Anda di halaman 1dari 5

Nama  

  : ROHANA DAHLIA
NIM       : 500634939

PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS TERBUKA


TAHUN 2017
TUGAS 2 FILSAFAT PENDIDIKAN DASAR

Video yang menayangkan beberapa murid SD di Bukit Tinggi Sumatra Barat yang

isinya mem-bully temannya sendiri beredar di dunia maya. Hal ini sungguh mencoreng dunia

pendidikan di Indonesia. Dalam video tersebut, Seorang anak perempuan tanpa perlawanan

diam di pojok ruangan, sementara beberapa temannya memukuli dan menendanginya. Dan

peristiwa ini terjadi di tempat seharusnya anak-anak mendapatkan pembelajaran. Tentu saja,

kejadian ini membuat banyak pihak merasa prihatin.

Kasus bullying di negara ini sudah memakan banyak korban dan tidak sedikit berakhir

dengan kematian. Tindakan bullying ini tidak hanya dilakukan secara personal namun lebih

mengarah ke kondisi bergroup/kelompok dan dilakukan bukan hanya di alam nyata namun

juga sudah merebak di dunia maya (sosial media).

Korban yang terkena tindakan bullying biasanya menjadi tertekan baik secara fisik

maupun psikis. Karena dilakukan berulang-ulang, tentu tekanan-tekanan yang dirasakan

korban semakin berat, korban akan mengalami depresi, emosional hingga tindakan-tindakan

di luar batas akal kita, seperti akhir-akhir ini sering terjadinya kisah-kisah memilukan, yaitu

orang-orang akibat bullying cenderung pesimif dan bunuh diri.

Pengertian bullying sendiri adalah penggunaan kekerasan atau paksaan untuk

menyalahgunakan atau mengintimidasi anak lain. Bullying juga bisa dikatakan sebagai

ancaman ataupun gangguan dari seseorang yang merasa dirinya berkuasa sehingga korbannya

1
bisa mengalami gangguan psikis berupa stress, depresi, kecemasan yang berlebih, dan merasa

hidupnya tidak akan aman bila berada dilingkungan tersebut. Bullying tidak hanya meliputi

kekerasan fisik seperti memukul , menjambak , menampak , memalak , dll tetapi juga dapat

berbentuk kekerasan verbal seperti memaki , mengejek , dan berbagai bentuk kekerasan

psikologis seperti mengintimidasi , mengucilkan , atau mendiskriminasikan.

Penggunaan teknologi informasi oleh anak-anak yang tidak mendapatkan pembinaan

malah akan berdampak negatif bagi penggunanya. Kurangnya bijaknya dalam bersikap,

tindakan dalam pergaulan bahkan tindakan preventif bullying akan memperparah keadaan.

Semakin banyak korban, apalagi dengan sikap introvertnya akan memicu seseorang untuk

mengambil tindakan sepintas.

Penyebab dari kasus bullying adalah karena :

Pertama, kasus bullying, tidak jauh berbeda dengan kekerasan lainnya yaitu

penyimpangan perilaku yang lahir dari paham kebebasan. Kebebasan adalah nilai utama

dalam sistem demokrasi yang juga memfasilitasi prinsip survival of the fittest, hanya yang

kuat yang akan bertahan. Maraknya bullying di sekolah-sekolah—termasuk sekolah dasar—

adalah gambaran dari berlakunya prinsip tersebut.

Kedua, lemahnya fungsi keluarga. Keluarga hanya menjadi tempat istirahat.

Fenomena kondisi keluarga yang memiliki kesulitan ekonomi membuat orang tua sibuk

mencari nafkah dan melalaikan perhatian, waktu, dan kasih sayang untuk anak-anaknya.

Sedangkan keluarga yang memiliki ekonomi mapan, terkadang orang tua sibuk

menghabiskan waktunya untuk kegiatan di sektor publik baik di dunia kerja atau sosialita.

Ketiga, rendahnya pengawasan sekolah dan kepedulian masyarakat. Terhadap gejala

perilaku negatif seperti kata-kata kasar, mencemooh, apalagi tindak kekerasan, sekolah dan

2
masyarakat disekitarnya seharusnya memberi perhatian untuk mengingatkan dan

menghentikan.

Keempat, Kelalaian pemerintah. Budaya kekerasan masuk ke dunia anak melalui tontonan

televisi, film, komik dan video games. Pemerintah tidak tegas dalam menindak segala jenis

tontonan merusak tadi karena lemahnya pengawasan, minimnya keberpihakan maupun

adanya keuntungan materi. Pemerintah lalai dalam melindungi anak dari media yang

membahayakan.

Seorang pemerhati anak, Kak Seto mengatakan bahwa kekerasan anak ini muncul

akibat kesalahan sistem pendidikan yang diterapkan di Indonesia, “apa yang salah dengan

sistem pendidikan. Jangan hanya anak yang disalahkan”, kasus bullying sudah menjadi

kejadian biasa bukan luar biasa. Indonesia darurat bullying.

Penyelesaian Kasus Bullying Dilihat dari Prinsip Dasar Pendidikan Dasar

1. Jika dilihat dari prinsip dasar pendidikan dasar maka kasus bullying merupakan

bentuk tidak berfungsinya prinsip dasar pendidikan dasar. Indonesia yang memilih

Pancasila sebagai filosofi-nya maka kasus bullying jelas bertentangan dengan jiwa

Pancasila. Prinsip dasar filosofis bagi dunia pendidikan diperlukan agar praktaek

pendidikan tidak hanya berbicara di level pemukaan saja tetapi prinsip dasar

sosiologis-anthropologis juga diperlukan agar pemikiran dan praktek mengandung

prinsip logis, sistematis, dan mendasar terkait dengan data dan fakta di lapangan

(empiris) baik dari kemasyarakatan (sosiologis) maupun dari sisi kultural-

kemanusiaan (anthropologis).

2. Kasus bullying dapat diselesaikan dengan menerapkan filosofis perenialisme bahwa

kebenaran itu universal dan tidak berubah dengan demikian pendidikan harus

3
mempunyai tujuan melestarikan dan menyampaikan kebenaran tersebut, dalam hal ini

pendidik harus menekankan potensi intelektual dan spiritual peserta didik. Serta

filosofis esensialiasme bahwa tugas pendidikan adalah menanamkan hal-hal esensial

dari pengetahun akademik dan perkembangan karakter.

3. Peserta didik yang cenderung memiliki persepsi homogen bersikap pasif, pendengar

dan penerima pengetahuan, belajar secara individual untuk keperluan diri sendiri

sehingga kemudahan mengakses pengetahuan bullying dari media informasi yang saat

ini bebas harus di dampingi oleh pendidik (sisi pragmatisme) untuk melakukan

fasilitasi, pembimbingan, pendorong perubahan dan kolaborasi serta kadang-kadang

berperan sebagai pembelajar.

4. Jika dilihat dari prinsip dasar yang terkait dengan psikologis bahwa kurikulum di

Indonesia yang sejak lama menerapkan paham behaviorisme bahwa hasil

pembelajaran dapat diamati dan diukur tanpa memperhatikan proses pembelajarannya

menyebabkan pendidik tidak begitu memperhatikan apa yang sudah terjadi pada

peserta didik. Ini menyababkan anak menyerap semua pengetahuan yang ia dapatkan

sendiri tanpa pembinaan. Maka paham behavioral approach yaitu menekankan pada

tindakan yang didemontrasikan terjadi pada anak yang mendapatkan contoh perilaku

bullying di media informasi dapat di selesaikan dengan menerapkan classical

conditioning yang dikembangkan oleh Ivan Pavlop bahwa kejadian yang berulang-

ulang atau pembiasaan perilaku baik dapat menjadi sumber belajar peserta didik.

Pemberian penguatan positif seperti pujian juga dapt digunakan agar peserta didik

selalu termotivasi berbuat baik, ini sesuai dengan teori operant conditioning oleh

Skinner.

5. Teori perkembangan kognitif oleh Piaget yang melakukan pembelajaran sesuai

perkembangan anak harus dilakukan, karena tingkat perkembangan anak didik sesuai

4
dengan usianya. Menurut Piaget, bahwa anak didik sudah memiliki tatanan informasi

dalm benaknya atau disebut skemata harus menjadi pertimbangan bagaimana seorang

pendidik menerapkan metode pembelajarannya.

6. Teori bandura yaitu teori kognitif sosial dan observational learning dapat menjadi

pertingan seorang pendidik dalam pembelajaran. Teori kognitif sosial dikembangkan

dengan menekankan faktor sosial,kognitif, dan perilaku memainkan peran penting

dalam belajar. Sedangkan teori observasional leaarning yaitu belajar diperolah dari

mengamati guru sebagai model.

7. Prinsip dasar pedagogis harus menjadi dasar seorang pendidik dalam kasus bullying

ini. Tokoh pendidikan Indonesia Ki Hajar Dewantara melibatkan tripusat pendidikan

yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat sebagai sumber belajar anak. Beliau

menekankan bahwa ketiga pusat pendidikan ini harus terjalin kerja sama dalam

memberikan pembelajaran pada anak didik. Sehingga anak didik mendapatkan

pembinaan dari ketiganya. Mohamad Syafei dan Ki Hajar Dewantara juga

menekankan pendidikan karakter seperti yang sedang digalakkan di Indonesia saat ini.

8. Pemerinatah harus membuat kebijakan yang tegas terhadap kasus bullying dengan

membuat kurikulum dengan muatan anti bullying, mengalokasikan anggaran khusus

untuk program ini, dan mengendalikan media informasi. Karena kewajiban

pemerintah juga melindungi anak-anak di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai