Anda di halaman 1dari 6

Nama : Mohammad Zaky Aldi Pratama

NIM : 23010664561
Prodi : Psikologi23

STUDI KASUS : PERUNDUNGAN SISWA GERSIK

PENDAHULUAN
Perundungan adalah perilaku yang melibatkan tindakan-tindakan negatif, agresif,
atau merendahkan yang ditujukan kepada individu atau kelompok dengan tujuan untuk
menyakiti, merendahkan, atau mendominasi mereka secara fisik, verbal, atau psikologis.
Perundungan sering kali terjadi dalam berbagai konteks, termasuk lingkungan sekolah,
tempat kerja, dan dalam kehidupan sehari-hari. Perilaku perundungan dapat berupa
pelecehan verbal, penghinaan, ancaman, tindakan fisik, isolasi sosial, atau penyebaran
informasi yang merugikan, dan dapat menyebabkan dampak serius pada kesejahteraan
fisik dan mental korban.
Kejadian baru-baru ini membawa kita ke Gresik, di mana seorang siswi berusia
12 tahun menjadi korban perundungan yang mengubah seluruh perjalanan hidupnya.
Peristiwa tragis ini mencakup serangan fisik yang mengakibatkan penusukan pada siswi
tersebut dan tragisnya, berujung pada kehilangan penglihatannya. Kejadian ini jelas tidak
hanya insiden tragis yang berdiri sendiri, melainkan juga mengekspos kerentanan dalam
aspek moral dan etika dalam sistem pendidikan Indonesia. Dalam cermin tragis
perundungan yang terjadi, kita melihat ketidakmampuan sistem pendidikan kita untuk
melindungi dan mendukung anak-anak kita, generasi penerus bangsa.
Peristiwa ini telah mengejutkan masyarakat dan memunculkan banyak
pertanyaan. Pertama, kita merenungkan apa yang harus dilakukan untuk mencegah
peningkatan kasus perundungan di kalangan anak-anak dan remaja. Pertanyaan ini
membawa kita pada pertimbangan serius tentang cara sistem pendidikan di Indonesia
seharusnya menangani fenomena ini. Apakah sudah waktunya untuk melakukan
perubahan besar dalam pendekatan pendidikan, menekankan pentingnya etika, moral, dan
perlindungan anak sebagai inti dari proses pendidikan?
Selain itu, peristiwa ini membawa kita pada pemahaman bahwa masalah ini melampaui
sekadar kasus individu. Ini mencerminkan masalah yang lebih dalam dan kompleks yang
melibatkan seluruh sistem pendidikan dan perlindungan anak-anak di negara ini. Dalam
tragedi ini, kita harus mempertimbangkan peran orang tua, pendidik, serta pemangku
kebijakan dalam menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung bagi anak-anak
kita.

ISI
Relevasi Perundungan dan Matakuliah Ilmu Pendidikan
Mata kuliah Ilmu Pendidikan adalah salah satu disiplin ilmu yang mempelajari
proses pendidikan, pengembangan anak, serta berbagai aspek yang terkait dengan
pembelajaran dan pengajaran. Ilmu Pendidikan mencakup berbagai topik, seperti
psikologi pendidikan, sosiologi pendidikan, filosofi pendidikan, manajemen pendidikan,
dan banyak lagi. Mata kuliah ini dirancang untuk mempersiapkan individu yang berminat
dalam bidang pendidikan, baik sebagai pendidik, administrator pendidikan, peneliti
pendidikan, atau dalam peran lain yang berkaitan dengan dunia pendidikan (Triwiyanto,
2015).
Mata kuliah Ilmu Pendidikan memiliki relevansi yang sangat signifikan dengan
kasus perundungan siswi SD di Gresik. Ini sebab mata kuliah ini mencakup sejumlah
topik yang berkaitan erat dengan dunia pendidikan, yang menjadi landasan untuk
memahami, mencegah, dan mengatasi fenomena perundungan. Pertama-tama, Ilmu
Pendidikan mengajarkan tentang hak-hak anak dan perlindungan anak sebagai bagian
integral dari proses pendidikan. Dalam kasus perundungan, hal ini sangat penting, karena
kita perlu memastikan bahwa anak-anak mendapatkan lingkungan pendidikan yang aman
dan mendukung. Hak-hak anak perlu dijaga dengan sungguh-sungguh dalam upaya
mencegah kasus-kasus perundungan yang merugikan.
Selanjutnya, dalam mata kuliah Ilmu Pendidikan, kita mempelajari berbagai teori
belajar yang dapat membantu kita menganalisis perilaku para pelaku perundungan.
Dengan mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi perilaku perundungan, kita dapat
mengembangkan strategi untuk mengurangi atau mengatasi perundungan dalam
lingkungan sekolah. Selain itu pada mata kuliah ini diajarkan juga pendidikan karakter,
pendidikan karakter juga menjadi relevan dalam mengatasi perundungan. Dalam Ilmu
Pendidikan, kita belajar tentang pentingnya membentuk karakter siswa, termasuk nilai-
nilai seperti toleransi, empati, dan menghormati keberagaman. Dalam konteks
perundungan, pendidikan karakter dapat membantu mengubah perilaku agresif menjadi
perilaku yang lebih positif, mendorong pelaku untuk melakukan perbuatan baik dan
menghormati orang lain. Selain itu, mata kuliah Ilmu Pendidikan membahas strategi dan
teknik manajemen kelas yang efektif, termasuk cara menangani perilaku yang tidak
diinginkan. Dalam kasus perundungan, pendidik memiliki peran kunci dalam mendeteksi
dan mengatasi perundungan di lingkungan sekolah. Pengetahuan yang diperoleh dari
mata kuliah ini dapat membantu mereka dalam mengelola situasi seperti ini dengan lebih
baik. Pemahaman yang baik tentang ilmu ini membantu kita untuk menciptakan
lingkungan pendidikan yang lebih aman dan mendukung bagi anak-anak dan remaja, serta
untuk mengatasi masalah perundungan dengan cara yang efektif.
Kaitan Perundungan Gersik dengan Sifat Hakikat Manusia
Kasus perundungan siswi SD di Gresik memiliki keterkaitan yang sangat kuat
dengan pertanyaan yang menyangkut hakikat manusia. Hakikat manusia adalah sebuah
konsep yang mencakup berbagai sifat dasar yang melekat pada manusia sebagai makhluk
sosial. Manusia memiliki sejumlah sifat bawaan yang kompleks, seperti empati, kasih
sayang, kebutuhan akan interaksi sosial, dan kemampuan berkomunikasi. Hakikat ini juga
mencakup dorongan alamiah manusia untuk menjalin hubungan sosial yang positif
dengan sesama manusia (Sumantri, 2015). Dalam hal ini, kasus perundungan yang
melibatkan tindakan merendahkan dan menyakiti sesama siswa adalah bentuk yang
sangat bertentangan dengan hakikat manusia yang seharusnya mencari hubungan sosial
yang mendukung, menciptakan lingkungan aman, dan berempati terhadap orang lain.
Perilaku perundungan yang ditunjukkan oleh para pelaku dalam kasus ini, baik
dalam bentuk fisik maupun verbal, merupakan contoh nyata bagaimana manusia mampu
melanggar prinsip-prinsip etika dan moral yang melekat pada hakikat manusia. Prinsip-
prinsip seperti menghormati hak orang lain, tidak menyakiti, serta memiliki empati
merupakan bagian dari konsep hakikat manusia yang lebih dalam. Dengan kata lain,
hakikat manusia mencakup keinginan untuk membangun hubungan yang positif dan
saling mendukung, bukan perilaku perundungan yang merendahkan dan melukai orang
lain. Oleh karena itu, kasus perundungan ini mengajukan pertanyaan tentang sejauh mana
manusia dapat mengabaikan hakikat dasar ini dan bagaimana pendidikan dan lingkungan
sosial dapat membentuk perilaku yang bertentangan dengan hakikat manusia.
Selanjutnya, kasus perundungan dapat dilihat sebagai hasil dari pengaruh
lingkungan dan sosial yang memengaruhi perilaku manusia. Manusia adalah makhluk
yang selalu berada dalam interaksi dengan lingkungannya. Dalam kasus perundungan
siswi SD di Gresik, kita perlu mempertimbangkan pengaruh lingkungan sekolah dan
norma sosial di sekitarnya terhadap perilaku para pelaku perundungan. Faktor-faktor
seperti tekanan dari teman sebaya, norma sosial yang mendorong perilaku negatif, serta
kurangnya pengawasan yang memadai dapat menjadi kontributor dalam kasus
perundungan. Ini memunculkan pertanyaan tentang sejauh mana individu terpengaruh
oleh lingkungan dan bagaimana pendidikan dan peran keluarga dapat membentuk
individu untuk mengikuti hakikat manusia yang lebih baik. Dengan kata lain, bagaimana
manusia dapat mengubah lingkungannya agar lebih mendukung dan menciptakan nilai-
nilai yang sesuai dengan hakikat manusia yang positif.
Selain itu, kasus perundungan siswi SD di Gresik juga menyoroti pentingnya
perlindungan anak dalam hakikat manusia. Anak-anak memiliki hak yang harus dijamin
dan dilindungi sesuai dengan hakikat manusia yang fundamental. Mereka adalah individu
yang rentan dan perlu mendapatkan perlindungan dari kekerasan, perundungan, dan
penganiayaan. Kasus perundungan ini mempertanyakan sejauh mana masyarakat dan
pihak berwenang telah memenuhi kewajiban moral mereka dalam menjaga hakikat
kemanusiaan ini. Dalam hakikatnya, hakikat manusia mencakup tanggung jawab moral
untuk melindungi dan mendukung anak-anak dalam perkembangan mereka menuju masa
dewasa yang sehat dan positif.
Oleh karena itu, kasus perundungan siswi SD di Gresik memunculkan pertanyaan
yang mendalam tentang hakikat manusia, pengaruh lingkungan pada perilaku, dan
tanggung jawab moral yang melekat dalam hakikat manusia untuk menjaga kemanusiaan
dengan melindungi sesama manusia dari penderitaan dan kekerasan. Hal ini menjadi
pengingat bahwa hakikat manusia harus dijunjung tinggi dan dijunjung oleh individu,
masyarakat, dan pemerintah untuk menciptakan lingkungan yang sesuai dengan nilai-
nilai dasar kemanusiaan..
Saran Model Pendidikan
Model pendidikan yang cocok untuk kasus perundungan siswi SD di Gresik
adalah model "Pendidikan Anti-Perundungan" (Anti-Bullying Education). Model ini
fokus pada pencegahan perundungan, pendidikan karakter, dan membangun lingkungan
sekolah yang aman dan inklusif (Santoso, 2018). Model pendidikan yang sehat untuk
menangani kasus perundungan dapat mencakup tiga poin kunci yang esensial. Pertama,
pendidikan karakter harus diintegrasikan dengan kuat dalam seluruh kurikulum sekolah.
Ini mencakup pengajaran nilai-nilai seperti empati, toleransi, menghormati keberagaman,
dan etika positif. Lebih dari sekadar pembelajaran nilai-nilai, ini menciptakan
pemahaman yang lebih dalam tentang pentingnya perilaku positif dan cara
mengaplikasikannya dalam interaksi sehari-hari. Pendekatan ini juga membangun
lingkungan sekolah yang positif, inklusif, dan mendukung bagi siswa.
Kedua, pendidik perlu menerima pelatihan yang sesuai dan dukungan dalam
menghadapi kasus perundungan. Pelatihan ini harus mencakup kemampuan mendeteksi
tanda-tanda perundungan, strategi respon yang bijak, dan pembentukan lingkungan
belajar yang aman dan inklusif. Penting bahwa pendidik memiliki akses ke sumber daya
dan dukungan yang diperlukan untuk menangani kasus perundungan secara efektif.
Kolaborasi dengan konselor sekolah dan spesialis pendidikan dapat memperkuat
kemampuan sekolah dalam menangani perundungan.
Ketiga, partisipasi aktif orang tua dan komunitas sangat penting. Orang tua harus
didorong untuk berpartisipasi dalam upaya sekolah terkait perundungan, melalui
pertemuan orang tua, lokakarya, dan program pendidikan. Mereka juga perlu berperan
dalam mengawasi perilaku anak-anak mereka di rumah dan memperkuat nilai-nilai
positif. Komunitas sekolah juga harus menjadi sumber dukungan dan pemahaman
bersama tentang bahaya perundungan serta upaya bersama dalam mengatasi
permasalahan ini. Dengan menerapkan model pendidikan yang mencakup ketiga poin ini,
sekolah dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih aman, inklusif, dan mendukung
bagi semua siswa, dan pada akhirnya, berkontribusi pada upaya mencegah dan mengatasi
perundungan..
PENUTUP
Kasus perundungan siswi SD di Gresik adalah insiden yang tragis dan
mencerminkan kelemahan dalam aspek moral dan etika dalam sistem pendidikan
Indonesia. Kasus ini memunculkan pertanyaan mendalam tentang bagaimana sistem
pendidikan di Indonesia seharusnya menangani fenomena perundungan, serta
mengajukan pertanyaan tentang sifat hakikat manusia yang seharusnya mencari
hubungan sosial yang positif dan mendukung. Lebih lanjut, peristiwa ini
mempertanyakan sejauh mana lingkungan dan norma sosial dapat memengaruhi perilaku
manusia, dan tanggung jawab moral dalam melindungi hakikat kemanusiaan dalam
melindungi anak-anak dari penderitaan dan kekerasan.

Saran Model Pendidikan: Untuk menangani kasus perundungan seperti ini, model
"Pendidikan Anti-Perundungan" (Anti-Bullying Education) adalah pendekatan yang
sesuai. Model ini mencakup integrasi pendidikan karakter yang kuat dalam kurikulum
sekolah, pelatihan pendidik dalam penanganan kasus perundungan, dan partisipasi aktif
orang tua dan komunitas dalam upaya pencegahan perundungan. Dengan menerapkan
model ini, sekolah dapat menciptakan lingkungan belajar yang aman, inklusif, dan
mendukung bagi semua siswa, serta berkontribusi pada upaya mencegah dan mengatasi
perundungan.

Penting untuk memahami bahwa upaya mencegah perundungan tidak hanya


menjadi tanggung jawab sekolah, tetapi juga seluruh masyarakat. Dalam menghadapi
kasus perundungan, kolaborasi antara sekolah, orang tua, komunitas, dan pemerintah
sangat penting untuk menciptakan lingkungan yang lebih aman dan mendukung bagi
anak-anak. Dengan upaya bersama, kita dapat melindungi hakikat manusia yang melekat
pada setiap individu dan menciptakan masyarakat yang lebih baik.

RUJUKAN
Santoso, A. (2018). Pendidikan anti bullying. Majalah Ilmiah Pelita Ilmu, 1(2).
Sumantri, M. S., & MSM, P. (2015). Hakikat Manusia dan Pendidikan. Yogyakarta:
Universitas Terbuka.
Triwiyanto, T. (2021). Pengantar pendidikan. Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai