Anda di halaman 1dari 12

Kendala bagi guru dalam Teori

perkembangan sosial kognitif menurut


lev Vigotsky

DISUSUN OLEH :

NAMA MAHASISWA : Ahmad Taufik Hasibuan

NIM : 2151151001

DOSEN PENGAMPU : Dra.Sorta Simanjuntak,MS.

MATA KULIAH : Perkembangan Peserta didik

Disusun untuk memenuhi tugas rutin sebagai prasyarat dalam


memenuhi nilai pelajaran perkembangan peserta didik

JURUSAN PENDIDIKAN SENI RUPA


FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2017
The National for the Educational of Young Children (NAEYC) mendefinisikan
pendidikan anak usia dini adalah pendidikan yang melayani anak usia lahir hingga 8 tahun
untuk kegiatan setengah hari maupun penuh baik di rumah ataupun institusi luar. Asosiasi
para pendidik yang berpusat diAmerika tersebut mendefinisikan rentang usia berdasarkan
perkembangan hasil penelitian di bidang psikologi perkembangan anak yang mengindikasikan
bahwa terdapat pola umum yang dapat diprediksi menyangkut perkembangan yang terjadi
selama 8 tahun pertama kehidupan anak. NAEYC juga berperan sebagai lembaga yang
memberikan panduan dalam menjaga mutu program pendidikan anak usia dini yang
berkualitas yaitu program yang sesuai dengan tingkat perkembangan dan keunikan
individu.Pembagian rentang usia berdasarkan keunikan dalam tingkat pertumbuhan dan
perkembangannya di Indonesia, tercantum dalam buku kurikulum dan hasil belajar anak usia
dini yang terbagi ke dalam rentang tahapan berikut: (1) Masa bayi berusia lahir – 12 bulan; (2)
Masa “toddler” atau balita usia 1-3 tahun; (3) Masa prasekolah usia 3-6 tahun; (4) Masa kelas
B TK usia 4-5/6 tahun

Teori perkembangan Piaget dengan konsep kecerdasan seperti halnya sistem biologi
membangun struktur untuk berfungsi, pertumbuhan kecerdasan ini dipengaruhi oleh
lingkungan fisik dan sosial, kematangan dan ekuilibrasi. Semua organisme dilahirkan dengan
kecenderungan untuk beradaptasi (menyesuaikan diri) dengan lingkungannya. Cara
beradaptasi berbeda bagi setiap individu, begitu juga proses dari tahap yang satu ke tahap
yang lain dalam satu individu. Adaptasi terjadi dalam proses asimilasi dan akomodasi. Kita
merespon dunia dengan menghubungkan pengalaman yang diterima dengan pengalaman
masa lalu kita (asimilasi), sedangkan setiap pengalaman itu berisi aspek yang mungkin saja
baru sama sekali. Aspek yang baru inilah yang menyebabkan terjadinya dalam struktur
kognitif (akomodasi).Asimilasi adalah proses merespon pada lingkungan yang sesuai dengan
struktur kognitif seseorang. Tetapi proses pertumbuhan intelektual tidak akan ada apabila
pengalaman yang ditangkap tidak berbeda dengan skemata yang ada oleh sebab itu
diperlukan proses akomodasi, yaitu proses yang merubah struktur kognitif. Bagi Piaget proses
akomodasi tersebut dapat disamakan dengan belajar. Konsep ini mejelaskan tentang perlunya
guru memilih dan menyesuaikan materi berpijak dari ide dasar yang diketahui anak, untuk
kemudian dikembangkan dengan stimulasi lebih luas misalnyadalam bentuk pertanyaan
sehingga kemampuan anak meningkat dalam menghadapi pengalaman yang lebih kompleks.

Piaget selain meneliti tentang proses berpikir di dalam diri seseorang ia juga dikenal
dengan konsep bahwa pembangunan struktur berfikir melalui beberapa tahapan. Piaget
membagi tahap perkembangan kognitif anak menjadi empat tahap: (1) Tahap sensori motor
(lahir-2 tahun); (2) Tahap praoperasi (usia 2-7 tahun); (3) Tahap operasi konkrit (usia 7-11
tahun); (4) Tahap operasi formal (usia 11-15 tahun). Tahapan-tahapan ini sudah baku dan
saling berkaitan. Urutan tahapan Tidak dapat ditukar atau dibalik karena tahap sesudahnya
melandasi Terbentuknya tahap sebelumnya. Akan tetapi terbentuknya tahap tersebut dapat
berubah-ubah menurut situasi sesorang. Perbedaaan antara tahap sangat besar. Karena ada
perbedaan kualitas pemikiran yang lain. Meskipun demikian unsur dari perkembangan
sebelumnya tetap tidak dibuang. Jadi ada kesinambungan dari tahap ke tahap, walaupun ada
juga perbedaan yang sangat mencolok.

Vigotsky memandang bahwa sistem sosial sangat penting dalam perkembangan kognitif
anak. Orangtua, guru dan teman berinteraksi dengan anak dan berkolaborasi untuk
mengembangkan suatu pengertian. Jadi belajar terjadi dalam konteks sosial, dan muncul
suatu istilah zona Perkembangan Proksimal (ZPD). ZPD diartikan sebagai daerah potensial
seorang anak untuk belajar, atau suatu tahap dimana kemampuan anak dapat ditingkatkan
dengan bantuan orang yang lebih ahli. Daerah ini merupakan jarak antara tahap
perkembanan aktual anak yaitu ditandai dengan kemampuan mengatasi permasalahan
sendiri batas tahap perkembangan potensial dimana kemampuan pemecahan masalah harus
melalui bantuan orang lain yang mampu.Sebagi contoh anak usia 5 tahun belajar
menggambar dengan bantuan pengarahan dari Orang tua atau guru bagimana caranya secara
bertahap, sedikit demi sedikit bantuan akan berkurang sampai ZPD berubah menjadi tahap
perkembangan aktual saat anak dapat menggambar sendiri. Oleh karena itu dalam
mengembangkan setiap kemampuan anak diperlukan scaffolding atau bantuan arahan agar
anak pada akhirnya menguasai keterampilan tersebut secara independen. Dalam mengajar
guru perlu menjadi mediator atau fasilitator di mana pendidik berada disana ketika anak-anak
membutuhkan bantuan mereka. Mediatoring ini merupakan bagian dari scaffolding. Jadi
walaupun anak sebagai pebelajar yang aktif dan ingin tahu hampir segala hal, tetapi dengan
bantuan yang tepat untuk belajar lebih banyak perlu terus distimuluasi sehingga proses
belajar menjadi lebih efektif.

Vigotsky meyakini bahwa pikiran anak berkembang melalui: (1) Mengambil bagian
dalam dialog yang kooperatif dengan lawan yang terampil dalam tugas di luar zone proximal
Development; (2) Menggunakan apa yang dikatakan pendidik yang ahli dengan apa Yang
dilakukan. Berbeda dengan Piaget yang memfokuskan pada perkembangan berfikir dalam diri
anak (intrinsik), Vigotsky menekankan bahwa perkembangan kognitif seorang anak sangat
dipengaruhi oleh sosial dan budaya anak tersebut tinggal. Setiap budaya memberikan
pengaruh pada pembentukan keyakinan, nilai, norma kesopanan serta metode dalam
memecahkan masalah sebagai alat dalam beradaptasi secara intelektual. Budayalah yang
mengajari anak untuk berfikir dan apa yang seharusnya dilakukan.

Riwayat Maria Montessori


Maria Montessori lahir tahun 1870 di kota Chiara Valle, Italia dimana ia menghabiskan
masa kecilnya. Maria Montessori pindah ke Roma pada usia 3 tahun dan tumbuh di
lingkungan yang di dominasiprestasi akademis. Maria Montessori belajar matematika dan
teknik dijurusan teknik, kemudian melanjutkan kuliah di universitas Roma. Iamenjadi wanita
pertama yang memperoleh gelar dokter. Selanjutnyamenekuni karier dokter di State
Orthophenis School di Roma, danbekerja menangani anak-anak cacat. Keberhasilan Maria
Montessori menangani anak cacat, meyakinkan dirinya untuk meninggalkan profesi dokter
dan memfokuskan diri pada pendidikan. Untuk mempelajarifungsi pikiran manusia, ia
kembali ke kampus untuk mempelajaripsikologi dan antropologi. Bahkan akhirnya Maria
Montessori menjadidekan jurusan antropologi pendidikan.Maria Montessori melanjutkan
bekerja dengan anak-anak dariberbagai budaya dan latar belakang, tidak hanya anak cacat,
tetapi jugaanak normal dari keluarga kaya dan miskin. Ia menyimpulkan bahwaanak perlu
lebih dari sekedar perawatan fisik dan medis gunamenunjang pertumbuhan dan
perkembangan jiwa dan raganya, anakmemerlukan lebih dari sekedar pelajaran yang
diajarkan di sekolahumum. Ia memperkenalkan strategi pendidikan yang mencakup
melatihpanca indera dan ketrampilan motorik anak. Dengan alat peraga khususdan di
lingkungan yang tepat, anak cenderung bisa mengerjakanaktivitas secara spontan, dan , lewat
aktivitas anak mendapatkanpengetahuan dan ketrampilan. Anak akan belajar sekuat
keinginanpribadi dan mengatasi ketidakmampuannya tanpa bantuan dan campurtangan
orang tua.Pengalaman kerja pertama Maria Montessori adalah mendidikanak cacat.
Selanjutnya hasil observasi Maria Montessori juga berlaku untuk anak normal. Eksperimen
awal Maria Montessori mengajarkanbahwa guru perlu mengajarkan dasar-dasar hidup.
Misalnya melatihpanca indera dan sistem urat saraf.
Setelah berhasil mengajar anak cacat. Kesempatan menguji metode Maria Montessori
untuk anaknormal datang ketika diminta menguji 60 anak di kawasan kumuh SanLorenzo,
Roma. Anak-anak ini berusia 3-7 tahun. Berasal dari keluargamiskin. Sebagian orang tua
mereka bahkan buta huruf. Karena danakurangia membuat sendiri furnitur dan perlengkapan
mengajar.Usaha untuk menumbuh-kembangkan anak dilakukan MariaMontessori dengan
mendirikan Casa Dei Bambini atau rumah anak. Disini, Maria Montessori menelaah respon
terhadap metode mengajaranak prasekolah. Metode mengajar Maria Montessori mulai
terkenaldan membuka jalan untuk membuat proyek serupa bagi MariaMontessori dan
pengikutnya. Maria Montessori mendirikan sekolahuntuk anak normal dan anak orang kaya.
Maria Montessori mengatakananak normal mempunyai kemampuan yang sama untuk
melakukanaktifitas anak cacat. Maria Montessori telah menemukan metodemengajar yang
tepat dan menyadari perlu adanya revolusi pendidikan.Untuk menyebarluaskan
penemuannya, ia berkenan mengajar hingga keAmerika, Inggris, Australia, dan Asia. Tidak
mengherankan jika MariaMontessori didominasikan 3 kali untuk menerima hadiah nobel
dibidang perdamaian.Maria Montessori meninggal di Belanda tahun 1952, sebelumulang
tahunnya yang ke-82. dia bekerja setiap hari untuk mengajarkansistem pendidikan ke seluruh
dunia. Selain buku dan program pelatihan guru, banyak asosiasi dan sekolah di Eropa,
Amerika, dan Asia yangmengabdikan nama Maria Montessori

a.       Prinsip-prinsip yang digunakan dalam metode Maria

Prinsip-prinsip yang digunakan dalam metode Maria Montessori adalah metode


Student Centered Learning. Maria Montessori mengajarkan anak untuk lebih aktif
berperan serta dalam pembelajaran. Dia menerapkan belajar sambil bermain agar anak-
anak lebih dapat mengerti bahan yang dibahas. Secara garis besar Montessori juga
membantu para orang tua dalam menerapkan pola pengajaran yang sesuai bagi anaknya.

b.      Metode Maria Montessori terhadap perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotorik

Setiap manusia terdiri atas 3 kemampuan, yaitu kognitif, afektif dan psikomotor,
oleh karena itu penulis akan membahas mengenai kelebihan dengan metode Maria
Montessori dari 3 segi.

1.   Kognitif
2.   Afektif (emosi)
- Tidak boleh dipaksa
- Proses pendidikan harus dengan kemauan anak sendiri
- Anak harus merasa senang dalam belajar

SKEMA dan CERITA


Melalui alat yang digunakan tanpa dipaksa
1. Membuat anak melakukan sesuatu
2. Anak menjadi senang
cerita :
Pada hari Ibu, anak-anak diminta menggambar atau membuat sesuatu untuk ibu. Anak diberi
pengertian bahwa apa yang akan mereka buat adalah tanda rasa sayang mereka pada ibu,
sehingga anak akan membuat sesuatu untuk ibunya tanpa dipaksa.

3.   Psikomotor
Cerita:
Saat bermain, anak-anak diminta untuk membuat kelompok kecil bersama
temantemannya. Kemudian disediakan alat-alat seperti sekop kecil, pasir, batu-batuan,
gerobak kecil. Tiap kelompok diminta untuk membuat suatu bangunan sederhana, dari
permainan tersebut anak-anak dapat belajar bekerja sama untuk membangun bangunan
sederhana tersebut

c.       Tujuan Metode Maria Montessori


Tujuan penggunaan metode Maria Montessori adalah membantu para orang tua dalam
menerapkan pola pengajaran yang efektif bagi anak mereka. Penerapan metode belajar yang
baik sangat berperan penting dalam pembentukan kemampuan intelektual, kepribadian, dan
dalam hubungan sosial dan emosional. Hal ini dikarenakan umur lima tahun merupakan
umur emas. Dikatakan umur emas karena pada saat ini kemampuan intelektual anak sedang
meningkat sampai taraf optimal. Jadi orang tua harus menerapkan metode pengajaran yang
baik kepada anak mereka. Sebelum membina perlu menentukan seperangkat nilai yang mau
ditanamkan.
1.  Watak kepribadian macam apa yang ingin dilatihkan dan dikembangkan?
2.    Sikap sosial macam apa yang hendak kita bangun?
3.    Kegiatan atau pengalaman apa yang hendak kita berikan untuk membangun etika dan
moral yang baik sesuai dengan usia?

Namun yang paling penting adalah nilai, etika dan moral dari sikap dan perilaku orang
tuanya sendiri. Nilai apa yang hendak kita transferkan kepada anak-anak? Kita dapat mencari
"potret" orang tua yang positif dalam menanamkan nilai-nilai. Pendekatan macam apa yang
hendak kita gunakan secara positif.adapun tujuan dari metode Maria Montessori adalah:
1.   Membantu para orang tua dalam menerapkan pola pengajaran yang efektif bagi anak
mereka
2.   Membantu anak-anak didik dalam mengembangkan tingkat intelektual, psikomotor, dan
afektif yang ada pada diri mereka.
3. Membuat anak dituntut untuk dapat berkembang sesuai dengan periode perkembangannya
saat mereka mulai peka terhadap tugas-tugasnya.
4. Mengajarkan pada anak cara belajar yang efektif dan optimal melalui permainan.
5. Mengembangkan keterampilan yang menekankan pada pentingnya anak bekerja bebas dan
dalam pengawasan terbatas.
6.     Anak diajarkan untuk dapat berkonsenterasi dan berkreasi.
7.     Guru hanya sebagai pengamat dan pembimbing, karena anak dibiasakan untuk memilih
sesuai dengan keinginan sendiri.

d.      Alat Permainan Edukatif ciptaan Montessori

Montessori menciptakan alat permainan yang memudahkan anak untuk mengingat


dan mengenal konsep-konsep tanpa perlu dibimbing. Alat dirancang dengan sedemikian rupa
agar anak dapat bekerja secara mandiri. Beberapa alat permainan tersebut antara lain:
a.     Alat timbangan
b.     Silinder dengan ukuran serial sepuluh ukuran
c.      Tongkat-tongkat desimeter, meter
d.     Gambar-gambar untuk dicontoh, bahan untuk mengembangkan motorik halus
e.     Bentuk-bentuk segitiga, segi empat, segi enam yang dipecah-pecah
f.       Bentuk-bentuk tiga dimensi, kerucut, kubus, prisma, bola
g.     Bujur telur, limas, dan sebagainya

e.       Landasan Teori


Maria Montessori merupakan seorang pendidik yang menggunakan metode pendidikan
yang menekankan pada pentingnya anak bekerja bebas dan dalam pengawasan terbatas.
Metode Maria Montessori merupakan metode belajar pada zaman dahulu. Sekarang, Maria
Montessori lebih di kenal dengan nama Problem Based Learning (PBL). PBL ini mempunyai
nama lain yaitu Project Based Learning (pembelajaran berdasarkan proyek), Experience Based
Education (belajar berdasarkan pengalaman), Authentic Learning (pembelajaran otentik), dan
Anchored Instruction (berakar pada kehidupan nyata).
Maria Montessori ini merupakan gabungan dari berbagai macam pembelajaran yang
disebut dengan kolaboratif learning. Kolaboratif learning terdiri dari PBL, PQ4R, SQ3R. Metode
Maria Montessori membuat anak dituntut untuk dapat berkembang sesuai dengan periode
perkembangannya saat mereka mulai peka terhadap tugastugasnya. Maria Montessori
berpusat pada peserta didik. Oleh sebab itu, disebut dengan Student Centered Learning.
Pada metode ini guru hanya bersifat sebagai fasilitator dan mediator saja selebihnya
menjadi tanggung jawab peserta didik. Student Centered Learning ini lebih menekankan pada
pembelajaran-pembelajaran kasus. Peserta didik di bagi menjadi kelompok-kelompok, lalu
peserta didik belajar cara untuk mengkaji masalah, menganalisa dan mencari solusi masalah
yang dikaji. Setelah itu, peserta didik mengajukan pertanyaan atau masalah, lalu terintegrasi
dengan disiplin ilmu lain.
Setelah itu, penyelidikan otentik pun dapat dilakukan dan akan menghasilkan produk
atau karya yang menggangumkan. Cara inilah yang akan menghasilkan sumber daya manusia
yang potensial. Belajar dengan kasus-kasus dapat mempengaruhi kognitif dan metakognitif
peserta didik itu sendiri. Peserta didik dapat mengembangkan kemampuan kognitif dan
metakognitif pada saat mereka belajar. Tujuan yang ingin dicapai adalah dengan cara
mengkonstruksikan pengetahuan yang telah mereka dapat sebelumnya. Selain itu, Faktor
sosial dan faktor individu itu sendiri berpengaruh dalam metode ini. Metode ini mengajarkan
agar peserta didik aktif dalam bertanya dan menjawab pertanyaanpertanyaan.
Cara pembelajaran lainnya adalah Teori Scaffolding, dimana guru memberikan materi,
lalu peserta didik menangkapnya dan berjalan terus hingga akhirnya peserta didik sudah
mendapat banyak materi dan guru sedikit memberikan materi. Pada saat ini peserta didik
dituntut untuk berkonsentrasi agar dapat menangkap apa yang telah diberikan oleh guru. Kita
seharusnya membantu anak untuk menjadikan fantasi sebagai suatu hal yang nyata. Setiap
orang berimijanasi, namun kita harus mengetahui cara mengembangkan imajinasi tersebut.

Teori Piaget tentang Perkembangan Kognitif


Tahapan dalam perkembangan intelektual (kognitif) yang dirumuskan oleh piaget
berhubungan dengan pertumbuhan otak. Menurut Piaget, otak manusia tidak berkembang
sepenuhnya hingga masa adolesen, bahkan otak laki-laki kadang tidak berkembang
sepenuhnya hingga masa dewasa awal.
Menurut Piaget, intelegensi adalah dasar fungsi hidup yang membantu organism
beradaptasi dengan lingkungan. Piaget juga mengemukakan bahwa intelegensi adalah suatu
bentuk keseimbangan yang menjedi kecenderungan semua struktur kognitif. Piaget
menekankan bahwa anak-anak bersifat aktif dan merupakan penjelajah yang selalu ingin
tahu. Piaget meyakini bahwa ketidakseimbangan antara bentuk berpikir anak dan kejadian
dalam lingkungan, memaksa anak membuat penyesuaian mental yang membuatnya dapat
menyelesaikan pengalaman baru yang membingungkan dan kemudian menghasilkan
keseimbangan kognitif.
Piaget mendeskripsikan anak sebagai seorang kontruktivis dimana jika mereka ingin
mengetahui sesuatu, mereka harus membangun pengetahuan tersebut sendiri.
Tahap-tahap perkembangan kognitif menurut Piaget
Piaget mengidentifikasi empat periode utama dalam perkembangan kognitif, yaitu
tahap sensorimotor (0-2 tahun), tahap praoperasional (2-7 tahun), tahap operasi konkrit (7-11
tahun), dan tahap
operasi formal (11 tahun keatas). Tahap pertumbuhan intelektual akan menunjukkan tingkat
kualitas yang berbeda dari fungsi dan bentuk kognitif yang disebut tahap perkembangan
Invarian, yaitu semua anak mengalami kemajuan melalui tahap dalam urutan yang persis
sama tanpa melewati suatu tahap.
Menurut Piaget, urutan tahap-tahap intelektual adalah tetap, namun dia menemukan
bahwa ada perbedaan individual yang besar pada tahun dimana anak masuk dari suatu tahap
tertentu. Rentangan pertumbuhan intelektual anak dipengaruhi oleh factor budaya dan
pengaruh lingkungan.
Tahap perkembangan anak usia dini menurut Piaget hanya berada pada tahap
Sensorimotor dan Praoperasional.
1)   Tahap Sensorimotor ( 0-2 tahun)
Tahap sensorimotor yaitu tahap dimana anak berumur sejak lahir hingga sekitar dua
tahun. Pada tahap ini merupakan periode dimana bayi dapat mengkoordinasikan input sensor
dan kemampuan geraknya untuk membentuk skema perilaku yang memungkinkannya
bergerak dalam lingkungan dan mengetahui lingkungannya.
Pada dua tahun pertama, bayi berkembang dari makhluk yang berkembang dengan
reflek dan dengan pengetahuan yang sangat terbatas. Piaget membagi periode sensorimotor
menjadi 6 sub tahap yang menggambarkan transisi bertahap dari organism yang
menggunakan reflek menjadi organism yang bercermin pada diri sendiri.
2)   Perkembangan Ketrampilan Memecahkan Masalah
Piaget memberi ciri pertama dalam hidup bayi sebagai tahap kegiatan reflek, yaitu
suatu periode dimana perilaku bayo terbatas pada latihan reflek yang alami, menambahkan
obyek baru ke dalam skema refleksif, dan menghantarkan reflek kepada benda nyata. Pada
tahap ini merupakan permulaan dari perkembangan kognitif.
3)   Perkembangan Imitasi (Peniruan)
Piaget menemukan adanya adaptasi peniruan yang bermakna dimana bayi tidak
mampu meniru respon asli yang ditunjukkan oleh orang dewasa hingga usia 8-12 bulan. Pada
usia 18-12 bulan terdapat peniruan yang tertunda, yaitu kemampuan melakukan kembali
perilaku yang telah lama dicontohkan karena mereka sedang membangun mental simbolis,
atau imajinasi dari perilaku contoh yang tersimpan dan dimunculkan di lain waktu. Tetapi,
menurut pendapat para ahli lainnya menyatakan bahwa kapasitas untuk penundaan peniruan
yang memungkinkan bayi untuk menyusun, menyimpan, dan kemudian memunculkan
kembali mental simbolis ditunjukkan jauh lebih awal dari yang telah dikemukakan Piaget.
4)   Perkembangan Ketetapan Benda
Pada tahap ini merupakan suatu pemikiran bahwa benda tetap ada ketika benda
tersebut tidak lagi dapat terlihat oleh indera lainnya, tetapi karena pada bayi usia 4-8 bulan
sangat tergantung pada panca indera dan kemampuan motorik untuk memahami suatu
benda, maka ia akan berpikir bahwa suatu benda ada apabila dapat diinderai.
Pada bayi usia 12-18 bulan, konsep ketetapan benda meningkat meskipun belum
lengkap, karena anak tidak dapat membuat kesimpulan secara mental yang diperlukan
untuk memahami pemindahan benda dengan cara yang tidak telihat. Selanjutnya pada
usia ini bayi mampu secara mental menggambarkan pemindahan benda secara tak terlihat
dan menggunakan kesimpulan mental untuk memandu pencariannya terhadap benda
yang telah lama menghilang.
5)   Tahap praoperasional (2-7 tahun)
Pada saat anak memasuki tahap ini, anak telah mengalami peningkatan drastic
dalam perkembangan intelektualnya pada penggunaan symbol (kata dan imajinasi) untuk
menggambarkan benda, situasi, dan kejadian. Symbol merupakan sesuatu yang mewakili
sesuatu yang lain.
Piaget mendeskripsikan bahwa intelejensi praoperasional berfokus pada
keterbatasan anak dalam berpikir. Anak usia dini masih belum menguasai operasi kognitif
yang memungkinkan mereka untuk berpikir logis.
Pada tahap ini terdapat periode prakonseptual yang ditandai dengan munculnya
fungi simbolis, yaitu kemampuan membuat suatu hal mewakili sesuatu yang lain. Pada
periode ini terjadi pergeseran dari keingintahuan segala sesuatu melalui tangan menuju
kepada perenungan.

Teori perkembangan anak menurut Lavengeveld


Lavengeveld menyatakan bahwa tahap-tahap perkembangan anak meliputi:
1.      3½ -5 tahun
Masa pendidikan pendahuluan (menuruti dan meniru orang tua).
2.      3 - 6 tahun
Tahap Taman Kanak-kanak, yang hendaknya dicapai adalah
a.       Berbahasa lisan (berbicara, bercerita)
b.      Mengenal pola hidup keluarga (saya, keluarga, dan sekolah)
c.       Menguasai keterampilan untuk kebutuhan sehari-hari (mandi, menggosok
gigi, berganti pakaian, makan, dll).
d.      Mengenal diri, keinginannya dan kehendaknya.
e.       Mulai berkhayal (tidak dapat membedakan khayalan dan kenyataan).
3.      Kelas I dan II SD
Membaca buku cerita yang ada ekspresi seninya. Mengumpulkan benda-benda
kecil, dan bermain dengan teman sebaya

http://nurzubaini.blogspot.co.id/2012/12/teori-perkembangan-anak-menurut-para.html

Anda mungkin juga menyukai