Ht: Hematokrit; PCR RNA/DNA : Polymerase chain reaction RNA/DNA ; AB: HIV
antibody; ARV: antiretroviral.
* : bila AFASS tidak terpenuhi, maka bayi dapat diberikan ASI eksklusif selama 6 bulan, tidak boleh mixed feeding.
** : dosis khusus untuk prematur 51
TATA LAKSANA BAYI
LAHIR DARI IBU
TERINFEKSI SIFILIS

52
GEJALA KLINIS IMS PADA IBU HAMIL
1. Asimptomatis atau subklinis
2. Rekuren infeksi
3. Kronik infeksi
4. Penularan setelah kehamilan

Bayi lahir asimtomatis atau lahir Kecacatan atau


dengan gejala kematian
53
SIFILIS
KONGENITAL

• Definisi WHO:
• Lahir mati, lahir hidup atau janin mati pada usia
kehamilan lebih dari 20 minggu atau lebih dari 500 g,
dari seorang ibu seropositif sifilis tanpa pengobatan yang
adekuat.
• Lahir mati, lahir hidup, atau anak usia kurang dari 2
tahun dengan bukti terinfeksi sifilis secara klinis atau
laboraturis
WHO guidelines for the treatment of Treponema pallidum (syphilis).
54
2016
Sifilis Kongenital

Komplikasi sifilis pada


kehamilan
Risiko penularan Komplikasi kehamilan 69%
• terutama trimester 2 & 3 Abortus/lahir mati 25%
Prematur/BBLR 13%
• Sifilis primer & sekunder  70-100%
Lahir mati 11%
• Sifilis laten  40% Sifilis kongenital 20%

WHO prevention mother to child transmission of syphilis. www.thelancet.com/infection. Vol. 11 september


55
SIFILIS
KONGENITAL

Organ tubuh janin


yang terkena
sifilis: Plasenta
Hepar
Paru-
paru
Tr. Gastrointestinal
Ginjal
Pankreas
Susunan syaraf
pusat Sistem tulang

56
Pajana
Perjalanan n Inkubasi primer
(10-90 hari setelah
Sifilis
tanpa
pajanan)
Sifilis Primer Neurosifilis
Pembentukan Invasi CNS
dini
Terapi Chancre
Inkubasi Sekunder
(25% -
60% )
4-10 minggu
setelah Adanya
Menular melalui chancre
hubungan seksual Sifilis
atau
transmisi ibu ke Sekunder Simptomati
anak s (5%)
M eningiti
Asimptomatis
25% Sifilis laten dini s
Penyakit
Sifilis ≤ 1 (Asimptomatis
tahun Meningo
pascainfeksi
) Vaskular
Kongenit
al
Menular melalui
transmisi ibu ke Sifilis laten
anak lanjut
(Asimptomatis)
> 1 tahun
pascainfeksi

Sifilis Sifilis
Tidak Tersier Tersier
Neurosifilis
Sifilis Gum
menular lanjut
kardiovaskular a Paresis Tabes Dorsalis
(10%) (15% ) (2% - (2-9%)
5% ) Awitan 3-50
. Awitan 20-30 Awitan 1-46 Awitan 2-30 tahun
tahun Pascainfeksi tahun 57
J of Clin Invest. 2011;121(12):4584- tahun pasceinfeksi
Pascainfeksi pascainfeksi
MANIFESTASI SIFILIS
KONGENITAL
• Manifestasi dari asimtomatik sampai fatal
• Manifestasi dini: abortus spontan, lahir mati, ensefalitis, lesi kulit
generalisata, rhinitis (snuffles nose), disfungsi hepar, kegagalan
multi organ, paralisis ekstremitas, gagal tumbuh/gangguan
tumbuh kembang
• Manifestasi lanjut: umumnya tidak tampak saat lahir  pada
anak yang lebih besar  termasuk frontal bossing, osteitis
tulang panjang, malformasi gigi dan maksilofasial, keratitis, tuli
neurosensorik, gangguan neuropsikologis, bengkak sendi
58
SIFILIS KONGENITAL
DINI

Rhinitis Fisura

King Holmes 2008 Indian J Sex Transm Dis.2013;34:35(7)


59
SIFILIS KONGENITAL
DINI

Sifilis pemfigus

Case Rep Pediatr. 2012:1-4


60
61
Mulberry mollar

62
SIFILIS KONGENITAL
LANJUT
Trias Hutchinson

Hutchinson teeth Interstitial keratitis

Sensoryneural deaffnes
63
PENTING MEWASPADAI
GEJALA STADIUM LANJUT !!!
• Gangguan bicara pada anak karena gangguan pendengaran
• Gangguan penglihatan atau adanya keputihan di kornea mata
• Gigi anak yang runcing tajam
• Sikatriks pada kulit sekitar mulut, genital dan anus
• Malformasi tibia (Sabre shins)

64
DIAGNOS
IS

65
Pemeriksaan Fisik

• Sekret hidung • Area genitalia dan perianal


• Rongga mulut • Pemeriksaan neurologi
• Kelenjar getah bening • Abdomen
• Kulit di badan • Telapak tangan dan kaki

66
Riwayat Penyakit
• Bayi lahir dari ibu sifilis, titer serologi min 4x lebih tinggi dari titer
ibu atau tetap positif 4 bulan
• Dalam 2 tahun pertama timbul gejala klinis dan serologis
positif (pembengkakan sendi, pilek, bula pada kulit,
hepatosplenomegali, ikterik, anemia, perubahan radiologis
tulang panjang)
• Bayi lahir mati dari ibu sifilis tidak diobati adekuat

67
Pemeriksaan Laboratorium
• Tes serologi untuk diagnosis presumptive
• Nontreponemal tests (VDRL, RPR)
• Skrining  sensitive tapi tidak spesifik
• Evaluasi terapi
• Treponemal tests
• Sebagai tes konfirmasi ( TPHA, TP Rapid)

59 68
Pemeriksaan Laboratorium

• Ig M Spesifik T pallidum reaktif


• Titer serologi non treponema (VDRL) reaktif 4x lipat lebih tinggi dari
titer ibu
• Identifikasi Treponema pallidum pada lesi eksudat atau jaringan
• Mikroskop lapangan gelap (preparat tali pusat, plasenta,
cairan hidung atau lesi kulit)
• Tes untuk mendeteksi T. pallidum dengan pewarnaan
khusus atau pemeriksaan patologi anatomi
69
Tata laksana SIFILIS
KONGENITAL
• BAYI yang secara klinis normal dengan ibu menderita sifilis,
• Telah diobati secara adekuat dan tidak menunjukkan tanda-
tanda infeksi ulang
• Anjuran:
• Bayi dipantau secara ketat; bila diterapi, sbb.:
• Penicillin procain G 50.000 U/kg/hari im dosis tunggal
selama 10 hari, atau
• Benzathin penicillin G 50.000 U/kg/hari dosis tunggal
injeksi
WHO im
guidelines for the treatment of Treponema pallidum (syphilis).
2016
70
RESUME PENATALAKSANAAN SIFILIS
SIFILIS KONGENITAL (SK) SK POSSIBLE SK LESS LIKELY SK UNLIKELY
DIAGNOSIS KONGENITAL
PEMERIKSAAN TANDA DAN GEJALA (+) GEJALA (- ) GEJALA (- )
FISIK
NORMAL / TITER < 4X IBU NORMAL / TITER < 4X IBU
TITER > 4X DARI HASIL IBU
VDRL TERAPI SIFILIS IBU
TERAPI SIFILIS IBU TERAPI SIFILIS IBU
– TIDAK ADEKUAT – ADEKUAT – ADEKUAT SBLM LAHIR
MIKROSKOP - TX NON PEN G - SBLM/SELAMA
POSITIF - TX > 4 MGG SBLM
LAP GELAP/PCR - TX < 4 MGG SBLM PERSALINAN HAMIL TITER
PERSALINAN - REINFEKSI & RELAPS VDRL 1:2 RPR < 1:4
IBU (-)
PEMERIKSAAN LCS :
PMX VDRL, LEUKOSIT, PROTEIN (+) (-) (-)
PENUNJANG DARAH LENGKAP :
HITUNG JENIS, PLATELET FOLLOW( +UP
) TIAP 3, 6 , 12 BULAN
(-) (-)
BILA ADA INDIKASI :
RO TULANG PANJANG,
RO PARU, OTOLOGI, (-) (-)
Ro tulang panjang
OFTALMOLOGI

TERAPI AQUEOUS CRISTALLINE PENISILIN PROKAIN 50.000 BENZATIN PENISILIN


PENICILLIN ( ACP) IV IU/KGBB/HARI IM ( 10 HARI )
50.000 IU/KG/BB IM (-)
PENISILIN PROKAIN 50.000 BENZATIN PENISILIN 50.000
IU/KGBB/HARI ( 10 HARI ) IU/KG/BB IM SINGLE DOSE SINGLE DOSE
71
Pemberian ASI PADA BAYI LAHIR DARI IBU
SIFILIS
• TETAP ASI
• T pallidum tidak ditularkan melalui ASI, tetapi penularan bisa terjadi
jika ibu memiliki lesi infeksius (misal chancre) pada payudaranya

Kollmann TR, Dobson S. Syphillis. In: Infectious Diseases of the Fetus


and Newborn Infant, 7th. Elsevier Saunders, Philadelphia 2011. p 524

72
TATA LAKSANA BAYI LAHIR
DARI IBU TERINFEKSI
HEPATITIS B

73
JENIS PENYAKIT HEPATITIS VIRUS
DAN PENULARAN HEPATITIS VIRUS

74
DATA IMUNISASI HEPATITIS B TAHUN
2007-2017

75
Dampak Infeksi VHB pada neonatus dan
orang dewasa
Infeksi HBV

2% 98% 10% 90%

Hepatitis B Hepatitis B Hepatitis B


Akut Kronik Akut

65 76
Penularan Virus Hepatitis B dari Ibu ke Bayi
• Risiko penularan dari Ibu ke bayi : 90%
• Penularan: intrauterin, persalinan, dan setelah lahir
• Pencegahan penularan :
1. skrining ibu hamil secara universal,
2. pemberian vaksin Hepatitis B pada semua bayi baru lahir,
3. penggunaan profilaksis imunoglobulin Hepatitis B pada bayi
dari ibu HBsAg (+)  menurunkan risiko penularan ~ 95 %

77
• Studi kohort 9252 bayi di US: 1.1%
• Penularan terjadi pada :
• ibu dengan HBeAg (+),
• HBV viral load >2000 IU/mL,
• usia <25 tahun
Pediatrics. 2015;135:1141-
• bayi mendapat vaksin HB <3 dosis 7
78
PENCEGAHAN PENULARAN
VERTIKAL
Ibu hamil HBsAg negatif atau tidak diketahui
• Vaksin HB-0: < 24 jam lahir
• Vaksin ulang sesuai program
• perlindungan s/d 20 thn, berhasil: Anti HBs +

Ibu hamil HBsAg positif:


• Imunoglobulin HB dan HB-0 <24 jam (di paha yang
berbeda)
• Vaksin ulang sesuai program
• Bayi 9-12 bulan cek HBsAg dan titer anti HBs
• Titer anti HBs tinggi / > 100 UI/mL 
sdh memiliki kekebalan
• Bila tidak terbentuk antibodi / titer anti HBs <10
IU/mL imunisasi ulang 3 dosis, dengan interval 2
bulan
Bila diberikan imunisasi aktif dan pasif perlindungannya 95 %
79
IMUNISASI HEPATITIS B
• Imunisasi Pasif ( imunoglobulin Hepatitis B )
 pemberian antibodi jadi (siap pakai) untuk memberikan imunitas secara
langsung tanpa memproduksi sendiri zat aktif tsb untuk kekebalan tubuhnya
• Imunisasi aktif ( vaksin hepatitis B )
 pemberian vaksinasi untuk merangsang sistem kekebalan tubuh secara aktif
membentuk sendiri antibodi terhadap virus hepatitis B

Bila diberikan imunisasi aktif dan pasif perlindungannya 95


% Bila hanya vaksinasi saja perlindungannya hanya 75 %
80
BAGAIMANA PADA BAYI
PREMATUR ?
•Ibu hamil HBsAg negatif atau tidak diketahui
• Vaksin HB-0: SETELAH USIA 1 BULAN ATAU BB MENCAPAI > 2000 GRAM
• Vaksin ulang sesuai program
•Ibu hamil HBsAg positif:
• Imunoglobulin HB dan HB-0 <24 jam (di paha yang berbeda)
• Vaksin ulang HEPATITIS B SAAT USIA 1 BULAN ATAU BB > 2000 GRAM
• VAKSIN ULANG sesuai program
• Bayi 9-12 bulan cek HBsAg dan titer anti HBs
• Titer anti HBs tinggi / > 100 UI/mL  sdh memiliki kekebalan
• Bila tidak terbentuk antibodi / titer anti HBs <10 IU/mL imunisasi
ulang 3 dosis, dengan interval 2 bulan

81
ASI DAN HEPATITIS B
• Bayi yang mendapat Imunoglobulin Hepatitis B (HBIG) +
dosis pertama vaksin Hepatitis B saat lahir dapat menyusui
• Bayi harus melengkapi vaksin Hep B selanjutnya
• Ibu harus mendapatkan manajemen laktasi yang baik
sehingga mencegah lecet pada putting
• Ibu HBsAg (+) tidak mendonasikan ASInya

82
83
KESIMPULAN
• Triple eliminasi merupakan KUNCI PENTING menghilangkan kasus HIV,
Sifilis kongenital, dan hepatitis B pada anak
• Bulan ke 2 usia anak  Pentabio, saatnya EID dan kotrimoksasol
profilaksis
• Bulan ke 9 usia anak  Campak, PCR II, tes Hbs Ag pada bayi
• Waspadai penemuan kasus sifilis kongenital dengan tampilan stadium
lanjut pada anak ( setelah usia 2 tahun )

84
85
PPIA HIV – VHB –
SIFILIS

86
87
WHO
GUIDELINE

88
89
Th
ank
Yo
90
SOAL 1
• Seorang ibu G1P0, hamil 12 minggu baru saja
diketahui terinfeksi HIV. Ibu tersebut datang ke
layanan kesehatan untuk berkonsultasi bagaimana
cara mencegah penularan HIV dari dirinya ke bayinya.

Edukasi apa yang akan Anda berikan?

91
Soal 2
• Seorang Ibu terinfeksi HIV, hamil 38 minggu. Taksiran
berat janin adalah sekitar 3000 gram. Ibu ingin
memberikan susu formula pada bayi ini.
• Bagaimana pemberian ARV profilaksis pada bayi ini?

92
Soal 3
• Bayi di kasus 2, datang kembali bersama Ibunya
pada usia 4 minggu. Saat ini, bayi tersebut masih
mengonsumsi ARV profilaksis sebelumnya. Saat ini
berat badan 3,5 kg.
• Tata laksana apa yang selanjutnya akan Anda
lakukan?
• • Sesuaikan dosis ARV profilaksis
• • Rencanakan pemeriksaan PCR DNA HIV usia 4-6 bulan
• • Berikan kotrimoksazol mulai usia 6 minggu

93
Soal 4
• Kasus bayi 2, usia 2,5 bulan, datang kembali
dengan pemeriksaan PCR DNA HIV negatif.
• • Apa yang akan Anda lakukan?

94
Soal 5
• Seorang Ibu diketahui terinfeksi HIV saat akan
melahirkan. Bayi diberikan zidovudin dan
mendapatkan susu formula. Saat ini bayi berusia
2,5 bulan, dan didapatkan hasil PCR DNA positif.
Klinis bayi baik.
• • Tata laksana apakah yang akan Anda berikan?

95

Anda mungkin juga menyukai