Anda di halaman 1dari 7

PROGRAM PENCEGAHAN BULLY/PERUNDUNGAN SMP PUI CINEHEL

TAHUN PELAJARAN 2021/2022

A. Pendahuluan
Banyak terjadinya kekerasan terhadap anak di Indonesia semakin memprihatinkan. Ironisnya,
kekerasan justru banyak terjadi di sekolah yang seharusnya menjadi tempat yang aman dan
nyaman untuk belajar dan tumbuh kembang anak. Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan UNICEF (2006) di beberapa daerah di Indonesia menunjukkan bahwa sekitar 80%
kekerasan yang terjadi pada siswa dilakukan oleh guru. Pemberitaan mengenai kekerasan
terhadap anak marak diberitakan, seperti mengenai peserta didik yang melakukan kekerasan
pada peserta didik lainnya, contohnya kasus IPDN, kasus MOS, OSPEK, dan lain-lain.
Hal ini, tentu mengejutkan bagi kita. Kita tahu bahwa sekolah merupakan tempat yang aman
bagi anak. Namun ternyata di beberapa sekolah masih banyak terjadi kekerasan pada anak
yang dilakukan oleh sesama peserta didik, guru atau pihak lain di dalam lingkungan sekolah.
Sebenarnya kekerasan terhadap anak tidak hanya di sekolah, di lingkungan rumah pun
kekerasan dapat terjadi, hal itu dapat dilihat dari banyaknya kasus-kasus kekerasan dalam
rumah tangga (KDRT) dan anak-anak yang selalu menjadi korbannya. Hal tersebut akan
sangat berpengaruh terhadap perkembangan karakter anak seperti contoh, anak akan
berkarakter keras, acuh tak acuh, penakut dan masih banyak lagi. Menyadari hal tersebut, di
sekolah perlu di kembangkan pembelajaran yang humanistik yaitu model pembelajaran yang
menyadari bahwa belajar bukan merupakan konsekuensi yang otomatis namun
membutuhkan keterlibatan mental, dan mengubah suasana belajar menjadi lebih
menyenangkan dengan memadukan potensi fisik dan psikis peserta didik. Kondisi tersebut
tidak hanya di sekolah, di lingkungan rumah maupun masyarakat pun perlu. diciptakan
lingkungan yang aman dan nyaman bagi anak. Anak adalah bagian yang tidak terpisahkan
dari keberlangsungan hidup manusia dan kelangsungan Negara Indonesia, maka Undang-
undang Dasar 1945 menyatakan komitmen Negara bahwa setiap anak harus dilindungai dari
tindak kekerasan dan diskriminasi dan selanjutnya Undang-undang Nomor 23 tahun 2002
tentang Perlindungan Anak memberikan amanah orang perorangan, masyarakat, lembaga
swadaya masyarakat dan lembaga pendidikan untuk berperan mencegah kekerasan terhadap
anak.

Kasus kekerasan dalam seting lingkungan sekolah merupakan masalah yang perlu
mendapatkan perhatian, karena kasus-kasus tindak kekerasan yang akhir-akhir sering terjadi
dilakukan oleh anak-anak sekolah semakin bermunculan dan menjadi viral di media sosial.
Masalah tersebut perlu segera diketahui akar permasalahannya, agar tidak menjadi
permasalahan sosial dikemudian hari. Pada setiap anak yang mengalami permasalahan,
selalu berhubungan dengan kelangsungan pendidikan anak. Padahal pendidikan merupakan
hak anak yang harus dipenuhi. Sebaliknya lingkungan sekolah yang tidak memberikan rasa
aman dan nyaman bagi anak, akan berdampak pada kelangsungan pendidikan anak,
termasuk pada kehidupan masa depan anak. Lingkungan yang tidak aman dan nyaman bagi
anak, dapat bersumber dari kejadian kekerasan pada anak, atau dikenal dengan anak yang
mengalami perundungan (bullying). Bullying atau perundungan atau kekerasan pada peserta
didik terkadang bisa menimbulkan trauma yang mendalam, hal ini bisa terjadi disekolah, di
rumah bahkan di lingkungan masyarakat dimana kita tinggal.

Tujuan dari penyusunan program ini adalah untuk memberikan pemahaman tentang bullying
dari berbagai aspek, agar bisa jadi acuan seluruh warga sekolah dan meminimalisasi kejadian
bullying di sekolah "MEWUJUDKAN PESERTA DIDIK YANG BERPRESTASI AKADEMIK DAN

B. Visi sekolah

c. Misi sekolah

D. Tujuan

E. Pengembangan Materi Pencegahan Bully/Perundugan di Sekolah

1. Pengertian Bully

Perundungan atau Bullying adalah tindakan penggunaan kekuasaan untuk menyakiti seseorang atau
sekelompok orang baik secara verbal. fisik, maupun psikologis sehingga korban merasa tertekan,
trauma, dan tak berdaya. Kata bullying berasal dari Bahasa Inggris, yaitu dari kata bull yang berarti
banteng yang senang merunduk kesana kemari. Dalam Bahasa Indonesia, secara etimologi kata bully
berarti penggertak, orang yang mengganggu orang lemah. Pelaku bullying yang biasa disebut bully
bisa seseorang. bisa juga sekelompok orang, dan ia atau mereka mempersepsikan dirinya memiliki
power (kekuasaan) untuk melakukan apa saja terhadap korbannya. Korban juga mempersepsikan
dirinya sebagai pihak yang lemah, tidak berdaya dan selalu merasa terancam oleh bully.

2. Landasan Hukum

1. Undang-Undang No. 2014 Undang-Undang No.23 Pasal 76 c yang merupakan Perubahan atas
Tahun 2002 tentang Perlindungan anakyang menyebutkan "Setiap orang dilarang menempatkan,
membiarkan, melakukan, menyuruh melakukan, atau turut serta melakukan kekerasan terhadap
anak".

2. Undang-Undang No. 35 Tahun 2014 yang merupakan Perubahan atas Undang-Undang No. 23.
Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Pasal 9 Ayat (1a) yang menyebutkan: Setiap anak berhak
mendapatkan perlindungan di satuan pendidikan dari kejahatan seksual dan kekerasan yang
dilakukan oleh pendidik, tenaga pendidik, sesamapeserta didik, dan atau pihak lain.

3. Permendikbud No. 82 Tahun 2015 tentang pencegahan dan Penanggulangan Tindak kekerasan di
Lingkungan Satuan pendidikan.

3. Tujuan

Tujuan dari program ini adalah:

a) Memberikan pemahaman tentang bahaya bully di satuan pendidikan yang berdampak negatif bagi
semua pihak
b) Melindungi dan menjamin keselamatan anak-anak perempuan dan anak laki laki temasuk anak
yang memerlukan pendidikan khusus dan/atau pendidikan layanan khusus dari gangguan fisik,
psikososial dan risiko bencana;

c) Mengembangkan budaya sekolah/madrasah yang peduli lingkungan dan mengedepankan nilai-


nilai luhur bangsa termasuk dalam situasi darurat;

d) Melibatkan peran serta keluarga, masyarakat sekitar dan pihak pihak lainnya dalam pengelolaan
pendidikan; dan

e) Memberi memberikan pemahaman kepada siswa tentang pentingnya saling tolong menolong, dan
saling peduli antar sesama

f) Membiasakan siswa untuk saling hormat-menghormati dan harga-menghargai antar sesama

g) Terimplementasikannya pencegahan bully di sekolah.

4. Prinsip penyelenggaraan

a) Sekolah dituntut untuk mampu menghadirkan dirinya sebagai sebuah media, tidak sekedar tempat
yang menyenangkan bagi anak untuk belajar.

b) Sekolah bukan merupakan dunia yang terpisah dari realitas keseharian anak dalam keluarga
karena pencapaian cita-cita seorang anak tidak dapat terpisahan dari realitas keseharian.

5. Tahapan penyelenggaraan program pencegahan bully di SMP PUI CINEHEL Semua konsep dan
desain sekolah baik bersifat fisik maupun non fisik telah dirancang untuk memenuhi hak-hak anak
sebagai pribadi yang harus didik dengan perasaan dan budi pekerti yang baik. Program anti-
perundungan di sekolah dilakukan antara lain dengan cara:

1. Menggiatkan pengawasan dan pemberian sanksi secara tepat kepada pelaku.

2. Melakukan kampanye anti perundungan melalui berbagai cara.

3. Memasukkan materi perundungan ke dalam pembelajaran yang akan berdampak positif bagi
pengembangan pribadi para murid.

4. Memberikan penguatan. atau pujian pada perilaku pro sosial yangditunjukkan oleh siswa, Guru
dan staf sekolah.

5. Mendorong anak untuk mengembangkan bakat atau minatnya dalamkegiatan-kegiatan


ekstrakululer, agar kepercayaan diri anak meningkat.

6. Membuka akses agar orang tua tetap berkomunikasi dengan guru jika anak menunjukkan adanya
masalah yang bersumber dari sekolah.

7. Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan terhadap Guru, mengenai pencegahan dan cara
mengatasi perundungan.

8. Mengembangkan Kurikulum sckolah yang mengandung unsur pengembangan sikap prososial dan
guru-guru memberikan penguatan pada penerapannyadalam kehidupan sehari-hari di sekolah.
9. Mendukung kelompok-kelompok kegiatan yang diikuti oleh seluruh siswa dan menyedaiakan
pengaduan atau forum dialog antara siswa dan sekolah. atau orang tua dan sekolah, dan
membangun aturan sekolah dan sanksi yang jelas terhadap tindakan perundungan.

10. Menciptakan kebijakan bahwa perilaku mengintimidasi adik kelas, dan perlakuan kasar dari
temannya mendapatkan sanksi.

11. Memahami tanda tanda pada anak yang mengalami perundungan, dan kekerasan

12. Mengajari anak untuk melindungi dirinya, bersikap self defense untuk atau mengatakan "tidak
terhadap hal-hal yang memang seharusnya tidak dilakukan. Selain itu, jangan biasakan anak
membawa barang mahal atau uang berlebih ke sekolah. karena bisa berpotensi menjadi incaran
pelakuperundungan.

13. Bina relasi dengan guru dan orangtua murid, untuk mendapatkan informasi adanya kasus
perundungan atau melaporkan kepada guru bila anak bercerita mengenai temannya yang dipukul

6. Implementasi Pencegahan Bully ke dalam 8 (delapan) standar pendidikan

A. Standar kompetensi lulusan

1. Lulusan memiliki sikap anti kekerasan

2. Lulusan memiliki sikap toleransi yang tinggi

3. Lulusan memiliki sikap peduli lingkungan

4. Lulusan memiliki sikap setia kawan

5. Lulusan memiliki sikap bangga terhadap sekolah dan almamater.

6. Mendorong anak untuk mengembangkan bakat atau minatnya dalam kegiatan-kegiatan


ekstrakululer, agar kepercayaan diri anak meningkat.

A. Standar Isi

1. Mencantumkan pelaksanaan pencegahan bully yang terintegrasi dengan kurikulum

sekolah yang terpadu dengan program sekolah ramah anak (SRA).

2. Dasar hukum mencantumkan Permendikbud No. 82 Tahun 2015 tentang

pencegahan dan Penanggulangan Tindak kekerasan di Lingkungan Satuan pendidikan 3. Memasukkan


materi perundungan ke dalam pembelajaran yang akan

berdampak positif bagi pengembangan pribadi para murid

B. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan


Pendidik dan tenaga kependidikan mampu mewujudkan sekolah bebas

bully/perundungan dan selalu memberi keteladanan dengan berperilaku positif

dan tanpa kekerasan baik dalam bentuk:

1. Penindasan fisik merupakan jenis perundungan yang paling tampak dan paling dapat diidentifikasi
diantara bentuk-bentuk penindasan lainnya. namun kejadian penindasan fisik terhitung kurang dari
sepertiga insiden penindasan yang dilaporkanolehsiswa. Perilakunyaberupa kontak fisik langsung
atau serangan fisik yang dilakukan secara langsung, dapat berupa memukul, mendorong menendang,
mencekik, menyikut, meninju. menendang, menggigit, memiting, mencakar, serta meludahi anak
yang ditindas sehingga menyakitkan, serta merusak dan menghancurkan pakaian serta barang-
barang milik anak yang tertindas.

2. Perundungan verbal dan verbal, sebagai bentuk kekerasan yang поп paing umum digunakan oleh
anak perempuan maupun laki-laki, kerana mudah dilakukan. Seperti melalui bisikan yang dilakukan
dihadapan orang dewasa atau teman-teman tanpa terdeteksi. Bentuk penindasan verbal seperti
memberi julukan nama, mencela, memfitnah, mengkritik dengan kejam, menghina, menyebarkan
gosip, membuat surat ancaman kekerasan serta menuduh hal-hal yang tidak benar.

3. Perundungan atau penindasan dalam bentuk non verbal dilakukan dengan menggunakan bahasa
tubuh secara langsung. misalnya memandang sinis, ekspres wajah dengan merendahkan,
mengabaikan lawan bicara. mengalhkan pandangan dan gerakan gerakan tubuh yang menghina
orang lain. Perundungan verbal dan non verbal, disebut juga sebagai penindasan relasional. Bentuk
ini paling sulit dideteksi dari luar, bertujuan untuk melemahkan harga diri korban secara sistematis
melalui pengabaian. pengucilan, pengecualian atau penghindaran. Perilaku penghidaran ini berupa
penyingkiran, sebagai alat penindasan yang terkuat.

4. Pelecehan seksual dilakukan ssecara fisik atau lisan. Secara lisan berupa ejekan kata-kata tidak
sopan terhadap organ vital (seksual). penghinaan-penghinaan terhadap lawan jenis atau sejanis
seperti halnya mengatakan teman laki-laki "banci" bagi laki-laki yang feminim. Perundungan seksual
seperti sengaja memegang wilayah-wilayah seksual lawan jenis.

5. Cyber Perundungan. Ini adalah bentuk perundungan terbaru karena semakin berkembangnya
teknologi, internet dan media sosial. Pada intinya adalah korban terus menerus mendapatkan pesan
negative dari pelaku perundungan baik dari sms, pesan di internet dan media sosial lainnya.
Bentuknya berupa, Mengirim pesan yang menyakitkan atau menggunakan gambar. Meninggalkan
pesan voicemail yang kejam. Menelepon terus menerus tanpa henti namun tidak mengatakan apa-
apa (silent calls). Membuat website yang memalukan bagi si korban, Si korban dihindarkan atau
dijauhi dari chat room dan lainnya, Happy slapping yaitu video yang berisi dimana si korban
dipermalukan atau di- bully lalu disebarluaskan

C. Standar Proses

1. memberikan ruang kepada anak untuk berkreasi, berekspresi, dan partisipasi sesuai dengan
tingkat umur dan kematangannya.

2. memberikan perlindungan dan rasa aman bagi anak 3. Menghargai keberagaman dan memastikan
kesetaraan keberadaan.
4. Perlakuan adil bagi murid laki-laki dan perempuan, cerdas lemah, kaya miskin,

normal cacat dan anak pejabat dan buruh.

5. Penerapan nomma agama, sosial dan budaya setempat

6. Kasih sayang kepada peserta didik, memberikan perhatian bagi mereka yang lemah dalam proses
belajar karena memberikan hukuman fisik maupun non fisik bisa menjadikan anak trauma.

7. Saling menghormati hak hak anak baik antar murid, antar tenaga kependidikan serta antara tenaga
kependidikan dan murid. 8. Terjadi proses belajar sedemikan rupa sehingga siswa merasa senang
mengikuti

pelajaran, tidak ada rasa takut, cemas dan was-was, tidak merasa rendah diri karena

bersaing dengan teman lain.

9. Membiasakan etika mengeluarkan pendapat dengan tata cara:

10. Tidak memotong pembicaraan orang lain 11. Mengacungkan tangan saat ingin berpendapat,
berbicara setelah dipersilahkan.

12. Mendengarkan pendapat orang lain..

13. Proses belajar mengajar didukung oleh media ajar seperti buku pelajaran dan alatbantu
ajar/peraga sehingga membantu daya scrap murid.

D. Standar Sarana dan Prasarana

1. Penataan kelas Murid dilibatkan dalam penataan bangku, dekorasi, dan kebersihan

agar betah di kelas.

2. Penataan tempat duduk yang fleksibel sesuai dengan kebutuhan.

3. Murid dilibatkan dalam memajang karya, hasil ulangan/tes, bahan dan buku sehingga artistik dan
menarik serta menyediakan pojok baca

4. Bangku dan kursi ukurannya disesuaikan dengan ukuran postur anak indonesia serta

mudah untuk digeser guna menciptakan kelas yang dinamis.

5. Murid dilibatkan dalam pendapat untuk menciptakan lingkungan sekolah

(penentuan warna dinding kelas, hiasan, kotak saran, majalah dinding, taman kebun sekolah)

6. Guru terlibat langsung dalam menjaga kebersihan lingkungan dengan memberikan

contoh seperti memungut sampah, membersihkan meja sendiri.


7. Fasilitas sanitasi seperti toilet, tempat cuci, disesuaikan dengan postur dan fasilitas.

8. Lingkungan sekolah bebas bully

9. Tersedia fasilitas air bersih, hygiene, dan sanitasi, fasilitas kebersihan dan fasilitas kesehatan.
Penerapan kebijakan atau peraturan yang mendukung kebersihan dan kesehatan yang disepakati,
dikontrol dan dilaksanakan oleh semua murid dan warga

sekolah.

10. Penerapan kebijakan atau peraturan yang melibatkan siswa. Contoh tata tertib. sekolah.

11. Menyediakan tempat dan sarana bermain karena bermain menjadi dunia anak agar anak
memperoleh kesenangan, persahabatan, memperoleh teman baru, merasa cnak. belajar
keterampilan baru.

Anda mungkin juga menyukai