Anda di halaman 1dari 9

Pembahasan

“Kekerasan (violance)”, kata yang tentunya sudah tak asing di telinga kita. Dewasa ini,
kekerasan sering kali digunakan dalam menyelesaikan suatu konlik atau permasalahan kehidupan
sehari-hari Kekerasan dapat diartikan sebagai suatu tindakan yang tidak menyenangkan atau
merugikan orang lain yang dilakukan oleh individu maupun kelompok yang didalamnya terdapat
komponen kekuasaan, tekanan, dan paksaan. Kekerasan dapat terjadi kapan saja dan dimana saja
dengan berbagai pemicu dan tujuan yang melatarbelakangi tindakan tersebut. Kekerasan tidak
hanya berbentuk eksploitasi isik semata, tetapi justru kekerasan psikislah yang perlu diwaspadai
karena akan menimbulkan efek traumatis yang cukup lama bagi si korban.
Fenomena Kasus kekerasan yang belakangan ini marak terjadi, memang cuku menghebohkan.
Bagaimana tidak, dari sekian kasus kekerasan tersebut, sangat banyak terjadi di dunia
pendidikan. Tindakan asusila yang dilakukan para aktor dunia pendidikan tersebut benar-benar
sangat menyedihkan. Mulai dari kasus tindak kekerasan isik yang dilakukan oleh sesama peserta
didik atau yang disebut bullying maupun para guru terhadap peserta didiknya, hingga kasus
menyedihkan yakni pelecehan seksual yang dilakukan guru terhadap siswanya.
Sekolah yang diharapkan menjadi tempat yang aman bagi anak untuk menuntut ilmu dan
mengembangkan diri, justru kini berubah menjadi tempat yang berbahaya dan tidak aman lagi.
Para pendidik yang harusnya mempersiapkan para generasi bangsa, justru malah melakukan hal
yang tidak sepantasnya. Para siswa yang seharusnya tertanam rasa kasih sayang antar sesamanya
malah bermemorfosis menjadi tindakan kriminal.
Adanya beberapa tindak kekerasan dalam lembaga pendidikan yang masih merajalela merupakan
indikator bahwa proses atau aktivitas pendidikan kita masih jauh dari nilai-nilai kemanusiaan.
Disinilah urgensi humanisasi pendidikan. Humanisasi pendidikan merupakan upaya untuk
menyiapkan generasi yang cerdas nalar, cerdas emosional, dan cerdas spiritual, bukan
menciptakan manusia yang kerdil, pasif, dan tidak mampu mengatasi persoalan yang dihadapi.
(Assegaf, Ringkasan Laporan Hasil Penelitian Tentang Kondisi dan Pemicu Kekerasan dalam
Pendidikan : 2002)
Dalam melihat fenomena tindak kekerasan yang terjadi dalam dunia pendidikan, beberapa
analisis dapat diajukan ;

 Pertama, budaya kekerasan dalam pendidikan muncul akibat adanya pelanggaran yang
disertai dengan hukuman, terutama isik. Jadi, ada pihak yang melanggar dan pihak yang
memberi sanksi. Bila sanksi melebihi batas atau tidak sesuai dengan kondisi pelanggaran,
maka terjadilah apa yang disebut dengan tindak kekerasan.
 Kedua, kekerasan dalam pendidikan bisa diakibatkan oleh buruknya sistem dan kebijakan
pendidikan yang berlaku. Ketidak jelasan konsep dan arah pendidikan yang akan dituju
adalah bukti nyata dari sistem Pendidikan yang masih lemah di negara ini. Finlandia dan
Jepang ; kedua negara tersebut merupakan contoh negara yang maju dalam pendidikannya.
Mereka menerapkan aturan yang jelas yakni keseimbangan antara pendidikan kognitif dan
pendidikan karakter. Sejak dini, anak-anak diajarkan untuk berkasih sayang, bersikap adil
dan bertanggung- jawab terhadap diri mereka, manusia dan lingkungan sekitar mereka.
Sedangkan di Indonesia, muatan kurikukum yang digunakan hanya mengandalkan
kemampuan aspek kognitif dan mengabaikan pendidikan afektif. Padahal, kedua hal itu
sangat penting untuk mencetak generasi muda yang cerdas bukan saja dalam ilmu
pengetahuan tetapi juga dalam hal sikap dan perilaku yang humanis. Sekolah hanya
bertanggungjawab mengajarkan keilmuan dan pengetahuan umum saja. Bimbingan dan
konseling yang dibentuk oleh sekolah hanya bertugas menyelesaikan kasus kekerasan yang
terjadi, tetapi tidak memberikan aspek preventif kepada seluruh pelaku didik semisal
menanamkan nilai-nilai humanisme dalam proses belajar mengajar.
 Ketiga, Kurangnya moral dari para pendidik. Beberapa pendidik memang enderung
menggunakan kekerasan terhadap para perta didiknya. Ketidak mampuan pendidik dalam
mengelola emosi adalah salah satu penyebabnya
 Keempat, kekerasan dalam pendidikan dipengaruhi oleh lingkungan masyarakat dan
tayangan media massa yang memang belakangan ini kian vulgar dalam menampilkan aksi-
aksi kekerasan.
 Kelima, kekerasan bisa merupakan releksi dari perkembangan kehidupan masyarakat yang
mengalami pergeseran cepat, sehingga meniscayakan timbulnya sikap instant solution
maupun jalan pintas.
 Yang terakhir, kurangnya perhatian pemerintah dalam memperhatikan sistem pendidikan
yang berjalan ditiap daerah di Indonesia. Pemerintah seakan menutup mata dan melepas
tangan dari hal-hal kecil yang terjadi, salah satunya dengan lambatnya kerja pemerintah
dalam menanggapi fenomena-fenoma dalam masalah pendidikan, misaaalnya dalam
memberikan sanksi terhadap tindakan kekerasan yang terjadi. Sekarang nasi telah menjadi
bubur, kekerasan yang menimpa dunia pendidikan kita seakan telah mendarah daging.
Berbagai macam dampak negatif yang ditimbulkan benarbenar menyerap ke seluruh
komponen pendidikan. Pendidikan seakan menjadi sosok yang tak seindah dulu. Para
korban yang mengalami tindak kekerasan entah yang dilakukan dari sesama siswa maupun
gurunya tentu akan berdampak pada isik maupun psikologis juga sosial mereka.
Dampak fisik : mengakibatkan organ-organ tubuh siswa mengalami kerusakan seperti memar,
luka-luka, dll.
Dampak psikologis yang ditimbulkan seperti trauma psikologis, rasa takut, rasa tidak aman,
dendam, menurunnya semangat belajar, daya konsentrasi, kreativitas, hilangnya inisiatif, serta
daya tahan (mental) siswa, menurunnya rasa percaya diri, inferior, stress, depresi dsb. Dalam
jangka panjang, dampak ini bisa terlihat dari penurunan prestasi, perubahan perilaku yang
menetap.
Dampak sosial : siswa yang mengalami tindakan kekerasan tanpa ada penanggulangan, bisa saja
menarik diri dari lingkungan pergaulan, karena takut, merasa terancam dan merasa tidak bahagia
berada diantara teman-temannya. Mereka juga jadi pendiam, sulit berkomunikasi baik dengan
guru maupun dengan sesama teman. Bisa jadi mereka jadi sulit mempercayai orang lain, dan
semakin menutup diri dari pergaulan.
Sehingga untuk mengatasi masalah kekerasan tersebut terus berlanjut, maka diperlukan aksi
nyata yang cepat dan tanggap dari pemerintah dan seluruh komponen masyarakat untuk
menyelesaikan permasalahan ini. Pemerintah sebagai pemegang kekuasaan tertinggi tentunya
harus lebih bersikap tegas dalam menanggapi hal ini. Pemerintah harus lebih berusaha untuk
melakukan perubahan,mengkonstruksi sistem pendidikan salah satunya. Kemudian, mengenai
moral Tenaga pendidik. Negara perlu menyediakan pelatihan dan bimbingan pengajaran yang
berperspektif setara kepada para guru dan calon guru sehingga dalam proses belajar mengajar
tidak ada superioritas yang muncul, tidak ada lagi “guru yang selalu benar”, dan tidak ada lagi
pemanfaatan atas jabatan mereka untuk dengan mudah melakukan kekerasan isik, psikis dan
seksual kepada muridnya.
Aturan yang mengikat mengenai para guru pun harus diperketat, Pemerintah harus terus
mengawasi jalannya pendidikan dengan terus mengontrol jalannya sistem pendidikan.
Kemudian, harus ada jaminan keamanan yang pasti dalam setiap proses pembelajaran yang
terjadi baik di institusi pendidikan formal maupun nonformal. Kemudian, Sanksi yang tegas
mulai dari penurunan nilai akreditasi, pencopotan pimpinan sekolah, hingga pencabutan izin
operasional lembaga pendidikan bila tetap membiarkan terjadinya perilaku kekerasan dan tindak
amoral di sekolah.
Sosialisasi Undang-undang No.23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak kepada siswa,
orangtua, guru, kepala sekolah, dan birokrat pendidikan agar semua pihak tahu bagaimana
melindungi anak dari berbagai bentuk kekerasan terutama dalam dunia pendidikan juga
merupakan langkah dari penyelesaian masalah kekerasan ini.
Selain itu, peran serta masyarakat juga tentu sangat dibutuhkan dalam rangka mencegah tindakan
kekerasan dalam pendidikan. Mulai dari Keluarga yang merupakan lingkup terkecil dalam
sebuah struktur kemasyarakatan. Keluarga harus bisa mendidik anak-anak mereka dengan kasih
sayang tanpa kekerasan, karena secanggih apapun sistem pendidikan suatu negara tidak akan
berhasil jika akarnya bermasalah.
Lembaga Pendidikan yang menjadi tonggak utama juga harus bisa mendidik sikap anak, bukan
hanya kecerdasan intelektualnya saja melainkan mampu menanamkan nilai-nilai moral,
kedisiplinan, sopan santun, dan ketertiban sesuai dengan peraturan atau tata tertib yang berlaku
di sekolah masing-masing.
Dengan demikian, diharapkan siswa tumbuh menjadi peribadi yang sigap, mandiri, dan disiplin.
ketegasan sekolah dalam menerapkan peraturan dan sanksi kepada segenap warga sekolah,
termasuk di dalamnya guru, karyawan, dan siswa itu sendiri. Sehingga dengan penegakan displin
di semua unsur, tidak terdengar lagi seorang guru menghukum siswanya dengan marah-marah
atau menampa dan diharapkan tidak ada lagi siswa yang melakukan tindakan kekerasan terhadap
temannya. Sebab, kalau terbukti melanggar, berarti siap menerima sanksi.
Untuk siswa yang mengalami kekerasan segera sharing pada orangtua atau guru atau orang yang
dapat dipercaya mengenai kekerasan yang dialaminya sehingga siswa tersebut segera
mendapatkan pertolongan untuk pemulihan kondisi isik dan psikisnya.
Selanjutnya adalah Peran Masyarakat umum yang bersama-sama membuat gerakan untuk
mengubah kehidupan menjadi lebih baik. Salah satunya dengan berani melaporkan halhal yang
berkaitan dengan kekerasan kepada pihak yang polisi dan KPAI, sehingga diharapkan dengan
cara tersebut pelaku menjadi jera dan tentunya salah satu masalah pendidikan di Negara tercinta
kita ini akan berkurang.

Jenis jenis kekerasan :


a. Kekerasan terbuka (overt) yakni kekerasan yang dapat dilihat atau diamati secara
langsung; seperti perkelahian, tawuran, bentrokan massa, atau yang berkaitan dengan
fisik. Sebagai contoh adalah Seorang remaja bernama Rizal (17) tewas terkena tembakan
senapan angin saat sekelompok orang tidak dikenal datang menyerang rumahnya, di Jalan
Bontoduri 10, Kota Makassar.
Akibat serangan itu, sejumlah kaca jendela rumah hancur berantakan terkena lemparan
batu. Sementara korban yang saat itu keluar untuk menanyakan apa yang terjadi,
ditembak menggunakan senapan angin pada dada sebelah kanannya.

b. Kekerasan tertutup (covert) yakni kekerasan tersembunyi atau tidak dilakukan secara
langsung; seperti mengancam, intimidasi, atau simbol-simbol lain yang menyebabkan
pihak-pihak tertentu merasa takut atau tertekan. Ancaman dianggap sebagai bentuk
kekerasan¸ sebab orang hanya mempercayai kebenaran ancaman dan kemampuan
pengancam mewujudkan ancamannya. Misalnya, Sastrawan terkenal berinisial SS (45)
dilaporkan ke Polda Metro Jaya oleh seorang mahasiswi Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Indonesia berinsial RW (22). SS dituding tidak bertanggungjawab dan diduga
melakukan intimidasi terhadap RW hingga hamil 7 bulan.

c. Kekerasan agresif (offensive) yakni kekerasan yang dilakukan untuk mendapatkan


sesuatu seperti perampasan, pencurian, pemerkosaan atau bahkan pembunuhan. Indikator
kekerasan ini sudah masuk prilaku kriminal, di mana pelakunya dapat dikenakan sanksi
menurut hukum tertentu. Contohnya Menteri Sosial (Mensos) Khofifah Indar Parawansa
mengungkapkan, pelaku pemerkosaan dan pembunuhan Yuyun (14), siswi SMP di
daerah itu, akibat pengaruh video porno."Tadi saya tanyakan kepada para terdakwa
kenapa tindakan itu sampai mereka lakukan. Mereka jawab karena sering menonton
video porno serta di bawah pengaruh minuman keras oplosan," kata Khofifah usai
menemui para terdakwa dan tersangka pelaku tersebut di Mapolres Rejanglebong,
Provinsi Bengkulu.

d. Kekerasan defensif (defensive) yakni kekerasan yang dilakukan sebagai tindakan


perlindungan, seperti barikade aparat untuk menahan aksi demo dan lainnya, sengketa
tanah antara warga dengan pihak dari sebuah sekolah, dan lain sebagainya.

Contoh Contoh Kekerasan :


Sejumlah murid laki-laki SMK swasta di Kendal berguyon dengan menyerang gurunya
Dalam video yang diunggah oleh akun Facebook Eris Riswandi, terlihat seorang guru paruh baya
diserang olah sejumlah murid laki-laki. Mereka beraksi dengan mendorong dan menendang guru
laki-laki, yang kemudian diketahui bernama Joko Susilo. Joko sempat melakukan perlawanan,
namun karena serangan yang datang bertubi-tubi membuatnya kewalahan. Hal tersebut sampai
ke telinga Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo. Ganjar bahkan menyuruh jajarannya untuk
mengecek kebenaran video yang viral di media sosial itu. Pihak sekolah akhirnya angkat bicara
mengenai video yang diduga aksi kekerasan muridnya kepada Joko.
Dalam surat klarifikasi dari Kepala Sekolah SMK NU 03 Kaliwungu, Muhaidin menjelaskan,
pada saat jam belajar mengajar para siswa tengah bercanda dengan melempar-lempar kertas
kepada teman-temannya. Salah satu lemparan kertas itu mengenai Joko, yang tengah mengajar di
kelas X. Pihak sekolah juga mengklaim aksi itu merupakan gaya bercanda antara murid dengan
gurunya. Meski begitu, Muhaidin menilai perilaku siswa tersebut sudah melampaui batas
sehingga pihak sekolah menindaklanjuti dengan sanksi pemanggilan orangtua.
"Tindakan tersebut ditanggapi reaktif oleh Pak Joko dengan melakukan gerakan seperti orang
yang berkelahi, sehingga membuat anak-anak semakin mendekati Pak Joko sambil tertawa," tulis
Muhaidin dalam surat klarfikasi tersebut. 
Siswa di Madura aniaya guru Kesenian hingga tewas
Seorang guru kesenian di SMAN 1 Torjun, Sampang, Madura, Jawa Timur meninggal dunia
pada Kamis (2/1) malam akibat dianiaya oleh siswanya sendiri berinisial MH. Penganiayaan
terjadi saat kegiatan belajar mengajar di sekolah. Penyebabnya, MH tak terima dimarahi oleh
gurunya itu. Awalnya, korban sedang mengajar mata pelajaran Seni Rupa di kelas XII pada jam
pelajaran terakhir, dengan materi seni lukis. Setiap siswa diberikan tugas untuk melukis,
termasuk MH. 
Namun, MH tidak mendengarkan penugasan yang diberikan korban dengan serius. Dia malah
mengganggu teman-temannya, dengan mencoret-coret lukisan milik teman. Korban kemudian
menegur MH. Bukannya bersikap tertib dan meminta maaf, MH malah terus-terusan menjahili
teman-temannya. Korban lalu mencoret pipi MH dengan cat lukis.  "MH malah semakin berang
dan tidak terima. MH memukul Budi kemudian dilerai oleh siswa dan para guru," ucap Kabid
Humas Polda Jatim Kombes Pol Frans Barung Mangera berdasarkan keterangan saksi. 
Seusai dilerai, Budi sempat dibawa ke ruang guru untuk dimintai penjelasannya terkait kasus
tersebut, sebelum dipersilakan pulang ke rumah. Beberapa saat setibanya di rumah, korban
mengeluh sakit pada bagian leher. "Budi kesakitan dan tidak sadarkan diri, lalu langsung dirujuk
ke RSUD Dr Soetomo, Surabaya," kata Frans. Setelah melewati kondisi koma, korban
mengembuskan napas terakhirnya di ruang ICU RSUD Dr Soetomo.
Berdasarkan keterangan dokter, kondisi korban sangat kritis karena lehernya patah dan
didiagnosa mengalami MBA (Mati Batang Otak). Sehingga, semua organ dalam tubuhnya sudah
tidak berfungsi. MH sendiri berhasil diciduk polisi di rumahnya di Dusun Brekas, Desa Torjun
Timur, Sampang, Madura.
Guru perempuan di Kalimantan Barat dipukul muridnya karena tidak naik kelas
Peristiwa terjadi saat EY (20), siswa kelas X SMAN 1 Kubu, Kecamatan Kubu, Kabupaten Kubu
Raya tidak terima karena dia tidak naik kelas.
Saat pembagian rapor, nilai yang didapatkan EY membuatnya tetap tinggal di kelas X. 
"EY merasa sakit hati kepada PR karena beranggapan bahwa nilai mata pelajaran yang diajarkan
oleh korbanlah yang menyebabkan dirinya tidak naik kelas. Setelah naik pitam, EY langsung
mengambil sebuah kursi kayu didekatnya untuk digunakan sebagai alat untuk menganiaya
gurunya tersebut," ucap Kepala Sub Bidang Humas Polda Kalbar, Kompol Cucu Syaifudin, saat
dikonfirmasi kumparan, Senin (19/6). 
Peristiwa penganiayan tersebut terjadi pada 17 Juni 2017. Korban guru itu seorang perempuan
berinisial PR (34). EY memukul PR dengan tangannya ke bagian kening dan kepala bagian
belakang. Akibat pukulan itu, PR menderita benjol di bagian kening sebelah kanan matanya dan
merasakan pusing, serta trauma yang cukup mendalam. Merasa tidak terima perlakuan kasar
tersebut, PR melaporkan kejadian itu ke Polsek Kubu. Kasus ini sudah ditangani kepolisian
terkait pidana pasal 351 KUHP. EY juga diamankan di Polsek Kubu untuk
mempertanggungjawabkan perbuatannya.
Siswa di Pontianak pukul gurunya karena handphone
Nuzul Kurniawati, guru Madrasah Darussalam, Kecamatan Pontianak Timur, dipukul siswanya
berinisial NF. Nuzul dipukul NF karena pelaku tak terima ditegur saat
menggunakan handphone untuk bermain games di tengah pelajaran berlangsung.
"Dari penjelasan para guru yang saya terima, peristiwa itu bermula ketika mata pelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam di kelas VIII atau tepatnya di kelas NF. Dan saat pelajaran berlangsung, siswa
tersebut malah main ponsel. Pengajarnya saat itu bukan bidang ibu Nuzul Kurniawati, guru mata
pelajaran tersebut lalu menegur NF agar menyimpan ponsel tersebut, namun tidak dihiraukan,"
ungkap Kepala Madrasah Darussalam, Ahmad Bustomi, seperti dilansir Antara, Kamis (8/3). 
Guru tersebut akhirnya ke ruangan karena kesal dan sedih. Ia kemudian naik ke kelas VIII guna
menasihati dan mengambil handphone NF. "Mungkin NF tidak terima, sehingga sempat terjadi
adu mulut. Mungkin karena kesal, kursi plastik tempat duduk dia, dipukulkan kepada ibu Nuzul,"
ungkap Ahmad.
Akibat kejadian itu, Nuzul sempat dibawa ke rumah sakit terdekat, kemudian dirujuk ke RSUD
Soedarso untuk menjalani scan di bagian kepala. Hasil pemeriksaan menunjukkan tidak ada
masalah, hanya saja di kerudung guru tersebut ada bercak darah.
Seorang Guru Dianiaya Orangtua Siswa di Depan Kelas hingga Alami Luka Serius
Kasus kekerasan terhadap guru kembali terjadi, kali ini di Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat.
Dalam kasus ini, seorang guru dianiaya di depan kelas saat mengajar oleh salah satu orangtua
siswa hingga mengalami luka serius di kepala. 
Guru tersebut yakni Herlawan Ahlak Hansyah, PNS yang mengajar di SMP Negeri 6 Kalukku,
Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat. Saat ini korban mendapatkan perawatan intensif di Rumah
Sakit Mitra Manakarra Mamuju. Heri Ardiansyah, kerabat korban, menceritakan jika kasus
penganiayaan tersebut terjadi pada Rabu (13/3/2019). Pelaku bernama A, tiba-tiba
menghantamkan tinju ke arah korban hingga korban jatuh tersungkur. 
Penganiayaan tersebut berlangsung di ruang kelas bahkan saat siswa tengah mengikuti proses
belajar. Proses belajar mengajar yang sebelumnya berjalan lancar mendadak buyar lantaran
adanya insiden kekerasan ini.
Pada Rabu itu, A datang lantaran memenuhi undangan mediasi pihak sekolah atas dugaan kasus
kekerasan oleh korban ke anaknya. Namun sebelum bertemu dan membuat kesepakatan dan
penyelesaian secara kekeluargaan, penganiayaan terjadi. “Awalnya kedua pihak dipertemukan di
sekolah yang dimediasi kepala sekolah. Namun belum terjadi mediasi kekerasan itu trejadi
hingga korban jatuh setelah dipukul pelaku,” jelas Heri.  
Terkait dugaan kekerasan terhadap siswa yang dilakukan korban, Heri menuturkan jika siswa
tersebut memang dihukum oleh korban lantaran tidak mematuhi perintah untuk merapikan
bajunya. 
Rupanya siswa yang duduk di bangku kelas VII tersebut tidak terima dihukum oleh korban dan
melaporkan ke orangtuanya. Heri menegaskan, pihak keluarganya akan segera membawa kasus
ini ke ranah hukum. Saat ini korban mengalami memar di kepala dan terus muntah-muntah
sehingga dirawat secara intensif. 
Pak Budi Meninggal Dipukuli
Ahmad Budi Cahyono, guru kesenian SMAN 1 Torju, Kabupaten Sampang yang tewas setelah
dipukul muridnya ternyata masih berstatus guru honorer (guru tidak tetap). Guru yang dikenal
multitalenta ini masih menerima gaji di bawah upah minimum kabupaten (UMK) Sampang.
Peristiwa ini berawal saat Budi menyampaikan pelajaran kesenian. Seperti dikutip dari
laporan Antara, HI saat itu tertidur di kelas. Budi langsung mendekati HI dan mencoret pipinya
dengan tinta. Tindakan itu sudah biasa dilakukan kepada siswa yang tidak memperhatikan
pelajaran yang ia sampaikan. Namun, sang siswa HI langsung berdiri dan memukul sang guru
hingga mengenai pelipis wajahnya.
Versi lain menyebutkan Budi menegur HI yang berulah di dalam kelas. "Kejadiannya sekitar
pukul 13.00 WIB siang tadi," kata Kepala SMA Negeri I Torjun Sampang, Amat "Saya sendiri
sebenarnya sedang tidak berada di dalam kelas, informasinya HI ditegur oleh Pak Budi saat
pelajaran kesenian terakhir itu,'' katanya. ''Kemungkinan anak ini masih mengulang kembali
kesalahannya (berulah, red) dan tiba-tiba HI memukuli Pak Budi."
Namun aksi HI tidak sampai di situ. Seusai pulang sekolah, siswa itu menunggu guru Budi di
Jalan Raya Jrengik dan kembali menganiaya sang guru. Sesampainya di rumahnya, Budi tiba-
tiba pingsan dan langsung dirujuk ke RS Dr Soetomo Surabaya. Hasil diagnosis dokter
menyebutkan yang bersangkutan mengalami mati batang otak dan semua organ dalam sudah
tidak berfungsi.
Siswa SD menantang Gurunya
Tahun 2016 lalu beredar video anak kecil yang menantang seorang guru ketika sedang akan
diperingatkan dan dinisehati. Ia terus menatap tajam gurunya sembari membusungkan dada.
Murid tersebut sempat mengatakan: “lawan badan aku.”
Tidak ketinggalan siswa SD tersebut juga mengatai gurunya monyet.
Sang Guru akhirnya meninggalkan siswanya sambil mengatakan anak tersebut agar sekolah di
hutan. Anak tersebut justru menyorakkan kata “Huu” kepada gurunya.
Siswa SMP menantang kepala sekolah
Video seorang siswa ketika menantang kepala sekolah menjadi viral. Kejadian tersebut terjadi
di Purbalingga, Jawa Tengah. Siswa SMP tersebut tidak terima setelah diperingatkan oleh guru
dan kepala sekolah. Dalam video tersebut, ia sempat mengatakan: “ora usah mecicil ko.
Adang ngko baline” kalimat tersebut kurang lebih bermakna: “tidak usah melotot. Saya hadang
(untuk berkelahi) nanti ketika pulang.”
Guru yang berada di ruang kepala sekolah merasa geram dan akhirnya mengatakan agar
sekarang saja coba tunjukan kemampuannya.
Anak tersebut langsung berdiri dan membuka baju seolah-olah siap berkelahi.

Anda mungkin juga menyukai