Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat

Volume 3 – Nomor 1, Maret 2016, (16 - 27)

Available online at: http://journal.uny.ac.id/index.php/jppm

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS ALAM


UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PROSES BELAJARANAK USIA DINI

Betty Yulia Wulansari 1), Sugito 2)


1
PAUD Surya Pelangi Alam, Brajan, RT 03/05 Kaliancar, Wonogiri, 57652, Indonesia.
Email: bettyyulia22@gmail.com
2
Pendidikan Luar Sekolah, Universitas Negeri Yogyakarta, Jl. Colombo No. 1, Karangmalang,
Yogyakarta 55281, Indonesia. Email: kanggito@yahoo.com

Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah: (1) untuk mengembangkan model pembelajaran berbasis
alam untuk anak usia dini, dan (2) untuk mengetahui perbedaan kualitas proses belajar antara
Model PBA dan model pembelajaran konvensional. Metode penelitian ini adalah penelitian
pengembangan. Data dikumpulkan menggunakan lembar observasi dan lembar catatan
lapangan. Data kualitatif dianalisis menggunakan analisis deskriftif dan data kuantatif
dianalisis menggunakan analisis independent sample t-test. Hasil penelitian ini adalah (1)
produk penelitian ini adalah Model PBA untuk anak usia dini. Prinsip pembelajarannya yaitu
belajar tentang alam, belajar dengan menggunakan alam, dan belajar bersama alam, dan (2)
ada perbedaan kualitas proses belajar yang signifikan antara model Model PBA dan
pembelajaran konvensional dan. Hal ini ditunjukkan oleh hasil SPSS 16 uji terbatas yaitu thit= -
3,008< ttabel= -1,717 dan hasil uji diperluas yaitu nilai thit= -2,159< ttabel= -2,024. Model PBA dapat
meningkatkan kualitas proses belajar anak karena model ini mengakomodasi karakteristik
belajar anak.
Kata Kunci: model pembelajaran berbasis alam, anak usia dini, proses belajar

DEVELOPING NATURE-BASED LEARNING MODEL


FOR IMPROVING LEARNING PROCESS QUALITY OF EARLY AGE CHILDREN

Abstract
This research aims to: (1) develop nature-based learning model for early age children, and
(2) know the difference of nature-based learning model and conventional learning model on early
age children learning process. The research method was developmental research.The data were
collected through observation guide and fieldnotes. The qualitative data were analyzed through
descriptive analysis and the quantitative data were analyzed through independent sample t-test.
The result of the research are (1) the research product is a nature-based learning model for early
age children. The learning principles are learning about nature, learning through nature, and
learning with nature, and(2) there are different significant result quality on learning process
between the nature-based learning model and conventional learning model. It has been proven on
the result of SPSS 16 program which is shown value of tcount= -3,008 < ttable= -1,717 and enlarged
testing that value of tcount= -2,159< ttable= -2,024. The nature-based learning model increased
learning process quality because it was accommodate learning characteristic of children.
Keywords: nature-based learning process, early age children, learning process
How to Cite: Wulansari, B., & Sugito, S. (2016). Pengembangan model pembelajaran berbasis alam
untuk meningkatkan kualitas proses belajar anak usia dini. Jurnal Pendidikan dan Pemberdayaan
Masyarakat, 3(1), 16-27. Retrieved fromhttp://journal.uny.ac.id/index.php/jppm/article/view/7919

Copyright © 2016, JPPM, Print ISSN: 2355-1615, Online ISSN: 2477-2992


Jurnal Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat, 3 (1), Maret 2016 - 17
Betty Yulia Wulansari, Sugito

asaan ilmu pendidikan para kader, masih


PENDAHULUAN
terbatasnya dana untuk pembelian alat per-
Anak usia dini merupakan masa yang mainan edukatif (APE), dan masih terbatas-
tepat untuk belajar. Pada masa ini, anak nya evaluasi program PAUD.
mengalami proses pertumbuhan dan per- Penyelenggaraan pendidikan di PAUD
kembangan yang luar biasa. Anak usia dini tersebut disebabkan oleh pendidik dari
adalah anak yang berada di masa golden age kader/PKK belum menguasai pendidikan
yang artinya seorang anak memiliki potensi untuk anak usia dini. Seperti apa yang
berkembang yang paling baik. Pada usia ini, disampaikan Widawati (solopos.com, 2011)
fisik otak anak berkembang mencapai 90%. bahwa penguasaan pendidik PAUD pada ter-
(Fadillah, 2012, p.62). hadap anak sangat rendah. Banyak pendidik
Pada masa usia dini ini, pendidikan yang sudah terpola dengan pembelajaran
dititik beratkan pada pertumbuhandan per- konvensional karena sering melihat pembel-
kembangan fisik (koordinasi motorik halus ajaran pendidikan dasar yang berkembang
dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cip- lebih dahulu di masyarakat. Pendidikan di
ta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), dalam kelas dengan meja dan kursi belajar
sosio emosional (sikap danperilaku serta menjadi salah satu model pembelajaran yang
beragama), bahasa dan komunikasi. Stimu- umum diterapkan di kelompok bermain.
lasi yang dikembangkan untuk memberikan Padahal, sesungguhnya proses belajar dapat
pondasi dasar yang kuat agar mampu ber- dilakukan di mana saja termasuk di luar
kembang optimal di masa selanjutnya. ruangan atau alam bebas. Proses belajar
(Saleh & Sugito, 2015, p.1) seperti ini menghambat anak untuk meng-
Pentingnya pendidikan untuk anak eksplor kemampuannya secara maksimal.
usia dini mendorong pemerintah meng- Berdasarkan permasalahan tersebut,
galakkan program Pendidikan Anak Usia maka PAUD memerlukan inovasi pembel-
Dini (PAUD). UU nomor 20 tahun 2003 ajaran agar menyenangkan bagi anak.
tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 Amalee (mizanapps.com, 2014) mengatakan
ayat 14 menyebutkan bahwa PAUD adalah bahwa pendidikan anak usia dini memerlu-
suatu upaya pembinaan yang ditujukan pada kan sebuah pembelajaran yang menyenang-
anak sejak lahir samapi usia 6 tahun. UU kan sesuai dengan cara belajar anak. Metode
tersebut menunjukkan pemerintah Indone- belajar mengajar di sekolah konvensional
sia serius dalam menyelenggarakan PAUD. membuat anak usia dini sulit menangkap
Pelaksanaan program PAUD di Indonesia pelajaran yang disampaikan oleh pendidik.
diawasi oleh Dirjen PAUDNI. Salah satu alternatif model pembel-
Data jumlah PAUD Nasional tahun ajaran yang dapat digunakan untuk
2015 ada 188.650 lembaga PAUD. Jumlah mengembalikan hakikat belajar anak adalah
tersebut terdiri atas TK sejumlah 102.144 Model Pembelajaran Berbasis Alam (PBA).
lembaga, KB sejumlah 65.054 lembaga, TPA Lingkungan sekitar dapat dijadikan sebagai
sejumlah 2.472 lembaga dan SPS 18.825 lem- alternatif untuk kegiatan belajar mengajar.
baga. Penyelenggaran lembaga PAUD dike- Model ini diharapkan dapat menjalin kese-
lola oleh pemerintah, swasta, pemerintah larasan antara materi pembelajaran dengan
desa, maupun perorangan. (Kemdikbud, lingkungan alam sekitar. Alam memiliki
2015). banyak pengetahuan. Alam adalah pendidik
Penyelenggaraan PAUD yang banyak sesungguhnya. Alam merupakan salah satu
mengalami hambatan adalah PAUD yang media pembelajaran serta dapat digunakan
terintegrasi Posyandu. Pendidik yang meng- sebagai tempat untuk melakukan proses
ajar adalah kader-kader PKK. Dalam peneli- belajar mengajar. Oleh karena itu wajar jika
tian Tedjawati (2010) disebutkan bahwa ada banyak PAUD mengambil alam sebagai sum-
empat hambatan penyelenggaraan PAUD ber inspirasi belajar. Anak dikenalkan alam
yang terintegrasi dengan Posyandu yaitu ma- sejak dini, diajak turun ke sawah, menang-
sih terbatasnya tenaga kader dan rendahnya kap ikan, hingga berjalan jalan ke hutan.
pendidikan kader, masih terbatasnya pengu- Mereka diajari keterampilan hidup di alam

Copyright © 2016, JPPM, Print ISSN: 2355-1615, Online ISSN: 2477-2992


Jurnal Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat, 3 (1), Maret 2016 - 18
Betty Yulia Wulansari, Sugito

terbuka. Menurut Kellert (2005) Bermain di Subjek Penelitian


alam, terutama di periode kritis dari masa
Pada tahap validasi model, subjek
kanak-kanak, menjadi waktu yang sangat
penelitian adalah ahli model pembelajaran
penting untuk mengembangkan kreativitas,
dan pendidik. Sedangkan pada tahap uji
pemecahan masalah, intelektual dan per-
coba, subjek penelitian adalah anak usia dini
kembangan emosional. (Charles, 2010, p.3)
usia 3-4 tahun. Uji coba terbatas subjek
Model pembelajaran berbasis alam
penelitian berjumlah berjumlah 12 di KB
selaras dengan program Educatioan for Sus-
Ceria dan uji coba diperluas subjek peneliti-
taianble Development (ESD) dari UNESCO
an berjumlah 20 anak terdiri atas KB Pintar 9
yang di-launching pada tahun 2005. ESD
anak dan KB Mawar 11 anak.
(Siraj-Baltchford, Smith, & Samuelsson, 2010,
p.5) menyebutkan ESD mempunyai tiga pilar Prosedur Penelitian
penting yaitu pilar lingkungan, pilar sosial Prosedur penelitian dan pengembang-
dan budaya, dan pilar ekonomi. ESD ling- an ini meliputi 3 tahap yaitu studi lapangan
kungan merupakan akar dari pengembangan yaitu kegiatan studi pendahuluan, pengem-
Model PBA. Dari Roadmap ESD UNESCO bangan produk, dan uji coba lapangan. Uji
(2014) pilar lingkungan terdiri atas empat coba terbagi menjadi dua yaitu uji terbatas
globalframework yaitu perubahan iklim dan uji diperluas.
dunia, biodiversity, penurunan resiko ben-
cana alam, dan keberlanjutan konsumsi dan MetodePengumpulan Data
produksi. Pendidikan anak usia dini menjadi Pengumpulan data penelitian ini
salah satu penerapan pemahaman ESD menggunakan lembar catatan lapangan un-
karena pada masa golden age ini anak dapat tuk mengetahui proses belajar yang terjadi
ditanamkan pertilaku dan nilai untuk me- saat implementasi dan lembar observasi
nunjang keberlanjutan kehidupan menda- Barnet Playfullnes Scale untuk mengetahui
tang. perbedan aktivitas proses belajar anak usia
Penelitian ini bertujuan untuk me- dini.
ngembangkan sebuah model pembelajaran.
Model ini dikembangkan untuk mengako- TeknikAnalisis Data
modasi karakteristik belajar anak. Karakter- Teknik analisis data penelitian ini
istik belajar anak harus diperhatikan agar menggunakan teknik analisis naratif deskrip-
proses belajar dapat berlangsung secara tif dan analisis kuantitatif menggunakan
optimal. Kualitas belajar anak meningkat SPSS 16.
apabila anak merasa senang dan antusias
HASIL DAN PEMBAHASAN
dalam belajar.
Hasil Studi Pendahuluan di Lapangan
METODE
Studi pendahuluan dilakukan dengan
Jenis Penelitian
melaksanakan observasi lapangan di empat
Penelitian ini menggunakan pendekat- PAUD posyandu di Kecamatan Selogiri, Ka-
an penelitian dan pengembangan. bupaten Wonogiri yaitu Kelompok Bermain
Waktu dan Tempat Penelitian (KB) Adik, KB Kuncup Mekar, KB Anggrek
dan KB Ceria. Keempat KB tersebut dikelola
Waktu peneltian dilaksanakan pada oleh kader posyandu. Peserta didik merupa-
bulan Juli 2014 sampai dengan Oktober 2015. kan anak-anak di lingkungan setempat yang
Tempat observasi awal dilakukan di KB Adik, merupakan peserta posyandu.
KB Ceria, KB Anggrek, dan KB Kuncup Pembelajaran di KB Adik dilakukan
Mekar. Sedangkan uji coba terbatas dilaksa- dengan menggunakan lembar kerja anak
nakan di KB Ceria dan uji coba diperluas (LKA). Kegiatan anak yang terdiri atas LKA
dilaksanakan di KB Pintar dan KB Mawar. menggunting, LKA berhitung, LKA menem-
pel, LKA mewarnai, LKA hijaiyah, LKA

Copyright © 2016, JPPM, Print ISSN: 2355-1615, Online ISSN: 2477-2992


Jurnal Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat, 3 (1), Maret 2016 - 19
Betty Yulia Wulansari, Sugito

membaca gambar. LKA digunakan secara dapat ditemukan anak melalui kegiatan yang
bergantian setiap harinya. nyata.
Kegiatan pembelajaran Kelompok
Pengembangan Produk
Bermain Kuncup Mekar dilakukan seperti di
sekolah dasar. Anak menggunakan kursi dan Rancangan Model Pembelajaran Bebasis
bangku di kelas dan mengerjakan LKA. Guru Alam
menggunakan metode ceramah dalam men- Model PBA adalah model pembel-
jelaskan tema-tema di dalam LKA. ajaran yang berprinsip pada belajar tentang
Di Kelompok Bermain Anggrek, pem- alam, belajar menggunakan alam, dan bel-
belajaran dilakukan dengan mengerjakan ajar dengan alam. Belajar tentang alam
LKA. Orang tua diperbolehkan masuk untuk artinya Model PBA mempelajari konsep-
membantu anak-anak sehingga pembelajar- konsep alam sebagai materi pembelajaran-
an kurang kondusif bagi kemandirian anak. nya. Belajar menggunakan alam artinya
Pembelajaran di KB Ceria dilaksanakan Model PBA menggunakan sumber belajar
dalam satu ruang yang di sekat mengguna- yang berada di alam. Sedangkan, belajar
kan loker. Alat permainan outdoor di dalam dengan alam artinya Model PBA tempat
ruangan. Anak-anak kurang leluasa bermain. belajarnya menggunakan lingkungan alam.
Pembelajaran dilaksanakan menggunakan Model PBA dikembangkan untuk
papan tulis guru memberikan contoh di mengoptimalkan seluruh potensi anak ter-
depan dan anak mengerjakan LKA kegiatan masuk kemampuan sosial. Aktifitas pembel-
anak. Orang tua yang membantu mengu- ajaran dilakukan dengan mengidentifikasi
rangi kemandirian anak. lingkungan alam. Model PBA mendukung
Hasil observasi lapangan menunjukkan pengembangan hubungan sosial dan hu-
bahwa (1) kegiatan pembelajaran banyak di- bungan pribadi anak dengan alam. Kom-
lakukan di dalam kelas, (2) kemampuan binasi pembelajaran nyata dan akademis
anak dikembangkan melalui lembar kegiatan tentang alam merupakan pengalaman bagi
anak, (3) orang tua diperbolehkan masuk ke proses belajar anak. Model PBA terdapat sis-
dalam kelas dan sering membantu mengerja- tem sosial yang dibangun dari anak dengan
kan kegiatan anaknya, (4) kegiatan pembel- orang dewasa, teman sebaya, dan alam.
ajaran setiap hari monoton, seperti menya- Sistem sosial dibangun dengan dialog antara
nyi dan mengerjakan lembar kegiatan saja. anak dengan pendidik maupun temannya.
Keempat KB memiliki lingkungan bel- Dialog dukungan dan menghubungkan
ajar berupa alam yang masih asri. Lingkung- pengalaman lama anak dengan pengalaman
an pedesaan berupa kebun, lahan pertanian, baru tentang alam menjadi bagian penting
sungai masih banyak dijumpai. KB di desa dalam pembelajaran Model PBA.
memiliki keunggulan dari segi lingkungan Pelaksanaan Model PBA mengadopsi
alam yang dapat digunakan sebagai sumber langkah-langkah pembelajaran Zurek,
belajar, media belajar, dan tempat belajar. Torquati & Acar (2014, pp.36-39) yang di-
Anak-anak dapat belajar dengan benda nyata peringkas, yaitu eliciting, inferential quoties-
dan dapat berinteraksi dengan alam tioning, prediction, focus, give hint, provide
Pengamatan lingkungan sekitar seko- material, feedback, generalization, dan con-
lah tersebut menunjukkan bahwa lingkung- clution. Eliciting adalah membangkitkan res-
an belajar diluar sekolah dapat mendukung pon anak, inferential quotiestioning adalah
proses belajar anak. Lingkungan alam terse- saran kepada anak untuk menggunakan
but menjadi faktor pendukung agar anak fakta yang ada, prediction adalah dorongan
dapat belajar benda nyata. Anak usia dini kepada anak untuk menebak apa yang akan
memerlukan model pembelajaran yang nya- terjadi selanjutnya, focus adalah memusat-
ta agar memberikan pengalaman melalui kan penyelidikan terhadap yang lebih sem-
proses belajarnya. Anak usia dini memerlu- pit, give hint adalah pemberian bantuan
kan pengetahuan melalui proses belajar petunjuk kepada anak untuk menemukan
dalam sebuah pengalaman. Pengalaman sesuatu, provide material penyediaan alat

Copyright © 2016, JPPM, Print ISSN: 2355-1615, Online ISSN: 2477-2992


Jurnal Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat, 3 (1), Maret 2016 - 20
Betty Yulia Wulansari, Sugito

untuk mendukung penyelidikan, feeback observasi, cheklist, penugasa, unjuk kerja,


adalah umpan balik yang diberikan guru ter- anekdot, wawancara, dan portofolio.
hadap hasil temuan, generalization adalah
menarik hasil temuan ke hal yang lebih Rancangan Model PBA
umum, dan conclution adalah kesimpulan
dari hasil temuan dan hasil belajar anak
Prinsip Model PBA
dalam penyelelidikan.
belajar tentang alam, belajar
Kegiatan utama dalam Model PBA ini menggunakan alam, dan belajar
diadopsi dari Moore (2014, pp.84-87) adalah dengan alam.
natural loose part, natural constructionism,
dan natural play structure. Natural loose part
adalah kegiatan memanipulasi benda alam
kecil yang ada sekitar. Natural construction-
Perencanaan Pelaksanaan Assesmen
ism adalah kegiatan berpikir konstruktif
(1) Perencanaan (1) Kegiatan (1) Prinsip
tentang benda alam sekitar dan natural play Model PBA, Model PBA: assesmen
(2) Perencanaan natural loose part, menyeluruh,
structure kegiatan bermain kontruksi meng- sumber dan me- natural berkesinambunga
gunakan bahan alam. dia Pembelajaran, constructionism, n, objektif,
(3) Perencanaan dan natural play otentik, edukatif,.
Asesmen Model PBA berprinsip dite- Pengaturan structure (2) Dan bermakna.
kankan pada asesmen proses belajar anak, Waktu, Pelaksanaan (2) Metode
(4) Perencanaan Pembelajaran: asessmen:
hal ini sesuai dengan Assesment in Efective lingkungan dan eliciting, observasi,
Enviroment yang dikembangkan Wiliam sarana prasarana inferential cheklist,
quotiestioning, penugasan, unjuk
(2010, p.146) dari hasil penelitianbahwa prediction, focus, kerja, anekdot,
give hint, provide wawancara,
penilaian anak usia dini harus dilihat dari material, portofolio
proses belajar. Asesmen dilaksanakan untuk feedback,
generalization,
mengetahui hasil kegiatan belajar yang ter- dan conclution.
susun dalam sintak Model PBA. Prinsip
tersebut adalah (1) menyeluruh artinya ases- Gambar 1. Skema Konseptual Model
men dilakukan pada seluruh aspek perkem- Sebelum Divalidasi
bangan anak, yaitu nilai-nilai agama dan
moral, kognitif, bahasa, sosial emosional, Hasil Validasi Ahli
dan fisik motorik. Dengan demikian, dapat Validasi ahli model pembelajaran
diketahui status perkembangan anak secara menghasilkan dua kesimpulan, yaitu keku-
menyeluruh. (2) Berkesinambungan bermak- rangan dan kelebihan. Kekurangan model ini
na bahwa proses asesmen dilaksanakan meliputi: (1) perlunya penyederhanaan keba-
secara terus menerus dengan menggunakan hasaan dalam Model PBA agar lebih mudah
metode serta alat atau instrumen yang tepat. dipahami, (2) perlu menyusun ulang sintak
(3) Objektif, artinya assesmen dilaksanakan karenaterlalu panjang, (3) perlumemilih be-
dengan menggunakan prinsip obyektivitas, berapa assessmen yang tepat sehingga tidak
artinya sesuai dengan kondisi yang ada. (4) terlalu banyak. Sedangkan kelebihan model
Otentik, artinya asesmen dilaksanakan seca- ini adalah (1) model PBA dapat mengako-
ra otentik atau alamiah yaitu sesuai dengan modasi seluruh aspek perkembangan anak.
kondisi anak sehari-hari dan terintegrasi de- Model ini juga mengkomodasi pengalaman
ngan proses pembelajaran. (5) Edukatif, ber- belajar, pengetahuan, keterampilan, perila-
makna bahwa hasil penilaian hendaknya ku, dan proses belajar anak melalui bermain,
memiliki nilai edukatif, sehingga dapat men- (2) model PBA memiliki kemudahan dalam
didik, baik bagi anak, pendidik, orangtua mendapatkan materi sumber belajar dan
maupun pemerhati anak. (6) Bermakna, media belajar karena didapatkan di alam
artinya hasil asesmen harus bermakna atau sekitar, (3) model ini memudahkan pendidik
memiliki arti, dan tidak sekedar dokumen mencari tema pembelajaran dengan inspirasi
yang harus terselesaikan tepat pada waktu. kondisi alam di sekolah, (4) pendidik mudah
Sedangkan metode assesmen menggunakan dalam membuat program semester, rencana

Copyright © 2016, JPPM, Print ISSN: 2355-1615, Online ISSN: 2477-2992


Jurnal Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat, 3 (1), Maret 2016 - 21
Betty Yulia Wulansari, Sugito

pelaksanaan pembelajaran tema, rencana Model PBA


pelaksanaan pembelajaran harian karena
dapat disesuaikan dengan format yang sudah
dipahami pendidik. Prinsip Model PBA
belajar tentang alam, belajar
Hasil Validasi Pengguna menggunakan alam, belajar bersama
alam
Validasi pengguna penting untuk
mengetahui tingkat keterbacaan pengguna.
Validasi pengguna dilakukan oleh para guru
Perencanaan Pelaksanaan Assesmen
PAUD di posyandu. Hasil validasi pengguna (1) Perencanaan (1) Kegiatan Model (1) Prinsip
adalah (1) pendidik memerlukan penjelasan Model PBA, PBA: bermain assesmen:
(2) Perencanaan konstruktif konsep menyeluruh,berke
beberapa bahasa asing seperti apa itu envi- Sumber dan Media alam, bermain sinambungan,
ronment sustainable development, DAP, age Pembelajaran, konstruktif alam. obyektif, otentik,
(3) Perencanaan (2) Pelaksanaan edukatif,
appropriate, dan sebagainya, perbaikan Pengaturan pembelajaran: bermakna.
penjelasan metode dan teknik Model PBA, Waktu, (a) kegiatan (2) Metode
(4) Perencanaan pendahuluan, assesmen:
(2) perlu perbaikan agar kata tidak bermak- Lingkungan dan (b) kegiatan inti: observasi, dan
Sarana Prasarana mengumpulkan portofolio
na ganda seperti teknik bermain kreatif, informasi,
teknik bermain imajinatif, dan teknik ber- mengomunikasika
n, melakukan
main fantasi, (3) assessment terlalu banyak kegiatan
macamnya sehingga diperlukan penyederha- perkembangan,
(c) kegiatan
naan assessmen dengan mengurangi bebe- penutup
rapa materialnya namun tetap sesuai dengan
prinsip assessment, (4) teknik bermain loko-
motor memerlukan revisi untuk dirubah
menjadi teknik bermain fisik motorik, dan
(5) teknik belajar juga memerlukan contoh Gambar 2. Skema Konseptual
penggunaannya agar pendidik lebih paham. Model Setelah Divalidasi
Perbaikan Uji Coba
Berdasarkan hasil validasi ahli dan va- Uji Coba Terbatas
lidasi pengguna maka Model PBA memerlu-
Uji coba terbatas di KB Ceria meli-
kan perbaikan sebagai berikut (1) perbaikan
batkan 12 peserta didik. Hasil pengamatan
pada bagian susunan isi Model PBA, (2)
proses belajar selama kegiatan Model PBA
perbaikan tata tulis, (3) aspek kemudahan
dapat dilihat dalam Gambar 3 grafik berikut.
pembaca dengan menambah glosarium, (4)
perbaikan prinsip umum, (5) perbaikan tuju- 120
an danmanfaat Model PBA, (6) penambahan 100 Obervasi
Awal
prosedur operasional, (7) perbaikan metode 80
dan teknik Model PBA, dan (8) perbaikan 60
Observasi
sintaks Model PBA. 40 Akhir

20
0
E
Y
A
K
R

M
Z
T

MR
B
RN

Gambar 3. Grafik Peningkatan Skor Kualitas


Proses Belajar Anak Uji Coba Terbatas KB
Ceria
Model PBA dapat meningkatkan pro-
ses belajar anak usia dini. Hal ini dapat dili-
hat dari kenaikan skor rata-rata saat belajar
menggunakan model pembelajaran konven-

Copyright © 2016, JPPM, Print ISSN: 2355-1615, Online ISSN: 2477-2992


Jurnal Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat, 3 (1), Maret 2016 - 22
Betty Yulia Wulansari, Sugito

sional yaitu 50,75 naik menjadi 74,42 setelah 120


mengunakan Model PBA. Model PBA berbe-
100
da dengan model konvensional. Secara sig-
nifikan, perbedaan ditunjukkan dari uji SPSS 80
16 thit= -3,008 < ttabel= -1,717.
Awal
Hasil catatan lapangan saat uji coba di 60
Akhir
KB Ceria diperoleh bahwa (1) kekurangan 40
model ini terletak pada format asesmenyang
belum dapat dilaksanakan dengan baik oleh 20

pendidik. Hal ini karena banyak input ma- 0


nual dalam asesmen tesebut.(2)Kekurangan RD IQ U AK FI S P IH N AD RF C V IF J DI DA N T FA

berikutnya terletak pada pemilihan materi


dalam uji coba terbatas yang kurang sesuai Gambar 4. Grafik Peningkatan Skor Kualitas
dengan anak usia 3-4 tahun. (3) Kekurangan Proses Belajar Anak Uji Coba Diperluas
dalam pelaksanaan terjadi karena kemam- Model PBA dapat meningkatkan pro-
puan pendidik menguasai materi pembel- ses belajar anak usia dini. Hal ini dapat dili-
ajaran berbasis alam belum optimal. Selain hat dari kenaikan skor rata-rata saat meng-
empat kekurangan tersebut, model ini dapat gunakan model pembelajaran konvensional
meningkatkan kualitas proses belajar anak yaitu 63,925 naik menjadi 74,975 setelah
anak usia. Anak menjadi lebih aktif, mampu mengunakan Model PBA. Model PBA ber-
bersosialiasi, mampu belajar dalam suasana beda dengan model konvensional. Secara
gembira. signifikan perbedaan dapat dilihat dari uji
Perbaikan Uji Coba Terbatas SPSS 16 tcount= -2,159< ttable= -2,024.
Hasil catatan lapangan diperoleh bah-
Perbaikan yang dilakukan setelah uji wa model PBA (1) kekurangan terletak pada
terbatas adalah perbaikan asesmen menggu- belum adanya bagian yang menunjukkan
nakan assesmen tunggal yaitu lembar obser- konsep alam dalam RPPT dan belum adanya
vasi. Dalam lembar observasi sudah men- asesmen yang berhubungan dengan kelang-
cakup perkembangan anak, proses belajar sungan alam, dan(2) model ini dapat me-
anak, hasil belajar anak berdasarkan indi- ningkatkan kualitas proses belajar anak
kator yang telah ditentukan dan catatan dengan dukungan kondisi alam lembaga dan
perilaku anak. Lembar observasi ini diguna- keaktifan pendidik dalam menyiapkan kegi-
kan setiap hari untuk setiap anak. Perbaikan atan Model PBA, dan kepercayaan orang tua
selanjutnya adalah perbaikan contoh tema terhadap kemampuan anak.
dan subtema pada Contoh Implementasi dan
Perangkat PBA, sehingga apabila digunakan Perbaikan Uji Diperluas
sebagai contoh lebih jelas. Perbaikan yang dilakukan setelah uji
Uji Coba Diperluas diperluas adalah (1) melakukan penambahan
bagian kelestarian alam pada RPPT. (2)
Uji coba terbatas dilaksanakan di KB Menambahan kolom pengamatan hubungan
Pintar dan KB Mawar. Uji coba ini melibat- anak dengan lingkungan alam pada asesmen.
kan 20 peserta didik. Hasil pengamatan Penyempurnaan model akhir dilakukan
proses belajar selama kegiatan Model PBA dengan penambahan referensi gambar pada
dapat dilihat pada Gambar 4 grafik berikut. buku Model PBA untuk AUD dan Contoh
ImplementasiPengembangan Perangkat PBA
untuk AUD di Kabupaten Wonogiri, pe-
nyempurnaan design cover, penambahan
kata pengantar, dan penggantian beberapa
gambar dalam buku agar lebih menarik.

Copyright © 2016, JPPM, Print ISSN: 2355-1615, Online ISSN: 2477-2992


Jurnal Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat, 3 (1), Maret 2016 - 23
Betty Yulia Wulansari, Sugito

Produk Akhir Model Pembelajaran Ber- melihat, menghirup, mengecap, mendengar,


basis Alam dan meraba. (2) mengomunikasikan adalah
dialog hasil obrservasi antara anak dengan
Model PBA adalah model pembelajar-
teman sebaya dan pendidik. Hal yang dapat
an yang berprinsip pada belajar tentang
dikomunikasikan adalah hasil yang ditemu-
alam, belajar menggunakan alam, dan bel-
kan anak, dan (3) kegiatan pengembangan
ajar bersama alam. Belajar tentang alam
dilakukan untuk memberikan kesempatan
artinya Model PBA mempelajari konsep-
anak belajar lebih mendalam dengan mela-
konsep alam sebagai materi pembelajaran-
kukan pengulangan pembelajaran secara
nya. Belajar menggunakan alam artinya
individual untuk memfasilitasi karakteristik
Model PBA menggunakan sumber belajar
belajar anak yang berbeda-beda. Kegiatan
yang berada di alam. Sedangkan, belajar
perkembangan meliputi melakukan kegiatan
bersama alam artinya Model PBA tempat
dengan media pembelajaran berbasis alam,
belajarnya menggunakan lingkungan alam.
melakukan kegiatan sesuai tahap perkem-
Perencanaan Model PBA ditekankan
bangannya, dan melakukan dialog individual
pada pembuatan tema dan rencana pelaksa-
dengan pendidik apa yang telah dikomuni-
naan pembelajaran sub tema (RPPST). Tema
kasikan. Kegiatan penutup dilakukan dengan
yang dipilih adalah tema yang mendukung
merefleksikan dari apa yang telah dilakukan
pembelajaran berbasis alam. Sedangkan
selama proses belajar dan hasil belajar.
untuk tujuan kelestarian alam disesuaikan
Selain itu guru dapat melakukan kegiatan
dengan subtema yang dikembangkan.
menambahkan informasi pada anak, dan
RPPST mengakomodasi satu tujuan keber-
menarik pada masalah lingkungan alam
langsungan lingkungan alam untuk dikenal-
yang relevan.
kan pada anak usia dini.
Prinsip asesmen model PBA adalah (1)
Pelaksanaan Model PBA terdiri atas
menyeluruh, (2) berkesinambungan, (3) ob-
tiga langkah, yaitu kegiatan pendahuluan,
jektif, (4) otentik, (5) edukatif, (6) bermakna.
kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Kegiat-
Metode asessmen yang dilaksanakan dalam
an pendahuluan dilakukan dengan cara
model PBA adalah observasi dan portofolio.
memberikan apersepsi untuk mengetahui
tingkat pengalaman awal yang dimiliki oleh Pembahasan
anak, dan atau menghubungkan materi yang
Berdasarkan hasil pengembangan ter-
akan dikaji dengan materi sebelumnya. Kegi-
sebut, dapat dinyatakan bahwa Model PBA
atan selanjutnya adalah menyampaikan
efektif meningkatkan kualitas proses belajar
pengantar pembelajaran untuk menumbuh-
anak usia dini. Prinsip Model PBA yaitu bel-
kan respon anak agar tertarik pada pembel-
ajar tentang alam, belajar menggunakan
ajaran yang akan dilaksanakan. Kegiatan
alam, dan belajar bersama alam memudah-
pengantar dapat berupa cerita, gambar,
kan proses belajar anak memahami suatu
dialog, menyanyi dan sebagainya. Kegiatan
materi. Prinsip tersebut mengkomodasi ka-
pendahuluan yang menarik, merupakan titik
rakteristik belajar anak usia dini. Anak-anak
awal keberhasilan pembelajaran.
lebih mudah memahami saat belajar. Ada-
Kegiatan inti dilakukan dengan tiga
pun penjelasannya adalah sebagai berikut.
tahap yaitu mengumpulkan informasi di
Pertama, anak belajar melalui ber-
lapangan, mengomunikasikan hasil temuan
main. Kegiatan utama dalam Model PBA
di lapangan, kemudian melakukan kegiatan
adalah bermain. Model ini dilaksanakan
pengembangan. Adapun penjelasnnya ada-
melalui kegiatan bermain agar anak menjadi
lah sebagai berikut. (1) mengumpulkan
lebih antusias dalam belajar. Anak secara
informasi adalah kegiatan yang dilakukan
sukarela mengikuti kegiatan pembelajaran
mencari informasi materi pembelajaran ber-
tanpa ada paksaan. Karakteristik belajar
basis alam melalui kegiatan pengindraan.
anak ini sesuai dengan yang dikemukakan
Informasi dikumpulkan dengan cara mela-
Samuelsson & Carlson (2008), Anderson-
kukan pengamatan lingkungan alam sekitar
McNamee (2010), Jackman (2011), dan Huang
dengan menggunakan panca indera meliputi
(2013) bahwa anak belajar melalui bermain.

Copyright © 2016, JPPM, Print ISSN: 2355-1615, Online ISSN: 2477-2992


Jurnal Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat, 3 (1), Maret 2016 - 24
Betty Yulia Wulansari, Sugito

Kedua, anak dapat mengembangkan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.


seluruh aspek perkembangannya. Kegiatan Kemampuan fisik motorik distimulasi
Model PBA memfasilitasi seluruh perkem- dengan meniti papan titian dari pendek
bangan kemampuan anak. Kemampuan anak menjadi lebih panjang, berlari lebih jauh dari
tersebut meliputi kemampuan nilai-nilai biasanya, berdiri lebih lama, atau memanjat
moral dan keagamaan, kemampuan fisik semakin tinggi. Kemampuan kognitif dikem-
motorik, kemampuan kognitif, kemampuan bangkan dengan menghafal bagian suatu
bahasa, kemampuan sosial emosional, dan benda di alam baru kemudian memahai
kemampuan seni. Kemampuan nilai-nilai fungsinya dan bagaimana memanfaatkan-
moral agama distimulai melalui pengarahan nya. Kemampuan bahasa distimulasi mulai
pendidik dalam bermain. Kemampuan fisik dari anak mau berdialog kemudian mau me-
motorik distimulasi dalam aktivitas perpin- nyampaikan pendapatnya tentang apa yang
dahan tempat anak dalam bermain. Kemam- telah mereka pahami. Kemampuan sosial
puan kognitif distimulasi dalam aktivitas emosianal distimulasi mulai dari meluapkan
membentuk konsep dalam pengalaman bel- emosi hingga mampu mengontrol emosi dan
ajarnya tentang alam. Kemampuan bahasa kemampuan seni sesuai dengan kemampuan
distimulasi dalam kegiatan dialog disetiap anak kemdudian distimulasi menjadi seni
kesempatan. Kemampuan sosial emosional yang lebih komplek. Karakteristik belajar
distimulasi dalam aktivitas sosial saat kegiat- anak ini sesuai dengan NAEYC (2009) bahwa
an pembelajaran, dan kemampuan seni disti- proses perkembangan anak adalah menuju
mulai dalam kegiatan mengkontruksi bahan- hal yang lebih kompleks meliputi aturan da-
bahan alam dalam kegiatan pengembangan. lam diri, simbol atau kapasitas yang mewa-
Karakteristik belajar anak ini sesuai dengan kili kemampuan anak.
NAEYC (2009) bahwa seluruh aspek perkem- Kelima, anak belajar melalui benda
bangan (fisik, sosial emotional, dan kognitif) konkrit. Kegiatan Model PBA memfasiltasi
adalah suatu hal penting yang saling berhu- anak untuk berinteraksi dengan sumber bel-
bungan karena satu aspek perkembangan ajar konkrit dari alam. Model PBA berusaha
dipengaruhi oleh aspek perkembangan lain. menampilkan benda-benda konkrit dalam
Ketiga, anak belajar sesuai dengan belajar. Benda konkrit membantu anak
kebutuhan usia dan kemampuan individual mengenal lebih dekat pada materi pembel-
anak. Model PBA memahami anak sesuai ajaran. Hal ini sesuai yang diungkapkan
dengan kebutuhan usia dan kebutuhan indi- Miller (1996) bahwa anak belajar melalui
vidunya.Kebutuhan anak ini distimulasi da- interaksi dengan alat pembelajaran.
lam kegiatan pengembangan. Kegiatan Keenam,anak mendapat waktu pema-
pengembangan merupakan bagian dari kegi- haman yang cukup bagi anak. Pengaturan
atan inti dalam pelaksanaan Model PBA. waktu belajar dibuat fleksibel. Dalam Model
Dalam kegiatan ini pendidik menyediakan PBA, antara alokasi waktu materi tidak
kegiatan pengembangan sesuai dengan ting- diatur dengan kurun waktu yang sama. Na-
kat kemampuan anak. Karakteristik belajar mun, alokasi waktu disesuaikan tingkat ke-
anak ini sesuai dengan NAEYC (2009) bahwa sulitan, banyak sedikitnya bahan materi,
anak memiliki perbedaan kronologi pengu- atau yang membutuhkan materi pengamat-
asaan perkembangandalam usia yang sama an yang lebih lama. Hal ini sesuai yang
dan memiliki perbedaan kecepatan dalam diungkpakan Miller (1996), Ridgway &
memahami suatu pengalaman. Quinones (2012) bahwa anak memerlukan
Keempat, anak belajar dari hal seder- waktu dalam belajar.
hana ke hal komplek. Model PBA memulai Ketujuh, anak sebagai pusat pembel-
materi dari yang sederhana ke hal yang ru- ajaran. Pembelajaran dilakukan berpusat
mit untuk menstimulasi kemampuan anak. pada anak, artinya dalam PBA yang aktif
Kemampuan nilai-nilai moral dan agama melakukan proses belajar adalah anak. Pen-
dimulai dari mengenal nama Tuhan, kemu- didik adalah fasilitator yang lebih mema-
dian mengenal ciptaan Tuhan, kemudian hami fenomena yang akan ditemukan oleh
menghafal doa sehari-hari dan bagaimana anak saat mengkonstruk pengetahuan ten-

Copyright © 2016, JPPM, Print ISSN: 2355-1615, Online ISSN: 2477-2992


Jurnal Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat, 3 (1), Maret 2016 - 25
Betty Yulia Wulansari, Sugito

tang alam. Karakteristik belajar anak ini sehingga berusaha memberikan pelayanan
sesuai dengan Ridgway & Quinones (2012) pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan
bahwa pendidik bertugas membimbing, me- anak usia dini.
nyarankan dan memperluas tetapi tidak
SIMPULAN DAN SARAN
untuk mengontrol atau perintah.
Kedelapan, anak belajar melalui inter- Simpulan
aksi teman sebaya dan orang dewasa. Model Berdasarkan hasil pembahasan peneli-
PBA dilaksanakanmelalui berdialog. Dialog tian maka dapat disimpulkan bahwa ada
terjadi dalam hubungan sosial antara anak perbedaan kualitas proses belajar yang signi-
dengan pendidik atau anak dengan teman fikan antara model pembelajaran konvensio-
sebayanya. Anak memiliki rasa ingin tahu nal dan model pembelajaran berbasis alam.
yang tinggi yang membentuk beberapa per- Hal ini ditunjukkan hasil SPSS 16 uji terbatas
tanyaan tentang lingkungan di dekatnya. yaitu thit= -3,008< ttabel= -1,717 dan hasil uji
Dalam mengkontruksi konsep belajar alam, diperluas yaitu nilai thit= -2,159< ttabel= -2,024.
anak memerlukan umpan balik berupa per- Model PBA lebih baik dari model pembel-
cakapan untuk memuaskan rasa ingin tahu- ajaran konvensional dilihat dari aktivitas
nya. Karakteristik belajar anak ini yang proses belajar anak usia dini seperti spontan-
didukung oleh pendapat Miller (1996) dan itas fisik, spontanitas sosial, spontanitas kog-
Kalpana (2014) bahwa anak belajar melalui nitif, muatan kegembiraan, dan rasa humor.
interaksi dengan teman sebaya dan orang Hal ini karena dalam Model PBA dapat
dewasa. mengakomodasi karakteristik belajar anak.
Kesembilan, anak mendapat pengalam- Selain itu, Model PBA merupakan model
an mendalam dari pembelajaran yang me- pembelajaran yang berprinsip pada belajar
narik. Model PBA menyediakan pembelajar- tentang alam, belajar dengan menggunakan
an menarik melalui kegiatannya belajarnya. alam, dan belajar bersama alam. Tahap
Pengalaman dikemas dalam pembelajaran pembelajaran model PBA ditekankan pada
menarik. Pembelajaran menarik membuat kegiatan inti. Kegiatan inti pada Model PBA
anak mampu belajar dengan senang hati. antara lain adalah kegiatan mengumpulkan
Pengalaman nyata adalah cara anak men- informasi menggunakan alat indera dan sen-
dapatkan pengetahuannya. Hal ini didukung sori motorik anak, mengomunikasikan hasil
dari pernyataan Miller (1996) dan NAEYC temuan kepada teman dan pendidik, dan
(2009) bahwa anak belajar melalui peng- melakukan kegiatan perkembangan baik
alaman yang terintegrasi. secara individu atau kelompok.
Kesepuluh, anak berusaha melewati
tingkat perkembangannya melalui kegiatan Saran
yang menantang. Model PBA memberikan Model ini diharapkan dapat berman-
pengalaman menantang. Anak secara alam- faat bagi berbagai pihak seperti (1) bagi dinas
ilah ingin mengetahui tentang dunia dan pendidikan, kepala sekolah atau pengelola
menyukai penyelidikan di sekelilingnya. sekolah semoga model ini dapat diterapkan
Anak-anak merupakan individu yang me- dan dikelola dengan baik untuk memfasili-
miliki rasa ingin tahu yang tinggi apalagi bila tasi belajar anak, (2) bagi pendidik adalah
dikemas dalam kegiatan menantang. Kegiat- Model PBA dapat digunakan sebagai referen-
an menantang diberikan agar anak tertarik si cara mengajar, (3) bagi peserta didik ada-
melewati tahap perkembangan selanjutnya. lah anak dapat belajar sesuai karakteristik
Karakter belajar anak seperti ini sesuai de- anak usia dini, (4) bagi peneliti agar dapat
ngan yang diungkapkan oleh Dolya (2010), melakukan diseminasi lebih lanjut agar mo-
dan Bodrova, Germeroth, & Leong (2013) del teruji secara valid di lapangan, dan (5)
bahwa anak berupaya melewati tingkat bagi peneliti selanjutnya agar dikembangkan
perkembangannya melalui kegiatan yang lebih lanjut agar menghasilkan model pem-
menantang. belajaran berbasis alam yang lebih baik.
Model PBA dikembangkan untuk me-
ningkatkan kualitas belajar anak usia dini

Copyright © 2016, JPPM, Print ISSN: 2355-1615, Online ISSN: 2477-2992


Jurnal Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat, 3 (1), Maret 2016 - 26
Betty Yulia Wulansari, Sugito

DAFTAR PUSTAKA darihttp://www.manukau.ac.nz/__data


/assets/pdf_file/0010/119935/02-
Anderson-McNamee, J. K. (April 2010). The
Huang-staff-final.pdf
importance of play in early childhood
development. Montana State Jackman, H. L. (2011). Early education
University Extention, 1-4. Diakses pada curruculum: A child’s connection to the
tanggal 3 November 2015 dari world. New York: Delmar-Thomson
http://store.msuextension.org/publicat Learning
ions/HomeHealthandFamily/MT20100
Kalpana, T. (2 Januari 2014). A constructivist
3HR.pdf
perspective on teaching and learning:
Bodrova, E. & Leong, D.J. (September 2010). A conceptual framework. International
curricuum and play in early child Research Journal of Social Science.
development. Encyclopedia on Early India,3(1), 27-29. Diakses pada tanggal
Childhood Development. 1-6. Diakses 9 Desember 2014 dari
pada 4 November 2015 http://www.isca.in/IJSS/Archive/v3/i1/
padahttp://www.enfant- 6.ISCA-IRJSS-2013-186.pdf
encyclopedie.com/Pages/PDF/Bodrova
Kemdikbud. (2015). Jumlah data satuan
-LeongANGxp.pdf
pendidikan (sekolah) anak usia dini.
Bodrova, E, Germeroth, C & Leong, D. J. Diakses pada 5 Februari 2015 dari
(2013). Play and self regulation lesson http://referensi.data.kemdikbud.go.id/
from Vygotsky. American Journal of index21.php
Play, 6(1). 111-123. Diakses pada 3
Miller, R. (1996). The developmentally
November 2015 dari
appropriate inclusive classroom in early
http://www.du.edu/marsicoinstitute/p
education. New York: Delmar
ressroom/6-1-article-play-and-self-
Publishers
regulation.pdf
Moore, R.C. (2014). Nature play & learning
Charles, C. (Ed). (2010). Children’s contact
places: Creating and managing places
with the outdoors and nature a focus on
where children engange with nature.
educators and educational settings.
North Carolina: Natural Learning
C&NN. Diakses tanggal 10 September
Initiative
2014 dari
http://eclkc.ohs.acf.hhs.gov/hslc/tta- National Association for the Education of
system/teaching/eecd/nature-based- Young Childhren (NAEYC). (2009).
learning/Research/childrens-contact- Developmentallty appropriate practice
w-outdoors.pdf in early childhood programs serving
children from birth trough age 8: A
Dolya, G. (2010). Vygotsky in cition in the
position statetmen of the National
early years: The ‘key to learning’
Association for the Education of Youg
curriculum. New York: Routledge
Children. Diakses pada 10 November
Publishing
2014,
Fadillah, M. (2012). Desain pembelajaran darihttp://www.naeyc.org/files/naeyc/f
PAUD: Panduan untuk pendidikan ile/positions/position%20statement%2
mahasiswa, dan pengelola pendidikan 0Web.pdf
anak usia dini. Yogyakarta: Ar-Ruzz
Republik Indonesia. (2003). Undang-undang
Media
Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem
Huang, Rita. (2013). What can children learn Pendidikan Nasional.
through play? Chinese parent’s
Ridgway, A & Quinones. (12 Desember 2012).
perspective of play and learnn in early
How do early childhood students
childhood education. Te Iti Kahuragi
conceptualize play-based curriculum?.
School of Education e-Journal, 1. 12-19.
Australian Journal of Teacher
Diakses pada 4 November 2015

Copyright © 2016, JPPM, Print ISSN: 2355-1615, Online ISSN: 2477-2992


Jurnal Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat, 3 (1), Maret 2016 - 27
Betty Yulia Wulansari, Sugito

Education, 37(12). 45-56. Diakses pada 3 UNESCO. (2012). Education for sustainable
November 2015 development: sourcebook. Paris: United
darihttp://ro.ecu.edu.au/cgi/viewconte Nations Educational, Scientific, and
nt.cgi?article=1966&context=ajte Cultural Organization (UNESCO)
Saleh, S., & Sugito, S. (2015). Implementasi UNESCO. (2014). Roadmap for implementing
metode bermain peran untuk mening- the global action programme on
katkan kecerdasan interpersonal anak education for sustainable development.
usia 5-6 tahun di TK Barunawati. Paris: United Nations Educational,
Jurnal Pendidikan dan Pemberdayaan Scientific, and Cultural Organization
Masyarakat, 2(1), 85-93. Retrieved (UNESCO)
from http://journal.uny.ac.id/index.ph
Widawati, G.M., & Daryanto, H., dkk. (2013).
p/jppm/article/view/4845
Panduan pengembangan kurikulum
Samuelsson, I.P & Carlsson, M.A. (2008) The PAUD. Surakarta: PT Solo Grafika
playing learning child: Towards a Utama (SOLOPOS Group)
pedagogy of early childhood.
William, D. (2010).The role of formative
Scandinavian Journal of Educational
assessment in effective learning
Research, 52:6, 623-641, DOI:
environments, in Hanna Dumont,
10.1080/00313830802497265
David Istance, and Francisco
Siraj-Baltchford, J., Smith, K.C., & Benavides (eds.), The Nature of
Samuelsson, I.P. (2010). Education for Learning: Using Research to Inspire
sustainable development in the early Practice, OECD Publishing.
years. Copenhagen: WHO Regional http://dx.doi.org/10.1787/97892640864
Office for Europe 87-8-en
Tedjawati, J.M. (Juli 2010). Pengembangan Zurek, A., Torquati, J., & Acar, I. (30 April
program pendidikan anak usia dini 2014). Scaffolding as a tool for environ-
(PAUD): Peran pemberdayaan kesejah- mental education in early childhood.
teraan keluarga dalam pos PAUD. International Journal of Early
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 16 Childhood Environmental Education,
(4). Diakses pada.22 Agustus 2014. Dari 2(1), 27-57. Retrieved from
http://litbang.kemdikbud.go.id/Data/s https://naaee.org/sites/default/files/ije
ekretariat/jurnal_dikbud/2011/Abstrak cee_21_winter_2014_issue_0.pdf
%20jurnaldikbud%20-%202011.pdf

Copyright © 2016, JPPM, Print ISSN: 2355-1615, Online ISSN: 2477-2992

Anda mungkin juga menyukai