Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

IMAM IBNU MAJAH


Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata
Kuliah Studi Hadist yang di presentasikan secara Daring. Yang dimampu
Oleh Dosen : Ibu Hj.Eri Khaeriyah, Ag.MA

Disusun Oleh :

Kelompok 6 (C)
• Amalia Ningrum (2008108048)
• Sri Heti (2008108041)

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
IAIN SYEKH NURJATI CIREBON
TAHUN 2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah

Puji syukur kehadirat Ilahi Rabbi yang telah memberikan maunahnya


kepada kita semua sehingga kita dapat menyelesaikan salah satu Tugas
Kelompok yakni Makalah Mata Kuliah Studi Hadist

Shalawat beserta salam tetap tercurahkan kepada junjungan Nabi besar


kita Muhammad SAW, yang telah membawa risalah suci dari sang ilahi berupa
akhlakul karimah dan agama islam, yang mana paling mulia di bumi ini.

Pada hakikatnya, manusia yang pandai itu bukanlah orang yang bisa
dinilai dari segi pikiran melainkan manusia yang pandai itu adalah manusia
yang bisa dinilai dari tindakannya. Hingga dari fikiran dan tindakannya saling
bekerja sama, sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan
tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami membahas mengenai Pengertian
Kitab Menurut Ibnu Majah.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada


makalah ini. Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan
saran serta kritik yang dapat membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca
sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita
sekalian.

Cirebon, 8 Desember 2020

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………….……………..2
DAFTAR ISI………………………………………………………………..3

BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………………..4
B. Rumusan Masalah………………………………………………….4
C. Tujuan Pembahasan………………………….…………………….4

BAB II : PEMBAHASAN
A. Biografi Ibn Majah………………………………………………..5

B. Metode Yang Digunakan Ibn Majah……………………….…….6

C. Penilaian Para Ulama………………………………………..…….8

BAB III : PENUTUP

A. Kesimpulan…………………………………………………………10

B. Saran………………………………………………………………..10

C. Daftar Pustaka………………………………………………...……11

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hadits merupakan sumber ajaran islam kedua setelah Al-qur’an.


Keberadaannya dalam kerangka ajaran islam merupakan penjelas terhadap apa
yang ada dalam al-Qur’an. Peranan hadits semakin penting jika didalam al-
Qur’an tidak ditemukan suatu ketetapan, maka hadits dapat dijadikan dasar
hukum dalam dalil-dalil keagamaan. Disamping itu, hadits diamalkan dan
diaktualisasikan dalam kehidupan keseharian. Dengan demikian, hadits
mempunyai peranan yang sangat penting didalam islam. Masa Rasulullah
Saw. merupakan masa pewahyuan dan pembentukan masyarakat islam.
Didalamnya, hadits-hadits diwahyukan oleh nabi yang terdiri atas perkataan,
perbuatan dan ketetapan nabi dalam membina islam. Keadaan hadits terus
dijaga oleh sahabat. Pada abad ke-3 sampai abad ke-5, hadits-hadits nabi
dibukukan dalam berbagai kitab dengan berbagai metode penulisannya

Tulisan ini akan mencoba membahas salah satu kitab hasil dari
kodifikasi ulama mutaqaddimin, sunan ibn majah. Kitab ini menarik untuk
dikaji. Kajian ini akan membahas terlebih dahulu setting historis kelahiran
kitab dan sosok penulisnya, setelah itu baru dilakukan pembahasan secara
mendalamtentang kitab berikut analisisnya. Dengan demikian tulisan ini
diharapkan mampu memberikan gambaran yang jelas tentang sunan ibn majah
dan posisinya dalam kutub al-sittah.

B. Rumausan Masalah

1. Bagaimana biografi tentang Ibnu majah?


2. Metode apa yang digunakan Ibnu majah?
3. Bagaimana penilaian para ulama tentang Ibn Majah?

C. Tujuan Pembahasan

1. Untuk mengetahui biografi tentang Ibn Majah.


2. Untuk mengetahui metode apa yang digunakan Ibn Majah.

4
3. Untuk mengetahui bagaimana penilain para ulama.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Biografi Ibn Majah

Nama lengkapnya adalah abu Abdullah Muhammad bin Yazid Al-


Qazwini, lahir di Qazwin salah satu kota di Iran pada tahun 207 H/824 M.
Ibn Majah adalah nama yang populer di kalangan umat Islam, setidaknya
ketika setelah beliau menulis hadis dalam kitabnya Sunan Ibn Majah.
Sementara itu, al-Qazwini juga dianggap sebagai nama lain yang dinisbatkan
kepada Ibn Majah, karena tempat tersebut merupakan tempat di mana ia
tumbuh dan berkembang. Sedangkan tempat kelahiran Ibn Majah tidak ada
sumber yang menjelaskannya. Namun, nama lengkapnya ulama ini adalah
Abu Abdullah Muhammad ibn Yazid Ibn Majah al-Rubay’iy al-Qazwiniy al-
Hafiz dengan nama kuniyah Abu Abdullah. Dengan demikian, nama asli
pengarang kitab Sunan Ibn Majah adalah Muhammad ibn Yazid.

Ibn Majah hidup pada masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah yakni


pada masa pemerintahan Khalifah al-Makmun (198 H/813 M) sampai akhir
pemerintahan Khalifah al-Muqtadir (295 H/908 M). Beliau meninggal dalam
74 tahun, usia tepatnya pada hari Selasa tanggal 22 Ramadan tahun 273 H.

Informasi tentang Ibn Majah ketika kecil sampai dewasa tidak banyak
ditemukan dalam beberapa literature, keterangan yang ada hanya
menunjukkan bahwa Muhammad ibn Yazid memulai karir akademiknya
ketika masih kecil di desa Qazwin. Keterangan yang banyak terhimpun adalah
yang terkait erat dengan kiprahnya dalam kegiatan penyusunan hadis. Ia amat
gandrung dengan ilmu hadis walaupun pada saat itu baru berusia 15 tahun. Ibn
Majah sempat berguru kepada Ali bin Muhammad al-Tanafasy (w. 233H)
Kegiatan tersebut terus berlangsung dengan cara mencari guru ke berbagai
daerah dan mendengarkan langsung hadis-hadis sehingga pada akhirnya beliau
menjadi seorang ulama hadis yang kita kenal sampai sekarang.

5
Ibn Majah adalah seorang petualang keilmuan terbukti dengan
banyaknya daerah yang dikunjunginya. Di antara tempat yang pernah
dikunjunginya adalah Khurasan: Naisabur dan kota lainnya; al-Ray; Iraq:
Bagdad, Kufah, Basrah, Wasit; Hijaz: Makkah dan Madinah; Syam:
Damaskus dan Hims serta Mesir.Petualangan tersebut dilakukan Ibn Majah
tidak saja dengan menghasilkan banyak hadis, namun juga mendapatkan ilmu
yang bermanfaat. Oleh karena itu, Ibn Majah diakui sebagai seorang yang
alim dalam hadis, ilmu sejarah dan tafsir. Kitab hadis termasuk dalam salah
satu kutub al-tis’ah yang banyak juga pujian terhadap kitab sunan-nya.

Guru pertama Ibn Majah adalah Ali ibn Muhammad al- Tanafasy dan
Jubarah ibn al-Muglis. Sejumlah nama guru Ibn Majah yang banyak
menyumbangkan hadis antara lain Mus’ab ibn Abdullah al-Zubairi, Abu
Bakar ibn Abi Syaibah, Muhammad ibn Abdullah ibn Namir, Hisyam ibn
Amar, Muhammad ibn Rumh dan masih banyak guru lain yang dapat dilihat
dalam karyanya secara langsung, Sunan Ibn Majah. Sedangkan murid- murid
Ibn Majah yang banyak mengambil hadis dari Ibn Majah adalah Muhammad
ibn Isa al-Abhari, Abu Hasan al-Qattan, Sulaiman ibn Yazid al-Qazwini, Ibn
Sibawaih.

B. Metode Yang Digunakan Ibn Majah

Sudah barang tentu, Ibn Majah sebagai pengarang mempunyai metode


dalam menghimpun hadis-hadis. Hal tersebut tidak diketahui dengan mudah
ketika membaca kitabnya Sunan Ibn Majah. Oleh karena itu, ulama berijtihad
untuk menemukan metode yang digunakan Ibn Majah dalam menghimpun
hadis-hadisnya. Ulama menduga bahwa kitab hadis yang dikarang Ibn Majah
disusun berdasarkan masalah hukum. Di samping itu, ia memasukkan
masalah-masalah lain seperti zuhud, tafsir dan sebagainya. Kadang-kadang,
hadis yang disebut ada yang hadis mursal dengan tidak menyebut periwayat di
tingkat pertama, sahabat. Hadis semacam ini disebut kurang dari 20 hadis. Di
samping itu, hadis-hadis yang ada juga tidak semuanya sahih dan hasan. Di
dalamnya juga terdapat hadis-hadis yaria bernilai da’if, munkar, batil, dan
bahkan maudu’. Walaupun begitu, Ibn Majah tidak menjelaskan sebab-
sebabnya.

6
Dari segi rijal al-hadis, Ibn Majah termasuk golongan ulama yang
mempermudah memasukkan rijal al-hadis. Hadis-hadis yang diriwayatkan
oleh periwayat pendusta dan periwayat yang banyak ditinggalkan seperti Amr
ibn Subh, Muhammad ibn Said al-Maslub, al-Waqidi dan sebagainya
dimasukkan dalam kitab Sunan-nya. Di samping itu, di dalam kitab tersebut
juga dilengkapi banyak hadis yang tidak dijumpai dalam kitab hadis lain yang
dikarang oleh al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud, al-Tirmizi dan al-Nasai.

Diantara karyanya yang popular adalah sunan ibn majah yang disusun
seperti bab fikih, jumlah haditsnya sebanyak 4.341 buah hadis. 3002 hadits
diantaranya diriwayatkan oleh Ashhab Al-Khamsah.

Ibn Majah membahas hadis dengan metode hukum di mana beliau


memulai pembahasan dengan kitab taharah. Bab zakat diakhirkan setelah bab
puasa. Sedangkan kitab haji diletakkan jauh dari masalah ibadah yakni setelah
jihad. Hal ini dimungkinkan karena ibadah haji itu lebih dekat dengan jihad
dan demikian juga dengan ibadah. Haji merupakan dua kombinasi yang
memerlukan perhatian serius.

Kitab Sunan Ibn Majah di dalamnya dibagi dalam beberapa kitab dan
setiap kitabnya masih terbagi dalam beberapa bab. Jumlah hadis secara
keseluruhan adalah 4341 buah yang terbagi dalam 37 kitab dan 1515 bab.
Jumlah tersebut merupakan hasil perhitungan akhir yang dilakukan oleh
Muhammad Fuad Abd al-Baqi. Sementara itu, dalam versi lain oleh al-Zahabi
diketahui bahwa Sunan Ibn Majah hanya memuat 4000 hadis saja yang terbagi
atas 32 kitab dan 1500 bab. Atau dalam riwayat Abu al-Hasan al-Qattan
bahwa kitab Sunan Ibn Majah memuat 32 kitab, 1500 bab dan sekitar 4000
hadis.

Di bandingkan dengan kitab-kitab hadis lain, Sunan Ibn Majah ini


memiliki kelebihan-kelebihan. Keunggulan kitab tersebut adalah terletak pada
cara pengemasannya. Pengemasan seperti ini akan dapat mempermudah
sesorang untuk mencari hadis. Di samping itu, keunggulan lain kitab ini
adalah memuat hadis-hadis yang tidak ditemukan dalam kutub al-khamsah.
Oleh karena itu, hadis-hadis tersebut dapat dijadikan informasi tambahan dan

7
dapat dijadikan ladang penelitian. Jumlah pasal-pasal dalam kitab Sunan Ibn
Majah banyak dan ditata dengan baik dengan sedikit sekali adanya
pengulangan.

Sudah barang tentu, dibalik keunggulan di atas, ternyata Sunan Ibn


Majah juga terdapat kelemahan. Kelemahan yang ada adalah minimnya
informasi atas hadis-hadis yang dinilai da’’ifdan maudu’. Selain itu, perlu
penelitian lebih jauh atas hadis-hadis yang dinilai da’if.

Adapun ulama yang telah mensyarahkan kitab Sunan Ibn Majah


adalah:

1. al-Muglata’i dalam kitabnya al-I’lam bi Sunanih alaihi al-Salam


(w. 726 H.)

2. al-Kamaluddin ibn Musa al-Darimi (w. 808 H), dalam kitabnya


Syarah Sunan Ibn Majah.

3. Ibrahim ibn Muhammad al-Halabi dalam kitabnya Syarah Sunan


Ibn Majah

4. Jalal al-Din al-Syuyuti, Syarah al-Zujajah bi Syarh Ibn Majah. (w.


911 H)

5. Muhammad ibn Abd al-Hadi al-Sindi dengan kitabnya Syarah


Sunan Ibn Majah (w. 1138 H).

C. Penilaian Para Ulama

Syihab al-Din Ahmad ibn Abi Bakr al-Busiri (w. 840 H.) memahami
bahwa ada banyak hadis yang tidak disebut oleh dua kitab sahih dan tiga kitab
sunan sebelumnya. Sementara itu, penelitian yang dilakukan Muhammad Fuad
Abd al-Baqi menunjukkan bahwa terdapat 4341 hadis dengan perincian 3002
hadis yang dikeluarkan sama dengan lima kitab lainnya dan 1339 hadis yang
masuk dalam kategori zawa’id dan tidak ada dalam lima kitab hadis
sebelumnya. Dari hadis-hadis zawaid tersebut dapat diklasifikasi sebagai
berikut: 428 hadis diriwayatkan oleh periwayat yang dapat dipercaya dan

8
sahih sanadnya, 199 hadis sanadnya bernilai hasan, 613 mempunyai sanad
yang da’if, 99 hadis memiliki sanad yang lemah, munkar dan didustakan.

Pernyataan Muhammad Fuad Abd al-Baqi di atas juga didukung oleh


al-Suyuti dan al-Busyairi al-Misri (w. 840 H.) dalam kitabnya al-Misbah al
Zujajah fi Zawa’id Ibn Majah bahwa hadis-hadis dalam zawa’ij bernilai sahih,
hasan, da’if dan maudu. Kenyataan tersebut menafikan tuduhan al-Mizzi yang
mengatakan bahwa semua hadis yang diriwayatkan dari Ibn Majah adalah
da’if.

Kitab Sunan Ibn Majah masih diperselisihkan keberadannya dalam


kutub al-sittah oleh ulama. Ibn Tahir al-Maqdisi adalah ulama yang kali
pertama memasukkan kitab Sunan Ibn Majah dalam kutub al-sittah. Pendapat
tersebut diikuti oleh ulama lain ketika memberikan kometar terhadap Ibn
Majah seperti Ibn Hajar al-Asqalani, al-Mizzi, dan al-Zahabi. Mereka menilai
berdasarkan komentar Abi Zur’ah yang mengatakan bahwa kitab ini telah
berada di antara orang banyak niscaya mereka akan beristirahat untuk
membacanya. Mereka juga memuji terhadap sosok pengarangnya, Ibn Majah
yang dinilai seorang yang hafiz dan mempunyai pengetahuan yang luas.
Disamping itu, adanya hadis-hadis lain yang tidak ditemukan di dalam kitab
hadis sebelumnya (kutub d-khamsah) yang disebut dengan istilah zawa’id.
para ulama sebelum abad 6 belum memasukkannya kedalam Buku Induk
Hadits Enam (Ummahat Al-Kutub As-Sittah). Para ulama mendahulukan
Sunan Ibn Majah dari pada Al-Muaththa’ dalam gabungan Buku Induk Hadits
Enam tersebut, karena didalamnya terdapat beberapa hadits yang tidak
didapati dalam kitab lima, dan didapatkan lebih banyak dari Al-Muwaththa’,
bukan berarti ia lebih unggul dari Al-Muwaththa’.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Nama lengkapnya adalah abu Abdullah Muhammad bin Yazid Al-Qazwini, lahir
di Qazwin salah satu kota di Iran pada tahun 207 H/824 M. Ibn Majah hidup pada
masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah yakni pada masa pemerintahan Khalifah al-
Makmun (198 H/813 M) sampai akhir pemerintahan Khalifah al-Muqtadir (295
H/908 M). Beliau meninggal dalam 74 tahun, usia tepatnya pada hari Selasa
tanggal 22 Ramadan tahun 273 H.
2. Ulama menduga bahwa kitab hadis yang dikarang Ibn Majah disusun berdasarkan
masalah hukum. Di samping itu, ia memasukkan masalah-masalah lain seperti
zuhud, tafsir dan sebagainya. Kadang-kadang, hadis yang disebut ada yang hadis
mursal dengan tidak menyebut periwayat di tingkat pertama, sahabat.
3.
3. Muhammad Fuad Abd al-Baqi menunjukkan bahwa terdapat 4341 hadis
dengan perincian 3002 hadis yang dikeluarkan sama dengan lima kitab lainnya dan
1339 hadis yang masuk dalam kategori zawa’id dan tidak ada dalam lima kitab
hadis sebelumnya. Dari hadis-hadis zawaid tersebut dapat diklasifikasi sebagai
berikut: 428 hadis diriwayatkan oleh periwayat yang dapat dipercaya dan sahih
sanadnya, 199 hadis sanadnya bernilai hasan, 613 mempunyai sanad yang da’if, 99
hadis memiliki sanad yang lemah, munkar dan didustakan.

B. Saran

Makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, maka dari itu masukan dari
dosen pembimbing maupun dari temen-temen sangat di butuhkan, demi
kesempurnaan makalah ini.

10
DAFTAR PUSTAKA

Khon Abdul Majid, Ulumul Hadits, 2008,Jakarta: Amzah.

Dosen Tafsir Hadits Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan Kalijaga, Studi Kitab Hadits,
2003,Yogyakarta: Teras.

http://Ibnumajah.wordpress.com/sejarah-singkat-ibnumajah

http://id.wikipedia.org/wiki/ibnumajah

http:/nippontri.multiply.com/riviews/item/9?&show_interstitial=1&u%2freviews%2fitem

11

Anda mungkin juga menyukai