Anda di halaman 1dari 52

• Nama : Rizki Pranadyan, dr.

SpOG
• Tempat & tanggal lahir : Gresik, 10 Juni 1984
• Agama : Islam
• Status : Menikah
• Alamat : Jl. Opak no 27, Surabaya
• Handphone / WA : 0811348623
• Email : rizki.spog@gmail.com
• Tempat kerja : Staf Departemen / KSM Obstetri dan
Ginekologi RSUD Dr. Soetomo – FK UNAIR
PERAN DOKTER (SpOG) DALAM
TATALAKSANA IBU HAMIL
DENGAN INFEKSI HIV,
HEPATITIS B DAN SIFILIS GUNA
MENDUKUNG TRIPLE
ELIMINASI
Rizki Pranadyan, Sp.OG
ROADMAP
ELIMINASI PENULARAN HIV, SIFILIS & HEPATITIS B
DARI IBU KE ANAK Di INDONESIA
(Permenkes No.52 Tahun 2017)

2018 - • Akses Terbuka


2019

2020- • Pra Eliminasi


2021

2022 • Eliminasi

2023- • Pemeliharaan
2025

Infeksi baru HIV, sifilis dan hepatitis < = 50 / 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2022
Indikator dan Target Ibu hamil
dalam ‘triple’ Eliminasi Penularan
Indikator dan Target Bayi
dari Ibu terinfeksi dalam Eliminasi Penularan
Indikator dan Target Bayi
dari Ibu terinfeksi dalam Eliminasi Penularan
Pencegahan &
Pengendalian
HIV AIDS & PIMS Permenkes 97 thn 2014
pada Bag Kedua : pelayanan
KEHAMILAN masa kehamilan
Pasal 12 ayat 3
ANC Terpadu
(10 T)
PMK 52/2017 tentang
Pedoman PPIA
5 Juta Ibu 1. Timbang Badan dan Ukur Tinggi RUMAH SAKIT
Hamil Badan
2. Ukur Tekanan Darah

3. Nilai Status Gizi (ukur LiLA)

4. (ukur) Tinggi Fundus Uteri


Hb
5. Tentukan Presentasi Janin dan DJJ
Golongan Darah
6. Skrining Status Imunisasi TT (dan
Pusk ; Pemberian Imunisasi TT) Glukoprotein
Klinik ;Bidan ;RS 7. Pemberian Tablet Besi urine
8. Pemeriksaan laboratorium HIV
Fasyankes yang 9. Tata Laksana Kasus Sifilis
memiliki Hep B
10. Temu Wicara
layanan:
• HIV/PPIA
• IMS
• PUSKESMAS
ARV
3jk 02/08/2023
PPIA INFEKSI HIV
• Data HIV Global UNAIDS 2012 
Penderita HIV di dunia mencapai
34 juta orang, 50% perempuan
dan 2,1 Juta adalah anak usia
Kurang dari 15
• Asia Tenggara terdapat 1,3 juta
orang (37%) perempuan terinfeksi
HIV.
• Jumlah perempuan yang
terinfeksi HIV semakin meningkat
dari tahun ke tahun
• Data Estimasi UNAIDS/WHO
memperkirakan 22.000 anak di
wilayah Asia Pasifik dan tanpa
pengobatan, hampir setengah
dari anak yg terinfeksi meninggal
sebelum ulang tahun kedua
STATISTIK KASUS HIV/AIDS DI INDONESIA
APRIL 1987 - DESEMBER 2016

Jumlah Kumulatif Kasus AIDS Menurut Jenis Kelamin Jumlah Kumulatif Kasus AIDS
Jenis Kelamin/Sex AIDS Menurut Golongan Umur
Laki-laki/Male 48,977 Gol Umur/Age Group AIDS
Perempuan/Female 27,458 <1 304
Tak Diketahui/Unknown 10,345 1-4 1,639
Jumlah/Total* 86,780
5 - 14 1,037
15 - 19 2,341
20 - 29 27,277
Jumlah Kumulatif Kasus AIDS Menurut Faktor Risiko
30 - 39 26,544
Faktor Risiko/Mode of Transmission AIDS 40 - 49 11,108
Heteroseksual/Heterosexual 58,846 50 - 59 3,930
Homo-Biseksual/Homo-Bisexual 4,034 > 60 1,208
IDU 9,080
Transfusi Darah/Blood Transfusion 222 Tak 11,392
Transmisi Perinatal/Perinatal Trans. 2,587 Diketahui/Unknown
Tak Diketahui/Unknown 12,011

Ditjen PP & PL Kemenkes RI, 2017


Dapatkah Transmisi Maternal ke
Janin/Bayi dicegah ?
Dapat, bila .

Terdeteksi

Terkendali : Perilaku, Obat, ANC ,PI

Pemilihan rute persalinan

Pemilihan ASI/PASI
Pemantauan Bayi-Balita
Dukungan & Perhatian
Strategi Pencegahan Transmisi Maternal ke
Janin

• Kurangi jumlah Ibu Hamil dengan HIV+


• Turunkan VL serendah-rendahnya
• Minimalkan paparan janin – bayi dengan cairan
tubuh maternal
• Optimalkan kesehatan bayi dengan ibu HIV +
• Kurangi jumlah Ibu Hamil dengan HIV+
– Kontrasepsi
– Pilih pasangan ? / Pencegahan primer

• Turunkan VL serendah-rendahnya
– Pemberian Anti Retro Virus
– Hidup sehat
– Jika suami + Gunakan kondom

• Minimalkan paparan janin – bayi dengan


cairan tubuh maternal
– SC atau minimalkan obstetrik operatif
– PASI ?

• Optimalkan kesehatan bayi dengan ibu HIV +


– Pemberian Anti Retro Virus
– Pemantauan Baby at risk
Faktor Risiko Penularan HIV
Dari Ibu Ke Anak
1. Faktor Ibu
1. Viral Load > 1000 copies
2. Kadar CD4 < 200
3. Status gizi selama hamil
4. Penyakit Infeksi Opportunistik
5. Masalah pada payudara
Faktor Risiko Penularan HIV
Dari Ibu Ke Anak
2. Faktor Bayi
1. Usia kehamilan dan berat badan bayi saat lahir
2. Periode pemberian ASI : risiko penularan
melalui pemberian ASI pada wanita HIV tidak
dalam ARV berkisar antara 5-20 %
3. Adanya luka di mulut bayi
Faktor Risiko Penularan HIV
Dari Ibu Ke Anak
3. Faktor Tindakan Obstetrik
1. Jenis persalinan
2. Lama persalinan
3. Ketuban pecah > 4 jam sebelum persalinan
meningkatkan penularan > 2 kali lipat
4. Tindakan episotomi, tindakan vakum dan forsep
LUARAN KEHAMILAN PADA IBU
DENGAN HIV POSITIF

• Mother to child transmission (MTCT) tanpa intervensi 15-45%.


Dengan intervensi efektif menjadi kurang dari 5%. (WHO,
2017)
• Risiko meningkat: (Ezechi, et al., 2013)
• Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR)
• bayi premature
• kematian perinatal, termasuk bayi lahir mati
• abortus spontan

• Mengonsumsi ARV tidak meningkatkan risiko luaran yang


tidak diharapkan (adverse outcome) dibandingkan dengan
tidak mengonsumsi ARV. (Medscape, 2015)
TUJUAN PEMBERIAN
ANTIRETROVIRAL

• Mencegah transmisi HIV dari ibu ke janin


• Jumlah viral load serta stadium klinis infeksi HIV berbanding
lurus dengan besarnya risiko transmisi vertikal
• Jumlah sel CD4 yang rendah memungkinkan terjadinya
transmisi dari ibu ke janin tinggi
• Seringnya dilakukan penundaan penggunaan ARV setelah
diketahui HIV (+) oleh ibu dan hamil
• Tindakan medis yang meningkatkan faktor risiko transmisi
PRINSIP TERAPI ARV

• Menggunakan 3 jenis obat yang terserap dan berada dalam


dosis terapeutik untuk menjamin efektivitas obat
• Jangan menggunakan obat tunggal atau 2 obat ARV
• Gunakan “HAART” (Highly Active Anti Retroviral Therapy)
pada pasien yang belum pernah meggunakan ARV
sebelumnya
• Lini pertama  2NRTI + 1NNRTI
• Lini kedua  Protease Inhibitor diperkuat oleh Ritonavir +
2NRTI
• Profilaksis Kotrimoksasol sebelum ARV  penderita dengan
CD4 < 200
Kapan ART dimulai ? ....Segera

Pedoman Tatalaksana dan


Pemberian ARV (2011)
ARV diberikan mulai pada umur kehamilan
14 minggu, berapa pun stadium klinis dan
Ibu nilai CD4-nya
hamil
Jika umur kehamilannya <14 minggu namun
ada indikasi, ARV dapat segera diberikan
Pilihan Persalinan dan Risiko Penularan HIV
Persalinan Per vaginam Persalinan Perabdominam
Syarat: Syarat:
• Pemberian ART mulai pada • Ada indikasi obstetrik
< 14 minggu (ART > 6 bulan) dan
atau • VL >1.000 kopi/µL atau
• Pemberian ART dimulai
• VL <1.000 kopi/µL pada usia kehamilan > 36
minggu
Risiko transmisi 2%-4%

Bila syarat TIDAK TERPENUHI, risiko 10%-20%

Pedoman nasional pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak. Kemenkes 2012
PPIA INFEKSI HEPATITIS B
Virus Hepatitis B
• Virus DNA
• 350-400 juta manusia di dunia
• Angka mortalitas di dunia mencapai 1 juta
akibat sirosis, gagal hati dan karsinoma
hepatoselular (KHS)
• Transmisi melalui seksual, perkutaneus dan
perinatal
• Terdiri atas 3 bagian :
• Protein surface (HBsAg)
• Protein nukleokapsid inti (HBcAg)
• Protein nukleokapsid soluble (HBeAg) :
menandakan replikasi
Dienstag JL. Hepatitis B Virus Infection. N Engl J Med.
2008;359:1486-500
• Hepatitis B akut bersifat self-limiting
• Hanya 5-10% yang berkembang menjadi Hepatitis B Kronik
• Hanya 1% yang berkomplikasi menjadi gagal hati akut

Transmisi vertikal dari ibu ke anak menempati porsi


terbesar dalam transmisi Hepatitis B kronik

Semakin muda usia saat terinfeksi, maka semakin tinggi risiko


Hepatitis B kronik
Faktor Risiko Infeksi VHB
• Multiple sexual partners
• Penggunaan obat intravena menggunakan jarum tidak steril
• Kontak dengan pasien yang terinfeksi atau pasien karier
hepatitis B kronik

Faktor Risiko Transmisi VHB


Faktor yang meningkatkan risiko transmisi :
• Status HBeAg (+) pada ibu
• Kadar DNA-VHB pada ibu (>200.000 IU/mL)

1. Tran TT, Ahn J, Reau NS. ACG Clinical Guideline: Liver Disease and Pregnancy. Am J Gastroenterol. 2016.
2. Borgia G, Carleo MA, Gaeta GB, Gentile I. Hepatitis B in pregnancy. World J Gastroenterol. 2012;18(34):4677-83
Tata Laksana Hepatitis B dan Pencegahan
Transmisi Vertikal

Pemberian Antiviral pada Ibu Hamil Vaksin Hepatitis B dan HBIg

Proses Kelahiran
Terrault NA, Bzowej NH, Chang KM, Hwang JP, Jonas MM, Murad MH. AASLD Guidelines for Treatment of Chronic Hepatitis B. Hepatology. 2015: 1-23.
Indikasi Pemberian Antiviral pada Ibu Hamil

HbsAg (+)
Pemberian Antiviral
DNA-VHB > 200.000 U

Terrault NA, Bzowej NH, Chang KM, Hwang JP, Jonas MM, Murad MH. AASLD Guidelines for Treatment of Chronic Hepatitis B. Hepatology. 2015: 1-23.
Penentuan Waktu Pemberian Antiviral

Pemberian Antiviral mulai diberikan pada


usia kehamilan 28-32 minggu

Terrault NA, Bzowej NH, Chang KM, Hwang JP, Jonas MM, Murad MH. AASLD Guidelines for Treatment of Chronic Hepatitis B. Hepatology. 2015: 1-23.
Penghentian Pemberian Antiviral

Antiviral dihentikan

Pregnancy 3 bulan Setiap 3- 6 bulan

Pantau AST

Terrault NA, Bzowej NH, Chang KM, Hwang JP, Jonas MM, Murad MH. AASLD Guidelines for Treatment of Chronic Hepatitis B. Hepatology. 2015: 1-23.
Pengaruh Antiviral terhadap Menyusui

Bukan
Kontraindikasi

Antiviral dieksresikan dalam ASI, namun belum ditemukan


adanya bukti toksisitas yang siginifikan

Terrault NA, Bzowej NH, Chang KM, Hwang JP, Jonas MM, Murad MH. AASLD Guidelines for Treatment of Chronic Hepatitis B. Hepatology. 2015: 1-23.
Pemilihan Antiviral pada VHB Kronik

Telbivudine dan tenofovir


relatif aman untuk ibu hamil

Terrault NA, Bzowej NH, Chang KM, Hwang JP, Jonas MM, Murad MH. AASLD Guidelines for Treatment of Chronic Hepatitis B. Hepatology. 2015: 1-23.
Rekomendasi AASLD 2015

Ibu hamil dengan


HbsAg (+) dan DNA-VHB ≤ 200.000 U
tidak disarankan untuk diberikan
antiviral

Benefit

Risk

Terrault NA, Bzowej NH, Chang KM, Hwang JP, Jonas MM, Murad MH. AASLD Guidelines for Treatment of Chronic Hepatitis B. Hepatology. 2015: 1-23.
Immunoprofilaksis

• Vaksin Hepatitis B paling baik diberikan dalam waktu 12 jam


setelah lahir
• Hepatitis Immunoglobulin (HBIg) diberikan pada ekstremitas
yang berbeda
• Kombinasi vaksin dan Ig menurunkan risiko transmisi vertikal
dari >90% menjadi <10%

1. Terrault NA, Bzowej NH, Chang KM, Hwang JP, Jonas MM, Murad MH. AASLD Guidelines for Treatment of Chronic Hepatitis B. Hepatology. 2015: 1-23.
2. Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Jadwal Imunisasi Anak Umur 0-18 Tahun. 2014.
Per Vaginam atau Sectio Caesaria ?

Rekomendasi 8A

9. Seksio caesaria tidak diindikasikan dikarenakan kurangnya data dan


mempertimbangkan risk-benefit dari SC dibandingkan pervaginam.

Terrault NA, Bzowej NH, Chang KM, Hwang JP, Jonas MM, Murad MH. AASLD Guidelines for Treatment of Chronic Hepatitis B. Hepatology. 2015: 1-23.
PPIA INFEKSI SIFILIS
SIFILIS
• Penyakit sistemik
• Penyebab: bakteri Treponema pallidum
• Jika tidak diobati
• penyakit berkembang dalam stadium dengan gambaran klinis yang bervariasi
dan tidak khas
• komplikasi serius
• Jika diobati dini
• komplikasi sedikit
• Dapat mempermudah penularan HIV

3
9
Klasifikasi SIFILIS (WHO)

4
0
SIFILIS pada ibu hamil
• Dapat tertular dari pasangan seksual
• Manifestasi klinis sama dengan pada orang tidak hamil
• Stadium PRIMER
• Stadium SEKUNDER
• Stadium LATEN
• Stadium TERSIER
• Risiko penularan pada janin / bayi dalam kandungan
• Sifilis KONGENITAL

4
1
SIFILIS KONGENITAL
• Akibat infeksi transplasenta
• Manifestasi dari asimtomatik sampai fatal
• Manifestasi dini: abortus spontan, lahir mati, ensefalitis, lesi kulit
generalisata, rhinitis (snuffles nose), disfungsi hepar, kegagalan multi
organ
• Manifestasi lanjut: umumnya tidak tampak saat lahir, termasuk
osteitis tulang panjang, malformasi gigi (trias Hutchinson) dan
maksilofasial, keratitis, tuli neurosensorik, gangguan neuropsikologis

4
2
Diagnosis SIFILIS
• Secara KLINIS
• Sebagian besar tanpa keluhan dan gejala
• Lesi dini cepat hilang
• Lesi tidak tampak
• Infeksi laten
• Biasanya digunakan TES SEROLOGI

4
3
Tes SEROLOGI SIFILIS (TSS)
Tes NONTREPONEMA Tes TREPONEMA
• Antibodi ini dapat timbul • Tes ini jarang memberikan hasil
sebagai reaksi terhadap positif palsu.
infeksi sifilis, namun juga • Tes ini dapat memberi hasil
bisa memberikan banyak positif/reaktif seumur hidup
hasil positif palsu. walaupun terapi sifilis telah
• Contoh: RPR (Rapid berhasil
Plasma Reagin) dan • Contoh: TPHA (Treponema
VDRL (Venereal Disease Pallidum Haemagglutination
Research Laboratory) Assay), TP-PA (Treponema Pallidum
Particle Agglutination Assay), FTA-
ABS (Fluorescent Treponemal
Antibody Absorption).

4
4
Tatalaksana
SIFILIS pada ibu hamil
• Sifilis DINI (S-1 dan S-2):
– Benzathin penicillin G 2,4 juta unit dosis tunggal
injeksi intramuskular ATAU
– Procaine penicillin G 1,2 juta unit injeksi
intramuskular sekali sehari selama 10 hari
– Bila alergi penisilin dan tidak memungkinkan untuk
desensitisasi, atau tidak tersedia:
• Eritromisin 4X500 mg per oral selama 14 hari ATAU
• Ceftriakson injeksi intramuscular 1 g sekali sehari, selama 14 hari, ATAU
• Azitromisin 2g per oral dosis tunggal
• Catatan: ketiga obat dapat mengobati ibu hamil, namun tidak dapat
melewati sawar plasenta, sehingga tidak dapat mengobati janinnya
WHO guidelines for the treatment of Treponema pallidum (syphilis). 2016
Tatalaksana
SIFILIS pada ibu hamil
• Sifilis LANJUT (termasukS laten):
– Benzathin penicillin G 2,4 juta unit injeksi
intramuskular sekali seminggu selama 3 minggu
berturut-turut (interval jangan melebihi 14 hari)
ATAU
– Procaine penicillin 1,2 juta unit injeksi intramuskular
sekali sehari selama 20 hari
– Bila alergi penisilin dan tidak memungkinkan untuk
desensitisasi, atau tidak tersedia:
• Eritromisin 4X500 mg per oral selama 30 hari
• Catatan: obat dapat mengobati ibu hamil, namun tidak dapat
melewati sawar plasenta, sehingga tidak dapat mengobati janinnya
WHO guidelines for the treatment of Treponema pallidum (syphilis). 2016
MENYUSUI dan SIFILIS
• Tidak ada bukti penularan sifilis melalui ASI, tanpa lesi di daerah payudara
• Seorang ibu menyusui yang menderita S-1 atau S-2 dengan lesi di payudara, dapat
menularkan bayinya melalui kontak lesi dengan mukosa
• Bila terdapat lesi di payudara, terutama di daerah areola  kontraindikasi untuk menyusui
atau penggunaan susu yang “diperah” sampai pengobatan selesai dan penyembuhan lesi
• Tidak ada kontraindikasi untuk menyusui setelah pengobatan adekuat

Lawrence RA, Lawrence RM. Breastfeeding: a guide for the medical profession. 5 th Ed St Louis, MO:Mosby;1999: 563-616

4
7
PERAN STAKE HOLDER
CONTINUUM OF CARE PPIA

• Kespro remaja (PKPR) •ART


• Konseling: Gizi •Penyiapan pengungkapan status HIV
HIV/AIDS,NAPZA dll
• ABAT • ART
• Terapi • Pemantauan
ARV (ART) Pelayanan bagi anak
SD pertumbuhan &
Pelayanan bagi
• Konseling Kespro Pelayanan bagi anak perkembangan
balita
• KIE Kespro Catin
SMP/A & remaja • PMT
• Pelayanan KB
• Perencanaan kehamilan
Pelayanan Pelayanan bagi bayi
PUS & WUS
Lansia
Pemeriksaan Persalinan, nifas &
Kehamilan neonatal • Pemberian makanan pada
bayi: ASI eksklusif
Pr
om • Imunisasi dasar lengkap • Kualitas
Dia otif, • ANC terpadu (gizi, ATM, • Persalinan aman: • Hambat Degeneratif
ku g P • ARV profilaksis
rati Hulu nos reve PTM, IMS, imunisasi) partus normal/SC
f d  a D nti • Kotrimoksasol profilaksis
an H in f • Tes HIV (TIPK) • ART • Diagnosis HIV
reh ilir i
ab • ART • Konseling menyusui • ART
ilit
ati
f • Konseling persalinan aman, (manajemen laktasi)
pemberian makanan pada • IMD
bayi, KB pasca persalinan • ASI eksklusif
• KB pasca3jk
persalinan
• Kontrasepsi  strategi yang paling efektif secara ekonomis
dalam menurunkan tingkat transmisi HIV dari ibu ke anak pada
wanita dengan HIV yang positif yang tidak ingin hamil
“Konseling yang berkualitas, penggunaan alat kontrasepsi yang
aman dan efektif serta penggunaan kondom secara konsisten.”
• Infeksi HIV bukan merupakan indikasi aborsi

Kontrasepsi untuk perempuan yang terinfeksi HIV:


• Menunda kehamilan: kontrasepsi jangka panjang +
kondom
• Tidak mau punya anak lagi: kontrasepsi mantap + kondom

KEMENKES RI, 2011; KEMENKES RI & WHO, 2013; Haddad, et al., 2014
PESAN
1. Upaya promotive dan preventif menyebarkan informasi tentang HIV, Hepatitis B, Sifilis,
terutama pada wanita usia reproduksi, termasuk penyuluhan bekerja sama dengan institusi
Pendidikan, KUA (topik : kesehatan reproduksi dan pencegahan penularan).
2. Mengurangi stigma di kalangan petugas kesehatan (bidan/dr umum/spesialis obgin) maupun
pada masyarakat.
3. Memperluas cakupan pemeriksaan penapisan HIV, Hepatitis B dan Sifilis (ANC Terpadu DAN
BUKU KIA 2020)
4. Membentuk jejaring multi disiplin yang terpadu (pediatri, keperawatan, penyakit dalam,
kesehatan komunitas, penyakit kulit dan kelamin, KUA, Lembaga Pendidikan, Pemerintah
(Kemenkes, BKKBN, Kemendikbud, Kemenag dan Kementrian pemberdayaan perempuan dan
perlindungan anak), organisasi profesi rumah sakit, Komisi Penanggulangan AIDS daerah
maupun pusat, dan lembaga swadaya masyarakat).
5. Mengembangkan system rujukan terpadu “Sisrute” sebagai upaya eliminasi mulai layanan
dasar sampai layanan tersier.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai