ISBN: 978-602-52060-4-7
ii
KATA PENGANTAR
Penulis,
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR ISI
Judul Buku i
Kata Pengantar iii
Daftar Gambar iv
Daftar Isi v
v
11. Hermeneutik dalam Alkitab 94
12. Analisis Data Melalui NVivo Queries 105
vi
Bab 1
Masalah Dan Fokus Dalam
Penelitian Kualitatif
1
Dalam usulan penelitian, sebaiknya masalah tersebut perlu
ditunjukkan dengan data. Data tentang masalah bisa berasal dari
dokumentasi hasil penelitian, pengawasan, evaluasi, pengamatan
pendahuluan, dan pernyataan orang-orang yang dapat dipercaya.
Namun perlu diingat bahwa masalah dalam penelitian kualitatif
ditampilkan apa adanya tanpa ada intervensi data penelitian dan
pengkondisian data di lapangan (setting). Hal ini yang menyebab-
kan peneliti dapat terjebak ke dalam penelitian kuantitatif padahal
sesungguhnya yang dikehendaki adalah penelitian kualitatif.
2
itu sendiri. Jawabannya selalu ada pada bagaimana sesungguhnya
persoalan-persoalan itu dilihat tidak sekadar hukum objektif-
positivistik akan tetapi lebih kepada jawaban yang bermakna
sosiologis (Bungin, 2015).
B. Fokus Penelitian
3
Luasnya masalah dalam penelitian kualitatif, maka peneliti
akan membatasi penelitian dalam satu atau lebih variabel. Dengan
demikian dalam penelitian kuantitatif ada yang disebut batasan
masalah. Batasan masalah dalam penelitian kualitatif disebut
dengan fokus, yang berisi pokok masalah yang masih bersifat
umum. Batasan masalah dan fokus dapat digambarkan seperti
gambar 1 berikut.
Objek penelitian
12 variabel
A B C D E F
G H G H I J
A E
4
fokus itu merupakan domain tunggal atau beberapa domain yang
terkait dari situasi sosial. Dalam penelitian kualitatif, penentuan
fokus dalam proposal lebih didasarkan pada tingkat kebaruan
informasi yang akan diperoleh dari situasi sosial (lapangan).
Aktivitas (At)
Situasi
Sosial
(KS)
At At At
KS 2
A P A P A P
At
KS
A P
Gambar 1.2. Menentukan Fokus (satu domain)
5
Kebaruan informasi itu bisa berupa upaya untuk memahami
secara lebih luas dan mendalam tentang situasi sosial dalam
lembaga pendidikan, tetapi juga ada keinginan untuk menghasilkan
hipotesis atau ilmu baru dari situasi sosial yang diteliti. Fokus yang
sebenarnya dalam penelitian kualitatif diperoleh setelah peneliti
melakukan grand tour observation dan grand tour question atau
yang disebut dengan penjelajahan umum. Dari penjelajahan umum
ini peneliti akan memperoleh gambaran umum menyeluruh yang
masih pada tahap permukaan tentang situasi sosial. Untuk dapat
memahami secara lebih luas dan mendalam, maka diperlukan
pemilihan fokus penelitian (Sugiyono, 2014).
6
secara mendalam dan tuntas. Peneliti sosial diharapkan jeli dan
peka menangkap fenomenan-fenomenan yang muncul dalam
ranah kehidupan sosial (Bungin, 2015).
7
berperan sangat penting dalam memandang dan mengarahkan
penelitian.
8
Bab 2
Populasi dan Sampel
9
Place/Tempat
Social
Situation
Activity/
Aktor/orang
aktivitas
Gambar 2.1. Situasi Sosial (Social Situation)
10
reduksi
Populasi
sampel
generalisasi
11
B
A E
C
12
Oleh karena itu probability sampling, yang mensyaratkan
pemilihan sampel dilakukan secara acak dan dilakukan secara
objektif, dalam arti tidak didasarkan semata-mata pada keinginan
peneliti, sehingga setiap anggota populasi memiliki kesempatan
tertentu untuk terpilih sebagai sampel, kurang relevan atau kurang
tepat dilakukan dalam penelitian kualitatif.
13
kualitatif, yakni: a) pemilihan sampel awal, apakah itu informan
(untuk diwawancarai) atau suatu situasi sosial (untuk diobservasi)
yang terkait dengan fokus penelitian; b) pemilihan sampel lanjutan
guna memperluas deskripsi informasi dan melacak variasi informasi
yang mungkin ada; c) menghentikan pemilihan sampel lanjutan
bilamana dianggap sudah tidak ditemukan lagi variasi informasi
(sudah terjadi replikasi perolehan informasi). Dalam menempuh tiga
tahapan tersebut, prosedur pemilihan sampel dalam penelitian
kualitatif yang lazim digunakan adalah melalui teknik snowball
sampling.
14
“belajar” sebanyak mungkin dari subjek yang berfungsi sebagai
“guru baru” bagi peneliti. Pengalaman menunjukkan,
persyaratan ini terbukti merupakan salah satu faktor penting dari
produktivitas perolehan informasi di lapangan.
15
5) Situasi sosial yang tergolong tidak menimbulkan gangguan
situasi apabila observasi (unobstrusiveness) berjalan secara
wajar dan alamiah. Hasilnya tentu akan lebih baik bilamana
peneliti mampu “menyamarkan” kehadirannya dalam situasi
sosial tersebut.
16
Penentuan sampel dalam penelitian kualitatif sangat tepat
jika didasarkan pada tujuan atau masalah penelitian, yang
menggunakan pertimbangan-pertimbangan dari peneliti itu sendiri,
dalam rangka memperoleh ketepatan dan kecukupan informasi
yang dibutuhkan sesuai dengan tujuan atau masalah yang dikaji.
Sehingga penarikan sampel yang tepat adalah penarikan sampel
berdasarkan tujuan (judgement sampling atau purposive sampling
atau snowball sampling). Penentuan sampel berdasarkan tujuan,
adalah “memilih kasus yang kaya informasi untuk diteliti secara
mendalam.” (Patton, 1990), ketika seseorang ingin memahami
sesuatu tentang kasus tersebut tanpa harus melakukan
generalisasi terhadap semua kasus yang sama. Penentuan sampel
berdasarkan tujuan dilakukan untuk meningkatkan kegunaan
informasi yang didapat dari sampel yang kecil. Penentuan sampel
berdasarkan tujuan mengharuskan bahwa informasi yang didapat
tentang variasi diantara sub unit sebelum sampel dipilih. Penelitian
kemudian mencari orang, kelompok, tempat, kejadian untuk diteliti
yang dapat memberikan banyak informasi.
17
demikian jumlah sampel sumber data akan semakin besar, seperti
bola salju yang menggelinding, lama-lama menjadi besar.
18
is forth-coming from newly sampled units; thus redundancy is the
primary criterion.”
Dalam hubungan ini, Nasution (1988) menjelaskan bahwa
penentuan unit sampel (responden) dianggap telah sampai kepada
taraf redundancy ( datanya telah jenuh, ditambah sampel lagi tidak
memberikan informasi yang baru), artinya bahwa dengan
menggunakan sumber data selanjutnya boleh dikatakan tidak lagi
diperoleh tambahan informasi baru yang berarti.
Dalam proposal penelitian kualitatif, sampel sumber data
yang dikemukakan masih bersifat sementara. Namun demikian
pembuat proposal perlu menyebutkan siapa yang kemungkinan
akan digunakan sebagai sumber data. Misalnya akan meneliti gaya
belajar anak jenius, maka kemungkinan sampel sumber datanya
adalah orang-orang yang dianggap jenius, keluarga, guru yang
membimbing, serta kawan-kawan dekatnya. Selanjutnya misalnya
meneliti tentang gaya kepemimpinan seseorang, maka
kemungkinan sampel sumber datanya adalah pimpinan yang
bersangkutan, bawahan, atasan, dan teman sejawatnya yang
dianggap paling tahu tentang gaya kepemimpinan yang diteliti.
Teknik pengambilan sampel sumber data dalam penelitian
kualitatif yang bersifat purposive dan snowball itu dapat
digambarkan seperti 2.4. berikut.
I
G J
B
H
A D E
C F
19
Informan awal ini sebaiknya dipilih orang yang bisa “membukakan
pintu” untuk mengenali keseluruhan medan secara luas (mereka
yang tertolong gatekeepers dan knowledgeable informant/informan
yang cerdas). Selanjutnya oleh A disarankan ke B dan C. Dari C
dan B belum memperoleh data yang lengkap, maka peneliti ke F
dan G. dari F dan G belum memperolah data yang akurat, maka
peneliti pergi ke E, selanjutnya ke H, ke G, ke I terakhir ke J. Setelah
sampai J data sudah jenuh, sehingga sampel sumber data sudah
mencukupi, dan tidak perlu menambah sampel yang baru
(Sugiyono, 2014).
20
BAB 3
Instrumen Dan Pembangkitan Data
A. Instrumen Penelitian
21
peneliti memasuki objek penelitian. Selain itu dalam memandang
realitas, penelitian kualitatif berasumsi bahwa realitas itu bersifat
holistik (menyeluruh), dinamis, tidak dapat dipisah-pisahkan ke
dalam variabel-variabel penelitian. Kalaupun dapat dipisah-
pisahkan, variabelnya akan banyak sekali. Dengan demikian dalam
penelitian kualitatif ini belum dapat dikembangkan instrumen
penelitian sebelum masalah yang diteliti jelas sama sekali. Oleh
karena itu dalam penelitian kualitatif “the researcher is the key
instrumen”. Peneliti adalah merupakan instrumen kunci dalam
penelitian kualitatif (Sugiyono, 2014).
22
Dalam penelitian kualitatif instrumen utamanya adalah
peneliti sendiri, namun selanjutnya setelah fokus penelitian menjadi
jelas, maka kemungkinan akan dikembangkan instrumen penelitian
sederhana, yang diharapkan dapat melengkapi data dan
membandingkan dengan data yang telah ditemukan melalui
observasi dan wawancara. Peneliti akan terjun ke lapangan sendiri,
baik pada grand tour question, tahap focused and selection,
melakukan pembangkitan data, analisis dan membuat kesimpulan.
23
yang lain, bahkan yang bertentangan dipakai untuk memper-
tinggi tingkat kepercayaan dan tingkat pemahaman mengenai
aspek yang diteliti.
B. Pembangkitan Data
Observasi
Wawancara
Macam teknik
pembangkitan
data Dokumentasi
Trigulasi/gabungan
24
Hanurawan (2016), metode pengumpulan data atau
pembangkitan data itu dapat dipilih salah satu atau dapat dipilih
lebih dari satu secara simultan. Pemilihan lebih dari satu alat
pengumpul data atau pembangkit data dimungkinkan karena
penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan metode
bervariasi, termasuk dalam bervariasi dalam membangkitkan data.
Dalam pengumpulan data sangat bergantung pada latar masalah,
tujuan, dan kebutuhan penelitian.
25
Keempat, analisis data induktif dan deduktif (induktive
and deductive data analysis): para peneliti kualitatif membangun
pola kategori dan temanya dari bawah ke atas induktif dengan
mengolah data ke dalam unit-unit informasi yang lebih abstrak.
Proses induktif ini mengilustrasikan usaha peneliti dalam mengelola
secara berulang-ulang tema dan database penelitian hingga peneliti
berhasil membangun serangkaian tema yang utuh. Kemudian
secara deduktif, para peneliti melihat kembali mereka dari tema-
tema untuk menentukan apakah lebih banyak bukti dapat
mendukung setiap tema dan apakah mereka perlu menggabungkan
informasi tambahan. Dengan demikian, ketika proses dimulai
secara induktif, pemikiran deduktif juga berperan penting ketika
analisis bergerak maju.
26
Kedelapan, pandangan menyeluruh (holistic account): para
peneliti kualitatif berusaha membuat gambaran kompleks dari suatu
masalah atau isu yang diteliti hal ini melibatkan usaha pelaporan
perspektif-perspektif pengindentifikasian faktor-faktor yang terkait
dengan situasi tertentu, dan secara umum usaha membuat sketsa
atau gambar yang besar yang muncul untuk itulah para peneliti
kualitatif diharapkan dapat membuat suatu model visual dari
berbagai aspek mengenai proses atau fenomena utama yang
diteliti. Model inilah yang akan membantu mereka membangun
gambaran holistik.
a. Macam-macam Observasi
Semua jenis data ini memiliki satu aspek kunci secara umum
analisisnya terutama tergantung pada keterampilan integratif dan
interpretatif dari peneliti interpretasi diperlukan karena data yang
dikumpulkan jarang berbentuk angka yang karena data kaya rincian
dan panjang (Gay & Airasian, 2000).
27
those behavior’’. Melalui observasi, peneliti belajar tentang prilaku,
dan makna dari perilaku tersebut.
28
lingkungannya yang alami, demikian pula observasi partisipan
memberikan kesempatan yang luas bagi peneliti sebagai anggota
dalam masyarakat tersebut untuk mengamati aspek-aspek perilaku
yang tersembunyi atau tertutup dan dapat memahami perilaku
individunya dalam bentuk yang lebih dalam dan dapat membaca
makna-makna yang terlukis dari wajah individunya dan dapat
mendiskusikan topik-topik yang dirasakan tidak mungkin dilakukan
oleh peneliti asing dari masyarakat yang dijauhinya di pihak lain
observasi partisipan juga mempunyai beberapa kritikan diantaranya
yang terpenting adalah bias dalam data yang terkumpul munculnya
masalah etika seperti menurut peneliti sebagai “mata-mata”
terhadap suatu kelompok yang tidak diketahui identitas sebenarnya
dan pada dasarnya teknik ini sulit untuk diterapkan di samping
keterampilan yang tinggi yang diperlukan nya seperti kemampuan
untuk masuk ke dalam suatu kelompok masyarakat tanpa
menimbulkan kecurigaan dan ketakutan yang menghadapkan
peneliti pada bahaya-bahaya yang kadangkala dapat
menyerangnya bila identitas atau profesi sebenarnya dapat
diketahui masyarakat (Emzir, 2016).
29
memahami hakikat situasi atau dalam memahami semua aspek dari
topik penelitian karena peneliti tidak dapat membaca makna yang
terkandung dalam perilaku gerak ungkapan dan wajah mereka
(Emzir, 2016).
30
b) Partisipasi moderat (moderate participation): means that the
research maintains a balance between being insider and being
outsider. Dalam observasi ini terdapat keseimbangan antara
peneliti menjadi orang dalam dengan orang luar. Peneliti dalam
mengumpulkan data ikut observasi partisipatif dalam beberapa
kegiatan, tetapi tidak semuanya.
31
Observasi tidak terstruktur adalah observasi yang tidak
dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan diobservasi.
Hal ini dilakukan karena peneliti tidak tahu secara pasti tentang apa
yang akan diamati. Dalam melakukan pengamatan peneliti tidak
menggunakan instrument yang telah baku, tetapi hanya berupa
rambu-rambu pengamatan.
b. Manfaat Observasi
32
5) Dengan observasi, peneliti dapat menemukan hal-hal yang di
luar persepsi responden, sehingga peneliti memperoleh gambar-
an yang lebih komprehensif;
c. Objek Observasi
Objek penelitian dalam penelitian kualitatif yang diobservasi
menurut Spradley dinamakan situasi sosial, yang terdiri atas tiga
komponen yaitu place (tempat), actor (pelaku), dan activities
(aktivitas).
1) Place, atau dimana tempat interaksi dalam situasi sosial sedang
berlangsung. Dalam pendidikan bisa diruang kelas dan bengkel.
2) Actor, pelaku atau orang-orang yang sedang memainkan peran
tertentu, seperti guru, kepala sekolah, pengawas, orang tua
murid.
3) Activity, atau kegiatan yang dilakukan oleh aktor dalam situasi
sosial yang sedang berlangsung, seperti kegiatan belajar
mengajar.
Sugiyono (2014), tiga elemen tersebut, dapat diperluas,
sehingga apa yang dapat kita amati adalah:
1) Space: the physical: ruang dalam aspek fisiknya;
2) Actor: the people involve: yaitu semua orang yang terlibat dalam
situasi social;
3) Activity: a set of related acts people do: seperangkat kegiatan
yang dilakukan orang;
4) Object: the physical things that are present: yaitu benda-benda
yang terdapat ditempat itu;
5) Act: single actions that people do, yaitu perbuatan atau tindakan-
tindakan tertentu;
6) Event: a set of related activities that people carry out, yaitu
rangkaian aktivitas yang dikerjakan orang-orang;
7) Time: the sequencing that takes place over time, yaitu urutan
kegiatan;
33
8) Goal: the things people are trying to occomplish, yaitu tujuan
yang ingin dicapai orang-orang;
9) Feeling: the emotion felt and expressed, emosi yang dirasakan
dan diekspresikan oleh orang-orang.
Dalam melakukan pengamatan kita dapat menentukan pola
sendiri, berdasarkan pola diatas. Misalnya akan melakukan
pengamatan terhadap situasi sosial bidang pendidikan, maka place
nya adalah lingkungan fisik sekolah, actor nya adalah para guru,
kepala sekolah, murid dan orang-orang yang ada dilingkungan
dengan segala karakteristiknya, activiti nya adalah kegiatan belajar
mengajar, pelaksanaan manajemen sekolah, komunikasi sekolah
dengan lingkungan dan lain-lain.
d. Kelebihan dan Kekurangan Observasi
Emzir (2016), apabila peneliti menggunakan instrumen ini
peneliti akan menemukan bahwa observasi mempunyai kelebihan
sebagai berikut:
34
Emzir (2016), teknik observasi juga mempunyai beberapa
kelemahan diantaranya: Pertama, kadang-kadang ketergantungan
individu pada topik penelitian diberikan penelitian dapat
memberikan dampak tidak baik. Misalnya ketika mereka merasa
bahwa perilaku mereka diawasi; Kedua, adalah hal sulit terjadinya
suatu kejadian yang dapat diperkirakan sebelumnya agar peneliti
hadir pada waktu itu kebanyakan waktu menunggu memakan waktu
lama; Ketiga, sebagian kadang-kadang terhambat oleh faktor-faktor
yang tidak diharapkan proses pelaksanaan observasi seperti
perubahan cuaca dan terjadi kejadian-kejadian lain sebagai
pengganti; Keempat, teknik ini sangat terikat pada waktu waktu dan
tempat kadang-kadang kejadian dalam waktu tahunan atau terjadi
pada berbagai tempat yang menjadikan tugas peneliti sulit; Kelima,
diketahui bahwa terdapat sebagian kejadian yang tidak mungkin
diamati secara langsung yang hanya dapat diperoleh informasinya
melalui surat-menyurat atau wawancara pribadi seperti kejadian-
kejadian yang berhubungan dengan kehidupan pribadi individu
e. Tahapan Observasi
Menurut Spradley (1980), Tahapan observasi ada tiga yaitu
1) observasi deskriptif, 2) observasi terfokus 3) observasi terseleksi.
Tahap observasi memiliki tiga tahap yaitu tahap deskripsi yaitu
memasuki situasi sosial yang terdiri atas adanya tempat, aktor, dan
aktivitas. Pada tahap ini data masih acak dan beragam sehingga
perlu dilakukan reduksi. Pada tahap reduksi adalah menentukan
fokus dengan memilih diantara yang telah dideskripsikan sehingga
data yang beragam sudah mulai terfokus. Selanjutnya memasuki
tahap seleksi dilakukan proses mengurai fokus menjadi komponen
yang lebih rinci.
1) Observasi deskriptif
Observasi deskriptif dilakukan penelitian pada saat
memasuki situasi sosial tertentu sebagai objek penelitian. Pada
tahap ini peneliti belum membawa masalah yang akan diteliti, maka
peneliti melakukan penjelajahan umum, dan menyeluruh,
melakukan deskripsi terhadap semua yang dilihat, didengar, dan
dirasakan. Oleh karena itu, hasil dari observasi ini disimpulkan
35
dalam keadaan yang belum tertata. Observasi tahap ini sering
disebut sebagai grand tour observation, dan peneliti menghasilkan
kesimpulan pertama. Bila dilihat dari segi analisis maka peneliti
melakukan analisis maka peneliti melakukan analisis domain,
sehingga mampu mendeskripsikan terhadap semua yang ditemui
(Sugiyono, 2014).
2) Observasi Terfokus
Observasi terfokus pada tahap ini peneliti sudah melakukan mini
tour observation yaitu suatu observasi yang telah dipersempit untuk
difokuskan pada aspek tertentu. Observasi ini juga dinamakan
observasi terfokus karena pada tahap ini peneliti melakukan analisis
taksonomi sehingga dapat menemukan fokus (Sugiyono, 2014)
3) Observasi Terseleksi
Observasi seleksi pada tahap observasi ini meneliti telah
menguraikan fokus yang ditemukan sehingga datanya lebih rinci
dengan melakukan analisis komponensial terhadap fokus maka
pada tahap ini peneliti telah menemukan karakteristik kontras
kontras atau perbedaan dan kesamaan terkategori serta
menemukan hubungan antara satu kategori dengan kategori yang
lain pada tahap ini diharapkan peneliti telah dapat menemukan
pemahaman yang dalam atau hipotesis (Sugiyono, 2014).
2. Pembangkitan Data dengan Wawancara
Wawancara digunakan sebagai teknik pembangkitan data
apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk
menemukan permasalahan yang harus diteliti tetapi juga apabila
peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih
mendalam ini pengumpulan data ini berdasarkan diri pada laporan
tentang diri sendiri atau self-report atau setidaknya pada
pengetahuan dan atau keyakinan pribadi.
36
Gambar 3.3. Hubungan antara tahap penelitian dengan waktu
Yang diperlukan untuk observasi (Sugiyono, 2014).
37
a. Macam-macam Wawancara
38
3) Wawancara tak berstruktur (unstructured interview)
39
kontak pribadi, oleh karena itu pewawancara perlu memahami
situasi dan kondisi sehingga dapat memilih waktu yang tepat kapan
dan di mana melakukan wawancara. Pada saat responden sedang
sibuk bekerja, sedang mempunyai masalah berat, sedang mulai
istirahat, sedang tidak sehat, atau sedang marah, maka harus hati-
hati dalam melakukan wawancara. Kalau dipaksakan wawancara
dalam kondisi seperti itu, maka akan menghasilkan data yang tidak
valid dan akurat.
b. Langkah-langkah Wawancara
40
5) Mengkonfirmasikan hasil wawancara dan mengakhirinya
6) Menuliskan hasil wawancara ke dalam catatan lapangan
7) Mengidentifikasi tindak lanjut hasil wawancara yang telah
diperoleh.
41
Contoh, sepertinya ada masalah, apa yang sedang anda
rasakan? Bagaimana rasanya menjadi relawan di Aceh?
42
mengatur lalu lintas supaya tidak macet? Bagaimana cara
penerimaan pegawai yang bebas dari KKN?
d. Alat-alat Wawancara
43
mencatat data hasil wawancara. Untuk saat ini sudah ada juga
aplikasi pada handphone yang bisa mengubah suara menjadi
kata-kata secara jelas.
44
memungkinkan untuk diulang-ulang pada kesempatan lain
apabila diperlukan.
45
Keempat, wawancara membekali peneliti dengan informasi
tambahan untuk memperkuat data yang diperoleh melalui
instrumen lain.
Kelima, kadang-kadang peneliti menggunakan wawancara
bersama-sama dengan observasi untuk memperkuat validitas data
yang diperoleh melalui informasi.
Keenam, wawancara merupakan satu-satunya instrumen
untuk pengumpulan data pada masyarakat buta huruf.
Di samping kelebihan di atas wawancara juga mempunyai
kelemahan diantaranya adalah sebagai berikut:
Pertama, keberhasilan wawancara sangat tergantung pada
kemauan informan dalam bekerja sama dan memberikan informasi
yang dapat dipercaya dan teliti. Kedua, wawancara terpengaruh
oleh keadaan diri dan faktor-faktor lain yang memengaruhi pribadi
yang melakukan wawancara atau informan atau keduanya
sekaligus dan selanjutnya mengandung bias pribadi yang sangat
tinggi pada data atau subjektivitas pribadi pada data. Ketiga,
wawancara terpengaruh oleh antusias informan pada dirinya
keinginannya untuk tampil positif, keragu-raguannya dalam
memberikan informasi, dan motivasinya untuk disukai orang yang
melakukan wawancara. Berdasarkan hal ini, kita mengingatkan
peneliti bahwa setiap informan mewarnai kebenaran atau hakikat
yang dibicarakannya sesuai dengan yang disangkanya benar.
46
yang buta huruf tidak semua proyek penelitian akan memiliki
dokumen-dokumen lokasi yang tersedia (Emzir, 2016).
4. Triangulasi
47
fenomena, tetapi lebih pada peningkatan pemahaman peneliti
terhadap apa yang telah ditemukan. Selanjutnya Bogdan
menyatakan “ what the qualitative researcher is interested in is not
truth per se, but rather perspectives. Thus, rather than trying to
determine the “truth” of people’s perceptions, the purpose of
corroboration is to help researchers increase their understanding
and the probability that their finding will be seen as credible or
worthy of concideration by others"
Observasi
partisipatif
Wawancara
Sumber
mendalam
Data
sama
Dokumentasi
A
Wawancara
mendalam
B
48
Teknik triangulasi lebih mengutamakan efektivitas proses
dan hasil yang diinginkan. Oleh karena itu, triangulasi dapat
dilakukan dengan menguji apakah proses dan hasil metode yang
digunakan sudah berjalan dengan baik. Seperti (1) Umpamanya
peneliti menggunakan wawancara mendalam dan observasi
partisipasi untuk pengumpulan data. Pastikan apakah setiap hari
telah terhimpun catatan harian wawancara dengan informan serta
catatan harian observasi. (2) Setelah itu dilakukan uji silang
terhadap materi catatan-catatan harian itu untuk memastikan tidak
ada informasi yang bertentangan antara catatan harian wawancara
dan catatan harian observasi. Apabila ternyata antara catatan
harian kedua metode ada yang tidak relevan, peneliti harus
menginformasikan perbedaan itu kepada informan. (3) Hasil
konfirmasi itu perlu diuji lagi dengan informasi-informasi
sebelumnya karena bisa jadi hasil konermasi itu bertentangan
dengan informasi-informasi yang telah dihimpun sebelumnya dari
informan atau dari sumber-sumber lain. Apabila ada yang berbeda,
penelitian terus menelusuri perbedaan-perbedaan itu sampai
penelitian menemukan sumber perbedaan dan materi
perbedaannya, kemudian dilakukan konfirmasi dengan informan
dan sumber-sumber lain.
49
pemahaman warna biru antara informan dan peneliti. Begitu pula
pada hal-hal lain yang dapat menimbulkan pemaknaan ganda oleh
informan maupun peneliti. Untuk masalah seperti ini, triangulasi
dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu pertama, dilakukan setelah
wawancara atau observasi dilakukan. Peneliti langsung, melakukan
uji pemahaman kepada informan. Namun, apabila wawancara itu
akan dilakukan beberapa kali, di mana peneliti sendiri belum bisa
memastikan kapan wawancara itu akan berakhir, uji pemahaman
akan dilakukan pada wawancara berikutnya. Uji pemahaman dapat
pula dilakukan di akhir penelitian ketika semua informan sudah
dipresentasikan dalam draf laporan, kemudian sebelum hasil
penelitian itu dipublikasikan, peneliti dapat meminta informan untuk
membaca kembali draf laporan penelitian itu. Langkah yang terakhir
ini biasanya yang paling komprehensif bagi informan untuk menguji
apakah semua informasi yang diberikan dipahami secara benar
oleh peneliti berdasarkan apa yang dimaksudkan pula oleh
informan. Langkah yang terakhir ini pula bermanfaat untuk
mengonfirmasikan berbagai informasi yang peneliti peroleh dari
informan lain bahkan sumber-sumber lain kerena bisa jadi pada
tahap akhir semacam ini masih ada saja perbedaan-perbedaan
informasi maupun pemaknaan informasi yang terjadi di antara
kedua (berbagai) belah pihak.
50
BAB 4
Teknik Analisis Data
A. Pendahuluan
51
arranging the interview transcripsts, fieldnotes, and other materials
that you accumulate to increase your own understanding of them
and to enable you to present what you have discovered to others”.
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan
lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah
dipahami,dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.
Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data,
menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun
ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan
dipelajari, dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada
orang lain.
52
yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah
difahami oleh diri sendiri maupun orang lain (Sgiyono, 2014).
53
masuk dan selama di lapangan. Jadi ibarat seseorang ingin mencari
pohon jati di suatu hutan. Berdasarkan karakteristik tanah dan iklim,
maka dapat diduga bahwa hutan tersebut ada pohon jatinya. Oleh
karena itu peneliti dalam membuat proposal penelitian, fokusnya
adalah ingin menemukan pohon jati pada hutan tersebut, berikut
karakteristiknya.
54
Langkah-langkah analisis ditunjukkan pada gambar 4.1.
berikut.
Periode pengumpulan
………………………………...
Reduksi data
Display data
ANALISIS
Selama Setelah
Kesimpulan/vertifikasi
Selama Setelah
data data
collection Display
data
reduction
conclusions:drawing/
verifyng
55
a. Reduction Data (Reduksi Data)
56
data dalam suatu cara di mana kesimpulan akhir dapat
digambarkan dan diverifikasikan (Emzir, 2016). Sugiyono (2014),
Reduksi data merupakan proses berpikir sensitif yang memerlukan
kecerdasan dan keluasan dan kedalaman wawasan yang tinggi.
Bagi peneliti yang masih baru, dalam melakukan reduksi data dapat
mendiskusikan pada teman atau orang lain, yang dipandang ahli.
Melalui diskusi, itu maka wawasan peneliti akan berkembang,
sehinga dapat mereduksi data-data yang memiliki nilai temuan dan
pengembangan teori yang signifikan. Oleh karena itu, proses
reduksi data adalah proses ketat yang dilakukan oleh peneliti untuk
mereduksi data-data untuk menghasilkan data-data yang memiliki
nilai temuan dan kebaruan dalam pengembangan teori yang dapat
digambarkan dan diverifikasikan serta disimpulkan.
Hasil pengumpulan data tersebut tentu saja perlu direduksi
(data reduction). Istilah reduksi data dalam penelitian kualitatif dapat
disejajarkan maknanya dengan istilah pengelolaan data (mulai dari
editing, koding, hingga tabulasi data) dalam penilitian kuantitatif. Ia
mencakup kegiatan mengikhtiarkan hasil pengumpulan data
selengkap mungkin, dan memilahnya ke dalam satuan konsep
tertentu, kategori tertentu, atau tema tertentu (Bungin, 2015)
Seperangkat hasil reduksi data juga perlu diorganisasikan
kedalam suatu bentuk tertentu (display data) sehingga terlihat
sosoknya secara lebih utuh. Itu mirip semacam pembuatan tabel
atau diagram dalam tradisi penelitian kuantitatif. Ia bisa berbentuk
sketsa, sinopsi, matriks, atau bentuk-bentuk lain; itu sangat
diperlukan untuk memudahkan upaya pemaparan dan penegasan
kesimpulan (conclution drawing and verification).
57
flowchart dan sejenisnya. Miles dan Hubermen (1984) yang paling
sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif
adalah dengan teks yang bersifat naratif. Dengan menyajikan data
maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi,
merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah
dipahami tersebut.
58
adalah kesalahan menge-set fixture, membaca proses kerja,
mengoperasikan mesin, repair benda kerja dan lain-lain.
Reject
59
atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remang-
remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat
berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori. Emzir
(2016), secara singkat makna muncul dari data yang telah teruji
kepercayaannya, kekuatannya, konfirmabilitasnya yaitu validitas-
nya.
60
yang multikultural di seluruh dunia. Bahkan, hampir semua
antropolog sepakat bahwa etnografi menjadi dasar antropologi
kultural (Koeswinarno, 2015).
61
dalam benak manusia, tetapi simbol dan makna itu terbagi dalam
aktor sosial di antara, bukan di dalam, dan mereka adalah umum,
tidak mempribadi. Budaya juga merupakan pengetahuan yang
didapat seseorang untuk meng-interpretasikan pengalaman dan
menyimpulkan perilaku sosial. Teori ini mempunyai tiga premis
yaitu: 1) tindakan manusia terhadap sesuatu didasarkan atas
makna yang berarti baginya; 2) makna sesuatu itu diderivikasikan
dari atau lahir di antara mereka dan makna tersebut digunakan dan
dimodifikasi melalui proses interpretasi yang digunakan manusia
untuk menjelaskan sesuatu yang ditemui.
62
c. Berdasarkan pada daftar kategori yang menonjol tersebut maka
kemudian peneliti membuat kesimpulan-kesimpulan hasil-hasil
penelitian.
1. Menetapkan informan
Ada lima syarat minimal untuk memilih informan, yaitu: a)
enkulturasi penuh, artinya mengetahui budaya miliknya dengan
baik; b) keterlibatan langsung; c) suasana budaya yang tidak
dikenal, biasanya akan semakin menerima tindak budaya
sebagaimana adanya, dia tidak akan basa-basi; d) memiliki
waktu yang cukup; e) non-analitis.
63
8. Membuat analisis taksonomik.
Ada lima langkah penting membuat taksonomi, yaitu: (a) pilih
sebuah domain analisis taksonomi, (b) identifikasi kerangka
substitusi yang tepat untuk analisis, (c) cari subset di antara
beberapa istilah tercakup, (d) cari domain yang lebih besar, (f)
buatlah taksonomi sementara.
64
Peneliti melakukan penelitian lapangan untuk mengetahui
kegiatan orang-orang, karakteristik fisik, dan bagaimana rasanya
menjadi bagian dari situasi. Langkah ini biasanya dimulai dengan
gambaran yang terdiri dari pengamatan deskriptif yang luas.
Kemudian, setelah melihat data, peneliti berpindah ke
pengamatan yang lebih terfokus. Di sini, peneliti menggunakan
observasi partisipan, wawancara mendalam, dan sebagainya
untuk mengumpulkan data.
6. Menulis etnografi.
Etnografi harus ditulis, sehingga budaya atau kelompok dapat
dibawa ke kehidupan nyata, membuat pembaca merasa bahwa
mereka memahami orang-orang dan cara hidup mereka atau
situasi dan orang-orang di dalamnya. Laporan etnografis dapat
berbentuk panjang dari beberapa halaman untuk satu atau dua
volume. Penulisan harus rinci dan konkret, tidak umum atau
samar.
65
behavior or stumulating activity, which tacitly approved or openly
promoted in society”
Analisis komponensial
66
Analisis domain pada umumnya dilakukan untuk
memperoleh gambaran yang umum dan menyeluruh tentang situasi
sosial yang diteliti atau objek penelitian. Data diperoleh dari grand
tour dan minitour question. Hasilnya berupa gambaran umum
tentang objek yang diteliti, yang sebelumnya belum pernah
diketahui. Dalam analisis ini informasi yang diperoleh belum
mendalam, masih dipermukaan, namun sudah menemukan
domain-domain atau kategori dari situasi sosial yang diteliti.
67
6. Fungsi (Function) X digunakan untuk Y
7. Urutan (Sequence) X merupakan urutan/tahap
dalam Y
8. Atribut atau karakteristik X merupakan suatu atribut
atau karakteristik Y
(Atribution)
DOMAIN
68
sesuatu), function (fungsi), means-end (cara mencapai tujuan),
sequence (urutan), attribution (atribut).
b. Analisis Taksonomi
c. Analisis Komponensial
69
Bungin (2015), teknik Analisis Komponensial baru layak
dilakukan kalau seluruh kegiatan observasi dan wawancara yang
berulang-ulang telah memperoleh hasil maksimal sesuai dengan
yang diharapkan dalam penelitian. Kegiatan analisis dapat dimulai
dengan menggunakan beberapa tahap yaitu:
70
4. Studi Kasus
71
Setiap jenis studi kasus tersebut dapat ditinjau dari tujuan
eskploratori, deskriptif, dan eksplanatori. Jadi, keseluruhannya ada
dua belas macam riset studi kasus.
Pembagian studi kasus menurut Stake dalam Denzin dan
Lincoln (1994:237) adalah sebagai berikut.
72
berpendapat bahwa penentuan objek penelitian adalah
langkah pertama, baru kemudian disusul dengan penentuan
pertanyaan penelitian. Namun, bergantung kepada peneliti,
yang mana yang akan ditentukan secara formal lebih dahulu.
73
kecermatan dalam merinci secara sistematik perkembangan dari
tahap-tahap sebuah organisasi sosial. Untuk memastikan
ketersediaan bahan-bahan dan sumber informasi yang diperlukan,
agaknya penting studi pendahuluan dalam studi kasus tipe pertama
ini.
74
berbagai isu berseliweran tak karuan seperti akan ada kerusuhan,
penjarahan massal dan sebagainya, telah membuat orang-orang
keturunan Cina di berbagai kota besar ramai-ramai mengungsi ke
kota lain yang dianggap aman bahkan tidak sedikit yang keluar
negeri. Contoh lain, datangnya era reformasi ditengah badai krisis
ekonomi dan politik saat ini justru disikapi oleh kalangan elite
masyarakat dengan mendirikan partai politik. Fenomena demikian
sesungguhnya menggambarkan sebuah situasi sosial macam apa?
Hal ini menarik diteliti untuk menggambarkan sebuah situasi sosial
yang telah dan berlangsung.
75
Secara lebih khusus penggunaan pendekatan Life History
dapat dilakukan dengan menggunakan otobiografi, pengalaman
hidup pimpinan masyarakat, suatu peristiwa luar biasa yang terjadi
di masyarakat, atau bahkan dapat digunakan kejadian dalam hal-
hal tertentu sebagai fokus.
76
peneliti. Hal ini juga dapat menerbitkan cerita mengenai
pengalaman pada hari sebelumnya.
2. Pendekatan otobiografi
Pendekatan ini sangat luas dan intensif dari masing-masing
anggota keluarga. Teknik ini digunakan untuk memahami
penilaian keluarga berdasarkan pendapat masing-masing
anggota keluarga. Pandangan yang bebas dari masing-masing
anggota keluarga mengenai keluarganya membantu menguji
validitas dan reabilitas dari data yang diperoleh dari teknik ini.
77
tanpa kejadian yang luar biasa (a typical day). Namun dapat juga
dipilih suatu hari yang berbeda dengan hari-hari biasa, seperti
hari perkawinan, kelahiran anak, suatu pesta keluarga, atau hari
saat pindah ke rumah baru.
78
6. Analisis Data Kualitatif Grounded Theory
79
pendekatan baru yang bukan bergerak dari “level atas” ke “level
bawah”, melainkan bergerak sebaliknya, yaitu dari level empirikal
menuju ke level konseptual-teoritikal. Itulah yang mereka sebut
penelitian teori grounded, atau penelitian untuk menemukan teori
berdasarkan data (The Discovery of Grounded Theory). Pada
pendekatan ini, dari datalah suatu konsep dibangun. Dari datalah
suatu hipotesis dibangun. Dan, dari datalah suatu teori dibangun.
80
Fenomena tersebut mengundang rasa ingin tahu Glaser dan
Strauss, dan mereka tertarik untuk menemukan suatu jawaban
mengapa staf rumah sakit memberikan pelayanan berbeda kepada
para pasien yang kondisinya sama-sama keadaan sekarat. Dari
situlah mereka mengambil ancang-ancang untuk mengumpulkan
data mengenai hal tersebut. Mereka melacak apa yang dilakukan
staf rumah sakit (dalam kerangka pelayanan) terhadap para pasien
sekarat. Kualitas pelayanan staf rumah sakit tampaknya memang
berbeda terhadap para pasien sekarat. Ada yang kualitas
pelayanannya tergolong kurang baik.
81
indikasi ke arah itu memang kuat, dan itulah yang dikembangkan
menjadi hipotesis.
82
orang di sekitar sebuah fenomena yang sedang diteliti serta sejauh
mungkin peneliti menghindari diri dari dorongan subjektivitas
peneliti tersebut.
83
Fokus diskusi dalam FGD adalah fenomena yang dirasakan
banyak orang, atau pemunculanya dilakukan oleh banyak orang,
atau melibatkan banyak orang, bahkan fenomena itu berlangsung
di antara banyak orang, seperti umpamanya kenakalan anak,
televisi, radio, kriminalitas, pendidikan anak, moneter dan
sebagainya.
84
Kelima, penggunaan FGD juga dapat dimanfaatkan bahan-
bahan eksperimen atau dapat dihubungkan dengan teknik
eksperimen. Penggunaan FGD dengan memanfaatkan eksperimen
dikhususkan pada tujuan-tujuan tertentu.
85
8. Fenomenologi
86
wawancara atau percakapan panjang sebagai sumber data
mereka.
87
serta respons subjektif lainnya dari subjek penelitian berkaitan
dengan pengalamannya itu (Hasbiansyah, 2008:171).
88
yang memungkinkan dan melalui perspektif yang divergen
(divergent perspectives), mempertimbangkan kerangka rujukan
atas gejala (phenomenon), dan mengkonstruksikan bagaimana
gejala tersebut dialami.
9. Analisis Wacana
89
tujuan dari analisis isi konvensional adalah mendeskripsikan isi
yang tampak (manifest content) dari komunikasi (Irwanto, 1999).
90
mana seseorang membuat gambaran mengenai sebuah peristiwa
politik, personalitas, konstruksi melalui manarealitas politik dibentuk
dan dibuahi. Semua individu, lembaga atau sekelompok mem-
punyai peran yang sama dalam menafsirkan dan mengkonstruksi
peristiwa politik (Eriyanto, 2000).
91
menemukan makna suatu simbol, fenomena sosial, kondisi
psikologis, kepentingan dan stok ilmu pengetahuan dari penafsir
merupakan hal penting yang mempengaruhi proses penafsiran.
92
reaktif. Ketujuh, metode introfeksi simpathik dengan menekankan
pada pendekatan intuitif perlu digunakan untuk menangkap makna.
93
3. Ilustrasi dan maksud, sebenarnya hampir mirip dengan detail,
tetapi kalau ilustrasi berhubungan dengan apakah informasi
tertentu disertai contoh atau tidak. Sementara elemen maksud
melihat apakah teks itu disampaikan secara eksplisit atau tidak,
apakah fakta disajikan secara telanjang ataukah tidak.
Umumnya informasi yang menguntungkan komunikator akan
diuraikan secara eksplisit dan jelas, sebaliknya informasi yang
merugikan akan diuraikan secara tersamar, implisit dan
tersembunyi. Tujuan akhirnya adalah publik hanya disajikan
informasi yang menguntungkan komunikator.
94
sasaran tidak jelas. Mungkin juga terjemahan itu jelas maknanya,
tetapi menyimpang dari makna dalam bahasa sumber. Pemahaman
terhadap bahasa asli Alkitab membuat si peneliti bisa mengetahui
beberapa kemungkinan penerjemahan dari sebuah kata atau
rangkaian kata (Subagyo, 2004).
a. Kritik Teks
95
kritik rendah (lower criticism) yang di pertentangkan dengan kritik
tinggi (higher criticism), yang menangani soal-soal latar belakang
sejarah, penulisan, dan tanggal penulisan (Huey dan Corley 1983).
b. Kritik Sumber
96
Menurut Bolich dalam Subagyo (2004), data yang harus
ditemukan peneliti dalam melakukan kritik sumber adalah ada
tidaknya sumber (sumber sekuler, seperti daftar, tanda terima,
dokumen perusahaan, dokumen administrasi, surat pribadi,
dokumen hukum, dokumen kenegaraan, perjanjian, alat bantu
penulisan, dokumen kesehatan, astrologi dan astronomi, sejarah,
pidato, karya puitis, kisah, dokumen aliran kepercayaan, teologi,
syair keagamaan, musik keagamaan, tulisan-tulisan pada mata
uang, tulisan pada medali, tulisan pada cap kerajaan, tulisan pada
bangunan, dan tulisan pada batu nisan). Berdasarkan hal tersebut,
peneliti mendaftarkan faktor-faktor yang menunjukan dipakainya
sumber tertentu dan mempertimbangkan validitasnya dari segi
penulis atau pemakai sumber. Peneliti kemudian menentukan sifat
sumber (apakah sumber itu berdiri sendiri, dimana sumber itu paling
muncul, apa hubunganya dengan sumber lain, apakah keterangan
mengenai sumber itu dapat diperoleh dari dokumen-dokumen lain,
apakah ciri-ciri kesusastraan dan tema khusus dari sumber itu.
Apakah isi atau pesan aslinya, dan apakah tujuan serta maknanya).
Akhirnya, peneliti menentukan pemakaian sumber, yaitu
memisahkan sumber dari sumbangan si penulis, memperhatikan
bagaimana sumber itu dipakai dan dibentuk oleh penulis sebagai
editor, dan memperhatikan proses dan produk penulis itu sendiri.
c. Kritik Bentuk
97
yang dipakai oleh penulis kitab suci, termasuk rekonstruksi sejarah
tradisi yang melatarbelakanginya.
d. Kritik Redaksi
98
pengaturan bahan, yang lebih berdasarkan topik daripada
berdasarkan topik daripada berdasarkan urutan peristiwa, dapat
dilihat.
e. Kritik Retorik
99
utama), dan peroration (simpulan). Gaya adalah ancangan
terhadap pembaca atau pendengar, misalnya teknik-teknik untuk
meyakinkan atau argumentasi yang diarahkan pada penalaran,
perasaan, dan moral. Dengan demikian, situasi retorik dapat
diketahui dan akan berguna untuk memahami makna teks.
f. Kritik Naratif
100
Adapun metode penafsiran narasi Perjanjian Lama
berdasarkan penjelasan Grant R. Osborne (2012:235-246) yang
dituangkan melalui aspek-aspek kritik narasi yang terdiri atas
delapan aspek yaitu: 1) Penulis tersirat dan narator; 2) Sudut
pandang, ideologi, dan dunia narasi; 3) Narasi dan waktu narasi; 4)
Plot; 5) Penokohan dan dialog; 6) Latar; 7) Tafsiran Implisit; 8)
Pembaca tersirat. Teks cerita yang dikembangkan menjadi: i) waktu
cerita; ii) plot; iii) dialog; iv) latar; v) tokoh.
Peniel Maiaweng (2014:2) mengutip aspek-aspek kritis
narasi yang dituliskan Osborne (2012). Dalam bagian ini Peniel
Maiaweng sengaja tidak mencantumkan penulis tersirat dan
pembaca tersirat. Salah satu tujuan pembatasan yang ada adalah
untuk mempertahankan unsur kesejarahan narasi. Selanjutnya
dalam teks cerita dikembangkan menjadi: i) adegan; ii) plot; iii)
dialog atau percakapan; iv) kata kunci; v) struktur; vi) penokohan;
vii) atmosfir; viii) pemilihan materi.
Metode penafsiran narasi Perjanjian Lama yang akan
digunakan dalam pembahasan ini sebagai berikut:
a. Narator
Narator adalah pembicara yang tidak kelihatan di dalam
teks, khususnya kedengaran di dalam bagian editor. Narator
memberitahukan kepada kita suatu cerita dan adakalanya
menafsirkan signifikansinya (Osborne, 2012:236). Narator bukanlah
penulis yang sesungguhnya dalam teks, tetapi penulis yang hanya
dapat dikenal karena menyatakan diri dalam teks atau yang
menciptakan personanya dalam teks. Narator adalah pembicara
yang tidak tampak dalam teks, khususnya dalam bagian-bagian dari
teks yang diselidiki. Narator bertindak sebagai pencerita yang
memahami segala tempat, segala keadaan, dan kondisi semua
karakter yang ada dalam narasi (Maiaweng, 2014:3). Hal ini penting
untuk mengakui bahwa narator diinspirasikan oleh Allah untuk
menulis narasinya sesuai dengan yang dimaksudkan oleh Allah
terhadap setiap narasi yang ada dalam Perjanjian Lama.
b. Sudut Pandang
Sudut pandang adalah perspektif yang diambil oleh tokoh-
tokoh dan aspek yanga da dalam suatu narasi. Sudut pandang
umumnya dikaitkan dengan narator yang berinteraksi dengan
tindakan dalam cerita dengan beragam cara sehingga meng-
hasilkan dampak yang harus dimiliki oleh cerita itu atas pembaca.
101
Sudut pandang menunjuk kepada daya atau signifikansi dari suatu
cerita (Osborne, 2012).
Menurut Sitompul dan Beyer (2008) bahwa sudut pandang
menunjuk gaya atau makna cerita. Setiap penulis memiliki pesan
tertentu, yang ingin sampaikan kepada pembaca. Sudut pandang
ini mengarahkan pembaca memperoleh suatu makna cerita dan
menentukan bentuk yang aktual, yang diberikan penggubahnya
(penulis) kepada naratif.
Sudut pandang berorientasi pada bebarapa aspek
untukmemudahkan pembaca memahaminya, seperti: 1) Dimensi
psikologi; 2) evaluasi atau ideologi; 3) perspektif ruang narator
Alkitab; 4) perspektif sementara, yaitu narator mempertimbangkan
suatu tindakan dalam cerita pada waktu sekarang dan waktu yang
akan datang; 5) sudut pandang penyusunan kata, yaitu narator
menyebutkan dialog-dialog yang terdapat dalam narasi (Maiaweng,
2014; Osborne, 2012).
c. Waktu Cerita
Waktu cerita tau waktu narasi berkaitan dengan urutan
peristiwa-peristiwa di dalam cerita dan bagaimana mereka saling
berkaitan. Waktu narasi berbeda dari kronologi karena waktu narasi
berkaitan dengan penataan sastra dan bukan urutan historis
(Osborne, 2012). Kadangkala narator menulis beberap peristiwa
yang terjadi pada beberapa tempat yang berbeda dalam waktu yang
sama (Maiaweng, 2014). Misalnya, kitab-kitab Injil menjadi suatu
“kehidupan Kristus” yang kronologis dan terlalu terfokus pada
sejarang daripada teologi; dan waktu narasi menolong pembaca
untuk fokus melihat para penulis Kitab injil sebagai teolog (Osborne,
2012).
102
terdapat pada bagian awal, tengah, dan akhir dari narasi
(Maiaweng, 2014).
e. Adegan
Adegan adalah penggambaran sesuatu yang terjadi pada
waktu atau tempat tertentu yang diinformasikan dalam narasi, yang
mana masing-masing adegan terdapat topik utamanya dan tokoh-
tokoh yang berperan di dalamnya (Kaiser, 2009). Adegan dapat
dibagi berdasarkan waktu, setting (tempat, ciri-ciri lingkungan, dan
para tokoh), dan mode narasi (komentar penulis, deskripsi, narasi,
penggambaran dramatis) (Pratt, 2005). Pembagian adegan mem-
permudah pembaca untuk memahami bagian-bagian kecil dari
narasi yang akan menuntun pembaca untuk memahami isi
keseluruhan narasi (Maiaweng, 2014). Adegan akan mem-
permudah memahami peran tokoh dalam konteks dalam adegan
dalam perikop firman Tuhan.
f. Pemilihan Materi
Pemilihan materi adalah cara yang digunakan oleh narator
atau pencerita secara intensif untuk membentuk penjabaran tema-
tema dan karakter-karakter yang sama dan yang berbeda dalam
cerita. Pencerita cenderung menunjukan otoritasnya pada per-
cakapan-percakapan dalam cerita. Pencerita juga mendemo-
strasikan bahwa ia mengontrol narasi yang disampaikannya
(Person,1996). Materi yang digunakan oleh narator, menurutnya
materi yang pantas untuk diinformasikan dalam narasi dan akan
memberikan informasi yang penting dan cukup bagi pembaca
(Maiaweng, 2014).
g. Penokohan
Penokohan adalah penjelasan tentang seorang tokoh
berdasarkan tindakan dan interaksinya dengan tokoh yang lain,
melalui perkataannya sendiri, melalui perkataan tokoh yang lain,
atau melalui komentar khusus dari pencerita. Penokohan biasanya
bersifat statis kalau tokoh yang dimaksud tidak berubah dalam
sebuah cerita; dan bersifat dinamis jika menunjukkan perubahan
dan perkembangan yang mencolok dalam cerita (Person, 1996).
Dengan demikian, maka tokoh dalam narasi. Dalam Perjanjian
Lama, karakter digambarkan demikian, karena Allah berdaulat atas
segala yang diciptakan-Nya, yaitu manusia dan alam semesta, dan
menggunakannya untuk melaksanakan kehendak-Nya (Maiaweng,
2014).
103
Menurut Pratt (2005), tokoh dalam narasi dapat
dikategorikan sebagai tokoh bundar, yaitu tokoh yang dilukiskan
dari berbagai sudut, yang memanifestasikan berbagai sifat dan
menampilkan diri sebagai orang yang riil, serta tokoh antagonis dan
protagonis (tokoh pengumpul pertama) mungkin saja baik dan
mungkin saja jahat.
Klasifikasi tokoh seperti ini diperlukan untuk mengetahui
peran setiap tokoh secara jelas dalam narasi (Maiaweng, 2014).
Penokohan dalam teks berdasarkan karater jahat dan baik dapat
memudahkan pembaca untuk memahami peran tokoh dalam narasi
dan menafsirkannya dengan benar.
i. Atmosfir
Atmosfir adalah keadaan yang ditekankan dalam narasi,
yang menggambarkan batasan antara hal-hal yang mustahil dan
biasa yang memengaruhi keadaan, dan yang berkaitan dengan
waktu dan tempat (Person, 1996). Atmosfir menekankan suasana
dalam narasi yang ditimbulkan oleh tokoh atau yang memengaruhi
tokoh (Maiaweng, 2014). Dalam hal ini atmosfir dapat dipengaruhi
oleh faktor internal dan eksternal yang terjadi dalam teks. Pembaca
dapat memahami teks berdasarkan gambaran atmosfir yang terjadi
dalam plot, adegan dan keseluruhan narasi.
104
12. Analisis Data Melalui NVivo Queries (Bandur, 2016)
a. Pengantar
a. Ketik kata kunci dalam kotak ‘Search for’; pilih ‘All sources’
jika hendak menemukan kata ‘internationalisation’ pada
semua sumber atau pilih ‘Selected Items’ Jika hanya ingin
menemukan kata ‘internationalisation’ dalam sumber
referensi tertentu; Geser tanda ‘Find’ pada With stemmed
105
words’ jika kita ingin menampilkan kata dasar ‘international’
pada kata ‘internationalisation’; Klik ‘Run Query’.
106
▪ Buku Paduan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi tentang
Strategi Pendidikan Tinggi Jangka Panjang 2003-2010 Dalam
Rangka Mewujudkan Perguruan Tinggi Berkualitas; dan
▪ Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.49/2014
tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi.
107
kelompok yang sama. Word frequency query ini efektif untuk tujuan
analisis isi teks atau analisis tematik (content/thematict text
analysis). Prosedur analisis dengan NVivo dapat dilakukan berikut
ini:
108
BAB 5
Prosedur Analisis Data Kualitatif
109
B. Prosedur Analisis Struktural
110
Langkah ini dimaksud untuk mengkonstruk sebuah makna cerita
secara internal yang dapat disimpulkan sebagai suatu bangunan
makna.
111
2. Peneliti memastikan bahwa akses terhadap data dapat diperoleh
dengan baik.
112
Bab 6
Validitas (Transferabilitas) Reliabilitas
(Dependabilitas), Objektivitas
(Konfirmabilitas)
A. Pengertian
113
Dalam hal reliabilitas, Susan Stainback (1988) dalam
Sugiyono (2014), menyatakan bahwa “reliability is often defined as
the consistency and stability of data or findings. From a positivistic
prespective, reliability typically is considered to be synonymous with
the consistency of data produced by observations made by different
researchers (eg interrater reliability), by the same researcher at
different times (e.g test retest), or by splitting a data set in two parts
(split-half).” Reliabilitas berkenaan dengan derajad konsistensi dan
stabilitas data atau temuan. Dalam pandangan positivistik
(kuantitatif), suatu data dinyatakan reliabel apabila dua atau lebih
peneliti dalam objek yang sama menghasilkan data yang sama,
atau peneliti sama dalam waktu berbeda menghasilkan data yang
sama, atau sekelompok data bila dipecah menjadi dua
menunjukkan data yang tidak berbeda. Kalau peneliti saat
menemukan dalam objek berwarna merah, maka peneliti yang lain
juga demikian. Kalau seorang peneliti dalam objek kemarin
menemukan data berwarna merah, maka sekarang atau besok
akan tetap berwarna merah. Karena reliabilitas berkenaan dengan
derajad konsistensi, maka bila ada peneliti lain mengulangi atau
mereplikasi dalam penelitian pada objek yang sama dengan metode
yang sama maka akan menghasilkan data yang sama. Suatu data
yang reliabel atau konsisten akan cenderung valid, walaupun belum
tentu valid. Orang yang berbohong secara konsisten akan terlihat
valid, walaupun setidaknya valid.
114
menggunakan instrumen yang valid dan reliabel, dilakukan pada
sampel yang mendekati jumlah populasi dan pengumpulan serta
analisis data dilakukan dengan cara yang benar. Dalam penelitian
kuantitatif, untuk mendapatkan data yang valid dan reliabel yang
diuji validitas dan reliabilitasnya adalah instrument penelitiannya,
sedangkan dalam penelitian kualitatif yang diuji adalah datanya.
Oleh karena itu Susan Stainback (1988) menyatakan bahwa
penelitian kuantitatif lebih menekankan pada aspek reliabilitas,
sedangkan penelitian kualitatif lebih banyak pada aspek validitas
Uji Transferbility
Uji Keabsahan
data
Uji dependability
Uji confirmability
1. Uji Kredibilitas
115
kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan,
peningkatkan ketekunan dalam penelitian, tringulasi, diskusi
dengan teman sejawat, analisis kasus negatif, dan member check.
Perpanjangan
Pengamatan
Peningkatan
Ketekunan
Trianggulasi
Uji Kredibilitas
data
Diskusi
dengan teman
Analisis Kasus
Negatif
Member
Check
116
Kedua, Reaktivitas. Dalam penelitian kualitatif tidak dapat
dihindari dengan sebuah kenyataan bahwa proses penelitian
ditentukan oleh pengaruh peneliti itu sendiri pada informan atau
lingkungan penelitian.
b. Perpanjangan Pengamatan
117
peneliti mengecek kembali apakah data yang telah diberikan
selama ini merupakan data yang sudah benar atau tidak. Bila data
yang diperoleh selama ini setelah dicek kembali pada sumber data
asli atau sumber data lain ternyata tidak benar, maka peneliti
melakukan pengamatan lagi yang lebih luas dan mendalam
sehingga diperoleh data yang pasti kebenarannya.
c. Meningkatkan ketekunan
118
awam olahraga adalah untuk meningkatkan kebugaran fisik. Tetapi
bagi peneliti kualitatif tentu akan lain kesimpulannya. Setelah
peneliti mencermati secara mendalam, olahraga pagi itu bagi
sekelompok masyarakat itu merupakan wahana untuk transaksi
bisnis. Selanjutnya untuk dapat memahami proses perdagangan
narkoba, maka peneliti harus melakukan pengamatan secara terus
menerus dan memahami bahasa-bahasa sandi mereka.
d. Triangulasi
Guru Teman
Orang tua
119
Wawancara observasi
Kuesioner/
Document
Siang Sore
Pagi
120
2) Triangulasi Teknik
3) Triangulasi Waktu
121
1% menyatakan tidak (negatif). Dengan adanya kasus negatif ini,
maka peneliti justru harus mencari tahu secara mendalam mengapa
masih ada data yang berbeda. Peneliti harus menemukan kepastian
apakah 1% kelompok yang menyatakan si A bukan pengedar
narkoba itu betul atau tidak. Kalau akhirnya yang 1% kelompok
menyatakan bahwa si A adalah pengedar narkoba, berarti kasus
negatifnya tidak ada lagi. Dengan demikian temuan penelitian
menjadi lebih kredibel.
122
Pelaksanaan member check dapat dilakukan setelah satu
periode pengumpulan data selesai, atau setelah mendapat suatu
temuan, atau kesimpulan. Caranya dapat dilakukan secara
individual, dengan cara peneliti datang ke pemberi data, atau
melalui forum diskusi kelompok. Dalam diskusi kelompok peneliti
menyampaikan temuan kepada sekelompok pemberi data. Dalam
diskusi kelompok tersebut, mungkin ada data yang disepakati,
ditambah, dikurangi atau ditolak oleh pemberi data. Setelah data
disepakati bersama, maka para pemberi data diminta untuk
menandatagani, supaya lebih otentik. Selain itu juga sebagai bukti
bahwa peneliti telah melakukan membercheck .
3. Pengujian Dependability
123
dapat mengulangi/mereplikasi proses penelitian tersebut. Dalam
penelitian kualitatif, uji dependability dilakukan dengan melakukan
audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Sering terjadi peneliti
tidak melakukan proses penelitian ke lapangan, tetapi bisa
memberikan data. Peneliti seperti ini perlu diuji dependability-nya.
Kalau proses penelitian tidak dilakukan tetapi datanya ada, maka
penelitian tersebut tidak reliabel atau dependable. Untuk itu
pengujian dependability dilakukan dengan cara melakukan audit
terhadap keseluruhan proses penelitian. Caranya dilakukan oleh
auditor yang independen, atau pembimbing untuk mengaudit
keseluruhan aktivitas peneliti dalam melakukan penelitian.
Bagaimana peneliti mulai menentukan masalah/fokus, memasuki
lapangan, menentukan sumber data, melakukan analisis data,
melakukan uji keabsahan data, sampai membuat kesimpulan harus
dapat ditunjukkan oleh peneliti. Jika peneliti tak mempunyai dan tak
dapat menunjukkan “jejak aktivitas lapangannya”, maka
dependabilitas penelitiannya patut diragukan (Sanafiah Faisal
1990).
4. Pengujian Konfirmability
124
Daftar Pustaka
125
Briggs, H. C. 1979. Interpreting The New Testament Today.
Nashville: Abbingdon.
126
Emzir. 2016. Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data.
Jakarta: Rajawali Pers.
127
Maiaweng, Peniel C. D. Maiaweng. 2016. Prosiding Seminar
Teologi Kitab Rut. Makassar: Sekolah Tinggi Theologia
Jaffray.
128
Spradley, James P. 1997. Metode Etnografi. Yogyakarta: Tiara
Wacana.
129
Riwayat Hidup
130