Anda di halaman 1dari 6

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/327790852

IMPLEMENTASI SEKOLAH RAMAH ANAK DALAM MEMBENTUK


BUDAYA SEKOLAH DI SDN GEGER TEGALREJO

Conference Paper · September 2017

CITATIONS READS
0 1,285

2 authors, including:

Muhammad Nanang Qosim


Universitas Muhammadiyah Magelang
7 PUBLICATIONS   2 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Discourse, Pragmatics, Culture, Historical Linguistics View project

All content following this page was uploaded by Muhammad Nanang Qosim on 21 September 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


IMPLEMENTASI SEKOLAH RAMAH ANAK DALAM
MEMBENTUK BUDAYA SEKOLAH DI SDN GEGER
TEGALREJO

Subur1, Muhammad Nanang Qosim2 , Irham Nugroho3


1,2,3
Pendidikan Agama Islam, Fakultas Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Magelang
Magelang, Indonesia
1
subur@ummgl.ac.id, 2nanang.qosim@ummgl.ac.id, 3irham_nugroho@ummgl.ac.id

ABSTRAK — Sekolah hingga detik ini belum I. PENDAHULUAN


bisa menjadi tempat yang ramah bagi anak
(siswa). Meskipun disebut sebagai lembaga Baru-baru ini dunia pendidikan di
pendidikan, akan tetapi kekerasan justru sering Indonesia kembali tercoreng karena sebuah video
lahir dari tempat ini. Sekolah Ramah Anak pengeroyokan siswa SD yang viral di media sosial.
adalah satuan pendidikan yang mampu Dalam rekaman tersebut terlihat seorang bocah
menjamin, memenuhi, menghargai hak-hak laki-laki berseragam SD dikeroyok oleh sejumlah
anak,dan perlindungan anak dari kekerasan, temannya di dalam kelas. Video berdurasi 3 menit
diskriminasi, dan perlakuan salah lainnya serta 33 detik yang diunggah pada youtube dengan akun
mendukung partisipasi anak terutama dalam
Anzer Lextra Daisen pada Senin (27/11/2017)
perencanaan, kebijakan, pembelajaran, dan
mekanisme pengaduan. Sekolah Ramah Anak
beberapa waktu lalu, memuat kekerasan yang
bertujuan untuk melindungi dan memberikan dilakukan oleh sekelompok pelajar yang masih
pelayanan yang menjamin dan melindungi anak berstatus Sekolah Dasar. Dalam video itu terlihat
dari perlakuan kekerasan baik fisik maupun non korban dipukul, ditendang, diinjak dan diduduki
fisik. oleh teman-temannya. Korban menangis, tetapi
Penelitian ini berjudul implementasi Sekolah
teman-temannya tidak berhenti memukul
Ramah Anak dalam mewujudkan Budaya (Daisen, 2017).
sekolah di SDN Geger Tegalrejo yang bertujuan Data KPAI (2014-2015) tentang Kasus
untuk 1) Mengetahui apakah sekolah sudah
Kekerasan (Kekerasan Fisik, Psikis, Seksual dan
menerapkan Sekolah Ramah Anak secara
keseluruhan atau masih sebagian. 2)
Penelantaran Terhadap Anak), sebanyak 10%
Mengetahui budaya sekolah yang merupakan dilakukan oleh guru. Bentuk-bentuk kekerasan
hasil dari Sekolah Ramah Anak. yang banyak ditemukan berupa pelecehan
(bullying), serta bentuk-bentuk hukuman yang
Metode yang dipakai dalam penelitian ini tidak mendidik bagi peserta didik, seperti
adalah deskriptif kualitatif yang akan
menguraikan bagaimana implementasi Sekolah
mencubit (504 kasus), membentak dengan suara
Ramah Anak di SDN Geger Tegalrejo. Teknik keras (357 kasus) dan menjewer (379 kasus).
pengumpulan data melalui observasi, Dari data tersebut mengindikasikan bahwa
dokumentasi, wawancara dan angket. Metode sekolah ramah anak masih belum terimplementasi
analisis data menggunakan metode deskriptif. secara nasional (Kemendikbud, 2015).

Kata Kunci — Implementasi, Sekolah, Ramah, Merujuk pada hasil riset dari KPAI
Anak, Budaya. tersebut menunjukkan bahwa sekolah hingga
detik ini belum bisa menjadi tempat yang ramah
bagi anak (siswa). Meskipun disebut sebagai
lembaga pendidikan, akan tetapi kekerasan justru
sering lahir dari tempat ini. Hal tersebut tentu

Prosiding Konferensi Nasional Ke- 7 353


Asosiasi Program Pascasarjana Perguruan Tinggi Muhammadiyah ‗Aisyiyah (APPPTMA)
ISBN 978-602-50710-5-8 Jakarta, 23 – 25 Maret 2018 KNAPPPTMA KE-7

sangat kontraproduktif dengan makna sekolah itu manusia yang wajib dijamin, dilindungi, dan
sendiri, yaitu sebagai tempat untuk belajar, bukan dipenuhi oleh orang tua, keluarga, masyarakat,
tempat untuk melakukan kekerasan. Sekolah yang pemerintah, dan negara.
seharusnya menjadi tempat begitu menyenangkan
Budaya Sekolah
bagi anak, karena di lembaga pendidikan inilah
anak-anak akan di didik untuk saling mengenal, Budaya sekolah adalah sekumpulan nilai
menyayangi satu dengan yang lain bukan untuk yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan
bermusuhan atau saling menindas (Haryanto keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan
Alfandi, 2001).. oleh kepala sekolah, pendidik/guru, petugas
tenaga kependidikan/administrasi, siswa, dan
Dari fenoomena tersebut maka masyarakat sekitar sekolah.
sangatlah penting untuk melakukan penelitian
tentang implementasi Sekolah Ramah Anak di Willard Waller menyatakan bahwa
sekolah. Penelitian ini mencoba untuk setiap sekolah memunyai budayanya sendiri, yang
mengungkap apakah di sekolahan terutama berupa serangkaian nilai, norma, aturan moral,
jenjang Sekolah Dasar sudah benar-benar dan kebiasaan, yang telah membentuk perilaku
menerapkan Sekolah Ramah Anak atau belum, dan hubungan-hubungan yang terjadi di
dan fokus penelitian ini adalah mencari data dalamnya.(Peterson Kent D and Terrance E Deal,
tentang implementasi Sekolah Ramah Anak dan 2009) Sementara itu, Short dan Greer (1997)
menemukan budaya sekolah yang dihasilkan dari mendefinisikan budaya sekolah sebagai keyakinan,
penerapan program tersebut. Pengkajian sekolah kebijakan, norma, dan kebiasaan di dalam sekolah
ramah anak sebagai upaya untuk mendeskripsikan yang dapat dibentuk, diperkuat, dan dipelihara
atau mengungkapkan kehidupan sekolah. melalui pimpinan dan guru-guru di sekolah
(Qosim, 2013). Budaya sekolah, dengan demikian,
Dari latar belakang di atas dapat disimpulkan merupakan konteks di belakang layar sekolah
bahwa pentingnya penelitian Sekolah Ramah Anak yang menunjukkan keyakinan, nilai, norma, dan
adalah untuk menciptakan budaya yang kebiasaan yang telah dibangun dalam waktu yang
berdasarkan pada nilai-nilai kemanusiaan. Pada lama oleh semua warga dalam kerja sama di
penelitian ini mengangkat judul Implementasi sekolah. Budaya sekolah berpengaruh tidak hanya
Sekolah Ramah Anak Dalam Membentuk pada kegiatan warga sekolah, tetapi juga motivasi
Budaya Sekolah Di SDN Geger Tegalrejo. dan semangatnya (Syam, 2011).

SEKOLAH RAMAH ANAK Landasan Hukum


Sekolah Ramah Anak adalah satuan Pasal 28B (2) Undang-Undang Dasar
pendidikan yang mampu menjamin, memenuhi, 1945 menyebutkan bahwa ―Setiap anak berhak
menghargai hak-hak anak,dan perlindungan anak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan
dari kekerasan, diskriminasi, dan perlakuan salah berkembang serta berhak atas perlindungan dari
lainnya serta mendukung partisipasi anak kekerasan dan diskriminasi.‖ Ketentuan ini, secara
terutama dalam perencanaan, kebijakan, operasional diatur dalam Pasal 54 Undang-
pembelajaran, dan mekanisme pengaduan(Deputi, Undang Perlindungan Anak, yang menyatakan
Hak, & Anak, 2014) ―Anak di dalam dan di lingkungan sekolah wajib
Pembelajaran adalah proses interaksi dilindungi dari tindakan kekerasan yang dilakukan
peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar oleh guru, pengelola sekolah atau teman-temanya
pada suatu lingkungan belajar. Anak adalah di dalam sekolah yang bersangkutan, atau lembaga
seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) pendidikan lainnya.
tahun, termasuk anak yang masih dalam
kandungan. Hak anak adalah bagian dari hak asasi

Prosiding Konferensi Nasional Ke- 7


354 Asosiasi Program Pascasarjana Perguruan Tinggi Muhammadiyah ‗Aisyiyah (APPPTMA)
ISBN 978-602-50710-5-8 Jakarta, 23 – 25 Maret 2018 KNAPPPTMA KE-7

Pasal 29 KHA (1), menyebutkan Berdasarkan hal tersebut maka, penelitian ini
pendidikan anak diarahkan untuk pengembangan menghasilkan informasi dan data-data di lapangan
kepribadian, bakat, kemampuan mental dan fisik tentang implementasi Sekolah Ramah Anak dan
anak hingga mencapai potensi budaya sekolah yang sesuai dengan Sekolah
sepenuhnya;pengembangan sikap menghormati Ramah Anak dalam mewujudkan sekolah Ramah
hak asasi manusia dan prinsip-prinsip Piagam Anak di SDN Geger Tegalrejo Magelang.
Perserikatan Bangsa-Bangsa;pengembangan sikap
A. Tempat dan Waktu Penelitian
menghormati kepada orangtua anak, identitas
budaya, bahasa, dan nilai- nilai, nilai-nilai nasional Lokasi yang di ambil dalam penelitian ini
negara tempat anak bermukim, dan adalah SDN Geger Tegalrejo Magelang. SDN
penghormatan kepada peradaban yang Geger adalah sekolah yang berada pada
berbeda;penyiapan anak untuk kehidupan yang perbatasan antara Kota Magelang dengan
bertanggung jawab dalam suatu masyarakat dalam Kabupaten Magelang yang secara umum memiliki
semangat saling pengertian, damai, toleransi, kultur budaya pedesaan dengan gaya hidup kota
kesetaraan gender, dan persahabatan antar semua Pertimbangan memilih lokasi penelitian ini karena
bangsa, suku bangsa, dan agama, termasuk anak di sekolah tersebut telah menerapkan konsep
dari penduduk asli; dan pengembangan rasa Sekolah Ramah Anak, yaitu adanya beberapa
hormat pada lingkungan alam. indikator pendukung, seperti Kebijakan anti
kekerasan, monitoring pelaksanaan kurikulum,
Pasal 31 menegaskan bahwa Negara pembinaan tenaga pendidik (guru), sarana
mengakui hak anak untuk beristirahat dan prasarana pendukung sekolah ramah anak, dan
bersenang-senang, terlibat dalam kegiatan berbagai indikator pendukung lainnya. Penelitian
bermain, dan turut serta dalam kehidupan budaya ini akan dilakukan selama tiga bulan terhitung dari
dan seni. Selain itu, Negara menghormati dan bulan Januari sampai dengan Maret 2018.
mempromosikan hak anak untuk berpartisipasi
dalam kehidupan budaya dan seni (Deputi., 2014). B. Subyek dan Informan Penelitian
Subyek penelitian adalah pihak-pihak yang
II. METODE PENELITIAN hendak diteliti oleh peneliti, yakni pihak yang
Penelitian ini menggunakan pendekatan menjadi sasaran penelitian. (Saifuddin Azwar,
kualitatif yaitu penelitian yang mengedepankan 1998: 117). Subyek dalam penelitian ini adalah
pengumpulan data atau realitas persoalan yang kepala sekolah, Guru, Tenaga Kependidikan,
berlandaskan pada pengungkapan apa-apa yang Orang ]tua siswa dan Siswa kelas 4,5,6.
telah dieksplorasikan atau diungkapkan oleh Sedangkan Informan penelitian adalah orang yang
responden. Data yang dikumpulkan berupa kata- dapat dimanfaatkan untuk memberikan informasi
kata tertulis atau lisan dari orang- orang yang tentang situasi dan kondisi latar penelitian
diamati (Sugiono, 2006). (Moleong, 2005: 90). Informan dalam penelitian
ini adalah kepala sekolah, Guru, Tenaga
Dengan kata lain metode kualitatif adalah Kependidikan, Orang ]tua siswa dan Siswa kelas
metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat 4,5,6 SDN Geger Tegalrejo.
post positivisme, digunakan untuk meneliti kondisi
obyek alamiah (sebagai lawannya adalah
eksperimen) di mana peneliti adalah sebagai III. HASIL DAN PEMBAHASAN
instrument kunci, pengambilan sampel sumber
data dilakukan secara purposive, teknik Implementasi Pendidikan Ramah Anak di
pengumpulan dengan triangulasi (gabungan), SDN Geger Tegal Rejo
analisis data bersifat induktif/ kualitatif, dan hasil Program penerpan pendidikan ramah anak di
penelitian kualitatif lebih menekankan makna SDN Geger Tegal rejo Tahun Pelajaran
daripada generalisasi (Sugiono, 2006). 2017/2018 sudah ditanamkan sejak sekolah ini

Prosiding Konferensi Nasional Ke- 7 355


Asosiasi Program Pascasarjana Perguruan Tinggi Muhammadiyah ‗Aisyiyah (APPPTMA)
ISBN 978-602-50710-5-8 Jakarta, 23 – 25 Maret 2018 KNAPPPTMA KE-7

didirikan. Namun baru dinamai dengan sebutan IV. KESIMPULAN


―Ramah Anak‖ setelah melakukan studi banding di Penerapan sekolah ramah anak pada SDN
Swedia. Dalam penerapan pendidikan ramah anak Geger Tegal rejo telah mengacu pada standar
harus ada pemenuhan terhadap hak – hak anak klasifikasi sekolah ramah anak yang telah
atau siswa tersebut yaitu, hak dasar seperti dicanangkan oleh kementerian pendidikan dan
makan, proteksi atau perlindungan dan partisipasi. kebudayaan berdasarkan fakta yang terdapat
Beberapa hal yang dilakukan sebagai ciri khas SD dilapangan.
SDN Geger Tegal Rejo Kab. Magelang yang
berkaitan dengan ramah anak seperti penerapan Pembentukan karakter sebagai budaya sekolah
kurikulum pembentukan karakter siswa yang ramah anak membekali siswa mampu atau bisa
sesuai dengan tuntunan, pelayanan yang terbaik mengaktualisasikan pribadi menuju karakter
juga diberikan kepada siswa dan wali murid. islami.
Proses pembelajaran yang dilakukan di SDN
Geger Tegal rejo ini antara lain: belajar sambil
DAFTAR PUSTAKA
bermain, siswa berpartisipasi dalam penentuan
peraturan ataupun kebijakan, sifat kepemimpinan
diajarkan ketika menjadi pemimpin upacara, tidak [1] Daisen, A. L. (2017). viral video siswa SD dikeroyok
ada diskriminasi siswa, tidak ada tindakan fisik teman-temannya di dalam kelas Retrieved
kepada siswa, siswa dibebaskan memilih November 27, 2017, from
http://manaberita.com/2017/12/viral-video-siswa-sd-
ekstrakulikuler dan adanya kedekatan guru dan
dikeroyok-teman- temannya- di-dalam-kelas-netizen-
siswa. Hal tersebut sesuai dengan indikator ramah yang-rekam-siapa/
anak yang diungkapkan Widodo yakni sebagai
[2] Deputi, A., Hak, P., & Anak, P. (2014). Kebijakan
berikut: (1) Riang, (2) Aman dan Sehat, (3) Pengembangan Sekolah Ramah Anak. (KPPAI, Ed.).
Menarik, (4) Aktif, (5) Hak Anak terjamin, (6) Jakarta.
Asah, Asih, Asuh, (7) Nyaman, (8) Aspiratif, (9)
[3] Haryanto Alfandi. (2001). Desain Pembelajaran
Komunikatif (Widodo, 2009). Demokratis dan Humanis(2001st ed.). Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media.
Upaya Pembentukan Karakter SDN Geger
Tegalrejo Kab. Magelang [4] Kemendikbud. (2015). Peraturan Menteri Pendidikan
Pembentukan karakter di SD Geger Tegal Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 82 Tahun
2015 Tentang Pencegahan Dan Penanggulangan Tindak
rejo ini lebih diutamakan dalam pembentukan Kekerasan Di Lingkungan Satuan Pendidikan. Jakarta.
karakter islam. Hal tersebut terlihat dalam
[5] Kristanto, Khasanah, I., & Karmila, M. (2011).
kegiatan-kegitan yang pembiasaan yang dilakukan Identifikasi Model Sekolah Ramah Anak (Sra) Jenjang
seperti tahfidz, shalat berjamaah, dan mengaji. Satuan Pendidikan Anak Usia Dini Se- Kecamatan
Semarang. Jurnal Penelitian PAUDIA, 1(1), 59–74.
Beberapa hal pembentukan karakter yang lain
berupa, yaitu: a. Tanggung jawab: Membuang [6] Lexy J. Moleong. (2005). Metodologi Penelitian
Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
sampah pada tempatnya. b. Kerjasama: Belajar
kelompok c. Kedisiplinan: siswa harus berbaris [7] Milles and Huberman. (1992). Analisis Data Kualitatif.
sebelum masuk ke kelas. Siswa harus siap Jakarta: Universitas Indonesia.
sebelum dimulai pelajaran. d. Kepemimpinan: [8] Norman K. Denzin, Y. S. L. (2009). Handbook of
Siswa memimpin baris secara berganti dan Qualitative Research.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
menjadi imam sholat bergantian juga e. [9] Peterson Kent D and Terrance E Deal. (2009). The
Kemandirian: menjaga kebersihan. Membeli Shaping School Culture Filedbook. (Joses-Bass, Ed.).
peralatan sekolah sendiri. San Francisco.

Prosiding Konferensi Nasional Ke- 7


356 Asosiasi Program Pascasarjana Perguruan Tinggi Muhammadiyah ‗Aisyiyah (APPPTMA)
ISBN 978-602-50710-5-8 Jakarta, 23 – 25 Maret 2018 KNAPPPTMA KE-7

[10] Ratnasari Diah Utami, Mulat Kurniasih, F. N.


kartikasari. (2017). Implementasi Penerapan sekolah
Ramah Anak pada Penyellenggaraan Pendidikan
Sekolah Dasar. The 5th Urecol Proceeding,
18(February), 170–176.
[11] Sugiono. (2006). Metode Penelitian Pendidikan.
Bandung.
[12] Syam, N. (2011). Membangun Kultur Sekolah.
Retrieved from http://www.psb- psma.org/
content/blog/ 3460-membangun-kultur-sekolah
[13] Wiwik Kusdaryani, I. P. dan A. tika D. (2016).
Penguatan Kultur sekolah Untuk Mewujudkan
Pendidikan ramah Anak. Cakrawala Pendidikan, 1(35),
125– 133.
[14] Qosim, Muhammad Nanang. Pedagofonologis sebuah
Kajian Fonologi dan Ilmu Pendidikan , Semarang 2013,
hal. 318-321

Prosiding Konferensi Nasional Ke- 7 357


Asosiasi Program Pascasarjana Perguruan Tinggi Muhammadiyah ‗Aisyiyah (APPPTMA)

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai