Anda di halaman 1dari 10

| 39

Edukids volume 18 (1) tahun 2021


EDUKIDS: Jurnal Pertumbuhan, Perkembangan, dan Pendidikan Anak Usia Dini
ISSN: 2685-6409 (Online) 1693-5284 (Print)

Jln. Dr. Setiabudhi No. 229 Kota Bandung 40154. e-mail:edukid@upi.edu


website:http://ejournal.upi.edu/index.php/edukid
IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN WALDORF DI TAMAN
KANAK-KANAK
Oleh :

Siti Aminah, Mubiar Agustin, Rudiyanto


Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini
Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Pendidikan Indonesia
Indonesia
Email: siti.amie12@gmail.com
DOI: 10.17509/edukids.v18i1.24235

Abstrak: Pemilihan model pembelajaran merupakan hal yang sangat penting, karena
hal itu yang mampu mengoptimalkan seluruh aspek perkembangan anak. Waldorf
merupakan salah satu model pembelajaran yang dicetuskan oleh Rudolf Steiner.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana implementasi model
pembelajaran Waldorf. Model penelitian ini menggunaan metode studi kasus dengan
teknik analisis tematik atau thematic analysis. Penentuan subjek dilakukan dengan cara
purposive, yaitu tiga orang guru yang telah menggunakan model Waldorf. Metode
pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Hasil penelitian menyatakan bahwa model pembelajaran Waldorf
merupakan model pembelajaran yang dapat memerdekakan dan mengembangkan
potensi anak, dapat menumbuhkan willing, feeling, dan thinking pada anak. Pada tahap
perencanaan terdapat suatu ritme sebagai penyampai materi kegiatannya, dalam metode
perencanaan pembelajaran sering disampaikan melalui bernyanyi, mendongeng, free
play, dan kegiatan art and craft, media pembelajaran yang direncanakan terdapat open
ended toys guna melatih imajinasi anak secara tidak langsung. Pada tahap pelaksanaan
pembelajaran sangat berorientasi pada anak, dimana lebih mengutamakan free play dan
imitasi. Pada kegiatan pembelajarannya anak dibiarkan bermain bebas dan diizinkan
mengikuti kegiatan mainingfull activity bila anak mau, hal ini dilakukan guru untuk
melatih willing atau kehendak anak secara tidak langsung. Pada tahap penilaian ini
bertujuan untuk mengetahui sejauh mana perkembangan anak dan memberikan laporan
kepada orang tua anak tersebut. Implikasi terhadap penelitian ini diharapkan dapat
memperbaiki kondisi dalam mengimplementasikan model pembelajaran Waldorf agar
dapat mengoptimalkan tumbuh kembang anak.
Kata kunci : Guru, Model Pembelajaran, Waldorf

Abstract: The selection of learning model is very important, because it’s able to
optimize all aspects of children’s development. Waldorf is one of the learning model
originated by Rudolf Steiner. This study aims to find out how the Waldorf learning
model is implemented. This research model uses the case study method with thematic
analysis techniques. Subject selection is determined by purposive, with three teachers
who have used the Waldorf model. The methods of collecting data on this research is
observation, interview, and documentation. The results of the study stated that Waldorf
learning models are a model of learning that can be liberated and develop a child’s
potential, can cultivate willing, feeling, and thinking in children. At the planning stage
there’s a rhythm as the presenter of its activities. In methods of learning, planning are
40 | Siti Aminah, Mubiar Agustin, Rudiyanto. Implementasi Model Pembelajaran Model Waldorf Di
Taman Kanak-Kanak

often conveyed through singing, storytelling, free play, and art & craft activities,
planned learning media there are open ended toys that deliberately provided to train
the imagination of the child indirectly. This implementation stage of learning is very
child oriented, which is more prioritize free play and imitation. If the child will in his
learning activities they are allowed to play freely and permitted to follow mainingfull
activity, it’s done by teachers to train willing children indirectly. At this stage the
assessment aims to determine the extent of child’s development and give the child a
report to parent. The implications for this study are expected to improve conditions in
implementing Waldorf learning models in order to optimize child growth.
Keywords : Teacher, Learning Model, Waldorf

Copyright (c) 2021 Edukids: Jurnal Pertumbuhan, Perkembangan, dan Pendidikan Anak Usia Dini

Received April 28th 2020 , Accepted August 20th 2020, Published May 2th 2021

PENDAHULUAN suatu upaya pembinaan yang ditujukan


Pendidikan merupakan suatu hal kepada anak sejak lahir sampai usia
yang terpenting dalam kehidupan enam tahun yang dilakukan melalui
manusia. Dengan pendidikan, sikap dan pemberian rangsangan pendidikan untuk
perilaku manusia akan terus berkembang membantu pertumbuhan dan
sehingga mampu mendewasakan perkembangan jasmani dan rohani agar
manusia itu sendiri. Hal ini dikarenakan anak memiliki kesiapan dalam
pendidikan merupakan suatu upaya memasuki pendidikan lebih lanjut”.
dalam membangun kedewasaan manusia Pendidikan anak usia dini (PAUD)
melalui pengajaran dan juga pelatihan. merupakan salah satu jenjang
Menurut Djumransjah (2004, hlm. 22) pendidikan sebelum jenjang pendidikan
“pendidikan merupakan usaha manusia sekolah dasar, namun bukan merupakan
untuk menumbuhkan dan prasyarat untuk mengikuti pendidikan
mengembangkan potensi-potensi dasar. Pendidikan anak usia dini
pembawaan, baik jasmani rohani sesuai merupakan pendidikan yang memiliki
dengan nilai-nilai yang ada didalam prinsip belajar sambil bermain, dimana
masyarakat dan kebudayaan”. Oleh dalam setiap kegiatannya harus
karena itu agar manusia mampu menyenangkan bagi anak dan dalam
berkembang terus menuju kegiatannya pun tidak memaksakan
kedewasaannya, maka manusia harus kehendak anak sehingga membuat
memperoleh pendidikan, yang dimana mereka menjadi terpaksa atau bahkan
pendidikan tersebut dimulai dari sejak tertekan. Pendidikan anak usia dini
manusia lahir hingga manusia tersebut adalah pendidikan yang berpusat pada
meninggal dunia. anak serta adanya pendampingan orang
Dari banyaknya jenjang dewasa yang berperan sebagai fasilitator
pendidikan dalam kehidupan manusia, dan juga motivator dalam rangka
jenjang pendidikan pada anak usia dini membantu anak dalam mengembangkan
merupakan suatu hal yang terpenting, setiap aspek perkembangannya. Menurut
karena pendidikan anak usia dini Maddaleno & Infante (dalam Sujiono,
merupakan salah satu peletak dasar bagi 2012, hlm. 43) dikatakan bahwa
perkembangan individu. Hal ini sesuai ‘pembelajaran anak usia dini harus
dengan yang diutarakan oleh Undang- mengembangkan life skill anak yaitu
Undang Sistem Pendidikan Nasional keterampilan sosial, keterampilan
(2003, hlm. 4) yang mengatakan bahwa kognitif, dan keterampilan meniru
“Pendidikan anak usia dini merupakan emosi’. Dengan keterampilan-
Edukids: Jurnal Pertumbuhan, Perkembangan, dan Pendidikan Anak Usia Dini,Vol.18 (1) (2021) | 41

keterampilan hidup yang dikuasai anak, konsep pendidikan yang telah


diharapkan anak mampu bertahan hidup disesuaikan dengan kebudayaan dan
dan bertanggung jawab terhadap diri lingkungan lokal yang ada di Indonesia.
mereka sendiri. Adapun dalam pendidikannya, guru
Sudah menjadi suatu fakta, bahwa mencoba mengembalikan anak seperti
penyelenggaraan pendidikan anak fitrahnya, yakni dimana anak akan terus
usiadini di Indonesia kini tidak hanya tumbuh dan berkembang tanpa banyak
menggunakan kurikulum nasional saja, campur tangan dari para pendidiknya.
melainkan adapula beberapa sekolah Selain itu dalam segi pelaksanaanya,
Taman Kanak-Kanak yang kini kepala sekolah juga mengatakan bahwa
menggunakan berbagai macam kegiatan yang paling banyak dilakukan
pendekatan, yang dimana di dalamnya oleh anak-anak disana adalah
terdapat model-model pembelajaran mengimitasi guru, bermain, dan
yang pastinya berbeda satu sama lain, mendengarkan dongeng. Berbeda
salah satunya seperti pendekatan model dengan sekolah-sekolah pada umumnya
Montessori, Bank Street, dan Regio yang ada di Indonesia, yang dimana
Emila. Pendekatan-pendekatan tersebut pelaksanaanya seringkali mengintruksi
digunakan beberapa kalangan pendidik anak untuk melakukan berbagai
dengan alasan dan argumen yang bisa kegiatan, di TK Jagad Alit Waldorf
dipertanggung jawabkan, dan sudah School justru membiarkan anak bermain
barang tentu untuk kebaikan secara bebas (free play) tanpa adanya
perkembangan anak usia dini itu sendiri. intruksi sama sekali dari gurunya.
Salah satu pendekatan model Dengan cara-cara demikian sekolah
pembelajaran yang kini masuk ke Waldorf di Indonesia mengharapkan
Indonesia adalah sekolah dengan model anak-anaknya mampu tumbuh dengan
Waldorf yang salah satunya terdapat di penuh kesadaran dalam dirinya untuk
kota Bandung dengan nama TK Jagad melakukan berbagai hal, anak
Alit Waldorf School Bandung. diharapkan mampu terbangun kehendak
Berdasarkan hasil studi dalam dirinya, sehingga apa-apa yang
pendahuluan yang dilakukan oleh dilakukan oleh anak dapat menjadi
peneliti, melalui diskusi terbatas sesuatu yang menyenangkan untuk
bersama kepala sekolah TK tersebut dilakukan, sehingga ketika anak tumbuh
pada tanggal 8 Januari 2019, dewasa, anak dapat tumbuh menjadi
mengungkapkan bahwa, awal pribadi yang memiliki inisiatif dan
kemunculan sekolah tersebut berawal kehendak dalam diri, bukan tumbuh
dari munculnya para kelompok orang menjadi pribadi yang lemah dan gagal
dalam suatu komunitas yang dalam bertindak karena terlalu sering
memprakarsai dan menginisiasi mendapat intruksi di masa kecilnya dulu.
berdirinya sekolah Waldorf itu sendiri. Steiner (dalam Dewi, 2019, hlm.
Di Indonesia sendiri sekolah Waldorf 32), mengatakan bahwa Pendidikan
sudah muncul di tiga tempat, yaitu di Waldorf diberikan untuk
Jogja, Bali, dan juga Bandung. Kepala mengembangkan kehendak, rasa, dan
sekolah tersebut juga berpendapat bahwa akal/nalar melalui tangan, hati, dan
pendidikan Waldorf merupakan kepala. Kehendak (will) adalah dorongan
pendidikan yang holistik, yang untuk melakukan sesuatu. Dorongan ini
menyeluruh, yang bukan hanya bersifat murni dari dalam diri, tanpa
mengedepankan aspek intelegensia atau melibatkan orang lain. Proses
akademis saja, melainkan juga sebagai munculnya kehendak dimulai dari
pendidikan melalui tangan, hati, dan adanya insting, hingga kemudian
kepala, untuk menumbuhkan willing, menjadi suatu keputusan untuk
feeling, dan thinkning anak, melalui melakukan tindakan. Merasa (feeling)
42 | Siti Aminah, Mubiar Agustin, Rudiyanto. Implementasi Model Pembelajaran Model Waldorf Di
Taman Kanak-Kanak

merupakan suatu respon indera terhadap model pembelajaran Waldorf. 1)


rangsangan yang datang atau tindakan Konsep Model Pembelajaran Waldorf
yang dialami dan dikerjakan tubuh kita. Berdasarkan temuan lapangan,
Secara psikologis, merasa merupakan mengenai pemahaman guru terhadap
respon hati terhadap kesan-kesan yang model pembelajaran Waldorf, model
datang atau tindakan yang dialami dan pembelajaran Waldorf merupakan
dikerjakan tubuh kita. Berpikir model pembelajaran yang dapat
(thinking) adalah suatu kegiatan mental memerdekakan dan menumbuhkan
yang melibatkan kerja otak. Walaupun potensi anak. Hal ini serupa dengan apa
tidak bisa dipisahkan dari aktivitas kerja yang dikatakan oleh Schmitt-Stegmann 1
otak, pikiran manusia lebih dari sekedar (dalam Elmore 2018, hlm. 6) dikatakan
kerja organ tubuh yang disebut otak. bahwa model pembelajaran Waldorf
Kegiatan berpikir juga melibatkan sendiri adalah untuk membuka potensi
perasaan dan kehendak manusia. kehidupan nyata pada setiap anak secara
bertahap yang dibangun lewat
METODE lingkungan alam dan budaya manusia itu
Pendekatan yang digunakan sendiri. Ungkapan ini juga ternyata
dalam penelitian ini adalah kualitatif sejalan dengan apa yang disampaikan
dengan metode studi kasus. Menurut langsung oleh pendiri sekolah Waldorf,
Gunawan, (2013, hlm. 114) peneltian Rudolf Steiner (dalam Anita, 2011, hlm.
studi kasus adalah penelitian yang 7) bahwa melalui eksplorasi lingkungan,
dilakukan terhadap suatu objek, yang dapat membantu anak untuk
disebut sebagai kasus, yang dilakukan memperoleh setiap pemahamannya
secara seutuhnya, menyeluruh, dan salah satunya melalui pengalaman dan
mendalam dengan menggunakan juga proses berpikirnya. Hal ini secara
berbagai sumber data. tidak langsung dapat membuat anak
Dalam penelitian ini, peneliti menjadi merdeka dan dapat membuat
menggunakan teknik sampel purposive, anak tumbuh atas kehendaknya sendiri
yaitu suatu teknik pengambilan sampel tanpa adanya paksaan dari luar sehingga
sumber data dengan pertimbangan dapat menjadikan anak jauh lebih
tertentu (Sugiyono, 2013, hlm. 300). bertanggung jawab dan mandiri karena
Subjek dalam penelitian ini yaitu tiga anak terbiasa diajarkan untuk memilih
orang guru dari TK Jagad Alit Waldorf apa yang ingin dilakukannya. Model
School Bandung. Subjek dalam pembelajaran Waldorf juga dapat
penelitian ini yaitu empat orang tua yang menumbuhkan willing, feeling, dan
berbeda yang bertempat tingga di thinking pada anak. Ungkapan ketiga
Bandung. Metode pengumpulan data partisipan ini sejalan dengan apa yang
menggunakan metode observasi, dikatakan oleh Steiner (dalam Dewi,
wawancara, dan dokumentasi. 2019, hlm. 32), mengatakan bahwa,
pendidikan Waldorf diberikan untuk
HASIL DAN PEMBAHASAN mengembangkan kehendak, rasa, dan
Pada bagian ini, akan dibahas akal/nalar melalui tangan, hati, dan
mengenai temuan dan hasil penelitian kepala.
mengenai Implementasi model Sedangkan mengenai sejarah
pembelajaran Waldorf di TK Jagad Alit perkembangan model pembelajaran
Waldorf School Bandung, yang meliputi Waldorf yang ada di pusat, ibu KD
1) konsep model pembelajaran Waldorf, menceritakan bahwasaanya sejarah awal
2) perencanaan model pembelajaran berdirinya sekolah Waldorf bermula dari
Waldorf, 3) pelaksanaan model kusutnya politik sosial ekonomi di
pembelajaran Waldorf, 4) penilaian Jerman ketika saat itu, dan adanya
Edukids: Jurnal Pertumbuhan, Perkembangan, dan Pendidikan Anak Usia Dini,Vol.18 (1) (2021) | 43

keinginan Rudolf Steiner untuk merubah tahun ketiga pendidikan Waldorf


pola pikir masyarakat melalui menekankan perkembangan kognisi
pendidikan yang dibangun untuk para guna membangun pengalaman
anak karyawan yang ada pada pabrik emosional dan berdasarkan keinginan
tembakau milik Molt saat itu. Adapun sebelumnya.
mengenai sejarah perkembangan Adapun menurut partisipan
sekolah Waldorf yang ada di Indonesia terdapat 12 macam indera yang ada pada
sendiri, ketiga partisipan sepakat model pembelejajaran Waldorf, hal ini
bahwasannya berdirinya sekolah sejalan dengan apa yang dikatakan oleh
Waldorf di Indonesia bermula dari Brigss, A. (2012, hlm. 6) bahwa, indera
adanya perkumpulan komunitas yang pada usia 0-7 tahun terdiri dari 4 macam
sering mengadakan study group yang indera, yaitu indera sentuhan,
selalu membahas mengenai konsep kehidupan, gerakan, dan juga
pendidikan tersebut, lalu setelah study keseimbangan; lalu pada empat indera
group berjalan beberapa lama, mulailah berikutnya yakni pada usia 7-14 tahun
didirikan sekolah pendidikan anak usia terdapat indera mencium, rasa,
dini dengan model pembelajaran penglihatan, dan juga kehangatan; dan
Waldorf pertama di Indonesia yakni untuk keempat sisa inderanya pada usia
dengan cara bekerjasama dengan 14-21 tahun yang berhubungan dengan
lembaga Waldorf IASWEC, dan indera pendengaran, perkataan, pikiran,
terbentuklah sekolah Waldorf pertama dan indera aku-engkau.
yaitu Jagad Alit Waldorf School yang Dari hasil wawancara dan analisis
ada di Bandung, lalu diikuti dengan data, mengenai perbedaan atau ciri khas
berdirinya sekolah dengan model yang model pembelajaran Waldorf dengan
sama di daerah-daerah lain seperti pembelajaran di sekolah pada umumnya
Yogyakarta dan juga Bali. dapat disimpulkan bahwa terdapat
Pada dasarnya model beberapa perbedaan dan ciri khas salah
pembelajaran Waldorf membawa 3 satunya adalah sekolah Waldorf
aspek penting ke dalam prosesnya, mengantarkan sesuatu tidak melalui
dimana 3 aspek penting tersebut adalah kepala saja, melainkan juga melalui
willing, feeling, dan thinking, yang tangan, hati, dan kepala, sedangkan
berarti kehendak atau sesuatu yang dalam segi interiornya pun sekolah
muncul dalam diri dan lebih kuat dari dibangun sebisa mungkin layaknya
keinginan, perasaan dimana seseorang seperti rumah biasa dan bukan seperti
mampu menikmati apa yang dilakukan, sekolah pada umumnya begitupun
dilihat, didengar, dan dirasakan, dan juga dengan warna ruangan yang juga tidak
pemikiran suatu buah pemikiran hasil mencolok, adapun ciri khas lainnya dari
dari tangkapan indera yang diterima sekolah Waldorf ini adalah terdapatnya
anak, dimana ketiga aspek ini bertujuan ritme yang selalu sama dan berguna
untuk membangun pondasi anak agar ia untuk menyampaikan kegiatan yang ada,
siap menghadapi masa depannya. Hal ini lalu terdapat pula permainan open ended
sejalan dengan apa yang diungkapkan yang dapat melatih daya imajinasi anak,
oleh Mathisen, A. (2014, hlm. 14) bahwa dimana mainan yang disediakan juga
dalam pendidikan Waldorf terdapat berbahan alam dan tidak sedikit diambil
struktur perkembangan khusus akan dari barang bekas yang ada disekitar
perasaan dan pemikiran, dimana pada lingkungan, sedangkan dalam segi
fase pertama kehidupan, pendidikan penyampaiannya sekolah Waldorf
Waldorf diarahkan pada adanya mengajarkan anak dengan kelembutan
kehendak; lalu pada periode tujuh tahun dan tanpa adanya intruksi, membuat
kedua diarahkan menuju persepsi dan anak merasa aman dan nyaman sehingga
perasaan; sedangkan pada pada tujuh
44 | Siti Aminah, Mubiar Agustin, Rudiyanto. Implementasi Model Pembelajaran Model Waldorf Di
Taman Kanak-Kanak

anak merasa tidak belajar ketika mereka yang diambil dari Indonesianya sendiri
berada disekolah. adalah pada segi budayanya saja.
Adapun mengenai perbedaan Dalam segi bahan
model pembelajaran Waldorf yang ada materi/kegiatannya, sekolah Waldorf
di pusat dengan model pembelajaran memiliki suatu bahan tersendiri, yaitu
Waldorf yang ada di Indonesia dikatakan adanya ritme yang digunakan untuk
bahwa perbedaan tersebut terletak pada menyampaikan materi atau kegiatan
segi perayaan hari besarnya saja yang yang ada, dari hasil wawancara dan
berbeda, karena model pembelajaran analisis data, menurut para partisipan
tersebut perlu menyesuaikan dengan ritme merupakan suatu kegiatan
kultur dan budaya yang ada pada suatu fleksibel dan suatu penyampai materi
tempat yang didiaminya. kegiatan yang bertujuan untuk
2) Perencanaan model pembelajaran memberikan rasa aman dan rasa nyaman
Waldorf pada anak, sehingga anak tau apa yang
Adapun secara garis besar dari akan dan harus dilakukan setelah
hasil wawancara ketiga partisipan dapat kegiatan yang lain telah selesai
diperoleh bahwa tujuan dari model dilakukannya. Hal ini sesuai dengan apa
pembelajaran Waldorf adalah untuk yang disampaikan oleh Dewi (2019, hlm.
memerdekakan anak mewujudkan free 41), dikatakan bahwa ritme sendiri
human free being pada anak, seperti apa merupakan suatu rangkaian kegiatan
yang dikemukakan oleh Dewi (2019, yang teratur dilakukan berulang dalam
hlm. 11) bahwa tujuan dari pendidikan siklus harian, bulanan, ataupun tahunan.
Waldorf sendiri adalah untuk Keteraturan dan pengulangan kegiatan
mewujudkan individu yang mampu, yang sama akan membuat anak merasa
dalam diri dan dari diri mereka sendiri tentram.
dan dapat memberi makna bagi Mengenai rancangan metode
kehidupan mereka, sehingga anak dapat model pembelajaran, pemilihan metode
mengembangkan rasa antusias dan perencanaan pembelajaran yang ada di
kehendak dalam diri, sehingga sekolah Jagad Alit Waldorf School
diharapkan dengan sendirinya muncul cukup bervariasi dan menyenangkan
motivasi anak dalam belajar dan bagi anak. Metode pembelajaran dapat
melakukan berbagai hal tanpa adanya membantu anak untuk dapat tumbuh
rasa terpaksa dalam diri. sesuai tujuan yang ada. Metode
Mengenai rancangan bahan pembelajaran yang sering dilakukan oleh
materi/kegiatan model pembelajaran guru di sekolah Jagad Alit antara lain
Waldorf, ketiga partisipan adalah bernyanyi, mendongeng, free
mengungkapkan ketidaktahuan mereka play, adanya kegiatan art and craft dan
mengenai kurikulum pendidikan lainnya mampu membuat kegiatan
Indonesia dan mereka juga mengatakan pembelajaran menjadi lebih
bahwa tidak ada keterlibatan kurikulum menyenangkan bagi anak. Hal ini sejalan
Indonesia dengan model pendidikan dengan apa yang dikatakan oleh Luo, Lin
Waldorf itu sendiri, selain itu ibu KD (hlm. 7) bahwa pada tahap usia 0-7,
juga menambahkan bahwa anak-anak belajar melalui fisik yang
ketidakterlibatan kurikulum ini berpusat pada eksplorasi lingkungan,
dikarenakan kurikulum yang ada di permainan kreatif, cerita, lagu, dan
Indonesia cukup bertolak belakang meniru perilaku orang dewasa.
dengan model pembelajaran Waldorf Adapun mengenai rancangan
yang ada karena terlalu memfokuskan media/sumber belajar model
pada intelektual anak. Adapun adaptasi pembelajaran Waldorf, bahwasannya
media pembelajaran yang direncanakan
Edukids: Jurnal Pertumbuhan, Perkembangan, dan Pendidikan Anak Usia Dini,Vol.18 (1) (2021) | 45

dan digunakan dalam setiap Pada pengaturan kelasnya sendiri,


pembelajaran di Jagad Alit Waldorf semua anak dengan perbedaan usia
School Bandung, cukup bervariasi dan digabung menjadi satu dalam satu
terbilang sangat unik, dimana terdapat ruangan yang cukup besar dengan tiga
open ended toys yang sengaja disediakan orang guru sekaligus, hal ini bertujuan
guna melatih imajinasi anak secara tidak agar antar usia anak bisa saling belajar
langsung. satu sama lain, selain itu guru yang ada
Sedangkan hambatan dan solusi di dalam kelas semuanya berbaur sambil
dalam tahap perencanaan model melakukan berbagai kegiatan seperti
pembelajaran Waldorf salah satunya yang ada pada ritme yang sudah dibuat
adalah ketika guru harus menyusun dan agar memudahkan guru dalam
membuat circle time dan juga dongeng mengobservasi anak setiap harinya.
yang sesuai, dimana bagi mereka hal Adapun hambatan yang sering
tersebut merupakan sebuah tantangan, terjadi dalam tahap pelaksanaan ini
dan solusi yang biasa mereka ambil adalah ketika ada anak yang datang
adalah tidak membuat circle time atau terlambat dan perlu mendapatkan waktu
dongeng secara mendadak, dan bermainnya layaknya teman-teman yang
melakukan diskusi atau konsul kepada lain, dan juga ketika semua anak sedang
mentor mengenai circle dan dongeng seru-serunya bermain, sehingga waktu
yang telah mereka buat. untuk membereskan mainan dan ruangan
3) Pelaksanaan model pembelajaran menjadi semakin lama pula, dan hal itu
Waldorf pula lah yang membuat rangkaian waktu
Pada prinsipnya, kegiatan kegiatan yang sudah diatur sedemikian
pembelajaran yang dilaksanakan di rupa menjadi berubah dan hal tersebut
Jagad Alit Waldorf School sangat membuat guru perlu memutar otak agar
berorientasi pada anak dan lebih kegiatan dapat berjalan sesuai waktu
mengutamakan free play dan juga yang telah ditentukan, adapun solusi
imitasi, menurut Collins, Laura. Tanpa yang biasa diambil ketika situasi tersebut
tahun (hlm 2) dikatakan bahwa bayi dan terjadi adalah guru perlu lebih bersabar,
anak kecil mampu menyerap hal-hal dan mampu mengarahkan permainan
mengenai dunia melalui indera mereka agar semua anak terlebih anak yang telat
dengan cara imitasi, guru dan orang hadir bisa ikut bermain, sehingga tidak
dewasa sangat berperan dan bertanggung membuang banyak waktu karena anak
jawab untuk menciptakan lingkungan yang datang terlambat ingin bermain
yang layak ditiru oleh anak, dimana sendiri.
lingkungan harus membuat anak mampu Adapula kendala lain yang
mengimitasi melalui permainan bebas, biasanya sering terjadi pada saat
kreatif, dan bermakna. pelaksanaan yakni ketika terdapat
Pada pengaturan kelasnya sendiri, beberapa anak yang belum bisa
semua anak dengan perbedaan usia mengikuti, belum mau, dan tidak tertarik
digabung menjadi satu dalam satu dengan circle time, untuk solusi yang
ruangan yang cukup besar dengan tiga biasa guru ambil ketika hal ini terjadi
orang guru sekaligus, hal ini bertujuan adalah guru diharapkan mampu
agar antar usia anak bisa saling belajar menyesuaikan circle dengan usia anak
satu sama lain, selain itu guru yang ada yang berbeda-beda sehingga semuanya
di dalam kelas semuanya berbaur sambil usia dapat terakomodasi
melakukan berbagai kegiatan seperti perkembangannya.
yang ada pada ritme yang sudah dibuat 4) Penilaian model pembelajaran
agar memudahkan guru dalam Waldorf
mengobservasi anak setiap harinya. Berdasarkan wawancara, studi
dokumentasi yang dilakukan, indikator
46 | Siti Aminah, Mubiar Agustin, Rudiyanto. Implementasi Model Pembelajaran Model Waldorf Di
Taman Kanak-Kanak

penilaian pembelajaran di Jagad Alit semesternya dengan guru memberikan


Waldorf School Bandung berdasarkan buku cerita anak secara individual.
kepada ketiga aspek penting willing, Adapun mengenai tindak lanjut,
feeling, dan thinking, juga pada ke empat menurut kepala sekolah dan guru, anak-
indera yang ada. Berdasarkan anak di sekolah Jagad Alit tidak pernah
pengamatan peneliti, aspek-aspek yang diberikan suatu tugas atau PR atau
dinilai berasal dari setiap kegiatan dan kegiatan yang memberatkan anak, anak
apa yang dilakukan oleh anak. hanya dibiarkan tumbuh secara alamiah,
Adapun pada teknik penilaian sehingga tidak mewajibkan anak untuk
yang dilakukan di Jagad Alit Waldorf harus melakukan berbagai kegiatan
School Bandung adalah melalui dalam suatu waktu, namun walau dengan
observasi dan juga dokumentasi, begitu sampai saat ini kemampuan anak
penilaian itu dilakukan oleh semua guru sudah cukup berkembang dan terlihat
terhadap semua anak dan terkadang adanya kemajuan, sedangkan bagi anak
diadakan pula tes seperti school rediness yang mungkin masih kurang dan banyak
oleh konselor yang ada disekolah ketertinggalan dalam banyak aspeknya,
tersebut bagi anak yang memang guru mencoba semampunya terlebih
memerlukan perhatian khusus, hal ini dahulu untuk mengajak dan melatih anak
sejalan dengan apa yang dikatakan secara tidak langsung dalam aktivitas
dalam Emerson Waldorf School sehari-hari, namun bila guru merasa
Curriculum Guide (2015, hlm. 19) tidak mampu maka sekolah memberikan
bahwa penilaian pada usia TK dapat kesempatan kepada orang tua anak untuk
dilakukan menggunakan pengamatan mengikuti extra lesson atau tes yang
atau observasi dan juga dokumentasi, hal biasa dilakukan oleh konselor yang
ini juga didukung oleh pernyataan masih memiliki hubungan dengan
bahwa teknik penilaian pembelajaran sekolah Jagad Alit.
untuk anak usia dini antara lain adalah Sedangkan mengenai hambatan
menggunakan observasi, wawancara, dan solusi dalam tahap penilaiannya
kuisioner, sosiometri, catatan ankedot, seringkali terjadi, salah satunya adalah
pemeriksaan medis, kunjungan rumah, kesulitan guru dalam mengobservasi
penugasan, dan unjuk kerja, dimana anak secara detail, dimana guru juga
proses penilaian dilakukan secara terkadang lupa dengan data yang sudah
berkala intensif dan menyeluruh. mereka dapatkan, karena selain
Sedangkan mengenai peyusunan mengandalkan sedikit catatan, mereka
laporan penilaian yang digunakan di juga mengandalkan banyak ingatan
Jagad Alit Waldorf School Bandung untuk mengingat hasil observasi yang
adalah buku cerita anak yang berupa telah dilakukan pada beberapa anak, hal
uraian/narasi pada setiap aspeknya, dan ini terjadi karena guru memang tidak
terdapat pula hasil karya anak yang turut diharapkan mengobservasi anak secara
dijadikan penilaian, seperti hasil lukisan mendalam karena dikhawatirkan anak
dan juga hasil kerajinan tangan anak merasa tidak nyaman sehingga
berupa finger knitting. Adapun dalam mengganggu dan membuyarkan
segi penyampaiannya guru kegiatan yang sedang dilakukan anak,
menggunakan beberapa cara yaitu untuk solusi yang biasa guru ambil
melalui email secara general disetiap ketika hal tersebut terjadi adalah perlu
minggunya, yang berisikan mengenai adanya kerjasama atau saling membantu
kegiatan apa saja yang telah dilakukan antar ketiga guru yang ada, sehingga
anak dalam satu minggu tersebut, dan dapat saling melengkapi penialaian yang
yang kedua disampaikan pada tiap ada.
Edukids: Jurnal Pertumbuhan, Perkembangan, dan Pendidikan Anak Usia Dini,Vol.18 (1) (2021) | 47

Adapula kendala yang sering membuat kegiatan pembelajaran


terjadi adalah kebingungan guru ketika menjadi lebih menyenangkan bagi anak.
mengelompokkan hasil observasi yang Media pembelajaran yang direncanakan
ada, dimana ketika guru perlu dan digunakan dalam setiap
memasukkan setiap hasil observasi pada pembelajaran di Jagad Alit Waldorf
ketiga aspek dan keempat indera yang School Bandung, cukup bervariasi dan
ada, untuk solusinya biasanya guru terbilang sangat unik, dimana terdapat
melakukan diskusi dan memecahkan hal open ended toys yang sengaja disediakan
tersebut secara bersama-sama dan jalan guna melatih imajinasi anak secara tidak
terakhir bila guru masih tetap bingung langsung. Adapun mengenai bahan yang
dengan penilaian tersebut, maka digunakan, sekolah memanfaatkan
biasanya guru akan bertanya kepada bahan-bahan alam dan juga barang bekas
konselor mereka. yang tersedia dilingkungan sekitar yang
mudah didapat.
SIMPULAN Pada tahap pelaksanaan model
Berdasarkan penelitian yang telah pembelajaran ini menjelaskan bahwa
dilakukan pada guru yang berada pada pada prinsipnya, kegiatan pembelajaran
TK Jagad Alit Waldorf School Bandung yang dilaksanakan di Jagad Alit Waldorf
mengenai implementasi model School sangat berorientasi pada anak dan
pembelajaran Waldorf terdapat empat lebih mengutamakan free play dan juga
poin yang dapat disimpulkan, yaitu imitasi. Pada pengaturan kelasnya
sebagai berikut : sendiri, semua anak dengan perbedaan
Berdasarkan data yang diperoleh, usia digabung menjadi satu dalam satu
implementasi mengenai model ruangan yang cukup besar dengan tiga
pembelajaran ini merupakan model orang guru sekaligus. Pada kegiatan
pembelajaran yang dapat memerdekakan pembelajarannya anak dibiarkan
dan menumbuhkan potensi anak, dapat bermain bebas dan diizinkan mengikuti
menumbuhkan willing, feeling, dan kegiatan mainingfull activity bila anak
thinking pada anak. Model pembelajaran mau, hal ini dilakukan guru untuk
ini juga mampu membuat anak tumbuh melatih willing atau kehendak anak
sesuai dengan fitrahnya yang berarti secara tidak langsung.
anak dapat kembali ke jalan yang Sedangkan dalam tahap penilaian
seharusnya, dan mampu membuka ini, dari hasil penelitian para guru
segala potensi yang dimilikinya melalui mengungkapkan bahwa tujuan dari
kegiatan bermain bebas, sehingga penilaian itu sendiri adalah untuk
kehendak, rasa, dan akalnya dapat mengetahui sejauh mana tumbuh
terasah dengan baik melalui beragam perkembangan anak dan memberikan
kegiatan dan sarana yang diberikan oleh laporan kepada orang tua anak.
guru. Langkah-langkah penilaian yang
Pada tahap perencanaannya dilakukan pada model pembelajaran
terdapat suatu ritme sebagai penyampai Waldorf ini antara lain adalah adanya
materi kegiatannya. Pada pemilihan pembuatan laporan untuk orang tua, agar
metode perencanaan pembelajaran yang orang tua dapat mengetahui sejauh mana
ada di sekolah Jagad Alit Waldorf anaknya tumbuh dan berkembang.
School cukup bervariasi dan
menyenangkan bagi anak, dimana DAFTAR RUJUKAN
metode pembelajaran yang sering Brigss, Anita. 2012. The Twelve Senses
dilakukan oleh guru di sekolah Jagad And Their Transformation to
Alit antara lain adalah bernyanyi, HigherFaculties. Inner Mastery
mendongeng, free play, adanya kegiatan Tools.
art and craft dan lainnya mampu
48 | Siti Aminah, Mubiar Agustin, Rudiyanto. Implementasi Model Pembelajaran Model Waldorf Di
Taman Kanak-Kanak

http://www.innermasterytools.co
m/
Collins, Laura. Tanpa tahun. Whats is
Waldorf Education?. Sequoia
Farm School.
http://sequoiafarmschool.com/
Departemen Pendidikan Nasional. 2003.
Undang-Undang Sistem
Pendidikan Nasional dan
Peraturan Pelaksanaannya
Nomor 20 Tahun 2003. Jakarta :
DEPDIKNAS
Dewi, Keny. 2019. Pengenalan
Pendidikan Waldorf Usia 3-7
Tahun. Bandung
Djumransjah, H. M. 2004. Pengantar
Filsafat Pendidikan. Malang :
Bayumedia Publishing.
Elmore, Laura. 2018. Homework in
Waldorf Education. Waldorf
School of Bend.
https://www.bendwaldorf.com
Emerson Waldorf School. 2015.
Curriculum Guide.
https://static1.squarespace.com/
Gunawan, I. 2013. Metode Penilitian
Kualitatif Teori dan Praktek.
Jakarta : PT Bumi Aksara
Luo, Lin. 2018. Curricular Units on the
Old Testament Within Waldorf
Developmental Stages. Tennessee
: Vanderbilt University
Mathisen, Arve. 2014. Overview – Ideas
and Practices in Waldorf
Education. Norway : The
Norwegian Waldorf Federation.
http://arvema.com
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian
Pendidikan Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung : Alfabeta
Sujiono Y.N. 2012. Konsep Dasar
Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta : PT
Indeks

Anda mungkin juga menyukai