Anda di halaman 1dari 99

INOVASI LAYANAN KESEHATAN

DI PEMERINTAH DAERAH
Dalam Rangka Pelaksanaan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik

Jaminan Asuransi Jembrana, Puskesmas Pahandut, RSUD Dr. Soedono

Komisi Pemberantasan Korupsi


Direktorat Penelitian dan Pengembangan
2008
Komisi Pemberantasan Korupsi
Deputi Pencegahan
Direktorat penelitian dan Pengembangan

INOVASI LAYANAN KESEHATAN


DI PEMERINTAH DAERAH
Dalam Rangka Pelaksanaan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik

Jaminan Asuransi Jembrana, Puskesmas Pahandut, RSUD Dr. Soedono

Tim Penyusun :
Doni Muhardiansyah
R. Eric J. Rachman
Aida Ratna Zulaiha
Dian Patria
I Gusti Ayu Nyoman Lia Oktirani
Didik Mulyanto
Roady Robby
Ruth Silvia

Diterbitkan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi


Jakarta, November 2008

ISBN

www. kpk.go.id
Jl. H.R. Rasuna Said Kav. C-1 jakarta Selatan Indonesia
Telp. (021) 25578300
Fax. (021)52892448
Abstraksi

Kondisi pelayanan publik disektor kesehatan masih dapat dikatakan belum


memuaskan. Penyediaan pelayanan kesehatan sampai saat ini belum
menjangkau semua lapisan masyarakat. Dengan otonomi daerah sudah
sepatutnya pemerintah pusat dan daerah lebih memperhatikan kualitas
pelayanan kesehatannya.

Meskipun begitu beberapa kabupaten, kota maupun provinsi telah


melaksanakan praktek tata kelola pemerintahan yang baik disektor
kesehatan. Praktek-praktek tata kelola pemerintahan yang baik ini secara
nyata telah memberikan manfaat yang cukup signifikan dalam meningkatkan
derajat kesehatan dan menciptakan masyarakat lebih baik.

Komisi Pemberantasan Korupsi sesuai dengan kewenangannya berperan


sebagai trigger mechanism, turut menularkan praktek-praktek tata kelola
pemerintahan yang baik yang sukses di suatu daerah ke daerah lainnya
sesuai dengan karakteristik masing-masing daerah.

Studi inovasi layanan kesehatan di pemerintah daerah dalam rangka


pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik, dilakukan Direktorat
Penelitian & Pengembangan Komisi Pemberantasan Korupsi pada tiga daerah
,yaitu: Kabupaten Jembrana, Puskemas Pahandut Kota Palangkaraya dan
RSUD Dr.Soedono Provinsi Jawa Timur. Pemilihan daerah dilakukan secara
purposive dimana terdapat keberhasilan pelaksanaan tata kelola
pemerintahan yang baik di bidang kesehatan pada daerah-daerah tersebut.

Studi ini selain memotret keadaan layanan kesehatan yang baik di ke-tiga
daerah tersebut, juga memberikan gambaran dampak dari adanya
peningkatan kualitas layanan yang ada. Dampak yang timbul terutama
muncul dari masyarakat itu sendiri. Dampak-dampak ini pula yang akan
nantinya akan diharapkan dapat mendorong kemajuan pelayanan publik di
daerahnya masing-masing maupun di Indonesia pada umumnya.
Kata Sambutan

Peraturan perundang-undangan tentang otonomi daerah yang diikuti oleh


pelbagai regulasi telah memberikan harapan kepada pemerintah daerah
untuk membawa perubahan yang berarti bagi masyarakat. Proses
pelaksanaan otonomi daerah bertujuan untuk melaksanakan pembangunan
yang berkeadilan dan mampu meningkatkan kehidupan ekonomi masyarakat
ke tingkat yang lebih baik serta bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme.
Oleh karena itu pelaksanaan otonomi daerah perlu disertai dengan
pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik.

Penggalakan pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik (good


governance) di segala sektor menjadi topik yang terus didengungkan di
Tanah Air. Setiap tingkat pemerintahan, baik itu pemerintahan pusat maupun
pemerintahan daerah dituntut untuk melakukan perubahan dan perbaikan
mutu pelayanannya. Oleh karena itu segenap jajaran birokrasi dituntut untuk
mewujudkan pelayanan publik yang transparan dan akuntabel baik dari sisi
waktu, biaya, maupun persyaratannya.

Perubahan dan perbaikan mutu layanan publik sebagai wujud tata kelola
pemerintahan yang baik merupakan hal yang wajib dilakukan baik oleh
pemerintah pusat maupun daerah. Implementasi tata kelola pemerintahan
yang baik tidak akan terlepas dari upaya kelembagaan menetapkan visi dan
misinya, memberikan penghargaan dan sanksi atas kinerja organisasi,
menciptakan pertanggungjawaban organisasi pemerintah terhadap
masyarakat, membuka ruang bagi pegawai untuk menyampaikan pendapat,
serta mendorong perubahan perilaku dan cara berpikir untuk melakukan
inovasi yang berorientasi pada masyarakat.

Pendekatan yang digunakan oleh daerah dalam menerapkan tata kelola


pemerintahan yang baik tidaklah sama, namun demikian diharapkan tetap
berorientasi pada peningkatan kualitas layanan dan perbaikan sistem
manajemen pemerintahan. Salah satu layanan publik yang bersentuhan
langsung dengan masyarakat adalah kesehatan. Kebijakan pembangunan
kesehatan sudah sewajarnya menjadi perhatian utama pemerintah pusat
maupun daerah. Mengingat kualitas kesehatan akan sangat mendukung
terciptanya kualitas sumber daya manusia yang unggul untuk membangun
negara.

Beberapa daerah telah mempraktekan tata kelola pemerintahan yang baik di


bidang kesehatan. Praktek-praktek tata kelola pemerintahan yang baik ini
secara nyata telah memberikan manfaat yang cukup signifikan dalam
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang lebih baik.

Dengan penyusunan buku Studi Inovasi Layanan Kesehatan di


Pemerintah Daerah Dalam Rangka Pelaksanaan Tata Kelola
Pemerintahan Yang Baik ini diharapkan dapat menyebarluaskan
pelaksanaan praktek-praktek tata kelola pemerintahan yang baik yang telah
berjalan sukses di suatu daerah ke daerah lainnya sesuai dengan
karakteristik masing-masing daerah. Dengan demikian salah satu amanah
dari masyarakat akan dapat diselenggarakan dengan baik oleh Pemerintah
yakni terwujudnya masyarakat yang sehat dan cerdas.

Jakarta, November 2008

Pimpinan
Komisi Pemberantasan Korupsi
Kata Pengantar

Pertama-tama kami mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa bahwa
buku Studi Inovasi Layanan Kesehatan di Pemerintah Daerah Dalam Rangka
Pelaksanaan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik telah berhasil diselesaikan oleh Tim
Peneliti di Direktorat Penelitian dan Pengembangan Komisi Pemberantasan Korupsi.
Penyusunan studi ini dilakukan melalui observasi lapangan pada daerah terpilih,
yaitu: Kabupaten Jembrana melalui program Jaminan Kesehatan Jembrana, Kota
Palangka Raya melalui Puskemas Pahandut dan Provinsi Jawa Timur melalui RSUD
Dr. Soedono.

Studi ini dilakukan melalui pendekatan deskriptif komparatif. Informasi yang


diperoleh terdiri dari sejarah pendirian, regulasi, jenis layanan, sarana prasarana
pendukung kegiatan dan inovasi pengembangan layanan kesehatan serta manfaat
yang dirasakan oleh masyarakat dan pemerintah daerah atas keberadaan lembaga
layanan kesehatan.

Hasil studi terhadap kondisi pelayanan kesehatan di tiga daerah ini, diharapkan
dapat dijadikan bahan pembelajaran bagi pemerintah daerah lainnya. Hal utama
yang ingin dicapai antara lain agar pemerintah daerah dapat mengimplementasikan
inovasi layanannya sebagaimana yang dipraktekkan di daerah terpilih yang cukup
berhasil dalam meningkatkan kualitas layanan publik di sektor kesehatan. Selain itu,
diharapkan pula pemerintah daerah lainnya dapat mengimplementasikan tata kelola
pemerintahan yang baik (good governance) dalam rangka meningkatkan kualitas
layanan publik serta memacu tumbuh kembangnya aktivitas ekonomi di wilayahnya.
Kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
dukungan maupun kontribusi data dalam penyusunan studi ini.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan studi ini masih perlu disempurnakan.
Untuk itu, saran dan kritik sangat diharapkan guna perbaikan di masa mendatang.

Jakarta, November 2008

Deputi Pencegahan
Komisi Pemberantasan Korupsi
DAFTAR ISI

KATA SAMBUTAN PIMPINAN KPK

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR LAMPIRAN

BAB 1 Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

1.2. Tujuan dan Sasaran

1.3. Metode Pelaksanaan Studi

1.4. Lokasi dan Waktu Studi

1.5. Responden dan Sampel

1.6. Metode Pengumpulan Data

1.7. Analisa Data

BAB 2 Potret Layanan Kesehatan di Indonesia

2.1. Permasalahan Layanan Kesehatan di Indonesia

2.2. Kebijakan Layanan Kesehatan

2.3. Desentraliasi Sistem Kesehatan

2.4. Strategi Pembangunan Kesehatan Nasional

BAB 3 Sekilas Praktek Good Governance Bidang Kesehatan di Daerah

3.1. Jaminan Asuransi Kesehatan di Kabupaten Jembrana.

3.1.1. Gambaran Umum

3.1.2. Latar Belakang Perbaikan Layanan Kesehatan


3.1.3. Regulasi Penyelenggaraan Sistem Asuransi Kesehatan Jembrana

3.1.4. Profil Sistem Asuransi Kesehatan Jembrana

3.1.4.1. Penyelenggara Jaminan Kesehatan Jembrana

3.1.4.2. Jenis Layanan

3.1.4.3. Anggaran Penyelenggaraan JKJ

3.1.5. Mekanisme Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Jembrana (JKJ)

3.1.5.1. Mekanisme Kerjasama Antara PPK dengan Badan


Pelaksana JKJ

3.1.5.2 Mekanisme Pelayanan PPK Terhadap Masyarakat Peserta

3.1.5.3. Mekanisme Pengajuan dan Pembayaran Klaim JKJ

3.1.5.4. Mekanisme Evaluasi Badan Pelaksana JKJ Terhadap PPK

3.1.6. Prosedur Pelayanan

3.1.6.1. Pendaftaran Menjadi Peserta JKJ

3.1.6.2. Penggunaan Kartu JKJ

3.1.7. Inovasi Dalam Peningkatan Pelayanan Kesehatan

3.1.7.1. Pelayanan Kesehatan Rawat Inap Gratis

3.1.7.2. Kartu J-sidik (Jembrana Satu Identitas kesehatan)

3.1.8 Permasalahan Dalam Pelaksanaan Sistem Asuransi Kesehatan


Jembrana

3.1.9. Pengawasan dan Evaluasi

3.2. Pelayanan Puskesmas Swadana Pahandut

3.2.1. Gambaran Umum

3.2.2. Latar Belakang Peningkatan Pelayanan Kesehatan

3.2.3. Regulasi Dalam Upaya Peningakatan Pelayanan Kesehatan di


Puskesmas Pahandut

3.2.4. Profil Puskesmas Pahandut

3.2.4.1. Infrastruktur

3.2.4.2. Persyaratan Kepesertaan


3.2.4.3. Jenis Layanan Kesehatan yang Disediakan di Puskesmas
Pahandut

3.2.5. Prosedur Pelayanan Kesehatan

3.2.5.1. Proses Pelayanan Rawat Jalan

3.2.5.2. Alur Pelayanan Puskesmas

3.2.5.3. Proses Pelayanan Ibu Melahirkan dan Rawat Inap Ibu


Melahirkan

3.2.6. Inovasi Dalam Peningkatan Pelayanan Kesehatan

3.2.7. Permasalahan Dalam Pelayanan Puskesmas Pahandut

3.2.8. Pengawasan dan Evaluasi

3.3. Rumah Sakit Umum Propinsi Dr. Soedono

3.3.1. Gambaran Umum

3.3.2. Latar Belakang Pendirian RSUD Dr. Soedono

3.3.3. Regulasi Terkait Peningkatan Pelayanan Publik Bidang Kesehatan


di Jawa Timur

3.3.4. Profil Rumah Sakit Umum Daerah Soedono Madiun

3.3.4.1. Status Rumah Sakit

3.3.4.2. Sarana dan Prasarana

3.3.5 Pengelolaan Rumah Sakit

3.3.5.1. Pelayanan Rawat Jalan

3.3.5.2. Pengembangan dan Penataan Sistem Pada Pelayanan


Rawat Inap

3.3.5.3. Pelayanan di Instalasi Rawat Darurat Terpadu.

3.3.5.4. Pelayanan Instalasi Bedah Sentral (IBS)

3.3.5.5. Pelayanan Kesehatan di ICU (Intensive Care Unit)

3.3.5.6. Pelayanan Kesehatan di NICU (Neonatal Intensive Care


Unit)

3.3.5.7. Pelayanan di Ruang Anak Melati

3.1.5.8. Pelayanan Penunjang


3.3.6. Inovasi Dalam Peningkatan Pelayanan Kesehatan

3.3.6.1. Penataan Sistem

3.3.6.2. Peningkatan Mutu

3.3.6.3. Kepesertaan Masyarakat

3.3.6.4. Upaya Peningkatan Kesehatan Perorangan

3.3.6.5. Peningkatan Manajemen Pelayanan

3.3.6.6. Prestasi yang Telah Diperoleh RSUD Dr. Soedono

3.3.8. Permasalahan dalam Pelayanan di RSUD Dr. Soedono

3.3.9. Pengawasan dan Evaluasi

BAB 4 DAMPAK PENINGKATAN KUALITAS LAYANAN KESEHATAN

4.1. Sistem Jaminan Kesehatan Jembrana

4.2. Puskesmas Pahandut Kota Palangka Raya

4.3. RSUD Dr.Soedono

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR

1. Papan Moto Pelayanan Publik di depan Kantor KPT

2. Struktur Organisasi Bapel JKJ

3. Kantor Bapel JKJ

4. Moto & Janji Pemkab.Jembrana

5. Visi Kabupaten Jembrana

6. Kendaraan operasional JKJ

7. Dokter swasta JKJ

8. Salah satu fasilitas kesehatan di puskesmas

9. Suasana rawat inap di RSUD

10. Peserta JKJ sedang menunggu pengobatan di puskesmas

11. Masyarakat sedang membuat kartu JKJ

12. Contoh kartu J-SIDIK

13. Kotak pengaduan dan formulir saran dan kritik

14. Puskesmas Pahandut

15. Klinik di Puskesmas Pahandut

16. Struktur Organisasi Puskesmas Pahandut 2007

17. Fasilitas pelayanan kesehatan di Puskesmas Pahandut

18. Perlengkapan pada pelayanan radiomedik

19 Alur Pelayanan Puskesmas Pahandut

20. Berbagai inovasi pelayanan di Puskesmas Pahandut

21. Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soedono

22. Fasilitas Radiologi dan Laboratorium Di RSUD Dr. Soedono

23. Paviliun Merpati

24. Rawat Inap Khusus

25. Ruang Operasi


26. Tindakan di Unit Gawat Darurat

27. Kegiatan Diskusi tentang Kesehatan di Radio Wijaya Kusuma FM

28. Papan Penunjuk Alur Proses

29. Kegiatan pertemuan dengan masyarakat

30. Bakti sosial ke masyarakat

31. Bantuan penanggulangan bencana

32. Evaluasi pelayanan

33. Upaya peningkatan pelayanan di Front Office


DAFTAR GRAFIK

4.1. Kunjungan Pasien Umum di Puskesmas Pahandut Tahun 2006-2007

4.2. Kunjungan Pasien Bersalin Tahun 2006-2007

4.4. Kemajuan Kunjungan Rawat Jalan, Rawat Darurat dan Rawat Inap
tahun 2005 s.d 2007
DAFTAR Tabel

3.1.1. Penerimaan dan Realisasi Anggaran JKJ

3.1.2. Jumlah Subsidi Pemkab. Jembrana Kepada Masyarakat

3.1.3. Biaya/Tarif yang Ditanggung oleh JKJ

3.1.4. Jumlah Peserta JKJ Di Jembrana

3.2.1. Jumlah Tenaga Medis Puskesmas Pahandut Tahun 2007

3.3.1 Jenis Layanan yang Disediakan RSUD Dr.Soedono

3.3.2. Jumlah Tempat Tidur di RSUD Dr.Soedono

3.3.3. Jumlah Tenaga Kerja di RSUD Dr. Soedono

3.3.4. IKM RSUD Dr. Soedono Dalam 3 Tahun

3.3.5. Penilaian Seluruh Unsur Pelayanan Publik di RSUD Dr.Soedono

4.1. Data Bed Occupational Rate (BOR)

4.2. Data Umur Harapan Hidup (UHH)

4.3. Data Antenantal Care (ANC)/kunjungan ibu hamil


DAFTAR LAMPIRAN
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Desentralisasi atau yang lebih dikenal dengan otonomi daerah telah


membawa perubahan dalam tata kepemerintahan di negeri ini.
Undang-undang No.22 tahun 1999 dan Undang-undang No.25 tahun
1999 yang kemudian digantikan oleh Undang-undang No.32 tahun
2004 dan Undang-undang No.33 tahun 2004, yang diikuti oleh
pelbagai regulasi telah memberikan harapan kepada pemerintah
daerah untuk membawa perubahan yang cukup berarti bagi
masyarakat.

Pelaksanaan otonomi daerah bertujuan agar daerah terdorong untuk


kreatif dalam mengelola sumber daya yang dimilikinya dalam
melakukan pembangunan sesuai dengan kebutuhan dan karekteristik
masing-masing daerah. Proses pelaksanaan otonomi daerah bertujuan
untuk melakukan pembangunan yang berkeadilan dan mampu
mengangkat secara ekonomis kehidupan masyarakat ke arah yang
lebih baik, bebas dan sehat dari korupsi, kolusi serta nepotisme.

Pelaksanaan otonomi daerah harus dibarengi pula dengan penegakkan


tata kelola pemerintahan yang baik (good governance). Hal tersebut
sangat penting agar otonomi daerah tidak diterjemahkan oleh para
elite di daerah untuk berlomba korupsi dan memperkaya diri sendiri.
Oleh sebab itu sejak awal pembangunan, tatanan pemerintah daerah
harus dilandaskan pada prinsip tata kelola pemerintahan yang baik.

Direktorat Litbang Studi inovasi layanan kesehatan di pemerintah daerah dalam


rangka pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik
I- 1
Ada beberapa faktor yang sangat menentukan dalam upaya
1
mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa , yaitu :
1. Pelaku-pelaku dari pemerintahan, dalam hal ini sangat
ditentukan oleh kualitas sumber daya aparatur;
2. Kelembagaan yang dipergunakan oleh pelaku-pelaku
pemerintahan untuk mengaktualisasikan kinerjanya;
3. Perimbangan kekuasaan yang mencerminkan seberapa jauh
sistem pemerintahan itu harus diberlakukan;
4. Kepemimpinan dalam birokrasi publik yang berakhlak
(visionary), demokratis dan responsif.

Implementasi terhadap faktor-faktor di atas diharapkan dapat


mendorong terciptanya kepemerintahan yang baik dan bersih (good
and clean government). Tidaklah mudah menerapkan kondisi tersebut
pada pemerintahan kita saat ini. Kondisi birokrasi kita masih
meninggalkan kelemahan-kelemahan masa lalu seperti praktek pungli,
praktek suap, pelayanan yang buruk, adanya ketidakpastian hukum,
masih terjadi tumpang tindih aturan di pusat, masih lemahnya sistem
pengawasan, rendahnya akuntabilitas administrasi publik sampai pada
masalah keamanan nasional. Dengan kondisi demikian maka
pemerintah dituntut melakukan perbaikan dalam sistem yang baik
pada birokrasi kita. Reformasi Birokrasi adalah upaya untuk
menciptakan birokrasi yang efisien, responsif, akuntabel dan
berintegritas.

Ada beberapa hal penting dalam konsep tata kelola pemerintahan


yang baik. Menurut United Nation Development Programe (UNDP),
tata kelola pemerintahan yang baik antara lain mencakup partisipasi
masyarakat, transparansi, akuntabilitas dan mengutamakan aturan
2
hukum .

1 Miftah Thoha (Bappenas, 2004)


2 Pengantar Pada Modul Decentralization health Service Project

Direktorat Litbang Studi inovasi layanan kesehatan di pemerintah daerah dalam


rangka pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik
I- 2
Pendekatan yang digunakan setiap daerah dalam menerapkan tata
kelola pemerintahan yang baik tidaklah sama, namun tetap
berorientasi pada peningkatan kualitas layanan dan perbaikan sistem
manajemen pemerintahan. Salah satu layanan publik yang
bersentuhan langsung dengan masyarakat adalah kesehatan.
Kebijakan pembangunan kesehatan sudah sewajarnya menjadi
concern utama pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Kualitas
kesehatan akan sangat mendukung terciptanya kualitas sumber daya
manusia yang baik.

Kondisi pelayanan publik di sektor kesehatan masih dapat dikatakan


belum memuaskan. Penyediaan pelayanan kesehatan sampai saat ini
belum menjangkau semua lapisan masyarakat. Dengan otonomi
daerah sudah sepatutnya pemerintah pusat dan daerah lebih
memperhatikan kualitas pelayanan kesehatannya.

3
Menurut Kovner (1995) , dalam konteks tata kelola pemerintahan
yang baik, peran pemerintah dalam sektor kesehatan ada tiga, yaitu :
regulator, pemberi dana dan pelaksana kegiatan. Dalam menunjang
ketiga peran pemerintah tersebut diatas diperlukan beberapa hal
4
antara lain :
1. Komitmen politik untuk pengembangan pelayanan kesehatan.
2. Pendekatan yang pro orang miskin.
3. Menyeimbangkan peran pemerintah, lembaga usaha swasta,
dan lembaga swadaya masyarakat dalam pelayanan kesehatan.
4. Menangani kegagalan pasar, misalnya pemerintah sebaiknya
membiayai masyarakat miskin yang tidak mampu membeli
pelayanan kesehatan.
5. Manajemen lembaga pelayanan kesehatan yang berorientasi
pada pengguna.
3 Health Care Delivery in the United States . Springer Publishing- Kovner A.R.(1995)
4 Desentraslisasi Kesehatan di Indonesia dan Perubahan Fungsi Pemerintahan : dkk Trisnanto Laksono
(2005)

Direktorat Litbang Studi inovasi layanan kesehatan di pemerintah daerah dalam


rangka pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik
I- 3
6. Partisipasi luas dari masyarakat dan lembaga usaha dalam
pengambilan keputusan, reformasi bidang kesehatan, dan
pengembangan sistem kesehatan.
7. Memberantas praktek-praktek ilegal termasuk korupsi dalam
pelayanan kesehatan.
8. Pembiyaan pelayanan kesehatan yang responsif dan fair.
9. Desentralisasi pelayanan.

Beberapa kabupaten, kota maupun provinsi telah melakukan beberapa


pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik di sektor kesehatan,
praktek-praktek tata kelola pemerintahan yang baik ini secara nyata
telah memberikan manfaat yang cukup signifikan dalam meningkatkan
derajat kesehatan dan menciptakan masyarakat lebih baik.

Komisi Pemberantasan Korupsi sesuai dengan kewenangannya


berperan sebagai trigger mechamism turut menularkan praktek-
praktek tata kelola pemerintahan yang baik yang sukses di suatu
daerah ke daerah lainnya sesuai dengan karakteristik masing-masing
daerah.

1.2. Tujuan dan Sasaran

1. Mempelajari praktek-praktek pelaksanaan tata kelola pemerintahan


yang baik dibidang kesehatan pada beberapa pemerintah
provinsi/kabupaten/kota yang telah berhasil melaksanakannya.
2. Memberikan gambaran mengenai tingkat keberhasilan inovasi layanan
kesehatan di daerah.
3. Menularkan informasi keberhasilan praktek tata kelola pemerintahan
yang baik ke daerah lain yang belum melaksanakan.

Direktorat Litbang Studi inovasi layanan kesehatan di pemerintah daerah dalam


rangka pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik
I- 4
1.3. Metode Pelaksanaan Studi

Metode dalam penelitian menggunakan metode deskriptif, yang mana


pelaksanaannya terbagi kedalam beberapa tahapan yakni tahap
penentuan kebutuhan data, tahap pengumpulan data, penentuan
teknik sampel dan tahap analisis.

1.4. Lokasi dan Waktu Studi

Studi inovasi layanan kesehatan di pemerintah daerah dalam rangka


pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik dilakukan pada tiga
daerah, yaitu: Kabupaten Jembrana, Puskemas Pahandut Kota
Palangkaraya dan RSUD Dr. Soedono Provinsi Jawa Timur. Pemilihan
daerah dilakukan secara purposive, dimana terdapat keberhasilan
pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik di bidang kesehatan
pada daerah-daerah tersebut. Pelaksanan studi dilakukan dalam kurun
waktu 10 bulan meliputi survey lapangan di Kabupaten Jembrana
yang dilaksanakan pada bulan November 2007, Puskesmas Pahandut
Bulan November 2007 dan RSUD Dr. Soedono pada bulan April 2008,
penulisan studi serta visualisasi berupa DVD video dan CD Interaktif.

1.5. Responden dan Sampel

Responden dalam studi meliputi unsur pemerintah daerah dan


masyarakat.

Direktorat Litbang Studi inovasi layanan kesehatan di pemerintah daerah dalam


rangka pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik
I- 5
1.6. Metode Pengumpulan Data

Studi ini dibangun dari data primer dan data sekunder. Data primer
diperoleh dari wawancara secara langsung dari unsur pemerintah
daerah dan unsur masyarakat sebagai pengguna. Data sekunder
diperoleh dari berbagai sumber seperti internet, buku literatur,
dokumen penunjang dari instansi terkait dan dokumentasi terkait
lainnya.

1.7. Analisis Data

Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara deskriptif kualitiatif


dengan tujuan memudahkan penjelasan hasil observasi, wawancara
serta dokumentasi di lapangan.

Direktorat Litbang Studi inovasi layanan kesehatan di pemerintah daerah dalam


rangka pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik
I- 6
BAB 2

POTRET LAYANAN KESEHATAN


DI INDONESIA

2.1. Permasalahan Layanan Kesehatan di Indonesia

Kondisi pelayanan kesehatan yang belum memadai, merupakan salah


satu penyebab menurunnya derajat kesehatan manusia. Mahalnya
biaya kesehatan menjadikan kesehatan seolah-olah hanya dapat
dinikmati oleh orang-orang mampu. Ironisnya biaya kesehatan yang
mahal seringkali tidak diikuti oleh pelayanan yang baik. Penurunan
kualitas layanan kesehatan berakibat pada menurunnya kepercayaan
publik terhadap kualitas pelayanan yang disediakan oleh pemerintah,
sehingga kecenderungan masyarakat Indonesia memilih fasilitas yang
disediakan oleh swasta, karena relatif menyediakan layanan yang lebih
baik. Perbaikan kualitas pelayanan kesehatan sangatlah penting untuk
dikedepankan. Selayaknya, masalah kesehatan harus menjadi
komitmen utama pemerintah dengan menempatkan masalah
kesehatan sama pentingnya dengan masalah politik, ekonomi maupun
keamanan.

Buruknya kondisi pembangunan kesehatan nasional akan berakibat


pada lemahnya kualitas sumber daya manusia Indonesia. Hal tersebut
tersirat dalam Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia. Saat ini
peringkat IPM dari UNDP (United Nation Development Program)
Indonesia di peringkat 107 , masih lebih buruk dari negara tetangga
Vietnam yang berada dua peringkat diatas Indonesia, bahkan kita
masih ketinggalan jauh dengan Malaysia yang berada di urutan 63.
Posisi Indonesia ini naik satu peringkat dibanding tahun 2006/2007

Direktorat Litbang Studi inovasi layanan kesehatan di pemerintah daerah dalam


rangka pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik
II- 1
yang berada diperingkat 108. Peringkat tersebut memperlihatkan
bahwa Indonesia masih tergolong dalam negara dengan pembangunan
1
SDM menengah.

Desentralisasi merupakan tantangan dalam peningkatan kualitas


pelayanan kesehatan. Saat ini pemerintah daerah mempunyai peran
yang sangat besar dalam penyediaan fasilitas kesehatan. Yang utama
adalah perhatian yang besar dari pemerintah terhadap kondisi
kesehatan melalui peningkatan kelayakan serta akses masyarakat
terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas. Sasaran utamanya
antara lain peningkatan kualitas pelayanan kesehatan di puskesmas,
rumah sakit, pemenuhan standar mutu pelayanan serta kualitas SDM
yang memadai.

Pelayanan publik dibidang kesehatan menjadi isu yang cukup


strategis. Perbaikan pelayanan publik di Indonesia sampai saat ini
cenderung berjalan lambat. Banyaknya tuntutan perubahan seringkali
ditujukan kepada aparatur pemerintah dan seringkali menyangkut
masalah pelayanan yang diberikan. Masih rendahnya mutu pelayanan
publik yang diberikan oleh aparatur pemerintah menyebabkan
buruknya citra pemerintah dimata masyarakat, sehingga keluhan dan
kekecewaan terhadap mutu pelayanan yang diberikan kerap menjadi
isu yang berkembang sampai saat ini.

2.2. Kebijakan Layanan Kesehatan

Dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 H ayat 1 dan pasal 34


ayat 3, ditegaskan adanya hak setiap warga negara dalam
memperoleh layanan kesehatan serta adanya kewajiban pemerintah
menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan yang layak. Melihat dari

1 http://hdr.undp.org/statistics/

Direktorat Litbang Studi inovasi layanan kesehatan di pemerintah daerah dalam


rangka pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik
II- 2
amanat undang-undang dasar tersebut, jelas sudah bahwa pemerintah
berkewajiban berperan serta dalam peningkatan pelayanan kesehatan.
Tujuannya untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat Indonesia
yang lebih baik. Otonomi daerah yang dimulai sejak tahun 1999 telah
membawa optimisme dalam upaya reformasi dalam mencapai
peningkatan kinerja di sektor pelayanan kesehatan. Perubahan-
perubahan kebijakan telah banyak dilakukan pemerintah dalam
penyempurnaan keberhasilan desentralisasi. Optimalisasi peran daerah
diharapkan membantu didalam mewujudkan manusia Indonesia yang
sehat dan berkualitas.

Sesuai dengan amanat Undang-undang pemerintahan daerah baik


Undang-undang No.22 tahun 1999 maupun Undang-Undang No. 32
tahun 2004, dikatakan bahwa bidang kesehatan merupakan salah satu
kewenangan wajib yang harus dilaksanakan oleh daerah. Penjelasan
lebih detail mengenai pembagian peran dan fungsi kewenangan pusat
dan daerah diatur dalam Peraturan Pemerintah No.38 tahun 2007
tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota. Pemerintah pusat berkewajiban meningkatkan peran
Dinas Kesehatan di Provinsi dan Kabupaten/Kota agar mampu
menjadi regulator yang baik.

Dalam melakukan peningkatan pelayanan dibidang kesehatan,


pemerintah pada tanggal 8 Juli 2002 mengeluarkan Surat Edaran
Menteri Dalam Negeri Nomor 100/756/OTDA tentang Konsep Dasar
Penentuan Kewenangan Wajib dan Standar Pelayanan Minimal,
kemudian diikuti dengan terbitnya Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor 1457/Menkes/SK/X/2003 tentang Standar Pelayanan Minimal
Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota, kemudian diperkuat dengan
ditetapkannya Peraturan Pemerintah RI No.65 tahun 2005 Tentang
Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal

Direktorat Litbang Studi inovasi layanan kesehatan di pemerintah daerah dalam


rangka pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik
II- 3
sebagai pedoman pelayanan dasar yang harus diadopsi dan
diimplementasikan. Diharapkan dengan standar tersebut, pelayanan
kesehatan yang mendasar dapat dipenuhi pada tingkat yang paling
minimal. Standar pelayanan minimal harus mampu memberikan
pelayanan kesehatan kepada publik tanpa mengorbankan mutu
pelayanan.

Optimalisasi peran pemerintah tersebut tentunya bertujuan untuk


mencapai sistem kesehatan nasional di Indonesia yang terselenggara
secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Untuk melakukan
pencapaian dan kinerja terhadap sistem kesehatan nasional tersebut,
maka perlu dilakukan upaya-upaya kesehatan yang bersifat
peningkatan (promotif) dan pencegahan (preventif). Upaya tersebut
perlu didukung oleh komitmen politik dari tiap-tiap pimpinan daerah.
Hal ini harus ditunjang dengan melakukan efektifitas pengelolaan
pengalokasian dana yang bersumber dari pemerintah. Sampai saat ini
pembelanjaan dana pemerintah belum cukup untuk mengedepankan
upaya kesehatan masyarakat. Mobilisasi sumber pembiayaan
kesehatan masih terbatas, dan yang tidak kalah penting adalah
peranan pemerintah dalam melakukan pemberantasan dan
pengawasan terhadap praktik-praktik illegal dalam pelayanan
kesehatan seperti korupsi, kolusi dan persaingan usaha yang tidak
sehat.(unfair competition).

2.3. Desentraliasi Sistem Kesehatan

Otonomi daerah atau yang lebih dikenal dengan istilah Desentralisasi


merupakan bentuk pengalihan tanggung jawab, kewenangan, dan
sumber-sumber daya dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah.
Desentralisasi sistem kesehatan merupakan bentuk reformasi pada
sektor pelayanan kesehatan masyarakat. Pada umumnya desentralisasi

Direktorat Litbang Studi inovasi layanan kesehatan di pemerintah daerah dalam


rangka pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik
II- 4
dilaksanakan oleh adanya dorongan politik yang bertujuan untuk: (1)
meningkatkan wewenang dan tanggung jawab pemerintah daerah; (2)
meningkatkan keikutsertaan masyarakat dan penyelenggaraan
pelayanan masyarakat, yang resposif terhadap kebutuhan masyarakat;
(3) memperkuat kerja sama dan integrasi pelayanan masyarakat di
daerah; (4) restrukturisasi dan efisiensi pelayanan masyarakat, (5)
2
mendukung inovasi dan pengembangan pelayanan masyarakat.

Desentralisasi kesehatan di Indonesia ditandai dengan diberlakukannya


Undang-undang No.22 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah. Setelah
beberapa tahun berjalan, timbul ketidakpuasan terhadap proses
desentralisasi, antara lain disebabkan karena dana kesehatan dari DAU
dan APBD ternyata jumlahnya sedikit, sehingga sektor kesehatan
kekurangan dana dan kehilangan koordinasi. Undang-undang No.22
tahun 1999 pada akhirnya diperbaharui oleh Undang-undang No.32
tahun 2004 yang semangatnya tidak ekstrim desentralisasi, namun
mengarah ke sentralisasi, walaupun sektor kesehatan masih
terdesentralisasi. Secara umum sektor kesehatan belum siap untuk
melakukan desentralisasi. Dalam hal struktur kelembagaan di sektor
kesehatan, terdapat perubahan yang cukup radikal di daerah, seperti
digabungnya Kanwil dan Kandep ke Dinas Kesehatan Propinsi dan
Kabupaten. Namun perubahan ini tidak diikuti oleh perubahan yang
signifikan di Pusat. Struktur organisasi Departemen Kesehatan masih
relatif sama.

Dikeluarkannya Peraturan Pemerintah No.25 tahun 2000 tentang


Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi Sebagai Daerah
Otonom, pada awalnya memberikan harapan dalam peningkatan
status kesehatan masyarakat. Namun kenyataannya adalah sebaliknya,
terjadi kebingungan pembagian peran antar level pemerintah.
Walaupun ada perubahan aturan hukum tetapi tidak terjadi perubahan

2 World Bank Group Decentralization Net

Direktorat Litbang Studi inovasi layanan kesehatan di pemerintah daerah dalam


rangka pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik
II- 5
yang signifikan terhadap status kesehatan masyarakat. Pengalaman
desentralisasi bagi Indonesia selama kurun waktu 7 tahun dirasa
belum cukup jika dibandingkan dengan negara lain yang telah lama
3
menerapkan desentraliasinya.

Terbitnya PP No.38 tahun 2007 menggantikan PP No.25 tahun 2000


dan PP No.41 tahun 2007 menggantikan PP No.8 tahun 2003,
seharusnya dapat merubah sistem kesehatan di daerah dan di pusat.
Beberapa upaya telah dilakukan oleh pemerintah daerah dalam
meningkatkan pelayanan kesehatan, antara lain dengan menata ulang
struktur organisasi Dinas Kesehatan sesuai dengan kebutuhan,
menetapkan regulasi kesehatan dalam bentuk Perda, menciptakan
sistem pembiayaan kesehatan yang paling cocok untuk daerahnya,
peningkatan kualitas aparat pemerintah, pengembangan teknologi
informasi, melakukan kerjasama dengan intitusi/lembaga pendidikan
dalam rangka peningkatan kualitas kesehatan, meningkatkan peran
serta masyarakat, dan melakukan inovasi-inovasi lainnya dibidang
kesehatan. Kedepannya masih banyak yang perlu diperbaiki baik dari
sisi regulasi maupun dalam pelaksanaannya.

2.4. Strategi Pembangunan Kesehatan Nasional

Peningkatan jumlah pengangguran dan penduduk miskin serta


menurunnya derajat kesehatan penduduk Indonesia tidak terlepas dari
munculnya krisis multidimensi yang mendera negeri ini. Hal tersebut
berakibat pada penurunan kualitas sumber daya manusia Indonesia.
Oleh sebab itu dukungan sistem kesehatan nasional yang tangguh
merupakan hal yang krusial dalam meningkatkan kesadaran dan
kemampuan hidup sehat bagi masyarakat agar terwujud derajat

3 Pengantar Seminar Internasional Dengan Tema Pelaksanaan Desentralisasi Kesehatan di Bali, 7-10
Agustus 2007

Direktorat Litbang Studi inovasi layanan kesehatan di pemerintah daerah dalam


rangka pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik
II- 6
kesehatan masyarakat yang optimal.

Dalam amanat yang tercantum dalam undang-undang dasar negara


bahwa kesehatan merupakan hak masyarakat, dan pemerintah
berkewajiban menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas
pelayanan umum yang layak. Amanat UUD 1945 tersebut kemudian
dijabarkan melalui Undang-undang No.23 tahun 1992 tentang
Kesehatan yang mengatur berbagai hal yang berkaitan dengan
masalah kesehatan. Tujuannya adalah meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat ke arah yang lebih baik.

Dalam upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat, pemerintah


perlu menyelenggarakan pembangunan kesehatan yang optimal.
Pembangunan kesehatan yang dijalankan seharusnya merupakan
sebuah sistem saling terkait dan saling mendukung antara satu
dengan lain, baik dibidang kesehatan maupun diluar bidang
kesehatan. Sistem tersebut dikenal sebagai sistem kesehatan. Sistem
kesehatan yang ada saat ini adalah Sistem Kesehatan Nasional (SKN)
dan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN).

Pemerintah telah menerbitkan Undang-undang No.40 tahun 2004


tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional untuk mengakomodasikan
sistem jaminan sosial. Undang-undang tersebut dibuat untuk
memenuhi amanat UUD 1945 pasal 34 khususnya ayat 2 yang
mengatakan adanya kewajiban negara dalam mengembangkan sistem
jaminan sosial bagi seluruh rakyat sesuai dengan martabat
kemanusiaan. Di era otonomi daerah, sistem jaminan sosial bagi
daerah sebenarnya telah diamanatkan juga didalam Undang-undang
No.32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, tetapi pada awalnya
terbentur pada UU SJSN itu sendiri. Peran serta pemerintah daerah
sebetulnya sangat diperlukan untuk menjamin penyelenggaraan
program jaminan sosial bagi masyarakat di daerah. Kini daerah

Direktorat Litbang Studi inovasi layanan kesehatan di pemerintah daerah dalam


rangka pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik
II- 7
memiliki kesempatan dalam mengembangkan sistem jaminan sosial
setelah mengajukan judicial review terhadap UU SJSN. Melalui hasil
putusan Mahkamah Agung terhadap judicial review Undang-undang
No.40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, maka
diputuskan bahwa Undang-undang No.40 tahun 2004 dinyatakan
berpotensi menutup peluang bagi pemerintah daerah untuk
membentuk dan mengambangkan badan penyelenggara jaminan sosial
tingkat daerah.

Sistem Kesehatan Nasional (SKN) ditetapkan lewat Keputusan Menteri


Kesehatan RI No.131/MENKES/SK/II/2004 tentang Sistem Kesehatan
Nasional yang merupakan perubahan terhadap SKN sebelumnya yang
ditetapkan pada tahun 1982. SKN tersebut cukup berperan sebagai
acuan dalam proses penyusunan Garis-garis Besar Haluan Negara
(GBHN) bidang kesehatan serta penyusunan Undang-undang Nomor
23 tahun 1992 tentang Kesehatan, dan juga sebagai acuan dalam
penyusunan berbagai kebijakan, pedoman dan arah pelaksanaan
pembangunan kesehatan. SKN tersebut juga menjadi acuan bagi
daerah untuk menyusun dan mengambangkan Sistem Kesehatan
4
Daerah (SKD) .

Penyusunan Sistem Kesehatan di daerah harus memperhatikan sistem


kesehatan tingkat nasional, renstrada dan visi daerah yang merujuk
kepada kebijakan-kebijakan, baik kebijakan pembangunan kesehatan
daerah maupun kebijakan nasional seperti Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Tahun 2005-2009, hal tersebut merupakan langkah
5
kunci dalam penataan sistem kesehatan daerah.

Selain SKN, secara implementatif periode pemerintahan sekarang


mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

4 Departemen kesehatan 2004


5 Pusat Penelitian dan Pengembangan Sistem dan Kebijakan Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Depkes RI

Direktorat Litbang Studi inovasi layanan kesehatan di pemerintah daerah dalam


rangka pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik
II- 8
(RPJMN) 2004-2009 yang ditetapkan dalam Peraturan Presiden No.7
tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional. Adapun implementasi dari RPJPM di bidang kesehatan ini
dilaksanakan oleh Departemen Kesehatan RI melalui Kep Menkes No.
1202/Menkes/SK/VIII/2003 tentang Indonesia Sehat Pada Tahun
2010.

Visi Indonesia Sehat 2010 yang telah dirumuskan oleh Departemen


Kesehatan menyatakan bahwa gambaran masyarakat Indonesia
dimasa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan
adalah masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh
penduduknya hidup dalam lingkungan, dan dengan perilaku yang
sehat memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan
yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya di seluruh wilayah Republik
Indonesia. Dengan strategi pembangunan kesehatan yang terencana,
diharapkan perencanaan strategis sektor kesehatan dimasa depan
akan lebih baik. Kondisi saat ini menggambarkan semakin tingginya
tuntutan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang
baik, ditambah masih tingginya tingkat penyalahgunaan wewenang,
adanya praktik KKN, serta masih lemahnya pengawasan terhadap
kinerja aparatur negara. Kesemuanya merupakan cerminan dari
kondisi kinerja birokrasi aparatur negara yang masih belum seperti
harapan masyarakat.

Direktorat Litbang Studi inovasi layanan kesehatan di pemerintah daerah dalam


rangka pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik
II- 9
BAB 3

SEKILAS PRAKTEK TATA KELOLA


PEMERINTAHAN YANG BAIK DI BIDANG
KESEHATAN DI DAERAH

3.1. Jaminan Asuransi Kesehatan di Kabupaten Jembrana.

3.1.1. Gambaran Umum

Jembrana merupakan kabupaten di ujung barat Pulau Bali dan


merupakan pintu gerbang antara Pulau Bali dan Pulau Jawa. Uniknya
perekonomian Jembrana tidak mengandalkan pariwisata seperti halnya
kebanyakan kota/kabupaten di Bali, tetapi sektor pertanian,
peternakan dan perikananlah yang menjadi andalannya.

Luas wilayah Kabupaten Jembrana kurang lebih 84.180 Km, atau


sekitar 14,96 % dari luas wilayah Pulau Bali. Dengan luas tersebut,
sekitar 8.250 Ha digunakan sebagai lahan persawahan, sedangkan
sisanya berupa non sawah dengan luas 12.629 Ha, hutan negara
dengan luas 41.809 Ha dan sisanya digunakan untuk perkebunan dan
lainnya. Secara Administratif, Kabupaten Jembrana terbagi atas 5
Kecamatan, dimulai dari sisi barat ke sisi timur yaitu, Kecamatan
Melaya, Kecamatan Negara, Kecamatan Jembrana, Kecamatan
Mendoyo, dan Kecamatan Pekutatan.

Pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Jembrana relatif tidak besar,


bahkan bisa dikategorikan sebagai kabupaten yang miskin. PAD
Kabupaten Jembrana tergolong kecil jika dibandingkan dengan daerah
lain di Bali. Sumber penghasilan utama Kabupaten Jembrana berasal

Direktorat Litbang Studi Inovasi Layanan Kesehatan di Pemerintah Daerah


Dalam Rangka Pelaksanaan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik
III-1
dari retribusi dan pajak. Dengan kondisi seperti itu, maka Pemerintah
Kabupaten Jembrana berusaha melakukan pembenahan diberbagai
sektor, terutama yang berkaitan dengan perhatian kepada masyarakat
kecil, antara lain program-program inovasi khususnya di bidang
pendidikan, kesehatan, dan perekonomian.

3.1.2. Latar Belakang Perbaikan Layanan Kesehatan

Reformasi perbaikan layanan kesehatan di Kabupaten Jembrana,


diawali adanya inisiatif yang diprakarsai oleh Pemerintah Kabupaten
Jembrana dalam mengevaluasi program kesehatan puskesmas dan
rumah sakit pemerintah daerah (RSUD) pada saat itu. Kajian yang
difokuskan pada mutu dan biaya pelayanan kesehatan bagi
masyarakat Jembrana tersebut terevaluasi beberapa hal, antara lain :
1. Tingkat pemanfaatan RSUD masih dibawah 60% dan
pemanfaatan puskesmas hanya sekitar 30 s.d 40 orang
perharinya. Seperti diketahui Sarana kesehatan di Kabupaten
Jembrana pada saat itu terdiri dari 1 RSUD (Pemerintah), 1 RS
Swasta (RS Dharma Sentana), 1 RS Khusus Bersalin Kertayasa,
6 Puskesmas, 1 RS Bersalin (RB Bunda), 48 Puskesmas
Pembantu, 6 Puskesmas Keliling, 326 Posyandu dan 7 klinik
swasta serta 7 apotik. Sedangkan tenaga Kesehatan terdiri dari
dokter umum 69 orang (38 pemerintah, 28 swasta), 9 dokter
ahli (8 pemerintah, 1 swasta), bidan 118 orang (96
pemerintah, 22 swasta), perawat 266 orang (238 pemerintah,
28 swasta), apoteker 3 orang, dokter gigi 10 orang, dan
paramedis non perawatan serta tenaga administrasi berjumlah
1
129 orang.
2. Kualitas serta biaya pelayanan kesehatan di puskesmas dan
RSUD masih dianggap mengecewakan. Evaluasi terhadap

1 Data tahun 2007 (Bapel JKJ)

Direktorat Litbang Studi Inovasi Layanan Kesehatan di Pemerintah Daerah


Dalam Rangka Pelaksanaan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik
III-2
kualitas serta biaya pelayanan di RSUD dan puskesmas,
dilakukan berdasarkan tindak lanjut terhadap keluhan dari
masyarakat yang menyatakan bahwa kualitas pelayanan
kesehatan di Puskesmas dan Rumah Sakit Umum Daerah
Negara masih mengecewakan.
3. Masyarakat Jembrana menilai bahwa pelayanan yang diberikan
oleh swasta dirasakan lebih baik dibandingkan pelayanan yang
disediakan oleh pemerintah kabupaten, baik itu dari segi
kualitas pelayanan maupun dari sisi obat-obatan, ditambah
prilaku petugas rumah sakit/puskesmas yang ramah dan
tingkat kenyamanan dan kebersihan lingkungan.
4. Subsidi obat untuk rumah sakit cukup besar, sementara
pendapatan dari sektor kesehatan jauh lebih rendah
dibandingkan subsidi yang diberikan.
5. Hasil evaluasi memperlihatkan adanya pemborosan pada
operasional pelayananan kesehatan, sehingga dirasakan tidak
efisien.

Berdasarkan hasil evaluasi tersebut, Pemerintah Kabupaten Jembrana


mengalihkan subsidi, dari subsidi obat-obatan di RSUD dan Puskesmas
menjadi subsidi yang diberikan langsung ke masyarakat melalui
program asuransi. Program asuransi tersebut dikelola oleh suatu
lembaga asuransi yang dibentuk oleh Pemerintah Kabupaten
Jembrana.

Direktorat Litbang Studi Inovasi Layanan Kesehatan di Pemerintah Daerah


Dalam Rangka Pelaksanaan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik
III-3
Pada awalnya Pemkab
Jembrana membentuk tim
persiapan Jaminan Kesehatan
Jembrana yang dituangkan
kedalam SK Bupati No.572
tahun 2002 jo. SK Bupati
No.552 tahun 2003.
Kemudian membentuk Badan
Penyelenggara Jaminan
kesehatan Jembrana (Bapel
JKJ) dan mengatur
pengalihan subsidi pelayanan
Gambar 1 : Papan Moto Pelayanan Publik di Depan Kantor KPT kesehatan kepada Bapel JKJ
berdasarkan SK Bupati No.31 tahun 2003. Di tahun 2004 Pemkab
Jembrana menerbitkan SK Bupati No.1927 tahun 2004 untuk
membentuk tim pengelola Jaminan Kesehatan Jembrana. Akhirnya
pada tahun 2006 keluarlah Peraturan Daerah No.7 tahun 2006
tentang Pembentukan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Daerah
Kabupaten Jembrana. Sebagai bentuk asuransi kesehatan, Premi JKJ
disubsidi oleh pemerintah kabupaten melalui APBD. Jenis pelayanan
yang disediakan meliputi pelayanan kesehatan dasar atau primer.
Disamping membuka akses masyarakat kepada pelayanan dasar, JKJ
juga bertujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan
dasar itu sendiri. Dalam program JKJ ini, masyarakat tidak perlu
menyediakan uang untuk membayar premi karena sudah ditanggung
sepenuhnya oleh pemerintah daerah (kecuali untuk JKJ tahap II).
Pelayanan yang diberikan adalah perawatan primer atau rawat jalan
tingkat pertama, baik pada unit pelayanan pemerintah maupun swasta
untuk JKJ tahap I dan rawat inap untuk JKJ Tahap II.

Layanan kesehatan primer yang disediakan oleh JKJ termasuk juga


perawatan gigi yang disediakan oleh penyedia layanan pemerintah

Direktorat Litbang Studi Inovasi Layanan Kesehatan di Pemerintah Daerah


Dalam Rangka Pelaksanaan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik
III-4
maupun swasta yang ikut berpartisipasi dalam program ini. Untuk
masyarakat yang dikategorikan golongan miskin, layanan yang
ditanggung termasuk pelayanan kesehatan sekunder dan tersier.
Semua dokter umum, bidan, dokter gigi yang berasal dari pemerintah
ataupun dari swasta bisa menandatangani kontrak layanan dengan
Bapel JKJ dan mendapatkan pergantian sesuai dengan standar yang
ditetapkan dalam kontrak. Pada dasarnya program JKJ bertujuan
untuk memastikan bahwa seluruh warga Kabupaten Jembrana
mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu.

3.1.3. Regulasi Penyelenggaraan Sistem Asuransi Kesehatan


Jembrana

1. SK Bupati No. 572 tahun 2002 jo SK Bupati No. 552 tahun


2003 tentang Tim Persiapan Jaminan Kesehatan Jembrana.
2. SK Bupati No.31 tahun 2003 tentang Pengalihan Subsidi
Pelayanan Kesehatan Kepada Bapel JKJ dan Penyelenggaraan
Jaminan Kesehatan Jembrana (Bapel JKJ).
3. SK Bupati No. 1927 tahun 2004 tentang Pembentukan Tim
Pengelola Jaminan Kesehatan Jembrana (Pengelola JKJ).
4. Peraturan daerah Kabupaten Jembrana Nomor 7 tahun 2006
tentang Pembentukan Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial
Daerah Kabupaten Jembrana.
5. Peraturan Bupati Jembrana Nomor: 19 tahun 2006 tentang
Iuran Rawat Inap Program Jaminan Kesehatan Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial Daerah Kabupaten Jembrana.

Direktorat Litbang Studi Inovasi Layanan Kesehatan di Pemerintah Daerah


Dalam Rangka Pelaksanaan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik
III-5
3.1.4. Profil Sistem Asuransi Kesehatan Jembrana

3.1.4.1. Penyelenggara Jaminan Kesehatan Jembrana

a) Badan Pelaksana JKJ


Lembaga JKJ adalah lembaga asuransi yang dibentuk
oleh Pemkab. Jembrana. Terdiri dari Badan Pelaksana
(Bapel) JKJ dan Tim Pengelola JKJ. Bapel JKJ dipimpin
oleh Direktur yang membawahi 4 bidang. Tim Pengelola
JKJ dipimpin oleh seorang Koordinator dan membawahi
2 bidang, yaitu (1) Administrasi dan Keuangan, (2)
Pelayanan dan Pemasaran. Biaya operasional Pengelola
JKJ dibebankan kepada Bapel JKJ.

Gambar 2. Struktur Organisasi Bapel JKJ

Sumber: Surat Keputusan Bupati Jembrana Nomor 1927 tahun 2004 dan mulai tahun 2005
diganti menjadi Surat Keputusan Bupati Jembrana tentang Tim Pelaksana Kegiatan Jaminan
Sosial Daerah Kab. Jembrana Nomor 746/Diskesos/2007.

Direktorat Litbang Studi Inovasi Layanan Kesehatan di Pemerintah Daerah


Dalam Rangka Pelaksanaan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik
III-6
b) Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK)
i. Tingkatan pemberi pelayanan kesehatan (PPK)
adalah sebagai berikut :
PPK 1 (rawat jalan 1) terdiri dari dokter
umum, dokter gigi, bidan praktik swasta
(tanpa tindakan), puskesmas/pustu, BP/BKIA
swasta.
Gambar 3. Kantor Bapel JKJ PPK 2 (rawat jalan 2) terdiri dari dokter ahli
(dengan/tanpa penunjang medik), baik di
poliklinik Rumah Sakit Umum Daerah maupun
praktek swasta.
PPK 3 (rawat inap) terdiri dari rumah sakit
pemerintah, puskesmas perawatan, RS swasta
dan rumah sakit bersalin.

ii. Persyaratan PPK (PPK 1, PPK 2 dan PPK 3)


dalam keikutsertaan program JKJ adalah sebagai
berikut :
Memiliki ijin praktek/ ijin operasional yang
Gambar 4. Moto & Janji Pemkab. sesuai.
Jembrana
Lokasi pelayanan berada di kawasan
Kabupaten Jembrana.
Mengadakan kontrak kerjasama dengan badan
penyelenggara JKJ.

c) Peserta JKJ
Peserta JKJ adalah seluruh masyarakat Jembrana
terutama keluarga miskin (Gakin) dan masyarakat
umum yang belum terbiayai oleh sistem pelayanan
asuransi kesehatan (Askes untuk PNS, Jamsostek untuk
Gambar 5. Visi Kabupaten Jembrana karyawan swasta, dan asuransi swadana lainnya).

Direktorat Litbang Studi Inovasi Layanan Kesehatan di Pemerintah Daerah


Dalam Rangka Pelaksanaan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik
III-7
Sosialisasi JKJ kepada masyarakat dilakukan oleh Tim
Pengelola JKJ antara lain melalui pendaftaran 'jemput
bola' ke banjar (komunitas masyarakat) atau calon
peserta mendaftar langsung di Sekretariat JKJ.

3.1.4.2. Jenis Layanan

a) Pelayanan Kesehatan PPK 1


Program jaminan pelayanan kesehatan pada masyarakat
berupa jaminan kesehatan rawat jalan tingkat 1. Rawat
jalan di PPK 1 yaitu puskesmas, UGD rumah sakit
umum, dokter gigi, bidan, rumah sakit/klinik swasta.

b) Pelayanan Kesehatan JKJ Tahap II (JKJ Paripurna)


JKJ Paripurna merupakan program jaminan pelayanan
kesehatan pada masyarakat, dengan memberikan
pelayanan rawat jalan (PPK 1), rawat jalan spesialis
(PPK 2) dan rawat inap (PPK 3) di rumah sakit umum.
Layanan ini diberikan secara sukarela dengan preminya
yang dibayar langsung oleh masyarakat.

3.1.4.3. Anggaran Penyelenggaraan JKJ

a) Dana penyelenggaraan JKJ berasal dari APBD Kab.


Jembrana, sebagian besar dari PAD yang dihimpun oleh
Dinas Kesehatan dan Kesos Kab. Jembrana. Sumber-
sumber dana penyelenggaraan JKJ yang dihimpun oleh
Pemkab. Jembrana, berasal dari pendaftaran JKJ,
penjualan obat, penjualan blanko, APBD, Gakin PKBS-
BBM (hanya sampai tahun 2004), Gakin Bali (hanya
sampai tahun 2004), Askes (hanya sampai tahun
2004). Dengan tidak masuknya dana dari Gakin PKBS-

Direktorat Litbang Studi Inovasi Layanan Kesehatan di Pemerintah Daerah


Dalam Rangka Pelaksanaan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik
III-8
BBM, Gakin Bali dan Askes, saat ini ada tambahan
sumber dana, untuk premi JKJ otomatis hanya berasal
dari pendaftaran JKJ, penjualan obat, penjualan blanko
dan APBD. Dan pada tahun 2006 mendapat tambahan
dana baru yang bersumber dari ASKES.

b) Besar anggaran JKJ yang disediakan Pemkab. Jembrana


dan realisasi penggunaan dari tahun 2003 sampai 2007
ditampilkan dalam tabel berikut ini :

Tabel 3.1.1 Penerimaan dan Realisasi Anggaran JKJ

Tahun Penerimaan (Rp) Realisasi (Rp) Saldo Kas (Rp) Catatan

Mulai bulan : Desember 2002 s.d Februari


2002 100.000.000,00 100.000.000 - 2003 Anggaran Persiapan JKJ ,
Bantuan Bupati jembrana
Bulan Maret 2003 s.d Desember 2003
Penerimaan : pendaftran, obat, blanko, APBD,
2003 3.381.161.345,70 1.645.034.847,00 1.736.126.498,70
ASKES dan Gakin
pengeluaran : terdapat saldo kas
Bulan Januari 2004 s.d Desember 2004
2004 6.734.131.251,97 8.518.403.920,00 (48.504.615,67) penerimaan : pendaftaran obat, blanko, APBD.
ASKES dan Gakin
Bulan Januari 2005 s.d Desember 2005
2005 8.673.499.272,70 7.123.037.215,00 902.760.488,37
Penerimaan : Pendaftaran obat, blanko, APBD
Bulan Januari 2006 s.d Desember 2006
2006 8.589.505.314,18 8.157.393.332,5 1.269.607.470,05 Penerimaan : Pendaftaran obat, blanko, APBD
dan ASKES
Bulan Januari 2007 s.d Desember 2007
2007 8.314.603.425,06 7.604.120.233,00 1.980.090.662,11
penerimaan : obat, APBD, ASKES dan Gakin
Oktober Bulan Januari 2008 s.d Oktober 2008
9.080.036.730,18 7.662.134.980,22 3.397.992.412,07
2008 Penerimaan : Obat, APBD dan Gakin

JUMLAH 44.872.937.339,79 41.474.944.909,72 3.397.992.412,07

Sumber : Bapel JKJ 2007

Direktorat Litbang Studi Inovasi Layanan Kesehatan di Pemerintah Daerah


Dalam Rangka Pelaksanaan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik
III-9
c) Subsidi diberikan kepada
seluruh masyarakat
Jembrana dalam bentuk
premi untuk biaya rawat
jalan tingkat pertama di unit
pelayanan kesehatan dasar
(PPK 1) pemerintah dan
swasta yang mengikat
kontrak kerja dengan Bapel Gambar 6. Kendaraan operasional JKJ

JKJ. Untuk pelayanan rawat


jalan tingkat 2 dan rawat
inap, masyarakat harus
membayar premi kepada
lembaga JKJ sesuai program
yang diikuti.
d) Subsidi premi dibayarkan
Pemerintah Kabupaten
Jembrana kepada Bapel JKJ,
kemudian Bapel JKJ Gambar 7. Dokter swasta JKJ

membayarkannya kepada
PPK 1 sesuai dengan klaim
yang disampaikan oleh PPK
1.
e) Apabila dihitung per orang,
besar subsidi Pemkab.
Jembrana kepada
masyarakat untuk pelayanan
kesehatan dasar dijelaskan
pada tabel di bawah ini :
Gambar 8. Salah satu fasilitas kesehatan di
puskesmas

Direktorat Litbang Studi Inovasi Layanan Kesehatan di Pemerintah Daerah


Dalam Rangka Pelaksanaan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik
III-10
Tabel 3.1.2. Jumlah Subsidi Pemkab. Jembrana Kepada
Masyarakat

Tahun Target Subsidi/Premi Nilai Total Subsidi Keterangan


Penduduk (Rp)
2003 100,000 Rp. 2.500,-/orang/bulan 3.000.000.000 Subsidi premi
2004 150,000 Rp. 2.500,-/orang/bulan 4.500.000.000 pembayaran
klaim Ppk-1
2005 252,065 Rp. 2.527,-/orang/bulan 7.642.500.000 (dokter, Bidan,
Puskesmas dan
2006 253,403 Rp. 2.596,-/orang/bulan 7.900.700.000
RSU)
2007 260,791 Rp. 2.406,-/orang/bulan 7.529.899.470
Sumber : Bapel JKJ

3.1.5. Mekanisme Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Jembrana


(JKJ)

3.1.5.1. Mekanisme Kerjasama Antara PPK Dengan Bapel JKJ

a) PPK JKJ dengan Bapel JKJ mempunyai hubungan


kontrak dimana kedua belah pihak memiliki hak dan
kewajiban.
b) Bapel JKJ mengadakan ikatan kerja dengan PPK 1 untuk
memberikan pelayanan kesehatan dasar kepada
pemegang kartu JKJ.
Ikatan kerja dengan PPK 1 Pemerintah
dilakukan antara Direktur Bapel JKJ dengan
Dinkessos yang membawahi UPT Pelayanan
Kesehatan Daerah.
Ikatan kerja dengan PPK 1 Swasta yaitu
dokter, dokter gigi, dan bidan, kontrak kerja
dilakukan antara Direktur Bapel JKJ dengan
tenaga kesehatan yang bersangkutan.
c) Kontrak kerja berlaku 1 tahun dan dapat diperpanjang
kembali.

Direktorat Litbang Studi Inovasi Layanan Kesehatan di Pemerintah Daerah


Dalam Rangka Pelaksanaan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik
III-11
3.1.5.2. Mekanisme Pelayanan PPK Terhadap Masyarakat
Peserta
a) Pelayanan PPK 1 terhadap masyarakat peserta JKJ,
yaitu:
i. Petugas administrasi menerima kartu JKJ dari
peserta JKJ yang akan berobat, kemudian
mencatat nomor peserta, nama peserta dan
masa berlaku kartu serta keluhan penyakit.
ii. Rumahsakit/ puskesmas/ dokter/ bidan
memeriksa pasien dan mendiagnosa penyakit
pasien peserta JKJ dan mencatat resep obat.
iii. Dibuat catatan diagnosa pada lembar diagnosa
dan catatan resep.
iv. Catatan resep diserahkan kepada pasien dan
pasien mengambil obat ke apotik dengan gratis.
v. PPK 1 akan menerima kembali pengobatan
berulang pasien bila penyakitnya belum sembuh,
minimal dalam jangka waktu 5 hari setelah
kedatangan pasien yang pertama. Bila pasien
datang kembali sebelum 5 hari dengan jenis
penyakit yang sama, maka biaya pengobatan dan
obat harus ditanggung oleh pasien sendiri.

Gambar 9. Suasana rawat inap di RSUD Gambar 10. Peserta JKJ sedang menunggu
pengobatan di puskesmas

Direktorat Litbang Studi Inovasi Layanan Kesehatan di Pemerintah Daerah


Dalam Rangka Pelaksanaan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik
III-12
b) Pelayanan rumah sakit rawat inap (JKJ Tahap II)
terhadap masyarakat peserta JKJ, yaitu :
i. Petugas administrasi rumah sakit menerima kartu
JKJ dari peserta yang akan menjalani rawat inap
di rumah sakit tersebut, dan mencatat nomor
peserta, nama peserta, masa berlaku kartu serta
diagnosa penyakit.
ii. Rumah sakit menyediakan kamar untuk rawat
inap pasien.
iii. Pada saat rawat inap, pasien mendapatkan
pelayanan pengobatan standar, yaitu obat,
kunjungan dokter dan perawatan sampai
dinyatakan sembuh. Perawatan pada JKJ tahap II
termasuk operasi kebidanan sampai pada
kehamilan anak ke-2 dan tindakan pembedahan,
dengan catatan bahwa tindakan operasi tersebut
dilakukan sesuai dengan adanya indikasi medis.
iv. Waktu maksimal rawat inap gratis adalah 4 hari
per sekali rawat inap. Bila pasien memerlukan
waktu lebih dari 4 hari, maka biaya rawat inap
kelebihan hari ditanggung oleh pasien sendiri.
Jumlah rawat inap maksimal untuk pasien yang
sama dalam waktu satu tahun adalah empat kali
dengan masa rawat inap masing-masing 4 hari.

3.1.5.3. Mekanisme Pengajuan dan Pembayaran Klaim JKJ

a) Pengajuan klaim PPK 1 kepada Bapel JKJ:


i. PPK 1 dan rumah sakit memberikan tanda bukti
untuk klaim ke Bapel JKJ. (secara elektronik
berupa online yaitu hasil pelayanan dari PPK

Direktorat Litbang Studi Inovasi Layanan Kesehatan di Pemerintah Daerah


Dalam Rangka Pelaksanaan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik
III-13
ditransfer ke modem server di Bapel JKJ).
ii. Setelah dilakukan pengajuan klaim, PPK 1 JKJ
akan menerima transfer uang dari Bapel JKJ
sesuai dengan jumlah uang klaim yang diajukan.
iii. Pada umumnya PPK 1 dan rumah sakit secara
rutin mengajukan klaim setiap bulan sekali.

b) Mekanisme pembayaran klaim oleh Bapel JKJ kepada


PPK 1 pemerintah dan swasta serta rumah sakit rawat
inap :
i. Bapel JKJ bidang pelayanan bagian verifikasi
klaim PPK, menerima bukti klaim dari PPK 1
pemerintah (pelayanan puskesmas serta
pelayanan gigi dan kegawatdaruratan di RSUD
Negara) dan PPK 1 swasta (dokter, dokter gigi,
bidan).
ii. Semua pembayaran kepada PPK 1 adalah
retrospektif, yaitu menggunakan dasar hitungan
pelayanan (service-based remuneration) dengan
model fee-for-service (FFS). Bapel JKJ akan
membayarkan klaim berdasarkan jumlah
pelayanan yang telah diberikan oleh PPK kepada
peserta JKJ, sesuai dengan kontrak kerjasama
dan standar yang dikeluarkan oleh Bapel JKJ.
iii. Rincian biaya/tarif yang ditanggung oleh JKJ dan
dibayarkan kepada PPK 1 ditampilkan dalam tabel
berikut :

Direktorat Litbang Studi Inovasi Layanan Kesehatan di Pemerintah Daerah


Dalam Rangka Pelaksanaan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik
III-14
Tabel 3.1.5. Biaya/Tarif yang Ditanggung oleh JKJ

Pemberi Layanan Klaim Maksimal (Rp) Perincian Rp Catatan

Dokter Umum 27.000 Biaya Jasa Media 10.000


Obat suntik 2.000
Obat-obat lainnya 15.000
Kunjungan Ulang 27.000 Biaya Jasa Media 10.000 Tenggang waktu kunjungan pertama dengan
Obat suntik 2.000 berikutnya minimal 5 hari. Bila datang sebelum 5
Obat-obat lainnya 15.000 hari dengan kasus sama, maka biaya menjadi
beban pasien. Bila pasien tidak puas, menjadi
tanggung jawab PPK atau dokter yang
bersangkutan
Pelayanan kesehatan Gigi bervariasi Pelayanan tanpa tindakan 27.000
Cabut gigi susu 15.000
Cabut gigi permanen 30.000
Tambal sementara 20.000
Tambal permanen 30.000
Penyakit lain :
- jasa 8.000
- obat-obatan 19.000

Pelayanan Bidan 15.000 Biaya jasa medis 4.000 Bidan JKJ hanya boleh menangani pelayanan ANC
Obat-obatan 11.000 dan pelayanan KB sederhana, tidak dibenarkan
pertolongan persalinan 250.000 melayani kesehatan diluar kebidanan

Sumber : Bapel JKJ 2007

iv. Tarif untuk pelayanan dokter swasta dan dokter


puskesmas adalah sama. Rincian biaya/tarif
tersebut ditentukan dari rata-rata tarif yang
selama ini berlaku di masing-masing profesi yang
memiliki ijin praktik. Besarnya tarif ditentukan
bersama-sama antara Dinas Kesehatan dengan
organisasi profesi dan dokter ahli, termasuk
penetapan obat-obatan yang dianggap cukup
untuk rawat jalan tingkat pertama maupun rawat
inap di RSUD Negara.

v. Bapel JKJ membayarkan klaim dalam jangka


waktu 15 hari setelah pengajuan klaim PPK.
Kemudian setelah diverifikasi, pembayaran klaim
PPK dibayarkan secara cash (langsung) kepada
PPK bersangkutan (tidak melalui rekening dari
PPK).

Direktorat Litbang Studi Inovasi Layanan Kesehatan di Pemerintah Daerah


Dalam Rangka Pelaksanaan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik
III-15
vi. Bukti transfer dipegang oleh Bapel JKJ dan
salinannya diberikan kepada PPK 1 dan Rumah
sakit pengaju klaim.

3.1.5.4. Mekanisme Evaluasi Badan Pelaksana JKJ terhadap


PPK
Bapel JKJ dapat memberikan sanksi kepada PPK JKJ apabila
mereka tidak memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat sesuai dengan kontrak yang tertuang. Sanksi dapat
berupa skorsing selama beberapa bulan dan pemutusan
hubungan kontrak diberikan apabila masih tetap dilanggar.

3.1.6. Prosedur Pelayanan

3.1.6.1. Pendaftaran Menjadi Peserta JKJ

a) Proses pendaftaran pada pelayanan kesehatan PPK 1


adalah sebagai berikut :
i. Masyarakat mendaftar menjadi peserta JKJ ke
Sekretariat JKJ dengan membayar Rp 10.000
atau Tim Pengelola JKJ mendatangi banjar
(komunitas masyarakat) dan masyarakat
mendaftar dengan membayar Rp 10.000 untuk
biaya pembuatan kartu.
ii. Setelah menyerahkan kartu keluarga, dilakukan
pemotretan. Setelah itu dilakukan pendataan
diikuti dengan pencetakan kartu. Dalam waktu
kurang lebih 5 menit masyarakat sudah
mendapatkan kartu peserta JKJ.
iii. Masa berlaku kartu JKJ Tahap I adalah 1 tahun
dan setelah itu dapat diperpanjang kembali

Direktorat Litbang Studi Inovasi Layanan Kesehatan di Pemerintah Daerah


Dalam Rangka Pelaksanaan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik
III-16
dengan kartu yang baru.
iv. Perpanjangan masa berlaku kartu JKJ,
masyarakat cukup membayar Rp 10.000 untuk
biaya cetak kartu.
v. Berikut Tabel Jumlah peserta JKJ Kabupaten
Jembrana dalam 3 tahun terakhir.

Tabel 3.1.6. Jumlah Peserta JKJ Di Jembrana

Jenis Peserta
Tahun Uraian
Umum Gakin Askes Jumlah

2005 Jumlah peserta 86,296 4,717 1,542 92,55


target 111,867 21,031 17,102 150
% 40,32 22,43 9,02 61,7
2006 Jumlah peserta 99,136 5,349 4,131 108,61
target 121,867 21,031 17,102 160
% 78,56 28,58 27,102 67,89
2007 Jumlah peserta 110,914 9,012 5,003 124,929
target 131,668 21,210 17,102 170
% 84,22 42,49 29,25 73,49

Sumber : Bapel JKJ

Direktorat Litbang Studi Inovasi Layanan Kesehatan di Pemerintah Daerah


Dalam Rangka Pelaksanaan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik
III-17
b) Proses pendaftaran pada pelayanan kesehatan JKJ tahap II
(JKJ Paripurna) adalah sebagai berikut :

i. Untuk mendapatkan JKJ


paripurna yang ditawarkan
secara sukarela kepada
masyarakat setempat, peserta
diwajibkan membayar iuran
premi sebesar Rp. 60.000,-
perorang pertahun yang bisa
dicicil pembayarannya.
Ditambah dengan biaya
pembuatan kartu Rp.10.000
perorang pertahun. Khusus
untuk masyarakat miskin tidak
perlu membayar premi karena
sudah ditanggung oleh
Askeskin.
ii. Pendaftaran bisa dilakukan di
kantor Desa/LPD, dengan
membawa fotocopi kartu
keluarga.
iii. Hak peserta adalah bebas dari
biaya pelayanan di seluruh PPK
1 dan PPK 2 JKJ selama
setahun dan bebas dari segala
biaya pelayanan kesehatan di
rumah sakit umum dengan hak
rawat inap/opname di kelas II.
Peserta yang tidak mampu Gambar 11. Masyarakat sedang
membuat kartu JKJ
ditangani di RSU yang

Direktorat Litbang Studi Inovasi Layanan Kesehatan di Pemerintah Daerah


Dalam Rangka Pelaksanaan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik
III-18
dikontrak, akan dirujuk ke RSU rujukan dan biaya
perawatan ditanggung separuhnya oleh pasien.
iv. Dalam satu Keluarga yang tercantum di Kartu Keluarga
(KK), minimal 2 orang anggota wajib mengikuti program
ini, dengan sistem pembayaran diatur sebagai berikut:
Kepala keluarga sebagai tanda jadi peserta, wajib
membayar uang muka sebesar Rp.30.000
dan sisanya dapat diangsur setiap bulannya
minimal Rp. 5000 sampai dengan lunas.
Sedangkan untuk anggota keluarga lain, dapat
membayar uang muka sebesar Rp.30.000 atau
Rp.10.000 di bulan pertama dan sisanya dicicil
setiap bulannya minimal sebesar Rp.5000 sampai
dengan lunas.
v. Pemanfaatan fasilitas pada PPK 1 bisa digunakan
segera setelah pembayaran premi pertama.
vi. Pemanfaatan fasilitas rawat inap diberikan setelah
anggota membayar 50% dari total premi.

3.1.6.2. Penggunaan Kartu JKJ

a) Penggunaan kartu JKJ pada pelayanan kesehatan di PPK


1 adalah sebagai berikut :

i. Masyarakat (pasien) datang berobat ke PPK1


pemerintah atau swasta yang terikat kontrak
dengan Bapel JKJ.
ii. Kartu tanda peserta JKJ ditunjukkan kepada PPK1
iii. Pasien diperiksa sesuai dengan prosedur, dan
diberi obat sesuai penyakitnya tanpa harus
membayar.

Direktorat Litbang Studi Inovasi Layanan Kesehatan di Pemerintah Daerah


Dalam Rangka Pelaksanaan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik
III-19
iv. Apabila penyakit belum sembuh, pasien bisa
mengulang datang kembali ke PPK 1 tersebut
dengan jarak paling cepat 5 hari setelah
pemeriksaan yang pertama. Bila pasien datang
kembali sebelum 5 hari, maka biaya pengobatan
ditanggung oleh pasien sendiri. Ketidakpuasan
pasien dalam pengobatan di tingkat PPK 1
menjadi tanggung jawab PPK 1.

b) Penggunaan kartu JKJ pada pelayanan kesehatan di JKJ


tahap II (JKJ Paripurna) adalah sebagai berikut :
i. Pasien datang ke RSUD Negara
ii. Kartu tanda peserta JKJ ditunjukkan kepada
petugas administrasi rumah sakit
iii. Pasien diperiksa dan mendapatkan fasilitas rawat
inap untuk sekali rawat inap maksimal 4 hari di
kelas II
iv. Biaya pengobatan dan rawat inap maksimal 4
hari gratis
v. Pasien bisa kembali rawat inap di RSUD Negara
maksimal empat kali dalam satu tahun dengan
waktu maksimal 4 hari per sekali rawat inap.

3.1.7. Inovasi Dalam Peningkatan Pelayanan Kesehatan

3.1.7.1. Pelayanan Kesehatan Rawat Inap Gratis

Pelayanan kesehatan rawat inap gratis melalui program


JKJ tahap II (JKJ Paripurna). Merupakan Program
Jaminan pelayanan kesehatan pada masyarakat, dengan

Direktorat Litbang Studi Inovasi Layanan Kesehatan di Pemerintah Daerah


Dalam Rangka Pelaksanaan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik
III-20
memberikan pelayanan Rawat jalan, rawat jalan dokter
spesialis dan rawat inap di rumah sakit umum, baik itu
rumah sakit umum daerah maupun swasta. Dalam
layanan ini masyarakat diwajibkan membayar premi
yang pembayarannya dilakukan secara mencicil.

3. Kartu J-sidik (Jembrana Satu Identitas kesehatan)

Saat ini masyarakat yang


ingin mendapat pelayanan
kesehataan diberikan identitas
dalam bentuk kartu. Selama
ini terdapat beberapa kartu
identitas kesehatan yang
beredar di masyarakat, antara
lain kartu JKJ, kartu berobat
RSUD Negara, dan kartu
Askeskin. Berkaitan dengan
banyaknya identitas tersebut,
maka Pemerintah Kabupaten
Jembrana melakukan inovasi
Gambar 12. Contoh kartu J-SIDIK
dengan menggabungkan
ketiga kartu tersebut kedalam sebuah kartu yang
dinamakan J-Sidik. Tujuan dengan dikeluarkannya J-Sidik
adalah sebagai bentuk kemudahan serta efesiensi bagi
pengguna JKJ serta penghematan pengeluaran dana
untuk pembuatan kartu. Selain itu J-Sidik
mengintegrasikan sistem informasi di Bapel JKJ dan
Rumah sakit, sehingga database pasien khususnya
rekam medik dapat diakses di seluruh PPK melalui
Jimbarwana Network (J-Net). Diharapkan PPK dapat

Direktorat Litbang Studi Inovasi Layanan Kesehatan di Pemerintah Daerah


Dalam Rangka Pelaksanaan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik
III-21
memberikan diagnosa kesehatan dengan lebih tepat.
Sistem informasi J-sidik terintegrasi dengan JKJ online
dan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIRMS)
RSUD Negara.

Sistem informasi J-Sidik juga terhubung dengan Sistem


Informasi Manajemen Daerah (SIMDA) sebagai bahan
informasi untuk menjadi bahan pertimbangan dalam
pengambilan keputusan di bidang kesehatan. Proses
transaksi online bertujuan agar Pemerintah Kabupaten
Jembrana, Bupati, direktur JKJ, direktur RSUD, Kepala
Dinas Kesehatan dan Sosial dapat mengakses Sistem
Informasi Daerah (SIMDA) yang berkaitan dengan
laporan di bidang kesehatan, seperti jumlah kunjungan
pasien, jumlah pendapatan, 10 besar penyakit dan lain
sebagainya.

3.1.8. Permasalahan Dalam Pelaksanaan Sistem Asuransi Kesehatan


Jembrana

Permasalahan yang timbul dalam pelaksanaan JKJ antara lain :

1. Adanya penggunaan kartu JKJ oleh orang yang tidak berhak.


Hal tersebut terkait dengan adanya toleransi pemerintah
daerah terhadap sejumlah persyaratan yang seharusnya wajib
dipenuhi oleh masyarakat untuk mendapat kartu JKJ.
2. Moral hazard yang buruk dari PPK. Permasalahan moral hazard
oleh PPK seperti tindakan mark up yang dilakukan sejumlah
oknum dokter dan bidan terhadap kunjungan pasien dan
jumlah obat yang diberikan.

Direktorat Litbang Studi Inovasi Layanan Kesehatan di Pemerintah Daerah


Dalam Rangka Pelaksanaan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik
III-22
3. Pesyaratan keanggotaan bagi peserta JKJ menghalangi
keikutsertaan warga miskin yg belum memiliki jaminan (banyak
warga miskin yang tidak mampu mendaftarkan seluruh anggota
keluarganya).

3.1.9. Pengawasan dan Evaluasi

Mekanisme Pengawasan antara lain dilakukan dengan :

1. Pengawasan terhadap PPK 1 JKJ dilakukan oleh sebuah tim


yang dibentuk oleh Bapel dan Tim Pengelola JKJ.
2. Tim Pengawas bekerja secara insidental dan menindaklanjuti
laporan masyarakat
3. Bapel JKJ secara sepihak akan memutuskan kontrak kerja
dengan PPK 1, jika tim pengawas menemukan penyimpangan
yang dilakukan oleh PPK 1 (sudah dinyatakan dalam dokumen
kontrak)
4. Pengawasan penyelenggaraan JKJ dilakukan Bawasda dan BPKP
sebagai pengawas penggunaan dana publik.

Gbr 13. Kotak pengaduan dan formulir saran dan kritik

Direktorat Litbang Studi Inovasi Layanan Kesehatan di Pemerintah Daerah


Dalam Rangka Pelaksanaan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik
III-23
3.3. Rumah Sakit Umum Propinsi Dr. Soedono Madiun

3.3.1. Gambaran Umum

Secara Geografis, Propinsi Jawa Timur terletak antara 111 Bujur


Timur s.d 114,4 Bujur Timur dan 7,12 Lintang Selatan s.d 8,48
Lintang Selatan. Wilayah administrasi pemerintahan, terbagi dalam 29
Kabupaten, 9 Kota, 657 kecamatan dan 8.484 desa/kelurahan.
Jumlah penduduk Jawa Timur Tahun 2006 sebanyak 37.478.737 jiwa
dengan laju pertumbuhan penduduk 1,06 %, dengan tingkat
2.1
kepadatan penduduk 807/km . Pertumbuhan ekonomi Jawa Timur
atas dasar harga konstan Tahun 2000, selama 3 tahun terakhir
adalah 4,48 % di tahun 2003, 5,83% pada tahun 2004 dan 5,84%
pada tahun 2005. Pertumbuhan ekonomi Jawa Timur Tahun 2005,
terutama didukung oleh pertumbuhan pada sektor perdagangan, hotel
dan restoran yang tumbuh sebesar 9,15%, sektor industri yang
2
tumbuh 4,61% sedangkan sektor pertanian tumbuh 3,16 %.

Gambaran sarana kesehatan yang terdapat di Propinsi Jawa Timur di


tahun 2006 antara lain RS Umum Pemerintah sebanyak 45, RS
Umum Swasta sebanyak 58, RS BUMN sebanyak 11, RS TNI Polri
sebanyak 20, RS Khusus Pemerintah sebanyak 8, RS Khusus Swasta
sebanyak 2 dan Puskesmas sebanyak 927 serta sarana kesehatan
3
yang lainnya.

RSUD Dr. Soedono Madiun merupakan salah satu rumah sakit milik
Pemerintah Propinsi Jawa Timur. RSUD Dr. Soedono Madiun terletak
di sebelah barat dari ibu kota Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur
dan berada di tengah Kotamadya Madiun yang merupakan dataran

1 Jawa Timur dalam Angka 2007


2 Ibid
3 Data Makro Sosial dan Ekonomi Jawa Timur 2001-2005)

Direktorat Litbang Studi inovasi layanan kesehatan di pemerintah daerah dalam


rangka pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik
III.3-1
rendah. RSUD Dr. Soedono Madiun juga terletak di daerah perbatasan
antara Jawa Timur dan Jawa Tengah yang merupakan arus lalu lintas
ramai penghubung kedua propinsi tersebut. Jarak dengan ibu kota
propinsi khususnya dengan RSUD Dr.Soetomo Surabaya kurang lebih
169 km yang ditempuh dalam waktu 4 jam perjalanan, sedangkan
dengan kota terdekat di Jawa Tengah yaitu Solo adalah 110 km yang
ditempuh dalam waktu kurang lebih 2 jam perjalanan.

3.3.2. Latar Belakang Pendirian RSUD Dr. Soedono Madiun


Pada awalnya RSUD Dr.
Soedono Madiun Dikelola
oleh Pemerintah
Kotamadya Madiun. Pada
tahun 1953 Pemerintah
Kota Madiun
menyerahkan rumah sakit
ini kepada Pemerintah
Propinsi dengan alasan
Pemerintah Kota tidak
mampu mengelolanya.
Kini RSUD Dr. Soedono
Gambar 21. Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soedono
Madiun menjadi rumah
sakit yang cukup lengkap baik sarana infrastruktur, sarana tenaga
medis umum dan spesialis maupun prasarana seperti peralatan dan
persediaan obat. Dengan alasan tersebut, RSUD Dr. Soedono Madiun
dijadikan sebagai pusat rujukan wilayah barat dari Propinsi Jawa timur
yang dapat menyangga pelayanan kesehatan dari rumah sakit
sekitarnya seperti, RSU daerah dan rumah sakit swasta yang berasal
dari wilayah sekitar yaitu Kabupaten Ngawi, Kabupaten Magetan,
Kabupaten Nganjuk serta sebagian dari wilayah Propinsi Jawa Tengah
sebelah timur yaitu Kabupaten Sragen.

Direktorat Litbang Studi inovasi layanan kesehatan di pemerintah daerah dalam


rangka pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik
III.3-2
Perbaikan pelayanan di RSUD Dr. Soedono Madiun tidak terlepas dari
adanya upaya Propinsi Jawa Timur dalam memperbaiki kualitas
pelayanan publiknya. Upaya ke arah tersebut diwujudkan melalui
Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur Nomor 11 tahun 2005 tentang
Pelayanan Publik di Propinsi Jawa Timur. Dalam Perda tersebut, selain
standar pelayanan publik dan aturan kewajiban bagi penyelenggara
pelayanan publik dalam upaya mewujudkan tatakelola pemerintahan
yang baik, juga menjelaskan tentang hak dan kewajiban penerima
layanan publik serta peningkatan peran serta masyarakat. Dalam bab
V Perda Pelayanan Publik dijelaskan mengenai pembentukan Komisi
Pelayanan Publik. Komisi ini ditetapkan melalui Keputusan Gubernur
dan berkedudukan nonstruktural serta bersifat independen, sehingga
laporan kinerja komisi ini langsung disampaikan kepada DPRD.
Pembentukan komisi ini berfungsi menerima pengaduan dan bertugas
mengadakan verifikasi, memeriksa dan menyelesaikan sengketa
pelayanan publik, kemudian memberikan saran atau masukan kepada
Kepala Daerah dan penyelenggara pelayanan publik melalui DPRD.

3.3.3. Regulasi Terkait Peningkatan Pelayanan Publik Bidang


Kesehatan di Jawa Timur

1. Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur No. 11 tahun 2005


Tentang Pelayanan Publik di Propinsi Jawa Timur.
2. Peraturan Gubernur Jawa Timur No. 14 tahun 2008 Tentang
Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur
No.11 tahun 2005 Tentang Pelayanan Publik Di Propinsi Jawa
Timur.
3. Surat Gubernur Jawa Timur tanggal 26 Desember 2005 No.
065/13032/041/2005 Perihal Laporan Pengaduan Pelayanan
Publik.

Direktorat Litbang Studi inovasi layanan kesehatan di pemerintah daerah dalam


rangka pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik
III.3-3
3.3.4. Profil Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soedono Madiun

3.3.4.1. Status Rumah Sakit

RSUD Dr. Soedono Madiun semula adalah rumah sakit


pemerintah kelas C, kemudian dengan Keputusan Menteri
Kesehatan RI nomor 1164/Kepmenkes/XII/SK/1993, RSUD Dr.
Soedono Madiun meningkatkan statusnya menjadi rumah sakit
kelas B non pendidikan, yang susunan organisasi dan tata
kerjanya juga disesuaikan dengan kelasnya sebagaimana diatur
dalam Peraturan Daerah (Perda) Jawa Timur No. 22 tahun
1995, kemudian diperbaharui oleh Perda Provinsi Jawa Timur
Nomor 23 tahun 2002 seiring dengan perkembangan
pelayanan rumah sakit.

Usaha pembangunan untuk mengembangkan rumah sakit ini


telah membuahkan hasil, yaitu dengan diakuinya RSUD Dr.
Soedono Madiun sebagai rumah sakit yang berakreditasi penuh
untuk 16 jenis standar pelayanan. Pada tahun 2004 rumah
sakit ini dinyatakan telah memenuhi persyaratan yang
ditetapkan dan berhak menerima sertifikat ISO-9001:2000/SNI
19 9001-2001.

3.3.4.2. Sarana dan Prasarana

Bangunan RSUD Dr. Soedono Madiun terletak diatas tanah


2
seluas 28.973 m dengan luas bangunan seluruhnya 17.281,5
m2. Sarana prasarana yang disediakan RSUD Dr. Soedono
Madiun meliputi :

Direktorat Litbang Studi inovasi layanan kesehatan di pemerintah daerah dalam


rangka pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik
III.3-4
a) Jenis Pelayanan Kesehatan :
Tabel 3.3.1 Jenis Layanan yang Disediakan RSUD Dr.
Soedono Madiun

Jenis Pelayanan Kesehatan di RSUD. Dr. Soedono Madiun

Rawat Jalan IPL


Rawat Inap IPMS
Farmasi Lab. Patologi Anatomi
Bedah Sentral Radiologi
Obgyn Rawat Darurat terpadu
ICU & ICCU Rehabilitasi Medik
NICU Kedokteran Forensik
Lab. Patologi Klinik General Check Up
Gizi IPHI
Sterilisasi Sentral

Sumber: profil RSUD. Dr. Soedono Madiun dalam angka tahun 2007

b) Keberadaan tempat tidur perawatan berdasarkan kelas


perawatan :

Tabel 3.3.2. Jumlah Tempat Tidur di RSUD Dr.


Soedono Madiun

No Kelas Perawatan Instalasi Jumlah Tempat Persentase (%)


Rawat Inap (IRNA) Tidur (TT)

1. Kelas Utama 77 23,7


2. Kelas I 18 6,1
3. Kelas II 48 16,3
4. Kelas III 158 53,9
Total 301 100,0

Sumber: Laporan kegiatan tahunan RSUD Dr. Soedono Madiun


tahun 2007

c) Pengelolaan Limbah.
Pengelolaan limbah rumah sakit dengan tujuan agar
ramah lingkungan. Sistem yang digunakan dalam
pengelolaan daur limbah adalah anaerobic. Untuk limbah
padat medis dilakukan pembakaran dengan incenerator.

Direktorat Litbang Studi inovasi layanan kesehatan di pemerintah daerah dalam


rangka pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik
III.3-5
d) Perlengkapan Medis.
Peralatan medis yang dimiliki RSUD Dr. Soedono Madiun
dilengkapi dengan berbagai peralatan penunjang.
Penambahan alat-alat medis seperti ECG 3 canel, USG
bersalin, transcanical doppler system, X ray, ambulance
118 dan lainnya yang diharapkan mampu mendukung
pelayanan di rumah sakit.

e) Fasilitas Obat-obatan.
Penerapan obat dengan sistem satu pintu dilaksanakan
mulai di instalasi bedah sentral dengan tujuan :
i. Efesiensi bagi petugas maupun penderita sesuai
dengan ketentuan akreditasi.
ii. Pengendalian dan perlindungan bahaya penggunaan
dan pemakaian obat-obatan narkotika.

Gambar 22. Fasilitas Radiologi dan Laboratorium Di RSUD Dr. Soedono

Direktorat Litbang Studi inovasi layanan kesehatan di pemerintah daerah dalam


rangka pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik
III.3-6
f) Ketenagaan dan sumber daya manusia di RSUD Dr.
Soedono Madiun

Tabel 3.3.3. Jumlah Tenaga Kerja di RSUD Dr.


Soedono Madiun

PNS/Tahun Pegawai Kontrak/tahun


No Jenis Ketenagaan
2005 2006 2007 2005 2006 2007

1 Tenaga Medis 42 42 43 18 15 7
2 Paramedis 261 252 244 113 110 100
3 keperawatan 19 17 17 - 0 -
4 Farmasi 17 17 18 5 5 3
5 Kesehatan 15 15 18 7 7 4
6 Masyarakat 6 5 5 1 1 1
7 Gizi 27 29 32 21 20 18
8 Ketarapian fisik 136 130 118 98 98 96
Keteknisan medis
Non medis
Jumlah 523 508 495 263 256 229

Sumber: Laporan kegiatan tahunan RSUD Dr. Soedono Madiun


tahun 2007

Untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan bagi


karyawan RSUD Dr. Soedono Madiun baik medis
maupun paramedis dilaksanakan kegiatan pendidikan
dan pelatihan secara berencana, antara lain :
i. Pendidikan DIII, S1 dan S2
ii. Penambahan tenaga medis, S1 Psikologi, DIII
Tuna Wicara, Orthopedi Protese, DIII Orthopedi
Terapi.
iii. Seminar Berkelanjutan Kegawatdaruratan.
iv. Pelatihan Penanganan Gawat Darurat (PPGD),
pelatihan Fungsional Medis, Paramedic dan
tenaga administrasi dll.
v. In Job Training.
vi. Penyegaran kasus-kasus penyakit.

Direktorat Litbang Studi inovasi layanan kesehatan di pemerintah daerah dalam


rangka pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik
III.3-7
3.3.5. Pengelolaan Rumah Sakit

3.3.5.1. Pelayanan Rawat Jalan

Pengembangan dan penataan sistem pelayanan rawat jalan,


diantaranya adalah :
a) Menghilangkan loket, sehingga pasien langsung menuju
ke klinik.
b) Proses pelayanan setiap pasien maksimum 5 menit.
c) Waktu tunggu di klinik kurang dari 15 menit.
d) Poliklinik spesialis dibuka pukul 07.30.
e) Adanya ruang bantuan pelayanan umum untuk
menampung keluhan dan membuat solusi untuk
menangani komplain dari pasien.
f) Mekanisme jemput bola bagi pasien di pintu masuk.
g) Adanya instalasi peduli masyarakat dan security.
h) Ditempatkannya Manager of Duty.
i) Penyediaan ruang darurat pada pelayanan rawat jalan
yang ditujukan untuk pasien dengan kondisi khusus di
poliklinik
j) Menggunakan CBS Computerised Biling System dalam
sistem administrasi dan keuangan.

3.3.5.2. Pengembangan dan Penataan Sistem Pada Pelayanan


Rawat Inap

a) Rawat Inap Wijaya Kusuma


i. Fasilitas jumlah tempat tidur yang disediakan di
instalasi rawat inap Wijaya Kusuma sebanyak 145
tempat tidur (TT), dibagi ke dalam 3 kelas, yaitu
kelas 1 sejumlah 17 TT, kelas II sejumlah 21 TT
dan

Direktorat Litbang Studi inovasi layanan kesehatan di pemerintah daerah dalam


rangka pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik
III.3-8
kelas III sejumlah 107 TT.
ii. Menyediakan Nurse Station di tengah ruang
perawatan, sehingga dapat memudahkan
observasi terhadap pasien.
Gambar 23. Paviliun Merpati iii. Adanya Manager of Duty di ruang rawat inap.
iv. Tersedianya Ruang Bantuan Pelayanan Umum.
v. Menggunakan CBS Computerised Biling system
dalam sistem administrasi dan keuangan.

a) Rawat Inap Khusus/Paviliun Merpati


i. Jumlah tempat tidur (TT) yang disediakan adalah
sebanyak 70 TT, terdiri dari VVIP dan VIP.
ii. Rawat inap di Paviliun Merpati menyediakan
Gambar 24. Rawat Inap Khusus
kamar operasi sebanyak 3 ruangan, dilengkapi
dengan labolatorium, ICU (yang terdiri dari 3 TT
untuk recovery room dan 6 TT untuk kasus
bedah dan non bedah)
iii. Satu perawat untuk melayani 1 pasien
iv. Pelayanan operasi dengan sistem one way
surgery.
v. Proses penerimaan pasien minimal 15 menit.
vi. Proses pelayanan pasien rawat inap minimal 15
Gambar 25. Ruang Operasi menit.
vii. Proses pemulangan pasien 20 menit,
viii. Menggunakan sistem satu jam, artinya pasien
pulang, maka 1 jam kamar sudah siap pakai.
ix. Menggunakan sistem all out, artinya ketika
pasien pulang maka kamar sudah bersih secara
keseluruhan dari lantai hingga dinding kamar
x. Menggunakan sistem kunjungan artinya setiap
pasien pulang akan mendapatkan kunjungan
Gambar 26. Tindakan di Unit Gawat xi. Menggunakan sistem proaktif diamana setiap hari
Darurat

Direktorat Litbang Studi inovasi layanan kesehatan di pemerintah daerah dalam


rangka pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik
III.3-9
dilakukan check terhadap fasilitas kamar agar
senantiasa siap untuk digunakan.
xii. Menggunakan CBS Computerised Biling System
dalam sistem administrasi dan keuangan.
xiii. Menyediakan kemudahan dalam mengurus
jaminan askes.
xiv. Menyediakan kemudahan dalam pengambilan
obat, karena Paviliun Merpati mempermudah
pelayanan obat.
xv. Tersedianya fasilitas umum seperti wartel, kafe
dan apotik.

b) Rawat Inap Bersalin


i. Tersedianya dokter jaga yang siap 24 jam.
ii. Proses pelayanan oleh dokter dan bidan kurang
dari 30 menit.
iii. Adanya manajemen inlet dan outlet..

3.3.5.3 Pelayanan di Instalasi Rawat Darurat Terpadu.

a) Pelayanan terpadu meliputi pelayanan kegawat


daruratan umum, bedah penyakit dalam, perawatan
bayi, kebidanan kandungan dan anak.
b) Pelayanan selama 24 jam.
c) Tersedia ruang observasi darurat, ruang operasi
emergency, radiologi, labolatorium, apotik.
d) Waktu tunggu 5 menit.
e) Tersedianya dokter jaga 24 jam
f) Tersedianya dokter on call konsultasi 24 jam.

Direktorat Litbang Studi inovasi layanan kesehatan di pemerintah daerah dalam


rangka pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik
III.3-10
3.3.5.4. Pelayanan Instalasi Bedah Sentral (IBS)
a) Waktu tunggu untuk pasien adalah 2 hari
b) Bedah emergency dilakukan setiap saat dengan waktu
sela maksimum 30 menit.
c) Lama waktu operasi rata-rata 1-3 jam.

3.3.5.5. Pelayanan Kesehatan di ICU (Intensive Care Unit)


a) Penggabungan ICU, ICCU (Intensive Cardiac Care Unit)
dan recovery room.
b) Ditunjang dengan peralatan canggih, seperti CT Scan.

3.3.5.6. Pelayanan Kesehatan di NICU (Neonatal Intensive


Care Unit)
a) Pembagian ruangan menurut jenis kegiatan pelayanan.
Dilakukan pemisahan antara ruang rawat inborn dan
outborn.
b) Tersedia dokter jaga yang siap 24 jam.
c) Tersedianya ruangan khusus untuk ibu menyusui dan
ruangan intensif semi steril.

3.3.5.7. Pelayanan di Ruang Anak Melati


a) Menyediakan fasilitas tempat tidur sebanyak 31 yang
terbagi atas kelas I sebanyak 4 TT dan kelas II
sebanyak 6 TT.
b) Menyediakan Nurse Station.
c) Tersedia ruang bermain.
d) Adanya ruang observasi.

3.1.5.8. Pelayanan Penunjang


a) Pelayanan Labolatorium Terpadu.
i. Meliputi labolatorium pathologi klinik, pathologi
anatomi, labolatorium kesling dan radiologi.

Direktorat Litbang Studi inovasi layanan kesehatan di pemerintah daerah dalam


rangka pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik
III.3-11
ii. Waktu tunggu pelayanan klinik 5 s.d 15 menit.
iii. Proses pelayanan 15 menit s.d 1 jam.

b) Pengembangan informasi melalui wadah Radio Wijaya


Kusuma FM.
i. Menyediakan informasi mengenai rumah sakit,
informasi kesehatan, pendidikan dan KAMTIBMAS.
ii. Program-program yang disediakan antara lain
Halo Dokter, Konsultasi Dokter, Lintas Kesehatan,
Kasih Ibu, Media Nutrisi dan Seputar RSUD Dr.
Soedono Madiun. Dalam program tersebut selain
narasumber memberikan penjelasan juga
diadakan tanya jawab bagi masyarakat sekitar
seputar kesehatan.

Gambar 27. Kegiatan Diskusi tentang Kesehatan di Radio Wijaya Kusuma FM

Direktorat Litbang Studi inovasi layanan kesehatan di pemerintah daerah dalam


rangka pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik
III.3-12
3.3.6. Inovasi Dalam Peningkatan Pelayanan Kesehatan

3.3.6.1. Penataan Sistem

a) Alur Proses Yang Jelas


Dengan Dengan cara memperpendek alur pelayanan. RS
menyediakan alur proses pelayanan yang jelas seperti
informasi mengenai rawat jalan, rawat inap, alur
penanganan keluhan pelanggan, alur pasien, hak-hak
pasien, daftar tarif, denah, daftar dokter dan petunjuk
arah.

Gambar 28. Papan Penunjuk Alur Proses

b) Kepastian Waktu
Klinik buka setiap jam 8 pagi. Dimulai dengan apel pagi
bagi seluruh pegawai rumah sakit.

c) Akurasi Biaya
Biling sistem sesuai dengan tarif dan sesuai dengan hak
pasien. Tertera jelas papan daftar tarif.

d) Keamanan
i. Untuk keamanan pasien, dilakukan upaya jemput
bola, dimana petugas menjemput pasien yang baru

Direktorat Litbang Studi inovasi layanan kesehatan di pemerintah daerah dalam


rangka pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik
III.3-13
datang di depan rumah sakit. Kemudian disediakan
instalasi peduli masyarakat dan security.
ii. Untuk keamanan lingkungan, dilakukan penanganan
limbah medis secara benar.

e) Pelaksanaan Tanggung Jawab


Tersedianya Duty Manager di instalasi rawat jalan, serta
dokter jaga 24 jam di semua unit pelayanan.

f) Kelengkapan Sarana dan Prasarana


RSUD Dr. Soedono Madiun menyediakan sarana
pelayanan canggih seperti CT scan.

3.3.6.2.Peningkatan Mutu

a) Melakukan audit mutu eksternal ISO 9001:2000 dan


audit mutu internal ISO 9001:2000.
b) Melakukan survey akreditasi.
c) Pelatihan problem solver.
d) Pengukuran IKM (Indeks Kepuasan Masyarakat) dalam
bentuk penyebaran kuisioner yang dilakukan 2 kali
setahun. Tertuang dalam Prosedur Mutu Pemantauan
Kepuasan Pelanggan RSSM/PMRS/010/016. Hasilnya
dapat dilihat dalam tabel di bawah :

Tabel 3.3.4. IKM RSUD Dr. Soedono Madiun

Tahun Hasil IKM


2005 74,16% dan 77,43%
2006 90,62%; 90,75% dan 90,18%
2007 80,16% dan 80,10%
Sumber : Laporan kegiatan dan Penghitungan APBD RSUD Dr.
Soedono Madiun tahun anggaran 2007

Direktorat Litbang Studi inovasi layanan kesehatan di pemerintah daerah dalam


rangka pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik
III.3-14
e) Manajemen Keluhan Pelanggan
i. Menyediakan sarana seperti alur komplain, kotak
saran.
ii. Terdapat prosedur penanganan keluhan yang
dituangkan ke dalam peraturan rumah sakit
(RSSM/PMRS010/015).

Gambar 29. Kegiatan pertemuan dengan iii. Dilakukan pembahasan komplain setiap minggu.
masyarakat iv. SMS langsung kepada direksi dan IPHI (Instalasi
Pemasaran Humas dan Informasi).
v. Lewat media radio, antara lain program siaran
pojok rumah sakit yang berisi penjelasan dan
diskusi.
f) Upaya peminimalisiran terjadinya penyimpangan adalah
dengan penggunaan Sistem Informasi Manajemen
Gambar 30. Bakti sosial ke masyarakat Rumah Sakit/CBS (SIM RS/CBS) yang dapat dipantau
secara langsung oleh Direktur selaku pimpinan dan SPI.
Pemberian pelayanan kesehatan sesuai SOP/ Protap/
Prosedur Mutu. Survey Internal Akreditasi dilakukan
setiap 6 bulan sekali. Evaluasi kegiatan juga dilakukan
dengan adanya laporan triwulan/ semester/ tahunan
serta pemantauan oleh tim monitoring dan evaluasi
setiap 6 bulan sekali.
Gambar 31. Bantuan penanggulangan
bencana
3.3.6.3. Kepesertaan Masyarakat

a) Citizen Charter
Program ini Ditandatangani oleh LSM tokoh masyarakat
dan tokoh agama. Program ini mendapatkan respon
yang positif dari masyarakat. Dalam melakukan porgram
ini, pihak RSUD Dr. Soedono Madiun melakukan
Gambar 32. Evaluasi pelayanan pelayanan dan pengobatan gratis masyarakat yang

Direktorat Litbang Studi inovasi layanan kesehatan di pemerintah daerah dalam


rangka pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik
III.3-15
tinggal di sekeliling rumah sakit.
b) Diskusi Dalam Program Radio Wijayakusuma FM.
Program ini merupakan sarana komunikasi RS dengan
masyarakat. Program ini juga merupakan sarana untuk
lebih mengakrabkan rumah sakit dengan masyarakat.

3.3.6.4. Upaya Peningkatan Kesehatan Perorangan

a) Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan.


Peningkatan pelayanan untuk JPK-MM bagi keluarga
miskin/tak mampu dilakukan melalui perbaikan dari
sistem yang sudah ada, yaitu dengan membentuk tim
kordinasi pelaksanaan program JPK-MM yang
bertanggung jawab langsung kepada direktur. Jumlah
pasien miskin yang terlayani tahun 2007 adalah sebesar
39.934 pasien meliputi 32.814 pasien IRJA dan 7.120
pasien IRNA, jumlah ini meningkat 29,25% dari tahun
sebelumnya. Adapun pelayanan yang diberikan meliputi
tindakan operasi, rawat darurat, rawat jalan, rawat inap,
pelayanan penunjang medis, obat-obatan/bahan habis
pakai, bantuan transport rujukan dan pelayanan darah.

b) Pemantauan Kotak Saran.


Pemantauan kotak saran dilakukan setiap hari dan
dievaluasi setiap hari baik melalui radio FM Wijaya
Kusuma maupun dibahas secara struktural setiap
minggu untuk memperoleh masukan, saran dan kritik
dari masyarakat.

c) Peningkatan pelayanan di instalasi farmasi dengan


pemakaian obat rasional di semua jenis layanan.

Direktorat Litbang Studi inovasi layanan kesehatan di pemerintah daerah dalam


rangka pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik
III.3-16
3.3.6.5. Peningkatan Manajemen Pelayanan

a) Penyempurnaan Standar Operasional Prosedur.


b) Pengembangan pelayanan
kesehatan dilaksanakan dengan
berbagai pelatihan bagi tenaga
medis dan paramedis maupun
non paramedis yang bertujuan
memberikan peningkatan
pengetahuan, keahlian/
keterampilan, serta wawasan
dalam mengoptimalkan
pemberian pelayanan
kesehatan kepada masyarakat
pelanggan. Selain itu
diterapkan penggunaan CBS
di masing-masing poli rawat
dengan bertujuan mencegah
terjadinya antrian panjang di
loket pembayaran. Yang
berikutnya adalah penggunaan
sistem jemput bola terhadap
pasien yang datang berobat
dengan adanya perawat
sebagai petugas front line di
pintu masuk IRJA. Selain itu,
adanya duty manager serta Gambar 33. Pelayanan jemput bola pasien

pelayanan tingkat VIP.


c) Peningkatan profesionalisme petugas di rawat jalan dan
meningkatkan budaya senyum dalam melayani pasien.

Direktorat Litbang Studi inovasi layanan kesehatan di pemerintah daerah dalam


rangka pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik
III.3-17
3.3.8. Permasalahan Dalam Pelayanan di RSUD Dr. Soedono Madiun

Hal-hal yang masih menjadi masalah dalam melakukan pelayanan


kesehatan antara lain :

a) Aspek SDM
Kualitas dan kuantitas SDM yang masih kurang, terutama
untuk menunjang pelayanan kesehatan yang prima dan sebagai
pengganti tenaga-tenaga purna tugas.

b) Aspek Sarana dan Prasarana.


1. Kurangnya peralatan medis maupun non medis untuk
menunjang pelayanan kesehatan yang prima.
2. Penataan dan pengembangan sarana penunjang yang
belum menyeluruh, antara lain penataan dan
pengembangan pelayanan sterilisasi sentral, belum
maksimalnya pembangunan dll.

c) Aspek Sistem
Computerized billing system dan computerized rekam medik
belum menyeluruh dan sistem informasi dan pemasaran masih
belum optimal.

3.3.9. Pengawasan dan Evaluasi

Mekanisme pengawasan yang dilakukan antara lain dengan melakukan


mekanisme pelaporan pengaduan masyarakat dengan melakukan
kordinasi antara Dinas Kesehatan Propinsi dan rumah sakit. Kemudian
dievaluasi secara berkala di tingkat Propinsi. Selain mekanisme
pengaduan, RSUD Dr. Soedono Madiun juga melakukan evaluasi
kinerja dan kualitas pelayanan dengan cara melakukan survei evaluasi

Direktorat Litbang Studi inovasi layanan kesehatan di pemerintah daerah dalam


rangka pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik
III.3-18
pelanggan yang dilakukan tiap tahun melalui penyebaran kusioner
untuk memperoleh indeks kepuasan masyarakat (IKM). Pada tahun
2007 RSUD Dr. Soedono Madiun memperoleh IKM sebesar 80,16.

Tabel 3.3.5. Penilaian Seluruh Unsur Pelayanan Publik di RSU


Dr. Soedono Madiun

No Unsur pelayanan Nilai rata-rata/persentase

U1 Prosedur pelayanan 3.289 82.22


U2 Persyaratan pelayanan 3.305 82.63
U3 Kejelasan petugas pelayanan 3.332 83.30
U4 Kedisiplinan petugas layanan 3.380 84.50
U5 Tanggung jawab petugas layanan 3.374 84.35
U6 Kemampuan petugas layanan 3.262 81.55
U7 Kecepatan layanan 3.294 82.32
U8 Keadilan mendapatkan pelayanan 3.294 82.32
U9 Kesopanan dan keramahan 3.348 83.70
U10 Kewajaran biaya pelayanan 3.278 81.95
U11 Kepastian biaya pelayanan 3.283 92.08
U12 Kepastian jadwal pelayanan 3.310 82.75
U13 Kenyamanan lingkungan 3.203 80.08
U14 Keamanan pelayanan 3.299 82.48

Sumber : Laporan kegiatan dan perhitungan APBD RSU Dr. Soedono Madiun

Pemantauan kepuasan pelanggan dilaksanakan oleh Tim Indeks


Kepuasan Masyarakat (IKM) yang dibentuk berdasarkan surat tugas
pimpinan RSUD Dr. Soedono Madiun. Penanganan saran/ keluhan
pelanggan diatur dalam prosedur tetap. Pengelolaan keluhan
pelanggan ini dilakukan secara sistematis dengan tujuan meningkatkan
kepuasan pelanggan. saran/keluhan yang ditangani adalah segala
saran atau keluhan yang terjadi di RSUD Dr. Soedono Madiun yang
terkait dengan pelayanan medis, keperawatan, penunjang serta
lingkungannya baik secara tertulis maupun lisan. Adapun alur proses
penanganan pengaduan masyarakat adalah meliputi penerimaan,
pencatatan, penelahaan, penyaluran, konfirmasi, klarifikasi, penelitian,
pemeriksaan, pelaporan, tindak lanjut dan pengarsipan.

Direktorat Litbang Studi inovasi layanan kesehatan di pemerintah daerah dalam


rangka pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik
III.3-19
Penanganan saran/keluhan pelanggan dikordinasikan oleh sekretariat
RSUD Dr. Soedono Madiun. Kemudian dalam operasionalnya
dilaksanakan oleh instalasi pemasaran, humas dan informasi (IPHI).
Sarana penyampaian saran dan keluhan pelanggan dilakukan dengan
memasang kotak saran dan menyiapkan kertas/angket pada kotak
tersebut di setiap unit pelayanan dan Radio Wijayakusuma FM RSUD
Dr. Soedono Madiun. Secara berkala (seminggu sekali) kotak saran
dibuka dan semua saran/keluhan yang masuk dicatat dalam buku
saran/keluhan. Saran dan keluhan tersebut dapat bersumber dari
media masa dan laporan lisan, kemudian ditulis pada buku
saran/keluhan. Saran/keluhan ditindaklanjuti sampai selesai melalui
pemantauan lembar penanganan/tindak lanjut saran/keluhan.

Direktorat Litbang Studi inovasi layanan kesehatan di pemerintah daerah dalam


rangka pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik
III.3-20
3.2. Pelayanan Puskesmas Swadana Pahandut

3.2.1. Gambaran Umum

Kota Palangka Raya adalah salah satu Kota dari 14 kabupaten/Kota


di Propinsi Kalimantan Tengah, dengan luas wilayah mencapai 2.400
km2 yang terdiri dari 5 kecamatan dan 30 kelurahan. Kota Palangka
Raya mempunyai ciri khas yaitu terdiri dari 2 dimensi yaitu wilayah
perKotaan dengan 6 kelurahan dan wilayah pedesaan dengan 24
kelurahan. Sarana pelayanan kesehatan di Kota Palangka Raya terdiri
dari 9 Puskesmas dan 43 Puskesmas Pembantu (Pustu), 3 buah RS
(RS Prov, RS POLRI, RS TNI).

Pandangan masyarakat yang buruk terhadap pelayanan di puskesmas


mendorong Pemerintah Kota Palangka Raya untuk melakukan
pembenahan terhadap kualitas pelayanan pada puskesmas.
Pembenahan tersebut dimaksudkan agar puskesmas yang merupakan
sarana kesehatan terdekat dengan masyarakat, mendapat pengakuan
yang positif ditengah masyarakat, yaitu dapat memberikan pelayanan
kesehatan yang bermutu dan memberikan kepuasan bagi
penggunanya.

3.2.2.Latar Belakang Peningkatan Pelayanan Kesehatan

Pada tahun 2006 WaliKota Palangka


Raya menginstruksikan kepada Dinas
Kesehatan Kota untuk meningkatkan
pelayanan kesehatan khususnya dalam
mendukung kesehatan ibu dan anak.
Pemerintah Kota meyakini bahwa
kesehatan ibu dan anak akan
Gambar 14. Puskesmas Pahandut

Direktorat Litbang Studi inovasi layanan kesehatan di pemerintah daerah dalam


rangka pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik
III.2-1
berdampak pada peningkatan derajat kesehatan masyarakat.
Peningkatan pelayanan kesehatan tersebut diwujudkan dengan
merealisasikan pelayanan rawat inap persalinan di Puskesmas
Swadana Pahandut. Selain itu, upaya-upaya lain dilakukan untuk
mewujudkan peningkatan pelayanan dibidang kesehatan. Pelayanan
kesehatan dasar gratis di puskesmas merupakan salah satu upaya
peningkatan pelayanan kesehatan dasar. Layanan ini berbasis asuransi
dan diperuntukkan secara menyeluruh bagi penduduk Kota Palangka
Raya. Penduduk Kota Palangka Raya yang bukan pegawai negeri sipil
(PNS) dan bukan termasuk GAKIN, yang dulunya harus membayar
bila ke puskesmas, dengan program ini menjadi tidak bayar karena
pembayarannya ditanggung oleh pemerintah melalui sistem asuransi.

Berikut berbagai kondisi yang melatarbelakangi perlunya peningkatan


kesehatan khususnya bagi masyarakat Kota Palangka Raya :
1. Masih buruknya pandangan masyarakat mengenai pelayanan
puskesmas.
2. Masih minimnya upaya terhadap pelayanan dibidang kesehatan
ibu dan anak yang berdampak pada peningkatan derajat
kesehatan masyarakat.
3. Tingginya tingkat kemiskinan di Kota Palangka Raya.
4. Belum adanya sarana pelayanan kesehatan yang memadai.
5. Belum tersedianya pelayanan radiomedik dan sarana ambulans
pasien bagi warga Kota Palangka Raya
6. Rendahnya akses dan jenis pelayanan kesehatan bagi warga
Kota Palangka Raya.

Direktorat Litbang Studi inovasi layanan kesehatan di pemerintah daerah dalam


rangka pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik
III.2-2
3.2.3. Regulasi Dalam Upaya Peningkatan Pelayanan Kesehatan di
Puskesmas Pahandut

Berikut adalah peraturan-peraturan yang melatarbelakangi upaya


peningkatan kesehatan di lingkungan Kota Palangka Raya :
1. Keputusan WaliKota nomor 12 tahun 2006 tentang Pelayanan
Kesehatan Dasar Gratis
2. Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 07 tahun 2008
tentang Kesehatan Dasar Gratis di Puskesmas
3. Keputusan WaliKota Palangka Raya Nomor: 252 tahun 2007
tentang Pembentukan Unit Pelayanan Konsultasi Medis Melalui
Media Telekomunikasi dan Pelayanan Evakuasi Gawat Darurat
Kesehatan.
4. Keputusan WaliKota Palangka Raya Nomor: 253 tahun 2007
tentang Standar Pemberian Insentif Bagi Tenaga Pelayanan
Konsultasi Melalui Media Telekomunikasi dan Pelayanan
Evakuasi Gawat Darurat Dinas Kesehatan Kota Palangka Raya
Tahun 2007.
5. Nota Kepala Dinas Kesehatan Kota Palangka Raya tanggal 20
September 2007 Kepada WaliKota Palangka Raya.

3.2.4. Profil Puskesmas Pahandut

3.2.4.1. Infrastruktur

a) Fasilitas di Puskesmas Pahandut :


Lokasi rumah sakit berada
cukup strategis bagi
masyarakat Kota Palangka
Raya. Terletak di tengah
Kota dengan luas 5500 m2.
Gambar 15. Klinik di Puskesmas Pahandut

Direktorat Litbang Studi inovasi layanan kesehatan di pemerintah daerah dalam


rangka pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik
III.2-3
Fasilitas yang terdapat di Puskesmas Pahandut antara lain
ruang periksa (poliklinik) yang terdiri dari poli umum, poli
gigi, poli anak, poli gizi, kemudian ruang persalinan, ruang
tindakan/operasi, ruang UGD, inkubator, ruang rawat inap
untuk ibu melahirkan, apotik, loket pendaftaran, dan ruang
Radiomedik ambulance 118, serta mobil ambulan dan motor
penunjang. Untuk mekanisme evaluasi pelayanan disediakan
Kotak saran dan pengaduan. Waktu pelayanan pada hari biasa
(Senin s.d Jumat) adalah 07.30 11.00 sedangkan pada hari
Jumat s.d Sabtu pukul 07.30 10.00. Untuk layanan UGD,
layanan radiomedik dan ambulance 118 dilayani selama 24
jam.

b) Komposisi tenaga medis Di Puskesmas Pahandut tahun 2007,


disampaikan dalam tabel berikut ini :

Tabel 3.2.1. Jumlah Tenaga Medis Puskesmas Pahandut Tahun


2007

Tenaga Medis Jumlah

Dokter Umum 6 Orang


Dokter Gigi 1 Orang
Dokter Spesialis -
Perawat 15 Orang
Bidan 3 Orang
Lain-lain 17 Orang
Sumber : diolah dari data pegawai Puskesmas Pahandut tahun 2007

Direktorat Litbang Studi inovasi layanan kesehatan di pemerintah daerah dalam


rangka pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik
III.2-4
c) Struktur Organisasi

Gambar 16. Struktur Organisasi Puskesmas Pahandut 2007

Sumber : Puskesmas Pahandut tahun 2007

3.2.4.2. Persyaratan Kepesertaan

Syarat utama untuk mendapatkan pelayanan kesehatan gratis


di Puskesmas Pahandut adalah masyarakat yang memiliki KTP
Kota Palangka Raya yang tidak ditanggung oleh asuransi.
Premi peserta ditanggung oleh pemerintah yang dananya
bersumber dari APBD Kota Palangka Raya. Identitas peserta
adalah Kartu Tanda Penduduk dan Kartu Keluarga yang masih
berlaku. Mekanismenya adalah dengan menunjukkan identitas
berupa Kartu Tanda Penduduk (KTP) aktif dan Kartu Keluarga
(KK) wilayah Kota Palangka Raya yang masih berlaku. Jika
penduduk yang berasal dari luar Kota Palangka Raya akan
dikenakan biaya sesuai tarif yang berlaku.

Direktorat Litbang Studi inovasi layanan kesehatan di pemerintah daerah dalam


rangka pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik
III.2-5
3.2.4.3. Jenis Layanan Kesehatan yang Disediakan di
Puskesmas Pahandut

a) Poliklinik.
Terdiri dari Poli Anak, Poli Umum/dewasa, Poli Gigi, Poli Gizi,
dan Poli Pemeriksaan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA).

b) Pelayanan Imunisasi/Suntik.
Melayani pemberian imunisasi seperti vaksin BCG dan campak.

c) Pelayanan Operasi.
Untuk saat ini Puskesmas Pahandut telah memiliki kamar
operasi dan pada tahun 2008 masih dalam tahap persiapan
(persiapan peralatan dan SDM/tenaga ahli). Pelayanan operasi
direncanakan akan menyediakan operasi bedah sectio caesaria.

d) Laboratorium
laboratorium menyediakan pemeriksaan urine rutin,
pemeriksaan darah rutin, tes kehamilan dan BTA.

e) Apotik/Ruang Obat
Menyediakan obat-obat yang diperuntukkan bagi pasien.

Gambar 17. Fasilitas pelayanan kesehatan di Puskesmas Pahandut

Direktorat Litbang Studi inovasi layanan kesehatan di pemerintah daerah dalam


rangka pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik
III.2-6
f) Klinik Bersalin
Klinik bersalin dilengkapi dengan peralatan yang cukup
memadai. Terdiri dari 2 buah tempat tidur dan alat penunjang
bersalin lainnya. Disediakan pula inkubator bagi bayi jika sang
bayi membutuhkan perawatan lebih lanjut.

g) Ruang Rawat Inap untuk Ibu Melahirkan


Fasilitas rawat inap ini diperuntukkan bagi ibu hamil yang baru
melaksanakan persalinan. Terdapat perlengkapan tempat tidur
bagi ibu dan anak.

h) Unit Gawat Darurat (UGD)


Melayani pasien gawat darurat. Dilengkapi dengen peralatan
medik untuk menunjang pelayanan di UGD. UGD melayani
masyarakat 24 jam. Untuk UGD Puskesmas Pahandut yang
berada di lingkungan perkotaan, prioritas pelayanan adalah
untuk kondisi gawat darurat universal. UGD ini diharapkan
mampu memberikan pertolongan gawat darurat termasuk life
saving sebagai pendamping UGD RSUD Doris Sylvanus. Selain
itu dengan adanya UGD di Puskesmas Pahandut, maka
pelayanan kesehatan 24 jam yang terintegrasi telah mulai
dirintis karena lokasi pelayanan yang berada satu gedung
dengan Radiomedik/Ambulance 118 dan Kamar Bersalin Rawat
Inap Persalinan.

i) Layanan Lansia (lanjut usia) Prioritas


Merupakan layanan prioritas bagi penduduk lanjut usia di Kota
Palangka Raya. Layanan untuk para lansia ini masih bersifat
kewajiban moral, sehingga tidak ada kewajiban bagi penyedia
layanan kesehatan untuk memprioritaskan layanan untuk lansia.
Lansia merupakan golongan masyarakat yang biasanya
mempunyai masalah kesehatan yang perlu mendapat perhatian.

Direktorat Litbang Studi inovasi layanan kesehatan di pemerintah daerah dalam


rangka pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik
III.2-7
Layanan ini merupakan wujud penghargaan
bagi para lansia yang sepanjang hidupnya
telah berjasa membangun Palangka Raya
dan Kalimantan Tengah. Kini Layanan
Lansia Prioritas menjadi layanan yang
merupakan kewajiban bagi institusi
penyedia layanan di Kota Palangka Raya.

Program layanan Lansia Prioritas ini


dilaksanakan di 5 puskesmas di Kota
Palangka Raya yaitu Puskesmas Pahandut,
Puskesmas Kayon, Puskesmas Bukit Hindu,
Puskesmas Menteng dan Puskesmas
Panarung. Dengan layanan ini para pasien
yang berusia diatas 56 tahun mendapat
prioritas pelayanan. Prioritas layanannya
mencakup penyediaan antrian khusus yang
cepat ketika melakukan antrian pada loket
pendaftaran, pelayanan pemeriksaan dan
tindakan medis prioritas, dan pelayanan
apotik puskesmas prioritas, dimana petugas
memberikan keterangan yang lebih lengkap
dan terinci mengenai dosis dan cara
pemakaian obat.

j) Pelayanan Radiomedik dan Ambulance 118


Pelayanan Radiomedik ini sebelumnya
dikenal dengan sebutan pelayanan
konsultasi medis melalui media
telekomunikasi. Dengan program ini
diharapkan warga Kota Palangka Raya
dapat meminta informasi dengan cepat Gambar 18. Perlengkapan pada pelayanan
radiomedik

Direktorat Litbang Studi inovasi layanan kesehatan di pemerintah daerah dalam


rangka pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik
III.2-8
melalui telepon kepada petugas Kesehatan mengenai tindakan
yang harus diambil terhadap permasalahan kesehatan yang
sedang dialami. Petugas kemudian memberikan instruksi yang
bersifat medis baik untuk melakukan pertolongan pertama
maupun memberikan solusi bagaimana cara mengirim pasien
ke rumah sakit. Diharapkan cara ini dapat membantu
penyelamatan nyawa si pasien. Program ini dalam
pelaksanaannya dipadukan dengan pelayanan evakuasi gawat
darurat yang dikenal dengan sebutan Ambulance 118. Program
ambulance 118 ini akan dilaksanakan bertahap. Sampai dengan
saat ini baru tersedia 2 buah mobil ambulans dengan
spesifikasi internasional dan 2 sepeda motor khusus. Pada awal
berdirinya program ini, dibentuk tim atau sejenis panitia
persiapan untuk unit ini. Tim tersebut berasal dari gabungan
lintas subdinas dan lintas puskesmas. Tim ini bertugas
mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan SDM,
sarana prasarana, penjadwalan tugas, simulasi, uji coba dan
sosialisasi. Pendanaan persiapan berasal dari lintas program.

Pelayanan Radiomedik melayani 24 jam setiap hari. Warga


masyarakat dapat bertanya melalui telepon tentang kasus
medik, P3K, tindakan mandiri gawat darurat dan program-
program kesehatan. Warga masyarakat dapat meminta
pelayanan gawat darurat di rumah sekaligus ambulasi ke
rumah sakit. Kegiatan ini dibagi kedalam 3 shift dimana
masing-masing shift akan terdiri dari dokter, paramedis dan
penanggung jawab ambulance. Wilayah kerja ambulasi 118
adalah berjarak radius 5 km dari PKM Pahandut. Sesuai
protap, yang dilayani ambulasi adalah dalam wilayah kerja dan
merupakan kasus rujukan (kriteria kasus rujukan diatur dalam
protap).

Direktorat Litbang Studi inovasi layanan kesehatan di pemerintah daerah dalam


rangka pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik
III.2-9
Fasilitas Penunjang program ini antara lain terdapat ruangan
call center yang terdapat di dalam gedung Puskesmas
Pahandut, sarana penerima telepon, peralatan penunjang IT
seperti komputer, HT, ruang istirahat bagi pegawai serta mobil
ambulans dan motor. Mitra kerja dari unit ini adalah UGD
rumah sakit, Palang Merah Indonesia, Polisi, Pemadam
Kebakaran, Dinas Perhubungan, Unit Tanggap Darurat Bencana,
Telkom, Orari, dll.

Struktur Petugas terdiri dari dokter, perawat dan penunjang


(layanan ruangan sekaligus pengemudi ambulans). Perawat dan
petugas penunjang dipilih dan ditugaskan berdasarkan
kompetensi, kinerja dan tingkat kesibukan yang dimilikinya.
Semua dokter umum yang bekerja di Pemerintah Kota
Palangka Raya termasuk PTT dilibatkan dalam kegiatan ini.

Untuk ketertiban terhadap pelayanan Radiomedik dan


ambulance 118 maka diterbitkan peraturan tata tertib bagi
pegawainya. Peraturan tata tertibnya antara lain mencakup
penegasan dalam waktu hadir, waktu bertugas, pelarangan
menerima imbalan dari klien dll. Tata tertib ini dilengkapi
dengan ketentuan hukuman bagi pegawai yang telat atau
mangkir dari tugasnya.

Direktorat Litbang Studi inovasi layanan kesehatan di pemerintah daerah dalam


rangka pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik
III.2-10
3.2.5. Prosedur Pelayanan Kesehatan

3.2.5.1. Proses Pelayanan Rawat Jalan

Proses pelayanan rawat jalan adalah sebagai berikut :


a) Pasien mendaftar di loket pendaftaran. Bila pasien belum
pernah berobat di puskesmas ini, pasien didaftar dulu
sebagai anggota yang baru, dan diberi kartu anggota;
b) Petugas administrasi di loket pendaftaran mencatat no.
anggota dan nama pasien, dan memberikan nomor urut
pasien;
c) Pasien menunggu namanya dipanggil oleh petugas untuk
mendapatkan giliran diperiksa. Disediakan tempat duduk di
depan masing-masing tempat praktek;
d) Pasien masuk ke ruang periksa untuk diperiksa oleh
dokter/perawat;
e) Resep dari dokter digunakan untuk mengambil obat di
apotik yang lokasinya jadi satu dengan Puskesmas
Pahandut.

Direktorat Litbang Studi inovasi layanan kesehatan di pemerintah daerah dalam


rangka pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik
III.2-11
3.2.5.2. Alur Pelayanan Puskesmas

Gambar 19. Alur Pelayanan Puskesmas Pahandut

Sumber : Puskesmas Pahandut

3.2.5.3. Proses Pelayanan Ibu Melahirkan dan Rawat Inap Ibu


Melahirkan

Proses pelayanan ibu melahirkan dan rawat inap ibu melahirkan


adalah sebagai berikut :
a) Pada umumnya pasien yang akan melahirkan di Puskesmas
Pahandut sudah terdaftar sebagai pasien yang secara rutin
memeriksakan kehamilannya di Puskesmas Pahandut;
b) Pasien mendaftar di loket pendaftaran, bila tidak
memungkinkan maka pendaftaran bisa diwakilkan kepada
keluarganya;
c) Bagi pasien sudah siap melahirkan, langsung dibawa ke
ruang bersalin untuk proses melahirkan. Apabila belum,
pasien dibawa ke ruang rawat inap khusus untuk ibu
melahirkan.

Direktorat Litbang Studi inovasi layanan kesehatan di pemerintah daerah dalam


rangka pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik
III.2-12
d) Setelah proses melahirkan selesai, pasien bisa istirahat di
ruang rawat inap khusus untuk ibu melahirkan.
e) Pasien menjalani rawat inap dalam rangka memulihkan
kondisi pasca melahirkan dengan waktu rata-rata 2 hari
untuk melahirkan normal, dan 6 hari untuk operasi caesar.
f) Biaya rata-rata yang dikeluarkan untuk proses melahirkan
normal adalah Rp. 200.000 termasuk rawat inap.

3.2.6. Inovasi Dalam Peningkatan Pelayanan Kesehatan

Puskesmas Pahandut memiliki beberapa keunggulan dan inovasi dalam


pelayanan kesehatannya, antara lain :
1. Pemberian layanan puskesmas gratis setiap hari Senin sampai
Sabtu dengan waktu operasional hari Senin s.d Kamis dibuka
pukul 07.30 dan tutup 11.00. Sedangkan untuk hari Jumat dan
Sabtu tutup pada pukul 10.00 kecuali untuk UGD buka 24
jam.
2. Tersedia kotak pengaduan.
3. Proses pelayanan diinformasikan secara transparan dengan
menempelkannya dalam bentuk alur proses di setiap pintu Poli.
4. Memberikan layanan persalinan dan rawat inap untuk ibu
pasca melahirkan.
5. Petugas layanan yang sangat profesional dan ramah.
6. Sistem komputerisasi antar ruangan (Local Area Network)
sudah diterapkan di Puskesmas Pahandut. Untuk sementara
baru Poliklinik Anak/Balita yang memakai sistem LAN. Sistem
ini nantinya akan diterapkan di seluruh unit pelayanan di
puskesmas sehingga pelayanan akan lebih cepat dan data
pasien akan tersimpan dengan baik didalam harddisk. Sistem
ini tentunya akan mengurangi pengeluaran operasional
puskesmas untuk mencetak kartu rekam medis.

Direktorat Litbang Studi inovasi layanan kesehatan di pemerintah daerah dalam


rangka pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik
III.2-13
7. Kondisi puskesmas yang bersih, rapi dan indah.
8. Memberikan layanan prioritas kepada lansia.
9. Menyediakan pelayanan dalam Bahasa Inggris jika pasien
membutuhkannya.
10. Tersedia ponsel layanan keluhan (melalui sms) terhadap
pelayanan kesehatan yang kemudian ditindaklanjuti sebagai
masukan dalam evaluasi quality assurance dan dikelola oleh
Dinas Kesehatan.
11. Pelayanan gizi untuk bayi dan balita, pelayanan pemeriksaan
ANC serta pelayanan imunisasi dalam waktu 5 menit.

3.2.7. Permasalahan Dalam Pelayanan Puskesmas Pahandut

Beberapa permasalahan yang menjadi hambatan serta alternatif solusi


yang dilakukan manajemen puskesmas dalam melakukan pelayanan
kesehatan pada masyarakat, yaitu :

1. Kunjungan pasien yang meningkat menyebabkan beban


petugas meningkat. Saat ini petugas telah diberikan
insentif/tunjangan daerah sehingga diharapkan insentif ini bisa
memacu semangat kerja petugas. Selain itu jumlah petugas
kesehatan di Puskesmas Pahandut semakin bertambah sehingga
beban kerja semakin merata.

2. Kadang terjadi pasien yang sudah memiliki kartu asuransi


(Askes dan Askeskin) memanfaatkan pelayanan gratis ini.
Sampai saat ini dilakukan upaya sosialisasi, memberikan
pengertian kepada pemegang kartu asuransi Askes dan
Askeskin.

3. Ketidaksamaan hasil rekapan lembar pengklaiman dengan

Direktorat Litbang Studi inovasi layanan kesehatan di pemerintah daerah dalam


rangka pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik
III.2-14
verifikasi yang dilakukan oleh Badan Penyelenggara (BAPEL).
Sampai saat ini diupayakan dilakukan perekapan dengan lebih
teliti (tertib administrasi).

3.2.8. Pengawasan dan Evaluasi

Evaluasi terhadap kualitas pelayanan Puskesmas Pahandut dilakukan


dengan menyediakan Kotak saran kemudian melakukan pengukuran
kepuasan masyarakat melalui survey kepuasan pelanggan yang
dilakukan kepada internal (karyawan) serta eksternal (masyarakat)
yang dilakukan 1 kali setahun.

Gambar 20. Berbagai inovasi pelayanan di Puskesmas Pahandut

Direktorat Litbang Studi inovasi layanan kesehatan di pemerintah daerah dalam


rangka pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik
III.2-15
BAB 4

DAMPAK PENINGKATAN KUALITAS


LAYANAN KESEHATAN

Dengan adanya inovasi layanan publik di bidang kesehatan di


Kabupaten Jembrana, Puskesmas Pahandut Kota Palangka Raya dan
RSUD Dr. Soedono Provinsi Jatim, memberikan dampak peningkatan
kualitas layanan kesehatan.

4.1. Sistem Jaminan Kesehatan Jembrana

Dengan adanya program Jaminan Kesehatan Jembrana (JKJ),


masyarakat dengan mudah mendapatkan pelayanan dasar kesehatan/
kuratif dan preventif. Khususnya masyarakat miskin yang tidak lagi
khawatir dengan biaya dalam melakukan pengobatan. Secara umum
sistem asuransi JKJ di Kabupaten Jembrana berdampak pada tingkat
Bed Occupational Rate (BOR) yang menurun, tingkat umur harapan
hidup (UHH) di Kabupaten Jembrana meningkat dan adanya kenaikan
kunjungan ibu hamil tiap tahunnya. Hal tersebut secara tidak
langsung berdampak kepada peningkatan produktifitas masyarakat
sehingga menumbuhkan roda perekonomian. Berikut ditampilkan data
kenaikan BOR, data peningkatan UHH dan data kunjungan ibu hamil
di Kabupaten Jembrana :

Direktorat Litbang Studi Inovasi Layanan Kesehatan di Pemerintah Daerah


Dalam Rangka Pelaksanaan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik
IV-1
Tabel 4.1. Data Bed Occupational Rate (BOR)

Tahun BOR
2003 50,69%
2004 47,44%
2005 46,17%
2006 40,47%
2007 37,13%
Sumber : Bapel JKJ 2008

Tabel 4.2. Data Umur Harapan Hidup (UHH)

Tahun UHH
2003 71,30
2004 71,34
2005 71,40
2006 71,48
2007 71,51
Sumber : Bapel JKJ 2008

Tabel 4.3. Data Antenantal Care (ANC)/kunjungan ibu hamil

Tahun K1 K2
2004 90,57% 83,21%
2005 92,84% 83,79%
2006 94,04% 84,02%
2007 95,00% 84,22%
Sumber : Bapel JKJ 2008

Direktorat Litbang Studi Inovasi Layanan Kesehatan di Pemerintah Daerah


Dalam Rangka Pelaksanaan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik
IV-2
4.2. Puskesmas Pahandut Kota Palangka Raya

Dampak secara langsung maupun tidak langsung terhadap


peningkatan layanan kesehatan di Puskesmas Pahandut, antara lain
sebagai berikut :

1. Masyarakat semakin berani untuk berobat dalam upaya


menyembuhkan penyakitnya. Pada tahun 2006 kunjungan
pasien umum (gratis) di Puskesmas Pahandut berjumlah 27.118
kunjungan, sementara di tahun 2007 kunjungan menjadi
43.502 kunjungan. Demikian juga dengan data kunjungan
pasien Rawat Inap Persalinan tahun 2006 sebanyak 56 orang
dan tahun 2007 meningkat menjadi 119 orang. Hal tersebut
dapat dilihat dari grafik di bawah ini :

Grafik 4.1. Kunjungan Pasien Umum di Puskesmas Pahandut


Tahun 2006-2007

45000
40000
35000
30000
25000
43502 2006
20000 2007
15000 27118
10000
5000
0
2006 2007

Sumber : Puskesmas Pahandut 2007

Direktorat Litbang Studi Inovasi Layanan Kesehatan di Pemerintah Daerah


Dalam Rangka Pelaksanaan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik
IV-3
Grafik 4.2. Kunjungan Pasien Bersalin Tahun 2006-2007

120
100
80
119 2006
60
2007
40
56
20
0
2006 2007

Sumber : Puskesmas Pahandut 2007

2. Pada saat peralihan kartu Askeskin menjadi kartu Jamkesmas


seperti sekarang ini, puskesmas gratis menjadi solusi bagi
masyarakat miskin yang akan berobat, karena ketika kartu
Askeskin mereka sudah tidak berlaku dan kartu Jamkesmas
belum mereka terima, mereka masih dapat berobat di
puskesmas secara gratis.

3. Dalam pelayanan radiomedik dan ambulans, warga masyarakat


dapat meminta pelayanan gawat darurat di rumah sekaligus
ambulasi ke rumah sakit. Selain itu masyarakat tidak dipungut
biaya karena seluruhnya dibiayai oleh Pemerintah Kota
Palangka Raya.

4.3. RSUD Dr. Soedono

Efektifitas adanya layanan kesehatan yang diberikan di RSUD Dr.


Soedono terhadap peningkatan derajat kesehatan masyarakat antara

Direktorat Litbang Studi Inovasi Layanan Kesehatan di Pemerintah Daerah


Dalam Rangka Pelaksanaan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik
IV-4
lain, dijadikannya RSUD Dr. Soedono sebagai pusat rujukan rumah
sakit di wilayah barat Propinsi Jawa Timur, sehingga penanganan
gawat darurat yang ada di wilayah sekitar dapat tertangani dengan
baik. Hal ini dapat terlihat dari kenaikan angka Gross Death Rate
(GDR) sebesar 57,82% ditahun 2006 menjadi 59,38% di tahun 2007,
kemudian terjadi penurunan angka Death Rate (NDR) dari 22,23% di
tahun 2006 menjadi 21,99% di tahun 2007.

Kepercayaan masyarakat sekitar terhadap rumah sakit pemerintah


semakin lama semakin besar. Peningkatan mutu dan kualitas layanan
kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah daerah menyebabkan
semakin banyaknya masyarakat untuk memilih rumah sakit daerah.
Adanya pergeseran segmen pasar tersebut menunjukkan adanya
perubahan pola pencarian layanan kesehatan dari dokter pribadi /RS
Swasta ke rumah sakit pemerintah. Hal ini ditunjukkan dengan
semakin meningkatnya jumlah kunjungan ke RSUD Dr. Soedono.
Peningkatan manfaat rumah sakit oleh masyarakat dapat dilihat dari
beberapa indikator sebagai berikut :

a) Jumlah kunjungan pasien rawat jalan di RSUD Dr. Soedono


meningkat sebanyak 148.203 orang di tahun 2005 menjadi
186.572 orang di tahun 2006 sedangkan di tahun 2007 ada
penurunan menjadi 186.553 orang. Selain itu terjadi
peningkatan kunjungan rawat inap di tahun 2006 sebanyak
17.937 orang menjadi 18.478 orang di tahun 2007.

Direktorat Litbang Studi Inovasi Layanan Kesehatan di Pemerintah Daerah


Dalam Rangka Pelaksanaan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik
IV-5
Tabel 4.4. Kemajuan Kunjungan Rawat Jalan, Rawat Darurat
dan Rawat Inap tahun 2005 s.d 2007

Tahun
No Uraian
2005 2006 2007

I Rawat jalan
1. Kunjungan 148.203 187.572 186.553
2. Jumlah Hari Buka 294 294 290
Rata-rata Kunjungan/Hari Buka 504 638 643
II Rawat Darurat
1. Kunjungan 20.069 23.332 22.392
Rata-rata Kunjungan/Hari Buka 55 64 61
III Rawat Inap
1. Jumlah Penderita Dirawat 14.091 17.937 18.478
2. BOR 57,31 % 77,72 % 77,41 %

Sumber : Profil RSUD Dr. Soedono Dalam Angka Tahun 2007.

b) Survey Indeks Kepuasan Konsumen menunjukkan hasil yang


cukup baik yaitu sebesar 74,16% pada tahap 1 dan 77,43%
pada tahap 2 ditahun 2005, dan pada tahun 2006 sebesar
90,62% tahap 1 dan 90,75% tahap 2, sedangkan ditahun 2007
sebesar 80,16% pada tahap 1 dan 82,10 % pada tahap 2.

c) Upaya yang dilakukan RSUD Dr. Soedono dalam membantu


menuntaskan kemiskinan di daerah, yaitu mengeluarkan
kebijakan untuk pasien yang betul-betul tidak mampu dan
ternyata belum terdaftar sebagai pserta Askeskin/Jamkesmas
untuk memberikan pelayanan sesuai standar RS dan
memberikan kesempatan pada pasien tersebut untuk mengurus
surat keterangan miskin sebagai kelengkapan administrasinya

Direktorat Litbang Studi Inovasi Layanan Kesehatan di Pemerintah Daerah


Dalam Rangka Pelaksanaan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik
IV-6
DAFTAR PUSTAKA

BUKU, MAKALAH , ARTIKEL, LAPORAN PENELITIAN

__________ 2006. Pedoman Pelaksanaan Pelayanan Publik, Kiat dan Terobosan


Kabupaten/Kota. Kementerian Negara Pendayagunaan Aparatur Negara

Sinambela, Dr. Lijan Poltak, M.M., M.Pd, 2006. Reformasi Pelayanan Publik, Teori,
----------Kebijakan dan Implementasi. Jakarta : Bumi Aksara

Dwiyanto, Agus, 2006. Reformasi Birokrasi Publik di Indonesia. Gajah Mada


----------University Press

Sumarto, Hetifah Sj, 2003. Inovasi, Partisipasi dan Good Governance, 20 Prakarsa
----------Inovatif dan Partisipatif di Indonesia. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia

Haris, Syamsuddin, 2005. Desentralisasi dan Otonomi Daerah, Desentralisasi,


----------Demokratisasi dan Akuntabilitas Pemerintahan Daerah. Jakarta : LIPI Press

Osborne, David, 2005. Reinventing Government : How The entrepreneurial Spirit is


----------Transforming the Public Sector. Jakarta : PPM

__________ 2006. Inovasi Pelayanan pro-Miskin, sembilan studi kasus di


Indonesia. WORLD BANK, INDOPOV (Program Analisa Kemiskinan Indoneisa.
Poverty Reduction and Economic Management Unit East Asia and Pasific Region),

Siagian, Albiner, 2002. PARADIGMA BARU PEMBANGUNAN KESEHATAN (Suatu


----------Kajian Kesiapan Daerah Menghadapi Desentralisasi Pembangunan
----------Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010).

Utarini, Adi dan Jasri, Hanevi. 2005. Desentralisasi dan Sistem Regulasi Pelayanan
----------Kesehatan: Sebuah Tinjauan Pustaka. Jakarta.
Ferdiana, Astri dan Trisnantoro, Laksono 2005. Desentralisasi Kesehatan : Definisi
----------dan Tinjauan Sejarah di Indonesia. Jakarta

Trisnanto, Laksono, 2005. Desentraslisasi Kesehatan di Indonesia dan Perubahan


----------Fungsi Pemerintah : 2001 2003. Gajah Mada University Press.

Kovner A.R. 1995. Health Care Delivery in the United States. Springer Publishing

__________2006. Pelaksanaan Tata Kelola Pemerintahan yang Baik (Pengalaman


Empirik di Beberapa Daerah). Direktorat Litbang KPK, Jakarta

__________2007. Pengantar Seminar Internasional Dengan Tema Pelaksanaan


Desentralisasi Kesehatan di Bali, 7-10 Agustus 2007.

__________2004. Jurnal Kesehatan, VOLUME II/02/2004. Desentralisasi Kesehatan


dan Perubahan Fungsi Pemerintah dalam Regulasi

PRODUK HUKUM

__________Undang-Undang Dasar 1945

__________Undang-Undang No. 28 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara


yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.

__________Undang-Undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

__________Undang-Undang No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan


antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah.

__________Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan

__________Undang-Undang No. 40/2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional

__________Peraturan Pemerintah RI No. 65 tahun 2005 tentang Pedoman


Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal.

__________Peraturan Pemerintah RI No. 41 tahun 2007 tentang Organisasi


Perangkat Daerah.
__________Peraturan Pemerintah No. 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan
Daerah Kabupaten/Kota.

__________Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana


Pembangunan Jangka Menengah Nasional

__________Instruksi Presiden RI No. 5 tahun 2004 tentang Percepatan


Pemberantasan Korupsi.

__________Keputusan No. 25/M.PAN/2/2004 tentang Pedoman Umum Penyusunan


Indeks Kepuasan Masyarakat Unit Pelayanan Instansi Pemerintah.

__________Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1457/Menkes/SK/X/2003 tentang


Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan

__________Keputusan Menteri Kesehatan RI No.131/MENKES/SK/II/2004 tentang


Sistem Kesehatan Nasional

__________Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1202/Menkes/SK/VIII/2003


tentang Indonesia Sehat pada Tahun 2010.

__________SK Bupati No. 572 Tahun 2002 jo SK Bupati No. 552 Tahun 2003
tentang Tim Persiapan Jaminan Kesehatan Jembrana.

__________SK Bupati No.31 Tahun 2003 tentang Pengalihan Subsidi Pelayanan


Kesehatan Kepada Bapel JKJ dan Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Jembrana
(Bapel JKJ).

__________SK Bupati No. 1927 Tahun 2004 tentang pembentukan Tim Pengelola
Jaminan Kesehatan Jembrana (Pengelola JKJ).

__________Peraturan daerah Kabupaten Jembrana Nomor 7 tahun 2006 tentang


Pembentukan Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial Daerah Kabupaten Jembrana.

__________Peraturan Bupati Jembrana Nomor: 19 Tahun 2006 tentang Iuran Rawat


Inap Program Jaminan Kesehatan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Daerah
Kabupaten Jembrana.

__________Peraturan Daerah Kota Palangka Raya No. 07 Tahun 2008 tentang


Kesehatan Dasar gratis di Puskesmas.

__________Keputusan Walikota Palangka Raya Nomor : 252 tahun 2007 tentang


pembentukan Unit pelayanan Konsultasi Medis melalui Media telekomunikasi dan
Pelayanan Evakuasi Gawat darurat Kesehatan.

__________Keputusan Walikota Palangka Raya Nomor : 253 tahun 2007 tentang


standar pemberian Insentif bagi tenaga Pelayanan Konsultasi melalui Media
telekomunikasi dan Pelayanan evakuasi gawat darurat dinas Kesehatan Kota
palangka Raya tahun 2007.

__________Nota Kepala Dinas Kesehatan Kota Palangka Raya tanggal 20


September 2007 kepada Walikota Palangka Raya.

__________Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur no. 11 Tahun 2005 Tentang


Pelayanan Publik di Propinsi Jawa Timur.

__________Peraturan Gubernur Jawa Timur No. 14 Tahun 2008 Tentang petunjuk


Pelaksanaan Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur No.11 Tahun 2005 Tentang
Pelayanan Publik Di Propinsi Jawa Timur.

__________Surat Gubernur Jawa Timur tanggal 26 Desember 2005 No.


065/13032/041/2005 Perihal Laporan Pengaduan Pelayanan Publik.

SUMBER DATA ELEKTRONIK

www.undp.org

www.worldbank.org

www.desentralisasi-kesehatan.net

www.depkes.go.id

www.menpan.go.id

LAIN-LAIN

Jawa Timur dalam Angka 2007

Data Makro Sosial dan Ekonomi Jawa Timur Tahun 2001-2005

Anda mungkin juga menyukai