OLEH :
NAMA : JUANE S. TELUSSA
NIM : 1520200103028
KELAS/ SEMESTER : A/2
LEV VYGOTSKY
Konsep pendidikan anak usia dini yang dikembangkan Vygotsky (Sujiono, 2009) antara
lain:
a. Anak mendapatkan kesempatan yang luas dalam kegiatan pembelajaran. Kesempatan
yang dimaksud adalah kesempatan dalam memilih kegiatan belajar hingga kesempatan
melakukan sendiri pembelajaran yang dilaksanakan. Kesempatan yang diciptakan guru
membuat anak tidak hanya terpaku pada satu kegiatan saja. Guru tidak memaksakan
program pembelajaran yang disusunnya kepada anak dengan membuat banyak jenis
kegiatan yang dapat dipilih anak.
b. Pembelajaran pada anak usia dini dikaitkan dengan tingkat perkembangan
potensialnya. Usia dan kematangan anak dalam belajar mempengaruhi cara dan proses
belajar anak itu sendiri. Karenanya guru perlu mendapat pengetahuan tentang
perkembangan anak ketika akan menyusun rencana pembelajaran agar rencana yang
dibuatnya tidak terlalu jauh dengan tingkat usia dan perkembangan anak.
Pembelajaran yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak memungkinkan konsep
pengetahuan dapat diterima dengan baik oleh anak.
c. Program kegiatan bermain lebih diarahkan pada penggunaan strategi. Bermain
digunakan sebagai strategi untuk pengembangan aspek kemampuan anak dalam
pembelajaran. Bermain banyak digunakan karena bermain merupakan kegiatan yang
paling dekat dengan dunia anak dan menyenangkan. Bermain banyak pilihan, bersifat
aktif dan pasif, dapat disesuaikan dengan situasi, kondisi, dan karakteristik anak.
d. Anak diberikan kesempatan luas untuk mengintegrasikan pengetahuan yang telah
dipelajari dengan pengetahuan prosedural dalam melakukan tugas dan memecahkan
masalah. Pengalaman yang telah diperoleh anak di masa lalunya akan digunakan untuk
mempelajari konsep selanjutnya dengan tingkat kesulitan yang semakin meningkat.
Pengalaman yang diperoleh anak dalam memecahkan masalah di waktu lampau akan
digunakannya ketika menemukan permasahan yang serupa.
e. Proses belajar dan pembelajaran tidak sekedar bersifat transferal tetapi
lebih merupakan ko-konstruksi. Pembelajaran, terutama untuk anak usia dini, tidak
sekedar proses mentransfer ilmu, tetapi lebih bermakna lagi, yaitu proses membangun
pengetahuan melalui kegiatan yang dilakukan anak. Jika anak membangun sendiri
pengetahuan yang dipelajarinya, maka penyimpanan memori pengetahuan tersebut akan
bertahan lama dalam ingatan anak. Namun jika pengetahuan diperoleh hanya melalui
kegiatan transfer semata.
KI HAJAR DEWANTARA
Proses Pendidikan Anak Usia Dini Menurut Ki Hajar Dewantara Dipengaruhi pemikiran
Frobel yang memberikan kebebasan pada anak yang diatur secara tertib dan pemikiran
Montessori yang membebaskan anak-anak seakanakan secara tak terbatas, maka Ki Hajar
Dewantara merumuskan memberi kebebasan yang luas selama tidak ada bahaya yang
mengancam kanakkanak. Inilah sikap yang terkenal dalam hidup kebudayaan bangsa
Pendidikan anak usia dini berdasarkan pemikiran Ki Hajar Dewantara didasarkan pada
pola pengasuhan yang berasal dari kata mengelola, membimbing. Teori yang mendukung
pemikiran Ki Hajar Dewantara adalah teori Rousseau, yaitu orang dewasa berperan
sebagai pendidik dengan dukungan (support) kepada anak untuk dapat berkembang
secara alami Proses pembelajaran yang dilakukan Ki Hajar Dewantara kepada anak usia
dini dilakukan dengan pendekatan budaya yang ada dilingkungan anakanak. Menurutnya
untuk menyempurnakan perkembangan budipekerti anakanak jangan dilupakan dasa
mementingkan segala unsur-unsur kebudayaan yang baik-baik dimasing-masing daerah
kanakkanak sendiri, dengan maksud pada ingkatan-tingkatan yang lebih seperlunya,
menuju kearah persatuan kebudayaan Indonesia secara evolusi. Sesuai dengan alam dan
jaman. Ki Hajar Dewantara membentuk sistem pendidikan yang bersumber pada
kebudayaan sendiri dan kepercayaan atas kekuatan sendiri untuk tumbuh. Pendekatan
budaya yang digunakan Ki Hajar Dewantara dalam pendidikan anak usia dini adalah
dengan melalui permainan, nyanyian, dongeng, olaraga, sandiwara, bahasa, seni,
agama dan lingkungan alam.