Anda di halaman 1dari 9

MENANGGULANGI TINDAK KEKERASAN MELALUI

PENDIDIKAN KARAKTER
Muhammad Hisyam Maulana1, Nurul Azijah Taslim2

1,2
Agroteknologi, UNIVERSITAS SURYAKANCANA
1
Hisyammaulana33@gmail.com, 2azijahnurul5@gmail.com

ABSTRAK

Sistem pendidikan nasional Indonesia niscaya akan terus berkembang sejalan dengan
aspirasi masyarakat dan penegakan hukum. Pendidikan nasional berperan memfasilitasi pada
masa mengisi Kemerdekaan dengan pembangunan.1 Pada masa reformasi berikutnya,
pendidikan juga diharapkan berubah sesuai dengan garis waktu reformasi. Reformasi
mensyaratkan tatanan berbangsa dan bernegara yang menjunjung tinggi kemanusiaan,
demokrasi, penegakan hukum, keadilan, dan terwujudnya masyarakat madani. Reformasi
juga mempertegas perlunya manusia yang bertakwa dan berakhlak mulia, berjiwa patriotik,
dan berjiwa nasionalisme, serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, yang dituntut
mampu memfasilitasi terwujudnya manusia dan tokoh masyarakat. Sejalan dengan perubahan
kebijakan pemerintah pada era reformasi sebelumnya dan saat ini, telah terjadi peningkatan
globalisasi yang semakin nyata dan merasuk ke seluruh aspek kehidupan sehari-hari.
Akibatnya, situasi tersebut menuntut pemerintah Indonesia untuk segera mengambil tindakan
dengan mengadopsi aturan bangunan global yang kuat dan komprehensif.

Kata Kunci : tindak kekerasan, Pendidikan,Karakter

1
Pendidikan Guru and others, ‘Mengatasi Bullying Melalui Pendidikan Karakter’, Mengatasi Bullying Melalui
Pendidikan Karakter, 9.1 (2018), 52–57.
PENDAHULUAN

Pada intinya, pendidikan memiliki dua tujuan: membantu orang menjadi lebih cerdas
dan membantu mereka menjadi lebih sukses.2 Berbeda dengan menjadikan manusia lebih
menguntungkan, memang benar bahwa manusia lebih mudah dikendalikan. Dengan pemikiran
ini, dapat dikatakan bahwa masalah moral adalah perhatian manusia yang mendasar yang
memengaruhi kehidupan sehari-hari orang di mana pun mereka berada dan kapan pun mereka
berada.
perilaku menyimpang, etika, moral, dan hukum dari yang ringan menjadi yang berat
seringkali mereka perlihatkan di kalangan pelajar dan mahasiswa kerusakan moral masih
lazim. Sampai sekarang, contoh pertama adalah kita sering loncat ke no kerasan (bulliying).
Akibat kondisi lingkungan yang kurang baik, implikasi negatif ini menyoroti kelemahan
karakter dalam sistem pendidikan secara keseluruhan.
Penindasan adalah jenis perundungan pada anak tertentu yang terjadi ketika orang tua
atau pengasuh lainnya menargetkan anak yang lebih rentan untuk mendapatkan keuntungan
atau mengejar tujuan tertentu. Perundungan (kekerasan) terhadap warga lanjut usia telah
menjadi masalah yang terus-menerus terjadi di kalangan siswa di kelas dasar; itu biasanya
terjadi sesekali dan kadang-kadang terjadi di lingkungan terbuka.
Pendidikan karakter merupakan satu-satunya cara atau strategi yang paling efektif
untuk meningkatkan moral siswa pada umumnya di sekolah menengah. Masalah ini harus
diatasi. Untuk menjelaskan dan menyampaikan pentingnya pendidikan karakter kepada peserta
didik, berikut adalah peran pendidik.

2
Guru and others.
HASIL DAN PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pendidikan Karakter

Karakter merupakan faktor kunci untuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik bagi
sebagian besar orang karena karakter merupakan manusia yang selaras dengan Tuhan Yang
Maha Esa, juga dengan dirinya sendiri, orang lain, lingkungan, dan hukum. alam, yang
semuanya sesuai dengan standar keyakinan, hukum, karma, budaya, dan adat istiadat yang
diterima.

Pendidikan karakter adalah suatu sistem penaamaan nilai nilai karakter kepada warga
sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan dan tindakan untuk
melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik Setiap peserta (stakeholder) dalam pendidikan karakter
di sekolah harus diajak berkonsultasi, termasuk mereka yang terlibat langsung dalam
kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, kualitas kemitraan, penggunaan penanganan
atau pengelolaan mata pelajaran, tata kelola sekolah, dan penyelenggaraan kegiatan. 3 etos
kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah, pemberdayaan sarana, prasarana, pembiayaan,
dan. Seperti yang tertera dalam kutipan di atas. “Pendidikan karakter yang utuh dan
menyeluruh tidak sekedar membentuk anak-anak muda menjadi pribadi yang cerdas dan baik,
mau juga membentuk mereka menjadi pelaku baik bagi perubahan dalam tatanan sosial (Doni
Koesoema A.Ed)

2.2 Pengertian Tindak Kekerasan

Bullying adalah kata dari kosa kata bahasa Inggris. Bullying berasal dari kata bully,
yang mengacu pada seseorang yang merundung orang yang lebih lemah. Beberapa ungkapan
bahasa Indonesia yang sering digunakan masyarakat untuk menggambarkan fenomena
bullying antara lain “penindasan”, “penggencetan”, “perpeloncoan”, “pemalakan”, dan
“intimidasi” (Susanti, 2016). Deborah Coloroso (2003:44) Bullying adalah jenis pelecehan

3
Guru and others.
yang dilakukan dengan cara bermusuhan dan tidak ramah dengan maksud untuk menyakiti,
seperti mengintimidasi orang lain atau menimbulkan rasa takut. Termasuk, namun tidak
terbatas pada, tindakan yang terarah, maupun tindakan yang bersifat spontan, bersifat nyata
atau hampir tidak terlihat, dihadapan seseorang dalam rumah tangga lawan, yang dilakukan
oleh seorang anak tunggal atau sekelompok anak.

Banyak para ahli berbagi informasi tentang bullying. Menurut kutipan dari Olweus
(1993) dalam wacana publik pada tanggal 5 Juli 2007, “Bullying dapat berupa tindakan
apapun yang dimaksudkan untuk menyakiti anak lain secara berulang-ulang dan tanpa alasan
yang benar.” Bullying adalah perilaku yang diharapkan untuk menargetkan orang lain
berulang kali dan tanpa sebab. Sebaliknya, Rigby (Anesty, 2009) berpendapat bahwa bullying
adalah bentuk agresi yang diwujudkan dalam tindakan dan mengakibatkan seseorang menjadi
korban. Perbuatan ini biasanya dilakukan oleh satu orang atau sekelompok orang yang lebih
dewasa, kurang gung-ho, dan lebih berulang, dan dilakukan dengan sengaja. senang (Retno
Astuti, 2008:3). (Retno Astuti, 2008:3). School bullying didefinisikan oleh Riauskina,
Djuwita, dan Soesetio (2001) sebagai tindakan agresif terhadap siswa lain yang dilakukan
berulang-ulang oleh siswa lain atau sekelompok siswa dengan maksud merugikan siswa
sasaran.

Dari beberapa definisi dapat disimpulkan bahwa bullying adalah tindakan agresi, baik
fisik, psikologis, sosial, atau verbal, yang dilakukan oleh orang dewasa terhadap anak yang
lebih rentan atau lebih kuat dari mereka untuk menguntungkan diri sendiri atau melindungi.
diri. Merupakan bentuk perilaku agresif yang diawali dengan tingkah laku kasar dan dapat
bersifat fisik, psikis, atau bahkan gabungan keduanya. Pelaku menerima manfaat dari orang
lain yang mudah terlihat. Tindakannya dapat dilakukan dengan mengejek nama, menganggu
atau mendiasingkan korban, atau dapat merugikan korban. bullying (kekerasan) atas nama
senioritas masih terus dilakukan oleh kalangan peserta didik di sekolah dasar, biasanya
bullying dilakukan berulang kali, juga ada yang dilakukan secara terencana.4

4
Guru and others.
2.3 JENIS-JENIS TINDAKAN BULLYING

Barbara (2006:47–50) mengkategorikan perundungan ke dalam empat kategori:


a. Perundungan Verbal (a.k.a. pemanggilan nama), perundungan fisik (b.k.a. memukul),
dan perundungan maya (c.k.a. menguntit). Bullying verbal dapat berupa julukan nama,
celaan, fitnah, kritikan kekejaman, penyediaan, pernyataan-pernyataan yang dimotivasi
oleh Jenis bullying verbal yang paling mudah dilakukan adalah jenis ketiga, dan juga
dapat berfungsi sebagai langkah pertama dalam a rangkaian peristiwa yang lebih
panjang jika bentuk intimidasi lain juga digunakan.
b. Perundungan Dalam Taraf Fisik antara lain memukuli, menendang, menampar,
mencekik, menggigit, mencakar, meludahi, dan merusak serta menghancurkan barang-
barang milik anak yang sedang dalam kesulitan. Bullying jenis ini paling mudah
dikenali dan lebih sering terjadi daripada bullying jenis lain, namun secara keseluruhan
lebih jarang terjadi. Remaja yang bermasalah dan cenderung beralih ke tindakan-
tindakan kriminal lebih lanjut adalah remaja yang secara teratur melakukan hal ini.5
c. Bullying pada tingkat rasional melibatkan penurunan nilai korban secara sistematis
melalui pengabaian, pengucilan, atau penghindaran. Tingkah laku ini dapat mencakup
sikap-sikap yang tersembunyi, seperti pandangan agresif, mata-lirik, helaan nafas,
cibiran, mengejek tawa, dan mengejek bahasa tubuh. Bullying dalam bentuk ini sangat
sulit dideteksi dari luar. Pada tahap awal masa dewasa, ada puncak kekuatan yang pasti
karena perubahan perkembangan fisik, mental, emosional, dan seksual remaja terjadi.
d. Perundungan internet adalah bentuk intimidasi yang terjadi ketika korban menggunakan
perangkat elektronik seperti komputer, telepon, internet, situs web, ruang obrolan,
email, SMS, atau perangkat serupa. Secara umum diterima bahwa video atau film yang
mengintimidasi, menjengkelkan, atau mengintimidasi yang menggunakan teks,
animasi, gambar, dan bingkai diam digunakan untuk mencegah aktivitas kriminal.
Bullying jenis ini dilakukan oleh kelompok perempuan yang memiliki pemahaman

5
Guru and others.
yang kuat terhadap implikasi etis dari teknologi informasi dan media elektronik
lainnya.
Dalam masyarakat, anak-anak yang lebih muda dan lebih tua lebih terlebih lagi laki
laki sering menggunakan perundungan fisik daripada pe rempuan yang lebih muda
dan lebih tua menggunakan perundungan yang bersifat relasional atau emosional,
meskipun kedua kelompok juga menggunakan perundungan yang bersifat verbal.
Perbedaan ini lebih erat kaitannya dengan proses sosialisasi yang terjadi antara remaja
perempuan dan remaja laki laki (Coloroso, 2006:51).6

2.4 Faktor Penyebab Bullying

Bullying dapat terjadi di mana saja, termasuk perkotaan, pedesaan, sekolah swasta,
sekolah asing, dan sekolah selama jam sekolah biasa maupun setelah jam sekolah biasa.
Bullying terjadi sebagai akibat interaksi antara berbagai faktor, termasuk orang yang di-bully,
lingkungan pelaku bully, dan faktor eksternal lainnya.7
Secara umum, faktor risiko bullying pada anak adalah sebagai berikut:
(1) “berbeda”, seperti memiliki ciri fisik yang berbeda dari orang lain, seperti lebih tegang,
energik, atau pendek, atau memiliki penampilan yang berbeda. status ekonomi, seperti menjadi
siswa atau siwi untuk pertama kalinya; (2) terlalu lemah untuk membela diri; (3) memiliki
kesadaran diri yang kuat; dan (4) kurang populer dibanding yang lain, seperti tidak sepopuler
itu
Sebaliknya, pelaku bullying seringkali menunjukkan ciri-ciri tertentu, seperti:
(1) populer, memiliki banyak teman, dan ingin memimpin di antara teman sebayanya. Mereka
mungkin berasal dari kelompok yang erat, memiliki rasa penerimaan diri yang kuat, dan
berprestasi baik di sekolah. Penindasan adalah apa yang mereka lakukan terutama untuk
mengangkat prestise dan popularitas mereka di antara anggota persaudaraan mereka yang lain;
(2) pernah menjadi korban bullying di masa lalu yang menyebabkan stres dalam kehidupan

6
Guru and others.
7
Guru and others.
sehari-hari, stres saat mengikuti tugas sekolah, dan perasaan hampa, ketakutan, dan depresi;
(3) memiliki kesadaran diri yang kuat atau mudah diserang oleh teman sebaya. Karena
keikutsertaan mereka dalam perilaku intimidasi oleh rekan kerja mereka sendiri, baik secara
sengaja maupun tidak sengaja, mereka sendiri dapat menjadi pelaku intimidasi.

Menurut Soesetio, dkk (2005), alasan seseorang melakukan bullying adalah karena
pelaku bullying memiliki persepsi bahwa korban melakukan taktik bullying tradisional, seperti
balas dendam karena sebelumnya perilaku tersebut dilakukan secara serempak (menurut laki-
laki). -laki-laki pelaku bully), inggin menunjukkan kekuatan, marah karena pelaku bully
belum berperilaku seperti yang diharapkan, menerima kepuasan, dan Selain melakukan
bullying terhadap orang lain, orang ini juga memandang dirinya sebagai pelaku bullying
terhadap orang lain karena penampilan yang tidak sesuai, perilaku yang kurang sesuai, tidak
sopan, dan konvensional.
Menurut psikolog Seto Mulyadi, bullying disebabkan oleh: (1) Saat ini perempuan
Indonesia mengalami tekanan, terutama mereka yang putus sekolah karena tuntutan kurikulum
dan teknik pengajaran yang sulit. Oleh karena itu, sulit bagi perempuan untuk memakan kue
nonakademis tersebut. Penyalurannya dengan kejahilankejahilan dan penyiksaan; (2) budaya
feodalisme yang marak di masyarakat juga dapat menjadi faktor penyebab bullying; namun,
penjelasan yang paling tepat adalah bahwa intimidasi senioritas terjadi ketika mereka yang
berada di luar harus berperilaku serupa dengan mereka yang berada di dalam.8

2.5 Upaya Mengatasi Tindak Kekerasan Melalui Pendidikan Karakter

Berikut beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk menangani dan menyelesaikan
kekerasan yang belum terselesaikan melalui pendidikan karakter: (1) meningkatkan interaksi
sosial; hal ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain dengan menggunakan
pendidik untuk mengidentifikasi mereka yang melakukan penyimpnagan dan tidak terjebak di
dalamnya dengan melakukan pengawasan dan penindakan; (3)menerapkan prinsip-prinsip anti
8
Guru and others.
kekerasan; (4) Memberikan Pendidikan Perdamaian Kepada Generasi Muda; (2) Melaporkan
Budaya Maaf Dan Memberi Maaf; (5) meningkatkan komunikasi dan dialog siswa ke siswa di
kelas; (6) Menggunakan katarsis; (7) melakukan kampanye anti bullying di kelas.

SIMPULAN DAN SARAN

Bullying adalah jenis pelecehan anak di mana orang tua dengan sengaja menargetkan
anak yang lebih lemah atau lebih dewasa dalam upaya untuk mendapatkan keuntungan atau
menerima hadiah. Uapya tindak kekerasan dapat dilakukan melalui pendidikan berbasis
karakter. Kegagalan remaja dalam proses pembentukan kepribadian yang wajar dan
pembentukan kematangan diri membuat mereka mampu mengenali berbagai pertikaian dan
dalam kehidupannya yang akan berpacaran.
Pemerintah Indonesia telah bekerja keras untuk meningkatkan pendidikan karakter
melalui sekolah. Guru adalah teman dekat seorang siswa. Pendidikan karakter bertujuan untuk
meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah mengarah pada
pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu dan seimbang.9
Dengan mengembangkan program untuk pengajaran keterampilan sosial, manajemen
konflik, pemecahan masalah, dan pendidikan karakter, sekolah menjadi lebih proaktif. Guru
memadukan perubahan sikap dan tingkah laku siswa di dalam maupun di luar kelas sehingga
perlu adanya kerjasama yang harmonis untuk guru BK, guru mata pelajaran, dan karyawan
sekolah. Untuk memastikan bahwa tujuan pendidikan tercapai seefektif mungkin tanpa ada
kejadian intimidasi di antara siswa di sekolah, penting bagi orang tua dan guru untuk bekerja
sama.

DAFTAR PUSTAKA

Guru, Pendidikan, Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, and Universitas Negeri

9
Guru and others.
Semarang, ‘Mengatasi Bullying Melalui Pendidikan Karakter’, Mengatasi Bullying Melalui
Pendidikan Karakter, 9.1 (2018), 52–57

Anda mungkin juga menyukai