Anda di halaman 1dari 3

RESUME MATA KULIAH FILSAFAT PAUD

OLEH :
NAMA : JUANE S. TELUSSA
NIM : 1520200103028
KELAS/ SEMESTER : A/2

PROGRAM STUDI PKAUD


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN KRISTEN
INSTITUT AGAMA KRISTEN NEGERI AMBON
2021

RESUME 3 TOKOH FILSOF PAUD


MARIA MONTESSORI
Montessori telah merumuskan sejumlah teori mengenai belajar pada masa usia dini.
Beberapa pandangan dan prinsip Montessori dalam mengembangkan pendidikan anak usia
dini dapat dicermati dari beberapa falsafah berikut ini:
• Anak usia dini tidak seperti orang dewasa, mereka terus menerus berada dalam
keadaan pertumbuhan dan perubahan, dimana pertumbuhannya sangat dipengaruhi oleh
lingkungan.
• Anak usia dini senang sekali belajar `selalu ingin tabu dan mencoba’. Tugas
orang dewasa adalah mendo rong, memberi kesempatan belajar dan membiarkan anak
belajar sendiri.
• Pikiran anak yang masih kecil mempunyai kemampuan besar untuk menyerap
berbagai pengalaman. Masa yang paling penting adalah masa pada rentang usia sejak
lahir sampai umur 6
• Anak usia dini menyerap hampir semua yang dipelajarinya dari lingkungan.
• Anak belajar banyak melalui gerakan-gerakan, Ia membutuhkan kesempatan untuk
bergerak, bereksplo rasi, belajar melalui alat inderanya.
• Anak melewati masa-masa tertentu dalam perkembangannya dan lebih mudah untuk
belajar, yang disebut dengan periode sensitive untuk belajar.
• Semakin banyak kesempatan anak mengirimkan rangsangan-rangsangan sensoris ke
otak, maka semakin berkembang kecerdasannya.
• Anak paling baik belajar dalam situasi kebebasan yang disertai disiplin diri.
Anak harus bebas bergerak dan memilih kegiatan yang disenanginya didalam kelas
dengan disertai disiplin diri.
• Orang dewasa khususnya guru tidak boleh memaksakan anak untuk belajar
sesuatu, dan tidak boleh mengganggu apa yang sedang dipelajari anak.
• Anak harus belajar sesuai dengan taraf kematangannya, tanpa paksaan untuk
menyesuaikan atau menjadi sama dengan anak lain.
• Anak mengembangkan kepercayaan pada dirinya bila ia berhasil melaksanakan
tugas-tugas sederhana.
Bila anak diberi kesempatan untuk belajar pada saat sudah siap’matang’untuk
belajar, dia tidak saja akan dapat meningkatkan kecerdasannya tetapi juga akan
merasakan kepuasan, menambah kepercayaan diri dan keinginan untuk belajar lebih
banyak. Sebagai salah satu contoh Implikasi Pandangan Motessori terhadap PAUD
dengan cara kegiatan ‘belajar’ membaca menggantungkan kertas bertuliskan nama-nama
benda, msalnya di bawah jendela digantungkan kertas bertuliskan jendela. Anak
secara langsung dilatih membaca tulisan pada pias kertas itu. Adapun tujuan
pendidikan anak menurut Maria Montessori yaitu membantu para guru dalam menerapkan
pola pengajaran yang efektif bagi anak; membantu anak-anak didik dalam
mengembangkan tingkat intelektual, psikomotor dan efektif yang ada pada diri
mereka; membuat anak dituntut untuk dapat berkembang sesuai dengan periode
perkembangannya saat mereka mulai peka terhadap tugas-tugasnya; mengajarkan pada
anak cara belajar yang efektif dan optimal melalui permainan; mengembangkan
keterampilan yang menekankan pada pentingnya anak bekerja bebas dan dalam
pengawasan terbatas; anak diajarkan untuk dapat berkonsentrasi dan berkreasi,
ketujuh, Guru hanya sebagai pengamat dan pembimbing, karena anak dibiasakan untuk
memilih sesuai dengan keinginan sendiri.

LEV VYGOTSKY
Konsep pendidikan anak usia dini yang dikembangkan Vygotsky (Sujiono, 2009) antara
lain:
a. Anak mendapatkan kesempatan yang luas dalam kegiatan pembelajaran. Kesempatan
yang dimaksud adalah kesempatan dalam memilih kegiatan belajar hingga kesempatan
melakukan sendiri pembelajaran yang dilaksanakan. Kesempatan yang diciptakan guru
membuat anak tidak hanya terpaku pada satu kegiatan saja. Guru tidak memaksakan
program pembelajaran yang disusunnya kepada anak dengan membuat banyak jenis
kegiatan yang dapat dipilih anak.
b. Pembelajaran pada anak usia dini dikaitkan dengan tingkat perkembangan
potensialnya. Usia dan kematangan anak dalam belajar mempengaruhi cara dan proses
belajar anak itu sendiri. Karenanya guru perlu mendapat pengetahuan tentang
perkembangan anak ketika akan menyusun rencana pembelajaran agar rencana yang
dibuatnya tidak terlalu jauh dengan tingkat usia dan perkembangan anak.
Pembelajaran yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak memungkinkan konsep
pengetahuan dapat diterima dengan baik oleh anak.
c. Program kegiatan bermain lebih diarahkan pada penggunaan strategi. Bermain
digunakan sebagai strategi untuk pengembangan aspek kemampuan anak dalam
pembelajaran. Bermain banyak digunakan karena bermain merupakan kegiatan yang
paling dekat dengan dunia anak dan menyenangkan. Bermain banyak pilihan, bersifat
aktif dan pasif, dapat disesuaikan dengan situasi, kondisi, dan karakteristik anak.
d. Anak diberikan kesempatan luas untuk mengintegrasikan pengetahuan yang telah
dipelajari dengan pengetahuan prosedural dalam melakukan tugas dan memecahkan
masalah. Pengalaman yang telah diperoleh anak di masa lalunya akan digunakan untuk
mempelajari konsep selanjutnya dengan tingkat kesulitan yang semakin meningkat.
Pengalaman yang diperoleh anak dalam memecahkan masalah di waktu lampau akan
digunakannya ketika menemukan permasahan yang serupa.
e. Proses belajar dan pembelajaran tidak sekedar bersifat transferal tetapi
lebih merupakan ko-konstruksi. Pembelajaran, terutama untuk anak usia dini, tidak
sekedar proses mentransfer ilmu, tetapi lebih bermakna lagi, yaitu proses membangun
pengetahuan melalui kegiatan yang dilakukan anak. Jika anak membangun sendiri
pengetahuan yang dipelajarinya, maka penyimpanan memori pengetahuan tersebut akan
bertahan lama dalam ingatan anak. Namun jika pengetahuan diperoleh hanya melalui
kegiatan transfer semata.

f. Pengalaman bersosialisasi lebih berpengaruh dalam meningkatkan kemampuan


kognitif anak terutama dalam kecepatan berbicara. Proses sosialisasi merupakan
sarana untuk mempelajari pengetahuan. Sosialisasi memberi kesempatan pada anak
untuk berinteraksi yang akan melahirkan pengalaman-pengalaman langsung. Interaksi
melatih anak mengembangkan keterampilan berbicara dan mendukung pengoptimalan
kemampuan kognitif.
Implikasi pemikiran dari LEV SEMYONOVIC yaitu mengenai perkembangan kognitif.
Beliau menekankan bahwa keteranpilan kognitif harus diinterpretasikan berdasarkan
perkembangan, yang dijembatani oleh bahasa, serta berkaitan dengan hubungan sosial
dan budaya. Teori belajar Vygotsky memberi penekanan pada hakikatsosiokultural dari
pembelajaran. Vygotsky menyatakan bahwapembelajaran terjadi apabila peserta didik
bekerja atau belajardalam zone of proximal development. Zone of proximaldevelopmnet
merupakan celah antara actual development danpotensial development, dimana antara
apakah seorang anak dapatmelakukan sesuatu tanpa bantuan orang dewasa dan
apakahseorang anak dapat melakukan sesuatu dengan arahan orangdewasa atau kerjasama
dengan teman sebaya. Teori Vigotsky dalam kegiatan pembelajaran juga dikenal apa
yangdikatakan scaffolding yaitu memberikan sejumlah besar dukungankepada anak
selama tahap-tahap awal pembelajaran dankemudian mengurangi bantuan dan memberikan
kesempatankepada anak itu untuk mengambil tanggung jawab yang semakinbesar segera
setelah ia mampu melakukannya sendiri. Bentuk penerapan teori belajar Vygotsky
adalah melalui metodepembelajaran kooperatif dan metode pembelajaran peer
tutoring(tutor sebaya). Metode Pembelajaran Kooperatif adalah suatu
metodepembelajaran yang menekankan pada sikap atau perilaku bersamadalam bekerja
atau membantu di antara sesama dalam strukturkerjasama yang teratur dalam kelompok,
yang terdiri dari dua orangatau lebih. Pembelajaran dengan tutor sebaya adalah
sebuah prosedur siswamengajar siswa lainnya. Pembelajaran dengan tutor
sebayadilakukan atas dasar bahwa ada sekelompok siswa yang lebih mudah bertanya,
lebih terbuka dengan teman sendiri dibandingkan dengan gurunya.

KI HAJAR DEWANTARA
Proses Pendidikan Anak Usia Dini Menurut Ki Hajar Dewantara Dipengaruhi pemikiran
Frobel yang memberikan kebebasan pada anak yang diatur secara tertib dan pemikiran
Montessori yang membebaskan anak-anak seakanakan secara tak terbatas, maka Ki Hajar
Dewantara merumuskan memberi kebebasan yang luas selama tidak ada bahaya yang
mengancam kanakkanak. Inilah sikap yang terkenal dalam hidup kebudayaan bangsa
Pendidikan anak usia dini berdasarkan pemikiran Ki Hajar Dewantara didasarkan pada
pola pengasuhan yang berasal dari kata mengelola, membimbing. Teori yang mendukung
pemikiran Ki Hajar Dewantara adalah teori Rousseau, yaitu orang dewasa berperan
sebagai pendidik dengan dukungan (support) kepada anak untuk dapat berkembang
secara alami Proses pembelajaran yang dilakukan Ki Hajar Dewantara kepada anak usia
dini dilakukan dengan pendekatan budaya yang ada dilingkungan anakanak. Menurutnya
untuk menyempurnakan perkembangan budipekerti anakanak jangan dilupakan dasa
mementingkan segala unsur-unsur kebudayaan yang baik-baik dimasing-masing daerah
kanakkanak sendiri, dengan maksud pada ingkatan-tingkatan yang lebih seperlunya,
menuju kearah persatuan kebudayaan Indonesia secara evolusi. Sesuai dengan alam dan
jaman. Ki Hajar Dewantara membentuk sistem pendidikan yang bersumber pada
kebudayaan sendiri dan kepercayaan atas kekuatan sendiri untuk tumbuh. Pendekatan
budaya yang digunakan Ki Hajar Dewantara dalam pendidikan anak usia dini adalah
dengan melalui permainan, nyanyian, dongeng, olaraga, sandiwara, bahasa, seni,
agama dan lingkungan alam.

Anda mungkin juga menyukai